Anda di halaman 1dari 25

Case Report Session

TENSION TYPE HEADACHE

Oleh:

Hwaida Sabrina 1740312058

Kelompok 3

Preseptor:

dr. Dedi Sutio, Sp.S

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tension Type Headache (TTH) merupakan gangguan neurologis yang

ditandai oleh adanya serangan nyeri kepala ringan sampai sedang, berlangsung

beberapa menit hingga berminggu-minggu disertai beberapa gejala terkait. Rasa

sakit biasanya seperti ditekan atau diikat, bilateral, tidak diperparah dengan

aktivitas rutin dan kadang dijumpai fotofobia atau fonofobia bahkan mual dan

muntah. Nyeri kepala ini awalnya dikenal sebagai psychogenic headache, stress

headache, psychomyogenic headache dan muscle contraction headache.

Diagnosis didasarkan kepada anamnesis dan pemeriksaan. Beberapa konsensus

memberikan gueideline tatalakasana terkait. Beberapa penderita mencoba

mengobati sendiri serangan akut dengan analgetik untuk menghilangkan nyeri

kepala dan baru berobat ke tenaga medis setelah gejala menjadi kronis dan

semakin sering frekuensinya.1,2

Berdasarkan penelitian di Denmark, prevalensi TTH mencapai (78%),

namun mayoritas penderita memiliki episode serangan yang jarang ( 1 hari dalam

satu bulan atau kurang) tanpa harus mendapatkan pengobatan dari pelayanan

kesehatan. Sekitar 24% hingga 37% populasi mengalami beberapa kali serangan

dalam satu bulan, 10% terjadi setiap minggu, dan 2% hingga 3% mengalami

serangan kronik. Insiden tahunan untuk TTH adalah 14,2 per 1000 orang per

tahunnya. TTH sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan

angka 3: 1 dan menurun dengan usia.2

2
1.2 Batasan Masalah
Penulisan case report ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi,

klasifikasi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding,

talaksana, dan prognosis Tension type headache.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan case report ini antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di bagian

neurologi RSUP. Dr. M. Djamil Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas Padang
2. Menambah pengetahuan mengenai Tension type headache.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan case report ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang

merujuk pada berbagai literatur.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tension Type Headache (TTH) merupakan gangguan neurologis yang

ditandai oleh adanya serangan nyeri kepala ringan sampai sedang, berlangsung

beberapa menit hingga berminggu-minggu disertai beberapa gejala terkait. Rasa

sakit biasanya seperti ditekan atau diikat, bilateral, tidak diperparah dengan

aktivitas rutin dan kadang dijumpai fotofobia atau fonofobia bahkan mual dan

3
muntah. Nyeri kepala ini awalnya dikenal sebagai psychogenic headache, stress

headache, psychomyogenic headache dan muscle contraction headache. 1,2

2.2 Epidemiologi

Berdasarkan penelitian di Denmark, prevalensi TTH mencapai (78%),

namun mayoritas penderita memiliki episode serangan yang jarang ( 1 hari dalam

satu bulan atau kurang) tanpa harus mendapatkan pengobatan dari pelayanan

kesehatan. Sekitar 24% hingga 37% populasi mengalami beberapa kali serangan

dalam satu bulan, 10% terjadi setiap minggu, dan 2% hingga 3% mengalami

serangan kronik. Insiden TTH sulit diukur. Namun, dalam studi epidemiologi

Denmark, insiden tahunan untuk TTH adalah 14,2 per 1000 orang per tahunnya.

TTH sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan angka 3: 1 dan

menurun dengan usia. Faktor risiko untuk TTH adalah kesehatan diri yang buruk,

ketidakmampuan untuk bersantai setelah bekerja, dan tidur beberapa jam tiap

malam. Usia rata-rata onset TTH adalah 25 sampai 30 tahun dengan puncak

prevalensi pada usia 30-39 tahun dan menurun sesuai usia.

Beberapa studi di Eropa dan Amerika Serikat telah menunjukkan

disabilitas yang dihasilkan dari TTH cukup besar dan dapat terjadi setinggi tiga

kali lipat dari yang terlihat pada migrain.2

2.3 Klasifikasi

Tension Type Headache diklasifikasikan dalam International Headache

Society classification (ICHD II) sebagai berikut:2

1. Episodic Tension Type Headache


Episodic Tension Type Headache terbagi menjadi dua kelompok, yaitu

infrequent dan frequent.

4
2. Acute Tension Type Headache
Ketiga klasifikasi TTH di atas menunjukkan gejala yang sama tapi berbeda pada

frekuensi serangannya

Infrequent ETTH Frequent ETTH Chronic TTH


Frekuensi <12 hari/tahun >12 hari namun <180
>180 hari/tahun
hari/tahun

Minimal 10 serangan lebih minimal 10 serangan


dari 1 hari namun kurang lebih dari 15
dari 15 hari/bulan dalam 3 hari/bulan dalam 3
bulan terakhir bulan terakhir

Kriteria Diagnosis TTH berdasarkan ICHD II:3

Probable Tension Type Headache

5
Secara klinis, kadang-kadang sulit untuk membedakan TTH dari fase

awal serangan migrain. Lebih lanjut, banyak pasien TTH kronis menggunakan

obat berlebihan sehingga sulit membedakan nyeri kepala akibat overuse obat atau

CTTH. ICHD II telah memperkenalkan kategori diagnostik kemungkinan jenis

TTH untuk mengatasi situasi ini.2

2.4 Etiopatogenesis

Patofisiologi TTH tidak sepenuhnya dipahami. Namun, pemahaman saat ini

adalah bahwa mekanisme perifer dan pusat mendasari TTH. Etiologi yang

mendasari tidak begitu diketahui. Beberapa hal yang memungkinkan

menyebabkan TTH adalah ketegangan otot dan psikogenik.4 Enzyme-linked

immunosorbent assay tests pada 96 peserta dengan TTH menunjukkan

peningkatan interleukin (IL)-8 dan monocyte chemoattractant protein-1. Sitokin

lain, IL-1β dan IL-18, juga telah ditemukan pada TTH tipe kronis.3

Meskipun banyak studi klinis dan neurofisiologis, penyebab pasti TTH masih

sulit dipahami. Mekanisme miofascial perikranial mungkin berperan penting

6
dalam ETTH, sedangkan sensitisasi jalur nyeri pada sistem saraf pusat akibat

rangsangan nociceptive yang berkepanjangan dari jaringan myofascial perikranial

tampaknya bertanggung jawab untuk konversi episodik ke TTH kronis.2

Mekanisme perifer yang terlibat pada TTH kronik adalah peningkatan nyeri

tekan perikranial dan hipersensitivitas terhadap nyeri tekan. Hal ini dimungkinkan

oleh karena reaksi inflamasi, penurunan aliran darah, peningkatan aktivitas fisik,

dan atrofi otot. Penyebab lain yang mungkin menyebabkan nyeri tekan perikranial

adalah karena adanya peningkatan aktivitas otot pada poin trigger miofasial. Poin

trigger miofasial adalah titik yang hiperiritabilitas yang berhubungan pada otot

skeletal. Titik ini nyeri tekan dan mudah meregang sehingga memiliki ciri khas

referred pain.5,6
Mekanisme yang terlibat pada miofasial perikranial berperan penting dalam

TTH episodik, dimana terjadinya sensitisasi dari jalur nyeri di sistem saraf pusat

sehingga menyebabkan stimulus nosiseptif terus menerus dari jaringan miofasial

perikranial.Penelitian lain menemukan bahwa selain terjadinya sensitisasi

nosiseptor perifer, terjadi pula sensitisasi pada neuron nukleus trigeminus.

Perubahan ambang nyeri juga terjadi pada TTH kronik, tapi tidak terjadi pada

TTH episodik. Pasien dengan TTH kronik lebih sensitif terhadap stimulus seperti

tekanan, suhu, dan listrik. Penelitian lain juga menemukan terjadi penurunan jalur

inhibisi nosiseptif sentral pada pasien dengan TTH kronik.7.8


Pada TTH dapat juga ditemukan nyeri tekan perikranial yang dapat diperiksa

dengan palpasi manual. Nyeri tekan ini biasanya juga terasa di luar serangan nyeri

kepala, dan makin meningkat ketika nyeri kepala sedang berlangsung. Nyeri tekan

perikranial diperiksa dengan memberikan penekanan ringan dan gerakan memutar

dengan jari kedua dan ketiga pada otot frontal, temporal, pterigoid,

7
sternokleidomastoideus, splenius, dan trapezius. Nyeri tekan dapat diberi nilai 0-3

dengan rentang tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri berat.9
2.5 Manifestasi Klinis

Tension Type Headache biasanya hadir dengan nyeri ringan sampai

sedang, yang biasanya bilateral, dengan keterlibatan daerah temporal. Rasa nyeri

mungkin difus, membentang dari kepala ke belakang leher, dan / atau sendi

temporomandibular. Riwayat penyakit yang terperinci meningkatkan

kemungkinan diagnosis yang benar, dan manajemen efektif berikutnya.3

Anamnesis pasien harus mencakup:3

1) Usia (mis.> 50 tahun): Giant cell arteritis,mirip TTH dan penyebab kebutaan,

harus dipertimbangkan dalam kelompok usia ini.

2) Kronisitas rasa sakit.

3) Lokasi nyeri: Sering ada lokasi tipikal untuk TTH

4) Gejala terkait: Gejala-gejala ini termasuk gejala visual dan kelelahan kronis.

5) Intensitas: penggunaan skala imajiner dari 0-10 untuk menggambarkan

intensitas sakit kepala dapat membantu dalam diagnosis dan tindak lanjut.

6) Frekuensi dan durasi.

7) Faktor-faktor yang memberatkan: faktor-faktor ini termasuk ketegangan dan

perubahan mendadak dalam posisi.

8) Faktor-faktor penghilang: contoh-contoh faktor penghilang adalah istirahat

dan tidur.

9) Kronologis: menggambarkan jalannya sakit kepala akan membantu

menentukan apakah sakit kepala memburuk atau tidak.

8
10) Riwayat medis: ini termasuk komorbid yang dapat mempengaruhi pilihan

pengobatan.

11) Merokok dan penggunaan alkohol.

2.7 Diagnosis

Kriteria Diagnosis TTH berdasarkan ICHD II:3

Probable Tension Type Headache

Secara klinis, kadang-kadang sulit untuk membedakan TTH dari fase

awal serangan migrain. Lebih lanjut, banyak pasien TTH kronis menggunakan

obat berlebihan sehingga sulit membedakan nyeri kepala akibat overuse obat atau

CTTH. ICHD II telah memperkenalkan kategori diagnostik kemungkinan jenis

TTH untuk mengatasi situasi ini.2

9
Karena diagnosis TTH memerlukan pengecualian gangguan penyebab

lainnya, riwayat klinis yang baik dan rinci, pemeriksaan fisik dan neurologis yang

cermat adalah wajib. Pemeriksaan fisik harus mencakup palpasi manual otot

perikranial untuk mengidentifikasi tender points and trigger points. Tender points

adalah area di mana tekanan manual menginduksi rasa sakit lokal, dan trigger

points di area kelembutan yang terlokalisasi dimana tekanan berkelanjutan juga

menginduksi nyeri yang dirasakan di area lain di wilayah tersebut.2

2.8. Diagnosis Banding


Tension type headache dapat didiagnosis banding dengan nyeri kepala akibat

penggunaan obat-obatan yang berlebihan, nyeri kepala posttraumatik kronik,

penyakit mata atau sinus, temporomandibular joint disorder, hipertensi

intrakranial idiopatik, tumor otak, gangguan psikiatri, dan spondilosis servikal.2


2.9. Tatalaksana
2.9.1 Non Medikamentosa
1) Menghindari Pencetus
Pencetus misalnya terlambat makan bisa mencetuskan terjadinya serangan

ETTH. Terdapat pula bukti penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa

estrogen bisa mencetuskan terjadinya ETTH.


2) Diari Nyeri Kepala

10
Pengunaan diari nyeri kepala bisa sangat membantu. Pasien

diminta tetap rutin menuliskan frekuensi dan keparahan serangan nyeri

kepalanya di dalam diari. Dengan demikian bisa dinilai progresifitas

penyakitnya.2
2.9.2 Medikamentosa
1) Tatalaksana Episodic Tension Type Headache
Analgetik sederhana dan NSAID menjadi pilihan utama dalam tatalaksana

akut seperti yang ditunjukan dalam berbagai penelitian.


- Aspirin 500-1000 mg/hari
- Asetaminofen 1000 mg/hari
- NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari,

ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari)


- Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg, kodein dan obat-obatan sedatif,

namun lebih dianjurkan untuk tidak digunakan karena resiko

ketergantungannya
- Amitriptilin merupakan terapi paling efektif untuk TTH, obat dimulai

dengan low dose 10 mg-25 mg per hari dan dinaikkan bila diperlukan.

Efek samping obat harus dijelaskan kepada pasien.2,7

2.10 Edukasi
Beberapa pasien dengan frequent ETTH dan CTTH memiliki ketakutan

cukup besar terhadap penyakit seperi tumor otak. Bebapa pasien juga uslit

mengerti mengapa tidak ada kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik dan

scan untuk keluhan nyeri kepalanya. Maka penjelasan tentang penyakit dan

mekanisme terjadinya penyakit akan sangat membantu.


Keluarga ikut meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik

dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya

tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya. Keluarga juga harus ikut membantu

mengurangi kecemasan atau depresi pasien, serta menilai adanya kecemasan atau

depresi pada pasien.2,7


2.10 Prognosis

11
Prognosis penyakit TTH pada populasi bervariasi dimana 45% dewasa

dengan frequent dan chronic TTH mengalami remisi ketika di follow up 3 tahun

kemudian walaupun 39% diantaranya masih mengalami frequent TTH. Porgnosis

yang buruk dihubungkan dengan adanya CTTH yang disertai dengan migrain,

tidak menikah dan memiliki masalah tidur.3

12
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Tn S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 64 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Padang

3.2 Anamnesis
Seorang pasien laki-laki berumur 63 tahun datang ke poliklinik neurologi
RSUP Dr. M. Djamil Padang tanggal 10 September 2018 dengan:
Keluhan Utama
Nyeri kepala
Riwayat Penyakit Sekarang:
 Nyeri kepala sejak 4 bulan yang lalu. Pasien merasa nyeri pada seluruh
kepala, dimulai pada bagian leher dan belakang kepala lalu menjalar ke
kepala bagian depan. Selama 4 bulan ini nyeri kepala sudah dirasakan
sebanyak lebih dari 10 kali. Tiap serangan nyeri kepala dirasakan selama
lebih kurang 12-24 jam. Nyeri terasa seperti terikat. Nyeri dirasakan
terutama ketika pasien banyak fikiran. Nyeri cukup mengganggu namun
pasien masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Keluhan tidak disertai
muntah menyemprot. Nyeri kadang berkurang dengan istirahat.
 Rasa pusing seperti berputar dan sempoyongan disangkal.
 Kejang tidak ada
 Lemah anggota gerak tidak ada, bicara pelo tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien rutin kontrol ke poliklinik jiwa RSUP Dr. M. Djamil Padang setiap
bulan sejak 5 tahun yang lalu. Pasien didiagnosis dengan gangguan afektif
bipolar dan mendapat terapi asam valproat 1 x 250 mg.

13
 Riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan stroke
sebelumnya tidak ada.
 Riwayat trauma kepala tidak ada
 Riwayat tumor atau keganasan tidak ada
 Tidak ada riwayat infeksi gigi, telinga, dan sinus paranasal

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan


 Pasien tidak bekerja, aktifitas fisik harian ringan.
 Pasien tidak memili riwayat merokok maupun minum alkohol

3.3 Pemeriksaan Fisik


Vital Sign
Keadaan umum : Sakit Ringan
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 24 x / menit
Suhu : 36,5°C
Tinggi Badan : 162 cm
Berat Badan : 70 kg
Status gizi : Baik
VAS :7
Status Internus
¨Kepala : tidak ditemukan kelainan
¨Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
pupil isokor, diameter 3 mm/3mm
¨Telinga : tidak ada kelainan
¨Hidung : tidak ada kelainan
¨Mulut : tidak ada kelainan

14
¨Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar
¨ Torak
Paru
Inspeksi : simetris kiri=kanan
Palpasi : fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada
¨Abdomen : Inspeksi : tidak membesar
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
¨Corpus vertebralis : tidak ada kelainan
¨Genitalia : tidak diperiksa

Status Neurologikus
A. Tanda rangsangan selaput otak :
kaku kuduk : (-) kernig : (-)
laseque : (-) brudzunski I : (-)
brudinski II : (-)
B. Tanda peningkatan TIK
muntah projektil : (-)
sakit kepala progresif : (-)
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
- N. I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif baik Baik
Objektif (dengan bahan) tidak dilakukan tidak dilakukan
- N. II (Optikus)

15
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan baik baik
Lapangan pandang baik baik
Melihat warna baik Baik
Funduskopi tidak dilakukan tidak dilakukan

- N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata bulat bulat
Ptosis - -
Gerakan bulbus bebas ke segala arah
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso / Endoftalmus - -
Pupil
- Bentuk bulat bulat
- Refleks Cahaya + +
- Refleks Akomodasi + +
- Refleks Konvergensi + +

- N. IV (Troklearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah baik baik
Sikap bulbus ortho ortho
Diplopia - -

- N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
- Membuka mulut + +
- Menggerakkan rahang + +
- Menggigit + +
- Mengunyah + +
Sensorik
- Divisi Oftalmika
o Refleks Kornea + +
o Sensibilitas baik baik
- Divisi Maksila
o Refleks Masseter + +
o Sensibilitas baik baik
- Divisi Mandibula
o Sensibilitas baik baik

- N. VI (Abdusen)

16
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral baik baik
Sikap bulbus ortho ortho
Diplopia - -

- N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah simetris simetris
Sekresi air mata + +
Fissura palpebra baik baik
Menggerakkan dahi baik baik
Menutup mata baik baik
Mencibir / bersiul baik baik
Memperlihatkan gigi baik baik
Sensasi lidah 2/3 baik baik
Hiperakusis - -

- N. VIII (Vestibulokoklearis)
Kanan Kiri
Suara berbisik + +
Detik arloji + +
Rinne test Tidak dinilai Tidak dinilai
Weber test tidak dinilai
Scwabach test
- Memendek
- Memanjang
Nistagmus
- Pendular - -
- Vertikal - -
- Siklikal - -
Pengaruh posisi kepala - -

- N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang baik baik
Refleks muntah / Gag reflex + +

- N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring simetris simetris
Uvula di tengah di tengah
Menelan baik baik

17
Artikulasi baik baik
Suara baik baik
Nadi sinus reguler sinus regular

- N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan baik
Menoleh ke kiri baik
Mengangkat bahu kanan baik
Mengangkat bahu kiri baik

- N. XII (Hipoglossus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam simetris simetris
Kedudukan lidah dijulurkan simetris simetris
Tremor - -
Fasikulasi - -
Atrofi - -

D. Pemeriksaan Tension Type Headache


- Pericranial tenderness : nyeri tekan (+) pada muskulus frontalis, muskulus
temporalis, muskulus sternokleidomastoideus, dan
muskulus trapezius.
- Arm-chair sign : (+)
- Invisible pillow sign : (+)

E. Pemeriksaan Koordinasi
- Cara berjalan : baik
- Romberg test :-
- Ataksia :-
- Rebound phenomenon :-
- Test tumit lutut :+
- Disartria :-
- Supinasi-pronasi :+
- Tes jari hidung :+
- Tes hidung jari :+
F. Pemeriksaan Fungsi Motorik
- Badan
o Respirasi : spontan
o Duduk : dapat dilakukan

18
- Berdiri dan berjalan
o Gerakan spontan : baik
o Tremor :-
o Atetosis :-
o Mioklonik :-
o Khorea :-
- Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif aktif aktif aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Trofi Eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Tonus Eutonus eutonus eutonus eutonus

G. Pemeriksaan Sensibilitas
Kanan Kiri
Sensibilitas taktil + +
Sensibilitas nyeri + +
Sensibilitas termis tidak dilakukan tidak dilakukan
Sensibilitas kortikal
- Stereognosis tidak dilakukan tidak dilakukan
- Pengenalan 2 titik tidak dilakukan tidak dilakukan
- Pengenalan rabaan tidak dilakukan tidak dilakukan
H. Sistem Refleks
FISIOLOGIS Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea + + Biseps ++ ++
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring APR ++ ++
Masseter KPR ++ ++
Dinding perut Bulbokavernosus
- Atas Cremaster
- Tengah Sfingter
- Bawah
PATOLOGIS
Lengan Tungkai
Hoffman-Tromner - - Babinski - -
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -

I. Fungsi Otonom
- Miksi : baik

19
- Defekasi : baik
- Sekresi keringat : baik
J. Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Dementia
Reaksi bicara Baik Refleks glabella -
Fungsi intelek Baik Refkleks snout -
Reaksi emosi Baik Refleks mengisap -
Refleks memegang -
Refleks palmomental -

3.4 Diagnosis
Diagnosa Klinik : Tension type headache
Diagnosa Topik : Ekstrakranial
Diagnosa Etiologi : Idiopatik
Diagnosa Sekunder : Gangguan afektif bipolar
3.5 Pemeriksaan anjuran
-
3.6 Penatalaksanaan
1. Umum
 Edukasi
 Istirahat
 Psikoterapi
2. Khusus
 Ibuprofen 3 x 400 mg
 Ranitidin 2 x 150 mg
 Amitriptilin 1 x 12.5 mg

3.7 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad functionam : bonam

20
BAB 4

DISKUSI

Telah diperiksa seorang pasien laki-laki berusia 64 tahun datang ke

poliklinik neurologi RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 10 September

2018 dengan diagnosis klinis Tension Type Headache. Diagnosis ini ditegakkan

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pasien memenuhi kriteria dari diagnosis Tension Type Headache

berdasarkan International Headache Society dengan ciri nyeri kepala yang

berlangsung dalam 30 menit hingga 7 hari. Lokasi di seluruh kepala dengan

kualitas seperti tertekan, tidak berdenyut-denyut, dengan intensitas ringan-sedang.

Keluhan ini sudah dirasakan dalam 4 bulan terakhir, dengan episode lebih dari 10

kali, dan tiap serangan nyeri dirasakan lebih kurang 12 jam. Pada pasien ini

berdasarkan frekuensinya, dapat didiagnosis dengan Tension Type Headache

episode sering.

Berdasarkan dari pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran pasien

komposmentis, tidak ada tanda rangsangan meningeal, tidak ada tanda

peningkatan tekanan intrakranial, dan status internus dann neurologikus dalam

batas normal. Pada pemeriksaan khusus Tension Type Headache didapatkan nyeri

tekan yang positif, arm chair sign yang positif, dan invisible pillow test yang

positif. Tension Type Headache berhubungan dengan gangguan mekanisme perifer

21
dan sentral yang bermanifestasi dengan peningkatan sensitifitas terhadap nyeri

dan dirasakan nyeri tekan pada otot-otot kranial dan hal ini ditemukan pada pasien

ini.

Pada pasien ini, nyeri kepala tidak terlalu mengganggu aktivitas, pola

nyeri kepala dalam 4 bulan terakhir masih sama dan tidak disertai defisit

neurologis. Dengan tidak ditemuinya gejala tanda bahaya pada pasien, dapat

disimpulkan nyeri kepala ini adalah nyeri kepala primer dan bukanlah nyeri

kepala yang sekunder.

Perlu digali faktor pencetus pada pasien ini guna mencegah terjadinya

rekurensi yang dapat mengakibatkan episode TTH yang berulang. Beberapa faktor

risiko yang terdapat pada pasien adalah stress dan banyak fikiran. Tidak ada

riwayat penggunaan alkohol pada pasien. Sehingga, edukasi mengenai mengobah

pola hidup dan pencegahan faktor risiko tersebut perlu ditambahkan dalam terapi

non farmakologi yang akan disampaikan pada pasien.


Terapi farmakologi yang didapatkan pada pasien ini adalah analgesik

ringan, seperti ibuprofen 3 x 400 mg sebagai tatalaksana pada episode akut dan

dapat dihentikan jika serangan sudah mereda. Pemberian amitriptilin 1 x 12,5 mg

juga dapat diberikan pada pasien karena terbukti efektif dalam mengurangi nyeri

dan dapat diteruskan sebagai terapi profilaksis pada pasien ini.


Prognosis pasien ditegakkan sebagai prognosis baik berdasarkan berbagai

faktor. Pasien memiliki keadaan umum yang baik, fungsi sehari-hari pasien juga

tidak terganggu akibat nyeri kepala ini. Pasien tidak memiliki kondisi komorbid

dan respon terapi yang diberikan cukup baik pada pasien.

22
23
BAB 5

KESIMPULAN

- Tension Type Headache (TTH) adalah bentuk sakit kepala yang paling

sering dijumpai dan memiliki karakteristik bilateral, rasa menekan atau

mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah

pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual tapi bisa ada fotofobia atau

fonofobia.

- Penyebab nyeri kepala ini masih belum diketahui secara pasti.

- Gejala utama TTH adalah sakit kepala yang paling sering dijumpai dan

memiliki karakteristik bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan

intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik

rutin, tidak didapatkan mual tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia.

- Diagnosis TTH ditegakkan beradsarkan klinis dan pemeriksaan fisik.

- Terapi untuk TTH adalah analgetik, NSAID dan antidepresan.

- Prognosis pasien TTH pada umumnya baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Loder, Elizabeth, Rizzoli P. Tension-Type Headache. BMJ 336.7635. 2008:


88-92.
2. Chowdhury D. Tension type headache. Annals of Indian Academy of
Neurology. 2012;15(5):83-87.
3. Magazi D, Manyane D. Tension type headaches: a review. South African
Family Practice. 2015;57(1):23-28.
4. Hauser SL dan Josephson SA. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine.
New York: McGraw-Hill Education. 2013. Hal.62-64.
5. Yu S dan Han X. Update of Chronic Tension-Type Headache. Curr Pain
Headache Rep. 2015; 19:1-8.
6. Bezov F, AShina S, Jensen R, Bendtsen L. Pain Perception Studies in
Tension-Type Headache. Headache. 2011; 51:262-271.
7. Kurniawan M, Suharjanti I, Pinzon RT. Tension Type Headache. Panduan
Praktik Klinis Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
2016:8-12.
8. Kaniecki RG. Tension-Type Headache. Continuum Lifelong Learning
Neurology. 2012; 18(4):834-834.
9. International Headache Society. The International Classification of Headache
Disorders. Cephalalgia. 2013; 33(9): 659-664.

25

Anda mungkin juga menyukai