Oleh :
Preseptor :
1. Pendahuluan
Otoskopi adalah pemeriksaan rutin yang dilakukan tidak hanya oleh spesialis
THT, tetapi juga oleh dokter umum dan dokter anak. Ini merupakan langkah
penting dalam pemeriksaan klinis untuk menegakkan diagnosis dari keluhan
telinga. Tanda-tanda fungsional dan umum sangat diperlukan untuk diagnosis,
tetapi tidak sensitif maupun spesifik, terutama pada anak-anak yang mengalami
otitis media akut (OMA) [1]. Menurut badan keamanan produk kesehatan
Prancis (AFSSAPS), otoskopi adalah kunci dalam menegakkan diagnosis [2,3].
Namun, pemeriksaan klinis menggunakan otoskop spekulum konvensional tidak
mudah karena banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil, seperti salah posisi
dalam mengunakan instrumen, pencahayaan yang buruk, penyumbatan
serumen, otore, dan visualisasi parsial dari gendang telinga [4]. Menurut
AFSSAPS, visualisasi gendang telinga minimal harus 75% untuk mengakkan
diagnosis [3]; Hal ini sesuai dengan area yang dapat diakses oleh otoskopi
konvensional dalam praktik sehari-hari dan mengharuskan praktisi untuk
memanipulasi spekulum sehingga dapat menilai seluruh gendang telinga.
Pada anak-anak, kesulitan ini dipersulit oleh kanal telinga luar sang anak
yang sempit, orientasi gendang telinga, dan kegelisahan anak.
Pada anak-anak, diagnosis otitis media dengan efusi (OME) sering tertunda.
Anak tersebut tidak menunjukkan gejala, biasanya tanpa keluhan, namun dapat
berdampak pada penguasaan bahasa lisan [11,12]. OME meningkatkan risiko
kesulitan belajar [13] karena tuli konduktif [14] yang diakibatkan oleh efusi
retrotimpani.
2.2 Metode
Seratus dua puluh empat pasien (193 otoskop) dimasukkan dalam penelitian,
dengan usia rata-rata 41 ± 22,7 tahun. Terdapat 163 pemeriksaan otoskop
konvensional dan video otoskopi yang dianalisis untuk 108 pasien dengan usia
rata-rata 42 ± 22 tahun, mengingat kualitas gambar video otoskopi, tingkat
kegagalan video otoskopi adalah 16%. Alasan konusultasi adalah karena:
otalgia (35%), gangguan pendengaran (16%), vertigo perifer (9%), tinitus (9%),
infeksi sinonasal (6%), infeksi THT (13%), otore (<1%) ), otore berdarah
(<1%), pruritus saluran telinga luar (2%), demam terisolasi (3%), nyeri pinna
(2%), dan barotrauma (<2%)
Pada kelompok THT, skor rata-rata pada 163 otoskopi adalah 0,84 ± 1,16.
Tujuh puluh sembilan adalah patologis (skor> 0), dengan skor rata-rata 1,73 ±
1,12: OME (n = 5), OMA Grade 6 (n = 4), OMA kongestif (nilai 3,4 dan 5) (n =
11), gendang telinga eritem (n = 11), retraksi (n = 11), perforasi (n = 1),
penyumbatan serumen (n = 16), otitis eksternal (n = 5), kolesteatoma (n = 1),
liang telinga eritem (n = 1) 9), osteoma liang telinga (n = 2), dan remodeling
timpani (n = 3).
Pada grup DU Video, skor rata-rata adalah 0,83 ± 1,22 secara keseluruhan,
dan 1,59 ± 1,3 untuk otoskop patologis.
Dalam otoskopi patologis (Gambar 2), tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kelompok Video, ENT, dan DU (W = 220; P = 0,08), sementara ada
perbedaan yang signifikan antara THT dan DU konvensional (W = 557; P =
0,003) dan kelompok DU Konvensional dan DU Video (W = 322; P = 0,039).
Terdapat perbandingan item antara DU Konvensional dan DU Video yang
signifikan untuk liang telinga eritem (W = 36; P = 0,008). Kelompok THT dan
DU Konvensional berbeda secara signifikan pada gendang telinga eritem (W =
119; P = 0,0005), gendang telinga cembung (W = −21; P = 0,031) dan liang
telinga eritema (W = 168; P = 0,0004). Kelompok ENT dan DU Video berbeda
secara signifikan pada efusi retrotimpani (W = −77; P = 0,003) dan liang
telinga eritema (W = 52; P = 0,039).
Skor otoskopi keseluruhan adalah 0,8 ± 1,2 untuk dokter berusia <38 tahun,
dan 0,95 ± 1,1 untuk dokter berusia > 38 tahun; untuk foto patologis, skor rata-
rata masing-masing adalah 1,54 ± 1,4 dan 1,74 ± 1. Tidak ada perbedaan yang
signifikan menurut usia secara keseluruhan (W = 2271; P = 0,2303) atau skor
otoskopi patologis (W = 512; P = 0,1472).
Pada kuesioner kepuasan, dokter yang lebih muda menilai semua item lebih
tinggi, kecuali untuk minat video otoskopi untuk telemedicine, yang dinilai
lebih tinggi oleh lebih dari 38 tahun.
4. Diskusi
Dalam penelitian ini, video otoskopi terbukti lebih unggul daripada otoskopi
konvensional untuk analisis gambar patologis gendang telinga. Dokter umum
juga sangat antusias mengenai teknik diagnostik ini.
Terlepas dari antusiasme para dokter umum, sebagian besar dokter umum
tidak siap untuk benar-benar membeli video otoskop dengan alasan: harga,
diperlukan barang eletronik sebagai penunjang (laptop), faktor ergonomi
seperti panjangnya kabel, dan adanya pasien yang berada di meja pemeriksaan
yang dapat mempersulit untuk melihat layar yang menampilkan hasil otoskopi.
Pada awal penelitian, dokter umum ragu-ragu untuk menghabiskan waktu untuk
membiasakan diri dengan peralatan ini.
Video otoskopi adalah alat yang berguna untuk telemedicine, selama gambar
digital tersebut memiliki kualitas yang baik dan informasi klinis yang cukup
tepat untuk memandu spesialis THT [22]. Diagnosis ulang yang dilakukan oleh
seorang spesialis dengan mengandalkan gambar, terbukti sama baiknya dengan
diagnosis yang ditegakkan dalam konsultasi spesialis langsung [19,23]. Hal ini
adalah pilihan yang menarik untuk pasien dengan mobilitas yang kurang.
5. Kesimpulan
Pengungkapan minat