RESUSITASI NEONATUS
Oleh :
Pembimbing :
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
2
dunia, dan salah satu penyebab kematian bayi tersebut adalah kegagalan respirasi
dan kegagalan sirkulasi pada saat bayi baru lahir.2,3
Kegagalan respirasi biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya pernafasan
untuk mendorong cairan untuk keluar dari alveoli, adanya benda asing yang
menghalangi jalan nafas dan kehilangan darah yang berlebihan atau kontraktilitas
jantung yang tidak baik atau bradikardi sehingga menyebabkan hipoksia dan
iskemia lalu menyebabkan hipotensi sistemik. Berkurangnya ventilasi dari paru
sehingga paru akan menghambat oksigenasi darah di arteri sistemik. Perfusi dan
oksigenasi ke organ bayi yang tidak adekuat dan terjadi terus menerus dapat
menyebabkan kerusakan pada otak dan organ lainnya dan kemudian menyebabkan
kematian.1,2
Berdasarkan hal tersebut, tindakan resusitasi dan persiapan alat dan bahan
perlu diketahui oleh penolong persalinan. Oleh karena itu, penulis akan membahas
mengenai resusitasi dan asfiksia pada laporan kasus di bawah ini. Pada beberapa
daerah dengan keterbatasan sumber daya manusia, tempat dan atau alat, teknik
resusitasi yang disampaikan berikut perlu disesuaikan dengan keadaan setempat.
Tujuan penulisan clinical science session ini antara lain sebagai berikut :
3
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Infeksi berat (malaria, sifilis, TB, HIV)
Kehamilan post matur
b. Keadaan bayi
Bayi prematur
Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, forsep)
Kelainan kongenital
Air ketuban bercampur mekonium
c. Keadaan tali pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolaps tali pusat
6
2.4 Penilaian Bayi Baru Lahir
Penilaian pada bayi baru lahir meliputi penilaian terhadap denyut jantung,
pernafasan, tonus otot, reflek, dan warna kulit. 3,4
a. Denyut Jantung
Normalnya denyut jantung pada BBL adalah 120-160 denyut/menit. Walaupun
banyak neonatus bertoleransi dengan denyut jantung diatas 220 denyut/menit
dengan sedikit pengaruh buruk, denyut jantung dibawah 100 denyut/menit sering
sulit ditoleransi sebab terjadi penurunan cardiac output dan perfusi jaringan.
Elektrokardiogram dan ekokardiogram dapat membantu mendiagnosa masalah
tersebut sebelum lahir.
b. Pernapasan
Bayi biasanya mulai bernapas 30 detik setelah lahir dan perlu bantuan bila
tidak bernafas setelah 90 detik. Beberapa menit setelah lahir, frekuensi napas
neonatus antara 30-60 kali/menit. Apneu dan bradipneu terjadi pada keadaan
asidosis berat, asfiksia, infeksi (meningitis, septikemia, pneumonia) dan
kerusakan CNS. Takipneu (>60 kali/menit) terjadi pada hipoksemia, hipovolemia,
7
asidosis (metabolik dan respiratorik), perdarahan CNS, kebocoran gas paru,
kelainan paru (hyalin membrane disease, sindrom aspirasi, infeksi), udem paru,
dan penggunaan obat-obatan oleh ibu (narkotik, alkohol, magnesium, barbiturat).
c. Tonus Otot
Sebagian besar neonatus, termasuk yang preterm akan aktif saat lahir dan
menggerakan semua ekstremitas sebagai respon terhadap rangsangan. Asfiksia,
penggunaan obat pada ibu, kerusakan CNS, amiotonia kongenital, dan miastenia
gravis akan menurunkan tonus otot. Fleksi kontraktur serta tidak adanya lipatan
sendi merupakan tanda kerusakan CNS yang terjadi di dalam rahim.
d. Reflek
Neonatus normal bergerak ketika salah satu ekstremitas digerakkan dan
meringis atau menangis ketika selang dimasukkan ke dalam hidungnya. Tidak
adanya respon terjadi pada bayi hipoksia, asidosis, penggunaan obat sedatif pada
ibu, trauma CNS dan penyakit otot kongenital.
e. Warna Kulit
Pada umumnya semua kulit neonatus berwarna biru keunguan sesaat setelah
lahir. Sekitar 60 detik, seluruh tubuhnya menjadi merah muda kecuali tangan dan
kaki yang tetap biru (sianosis sentral). Sianosis sentral diketahui dengan
memeriksa wajah, punggung dan membran mukosa. Jika sianosis sentral menetap
sampai lebih dari 90 detik perlu dipikirkan asfiksia, cardiac output rendah, udem
paru, methemoglobinemia, polisitemia, penyakit jantung kongenital, aritmia dan
kelainan paru (distres pernapasan, obstruksi jalan napas, hipoplastik paru, hernia
diafragmatika), terutama bila bayi tetap sianosis dibawah respirasi kendali dan
oksigen ysng mencukupi. Pucat menandakan penurunan cardiac output, anemia
berat, hipovolemia, hipotermia atau asidosis.
8
Apgar skor pada menit pertama merefleksikan kondisi bayi pada saat lahir dan
berhubungan dengan kemampuannya untuk bertahan hidup. Apgar skor menit
pertama mencerminkan kebutuhan resusitasi segera. Apgar skor yang tidak
banyak meningkat dari menit pertama hingga menit ke 5 dikatakan meningkatkan
resiko kematian pada bayi. Sedangkan apgar skor pada menit ke-5 juga memiliki
makna prognostik untuk kelangsungan hidup bayi, karena kelangsungan hidup
berkaitan erat dengan kondisi bayi di ruang bersalin. Penilaian ini juga perlu
untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. 3,5
Tabel 2.1 APGAR SKOR
TANDA 0 1 2
Appearance Biru, pucat Tubuh merah, Merah seluruh
(warna kulit) Ekstremitas biru ektremitas biru tubuh
Pulse/hearth rate Tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit
(denyutjantung)
Grimace Tidak ada Menyeringai Batuk, bersin,
(reflek) menangis
Activity Lemas Fleksi ekstremitas Gerakan aktif,
(tonus otot) lemah fleksi ekstremitas
Respiration Tidak ada Tidak teratur, Tangis kuat,
(pernafasan) dangkal Teratur
9
resistensi jalan nafas pada saat melewati esofagus. Apabila neonatus tidak
bernafas atau pernafasannya tidak efektif, pemasangan pipa endotrakea diperlukan
sebelum dilakukan ventilasi paru. Hasil analisa gas darah seringkali abnormal
(PaO2 < 20 mmHg, PaCO2> 60 mmHg, pH 7,15). Apabila pH dan defisit basa
tidak berubah atau memburuk, diperlukan pemasangan kateter arteri umbilikalis
dan jika perlu dapat diberikan natrium bikarbonat.
10
lahir sampai tali pusat telah diklem dan dipotong kemudian jika perlu
lakukan tindakan resusitasi.Pada prinsipnya penggunaan kain ini
ditujukan agar bayi kering dan hangat dan boleh diletakkan diatas
perut ibu atau didekat perineum ibu.
Kain 2
Fungsi kain kedua adalah untuk menyelimuti/membungkus bayi
baru lahir agar tetap kering dan hangat, dan mengganti kain pertama
yang basah sesudah bayi dikeringkan. Kain ini diletakkan diatas
tempat resusitasi digelar menutupi permukaan yang rata.
Kain 3
Fungsi kain ketiga adalah untuk mengganjal bahu bayi agar
memudahkan dalam pengaturan posisi kepala bayi. Kain digulung
setebal kira-kira 3 cm dan bisa disesuaikan untuk mengatur posisi
kepala bayi agar sedikit tengadah. Kain ketiga diletakkan dibawah kain
kedua yang menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
b. Alat penghisap lendir, seperti kateter penghisap (ukuran 5 atau 6 Fr),
penghisap DeLee atau bola karet.
11
Gambar 2.3 Sungkup
f. Peralatan intubasi, yaitu laringoskop dengan daun lurus, ukuran 00 (sangat
prematur) 0 (prematur) dan 1 (cukup bulan) serta NGT nomor 8
12
Gambar 2.6 Infant Warmer
i. Sarung tangan
j. Jam atau pencatat waktu
13
Lakukan penilaian untuk menjawab pertanyaan pada kotak merah
muda. Jika semua pertanyaan dijawab YA, cukup dilakukan perawatan
rutin. Namun, bila didapatkan satu jawaban TIDAK, maka dalam
waktu ≤ 30 detik lakukan langkah awal resusitasi, yaitu:
Berikan kehangatan dengan menempatkan bayi di bawah pemancar
panas.
Posisikan kepala bayi sedikit tengadah agar jalan napas terbuka
(lihat gambar), kemudian jika perlu bersihkan jalan napas dengan
melakukan pengisapan pada mulut hingga orofaring kemudian
hidung.
Keringkan bayi dan rangsang taktil, kemudian reposisi kepala agar sedikit
tengadah.
14
Langkah :
1. Posisikan kepala bayi setengah mengadah
2. Pilih ukuran sungkup yang sesuai, pasang sungkup menutupi muka
dan hidung, tidak menekan mata dan mengganggu dagu
3. Tekan sungkup dengan jari tangan.
4. VTP diberikan selama 30 detik dengan kecepatan 40-60 x/menit
5. Pastikan dada bayi bergeak naik-turun, simetris dan tidak terlalu
tinggi
6. Lakukan penilaian VTP setelah 30 detik
7. Intubasi endotraktea diperlukan jika bayi tidak berespon terhadap
VTP dengan balon dan sungkup. Lanjutkan VTP dan siapkan
pemindahan bayi ke NICU
15
2 jari (telunjuk dan jari tengah). Lokasinya di sternum, proximal dari
prosesus xiphoideus. Kompresi dilakukan sedalam 1/3 tebal antero-
posterior dada.
Setelah 30detik, evaluasi respon. Jika denyut jantung >60 x/menit,
kompresi dapat dihentikan dan VTP dilanjutkan hingga denyut jantung
100x/menit dan bunyi nafas efektif.
16
7. Pemberian Obat
Obat-obatan yang digunakan yaitu epinefrin, volume expander,
natrium bikarbonat, nalokson.
1. Epinefrin
Epinefrin sangat penting penggunaannya dalam resusitasi, terutama
saat oksigenasi dengan ventilasi dan kompresi dada tidak mendapatkan
hasil yang memuaskan. Epinefrin dapat menyebabkan vasokontriksi
perifer, meningkatkan kontraktilitas jantung, dan meningkatkan frekuensi
jantung. Dosis yang digunakan 0.01-0.03 mg/kg yang dapat diberikan IV
atau dosis yang lebih tinggi 0.03 sampai 0.1 mg/kg melalui pipa
endotrakeal. Pemberian ini dapat diulang setiap 3-5 menit sekali.
2. Volume expanders
Pada neonatus yang membutuhkan resusitasi, harus dipikirkan
kemungkinan terjadinya hipovolemia terutama pada neonatus dengan
respons yang tidak adekuat terhadap resusitasi yang diberikan. Volume
expanders yang dapat digunakan Ringer Laktat 10ml/kg atau normal saline
10 ml/kg. Semuanya ini dapat diberikan secara intra vena selama 5-10
menit.
3. Naloxone hydrochloride
Merupakan antagonis opioid yang sebaiknya diberikan pada neonatus
dengan depresi nafas yang tidak responsif terhadap resusitasi ventilasi
yang sebelumnya lahir dari ibu dengan mendapatkan narkotik 4 jam
sebelum kelahiran. Dosis yang diberikan 0.1 mg/kg secara IV ataupun
melalui pipa endotrakeal. Dosis ini dapat diulangi setiap 5 menit apabila
dibutuhkan.
4. Dextrose
Glukosa darah sewaktu harus diperiksa setidaknya 30 menit setelah
lahir pada neonatus yang mengalami asfiksia, neonatus yang lahir dari ibu
dengan diabetes, atau prematur. Bolus dextrosa 10% diberikan dengan
dosis 1-2 ml/kg IV dan selanjutnya dapat diberikan dextrosa 10% dengan
laju 4-6ml/kg/menit (80-100ml/kg/hari)
17
2. Orang tua bayi perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk
menghentikan resusitasi.
18
Gambar 2.12 Algoritma Resusitasi Neonatus IDAI 2013
19
BAB 3
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21