Anda di halaman 1dari 21

Clinical Science Session

RESUSITASI NEONATUS

Oleh :

Mohammad Arraniri 1740312084


Rizki Trismimanda 1740312229

Pembimbing :

dr. Hj. Ermawati, Sp.OG ( K )

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG

2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keterampilan resusitasi neonatal sangat penting untuk semua penyedia
layanan kesehatan yang terlibat dalam persalinan bayi yang baru lahir. Transisi
dari janin ke bayi yang baru lahir membutuhkan intervensi oleh individu atau
timyang terampil di sekitar 10% dari seluruh persalinan. Resusitasi bayi
merupakan suatu prosedur atau tindakan yang dilakukan dalam upaya membantu
dan memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung bayi baru lahir. Diperkirakan
10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernapas pada saat lahir dan 1%
saja yang membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penilaian awal saat lahir harus
dilakukan pada semua bayi. Penilaian awal itu ialah: apakah bayi cukup bulan,
apakah ketuban jernih, apakah bayi menangis atau bernapas, dan apakah tonus
otot bayi baik. Jika keempat indikator tersebut terpenuhi, bayi dikeringkan dan
dipertahankan tetap hangat.1,2
Asfiksia perinatal dan prematuritas ekstrim adalah 2 komplikasi kehamilan
yang paling sering memerlukan resusitasi kompleks dengan tenaga terampil.
Namun, hanya 60% dari bayi yang baru lahir dengan asfiksia yang dapat
diprediksi ante partum. Sisanya neonatus tidak teridentifikasi sampai saat
kelahiran. Selain itu, sekitar 80% bayi berat lahir rendah memerlukan resusitasi
dan stabilisasi pada persalinan. Kebutuhan akan resusitasi dapat diantisipasi
dengan melihat faktor risiko, yaitu bayi yang dilahirkan dari ibu yang pernah
mengalami kematian janin atau neonatal, ibu dengan penyakit kronik, kehamilan
multipara, kelainan letak, preeklampsia, persalinan lama, prolaps tali pusat,
kelahiran prematur, ketuban pecah dini, cairan amnion tidak bening..1,3
Diperkirakan 136 milyar bayi lahir di seluruh dunia setiap tahunnya.
Kurang lebih 5-10% dari bayi yang lahir tersebut memerlukan rangsangan
sederhana untuk membantu mereka bernafas, 3-5% membutuhkan resusitasi dasar,
dan <1% memerlukan resusitasi lanjutan berupa kompresi dada atau obat-obatan.
Diperkirakan pula 814.000 bayi baru lahir meninggal setiap tahunnya di seluruh

2
dunia, dan salah satu penyebab kematian bayi tersebut adalah kegagalan respirasi
dan kegagalan sirkulasi pada saat bayi baru lahir.2,3
Kegagalan respirasi biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya pernafasan
untuk mendorong cairan untuk keluar dari alveoli, adanya benda asing yang
menghalangi jalan nafas dan kehilangan darah yang berlebihan atau kontraktilitas
jantung yang tidak baik atau bradikardi sehingga menyebabkan hipoksia dan
iskemia lalu menyebabkan hipotensi sistemik. Berkurangnya ventilasi dari paru
sehingga paru akan menghambat oksigenasi darah di arteri sistemik. Perfusi dan
oksigenasi ke organ bayi yang tidak adekuat dan terjadi terus menerus dapat
menyebabkan kerusakan pada otak dan organ lainnya dan kemudian menyebabkan
kematian.1,2
Berdasarkan hal tersebut, tindakan resusitasi dan persiapan alat dan bahan
perlu diketahui oleh penolong persalinan. Oleh karena itu, penulis akan membahas
mengenai resusitasi dan asfiksia pada laporan kasus di bawah ini. Pada beberapa
daerah dengan keterbatasan sumber daya manusia, tempat dan atau alat, teknik
resusitasi yang disampaikan berikut perlu disesuaikan dengan keadaan setempat.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan clinical science session ini antara lain sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di bagian


Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
di RSUP DR. M. Djamil Padang.
2. Menambah pengetahuan mengenai resusitasi bayi baru lahir dalam hal
definisi, tujuan, asfiksia, persiapan dan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah clinical science session ini meliputi:
1. Definisi resusitasi bayi baru lahir
2. Tujuan resusitasi bayi baru lahir
3. Asfiksia Bayi Baru Lahir
4. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
5. Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir

1.4 Metode Penulisan

Penulisan clinical science session ini menggunakan metode tinjauan


kepustakaan yang merujuk pada berbagai literatur dan kepustakaan yang ada.

3
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Resusitasi


Keterampilan resusitasi neonatal sangat penting untuk semua penyedia
layanan kesehatan yang terlibat dalam persalinan bayi yang baru lahir. Transisi
dari janin ke bayi yang baru lahir membutuhkan intervensi oleh individu atau tim
yang terampil pada sekitar 10% persalinan.
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi sistem
pernapasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu sedemikian
rupa agar kembali normal seperti semula. Resusitasi bayi baru lahir adalah usaha
dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung
yang cukup untuk disalurkan kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya yang
dilakukan pada bayi baru lahir. Hal yang mendasari dilaksanakannya resusitasi
pada bayi baru lahir adalah terjadinya asfiksia.2,3

2.2 Tujuan Resusitasi Bayi Baru Lahir


Resusitasi pada bayi baru lahir (BBL) bertujuan untuk memulihkan fungsi
pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya
tanpa gejala sisa di kemudian hari.3,4
Tujuan Resusitasi:3,4
1. Memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
2. Untuk oksigenasi darurat
3. Mempertahankan jalan nafas yang bersih
4. Membantu pernapasan
5. Membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan
6. Untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan O2

2.3 Asfiksia Bayi Baru Lahir


Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Masalah ini berkaitan dengan
keadaan ibu, bayi, dan tali pusat.
a. Keadaan ibu
 Preeklampsia dan eklampsia
 Perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta)
 Partus lama
 Demam selama persalinan

5
 Infeksi berat (malaria, sifilis, TB, HIV)
 Kehamilan post matur
b. Keadaan bayi
 Bayi prematur
 Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, forsep)
 Kelainan kongenital
 Air ketuban bercampur mekonium
c. Keadaan tali pusat
 Lilitan tali pusat
 Tali pusat pendek
 Simpul tali pusat
 Prolaps tali pusat

2.3 Mengenali Faktor Resiko Resusitasi Bayi Baru Lahir


Berbagai keadaan ibu dan janin selama kehamilan maupun persalinan
dapat menjadi faktor resiko resusitasi bayi baru lahir, sehingga harus cepat
dikenali untuk mengantisipasi masalah yang mungkin timbul.3

6
2.4 Penilaian Bayi Baru Lahir
Penilaian pada bayi baru lahir meliputi penilaian terhadap denyut jantung,
pernafasan, tonus otot, reflek, dan warna kulit. 3,4
a. Denyut Jantung
Normalnya denyut jantung pada BBL adalah 120-160 denyut/menit. Walaupun
banyak neonatus bertoleransi dengan denyut jantung diatas 220 denyut/menit
dengan sedikit pengaruh buruk, denyut jantung dibawah 100 denyut/menit sering
sulit ditoleransi sebab terjadi penurunan cardiac output dan perfusi jaringan.
Elektrokardiogram dan ekokardiogram dapat membantu mendiagnosa masalah
tersebut sebelum lahir.
b. Pernapasan
Bayi biasanya mulai bernapas 30 detik setelah lahir dan perlu bantuan bila
tidak bernafas setelah 90 detik. Beberapa menit setelah lahir, frekuensi napas
neonatus antara 30-60 kali/menit. Apneu dan bradipneu terjadi pada keadaan
asidosis berat, asfiksia, infeksi (meningitis, septikemia, pneumonia) dan
kerusakan CNS. Takipneu (>60 kali/menit) terjadi pada hipoksemia, hipovolemia,

7
asidosis (metabolik dan respiratorik), perdarahan CNS, kebocoran gas paru,
kelainan paru (hyalin membrane disease, sindrom aspirasi, infeksi), udem paru,
dan penggunaan obat-obatan oleh ibu (narkotik, alkohol, magnesium, barbiturat).
c. Tonus Otot
Sebagian besar neonatus, termasuk yang preterm akan aktif saat lahir dan
menggerakan semua ekstremitas sebagai respon terhadap rangsangan. Asfiksia,
penggunaan obat pada ibu, kerusakan CNS, amiotonia kongenital, dan miastenia
gravis akan menurunkan tonus otot. Fleksi kontraktur serta tidak adanya lipatan
sendi merupakan tanda kerusakan CNS yang terjadi di dalam rahim.
d. Reflek
Neonatus normal bergerak ketika salah satu ekstremitas digerakkan dan
meringis atau menangis ketika selang dimasukkan ke dalam hidungnya. Tidak
adanya respon terjadi pada bayi hipoksia, asidosis, penggunaan obat sedatif pada
ibu, trauma CNS dan penyakit otot kongenital.
e. Warna Kulit
Pada umumnya semua kulit neonatus berwarna biru keunguan sesaat setelah
lahir. Sekitar 60 detik, seluruh tubuhnya menjadi merah muda kecuali tangan dan
kaki yang tetap biru (sianosis sentral). Sianosis sentral diketahui dengan
memeriksa wajah, punggung dan membran mukosa. Jika sianosis sentral menetap
sampai lebih dari 90 detik perlu dipikirkan asfiksia, cardiac output rendah, udem
paru, methemoglobinemia, polisitemia, penyakit jantung kongenital, aritmia dan
kelainan paru (distres pernapasan, obstruksi jalan napas, hipoplastik paru, hernia
diafragmatika), terutama bila bayi tetap sianosis dibawah respirasi kendali dan
oksigen ysng mencukupi. Pucat menandakan penurunan cardiac output, anemia
berat, hipovolemia, hipotermia atau asidosis.

2.5 Penilaian APGAR


Apgar skor berguna untuk mengidentifikasi neonatus yang membutuhkan
resusitasi serta menilai efektivitas setiap tindakan resusitasi. Bayi yang mungkin
memerlukan resusitasi adalah bayi lahir dengan pernapasan tidak adekuat, tonus
otot kurang, ada mekonium di dalam cairan amnion atau lahir kurang bulan.
Dalam hal ini, dilakukan evaluasi kondisi bayi yang baru lahir pada menit
pertama dan kelima kehidupannya

8
Apgar skor pada menit pertama merefleksikan kondisi bayi pada saat lahir dan
berhubungan dengan kemampuannya untuk bertahan hidup. Apgar skor menit
pertama mencerminkan kebutuhan resusitasi segera. Apgar skor yang tidak
banyak meningkat dari menit pertama hingga menit ke 5 dikatakan meningkatkan
resiko kematian pada bayi. Sedangkan apgar skor pada menit ke-5 juga memiliki
makna prognostik untuk kelangsungan hidup bayi, karena kelangsungan hidup
berkaitan erat dengan kondisi bayi di ruang bersalin. Penilaian ini juga perlu
untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. 3,5
Tabel 2.1 APGAR SKOR

TANDA 0 1 2
Appearance Biru, pucat Tubuh merah, Merah seluruh
(warna kulit) Ekstremitas biru ektremitas biru tubuh
Pulse/hearth rate Tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit
(denyutjantung)
Grimace Tidak ada Menyeringai Batuk, bersin,
(reflek) menangis
Activity Lemas Fleksi ekstremitas Gerakan aktif,
(tonus otot) lemah fleksi ekstremitas
Respiration Tidak ada Tidak teratur, Tangis kuat,
(pernafasan) dangkal Teratur

Apgar skor ≥ 7 mempunyai prognosa yang paling baik karena dapat


beradaptasi baik di lingkungan barunya. Umumnya dapat dicapai pada 90%
neonatus. Dalam hal ini, diperlukan suction oral dan nasal, mengeringkan kulit,
dan menjaga temperatur tubuh tetap normal. Reevaluasi kondisi neonatus
dilakukan pada menit ke-5 pertama kehidupan.
Pada skor Apgar 4-6 (asfiksia ringan-sedang) neonatus akan merespon
terhadap rangsangan dan pemberian oksigen. Jika responnya lambat, maka dapat
diberikan ventilasi dengan pemberian oksigen 80-100% melalui bag and mask.
Pada menit ke-5 biasanya keadaannya akan membaik.
Sedangkan skor ≤ 3 (asfiksia berat) neonatus biasanya sianotik dan usaha
pernafasannya berat, tetapi biasanya berespon terhadap bag and mask ventilation
dan kulitnya menjadi merah muda. Apabila neonatus ini tidak bernafas spontan,
maka ventilasi paru dengan bag and mask akan menjadi sulit, karena terjadi

9
resistensi jalan nafas pada saat melewati esofagus. Apabila neonatus tidak
bernafas atau pernafasannya tidak efektif, pemasangan pipa endotrakea diperlukan
sebelum dilakukan ventilasi paru. Hasil analisa gas darah seringkali abnormal
(PaO2 < 20 mmHg, PaCO2> 60 mmHg, pH 7,15). Apabila pH dan defisit basa
tidak berubah atau memburuk, diperlukan pemasangan kateter arteri umbilikalis
dan jika perlu dapat diberikan natrium bikarbonat.

2.6 Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir


1. Persiapan Penolong
Tenaga kesehatan yang bertindak sebagai penolong persalinan harus memiliki
kompetensi dan siap untuk melakukan resusitasi tiap kali menolong persalinan.
2. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, penolong harus memberitahukan kepada
keluarga mengenai kemungkinan apa saja yang terjadi pada ibu dan bayi selama
dan setelah persalinan.
3. Persiapan tempat resusitasi
Tempat yang perlu disiapkkan adalah ruangan bersalin dan tempat resusitasi.
Ruangan harus hangat dan terang. Tempat resusitasi sebaiknya adalah tempat
datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat. Tempat resusitasi sebaiknya dekat
dengan pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka).
Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi. Untuk sumber pemancar
panas gunakan lampu 60 watt, nyalakan lampu menjelang persalinan.
4. Persiapan alat resusitasi
Alat yang diperlukan sebelum menolong persalinan adalah :
a. Kain 3 helai, digunakan untuk mengeringkan bayi, menyelimuti bayi dan
mengganjal bahu bayi. Kain yang digunakan sebaiknya kain bersih,
kering, hangat dan dapat menyerap cairan.
 Kain 1
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan bayi baru lahir
yang basah oleh air ketuban segera setelah lahir. Sebelum persalinan
disediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Bayi
dikeringkan di atas perut ibu apabila tali pusat panjang. Apabila tali
pusat pendek, bayi dapat diletakkan di depan perineum ibu setelah

10
lahir sampai tali pusat telah diklem dan dipotong kemudian jika perlu
lakukan tindakan resusitasi.Pada prinsipnya penggunaan kain ini
ditujukan agar bayi kering dan hangat dan boleh diletakkan diatas
perut ibu atau didekat perineum ibu.
 Kain 2
Fungsi kain kedua adalah untuk menyelimuti/membungkus bayi
baru lahir agar tetap kering dan hangat, dan mengganti kain pertama
yang basah sesudah bayi dikeringkan. Kain ini diletakkan diatas
tempat resusitasi digelar menutupi permukaan yang rata.
 Kain 3
Fungsi kain ketiga adalah untuk mengganjal bahu bayi agar
memudahkan dalam pengaturan posisi kepala bayi. Kain digulung
setebal kira-kira 3 cm dan bisa disesuaikan untuk mengatur posisi
kepala bayi agar sedikit tengadah. Kain ketiga diletakkan dibawah kain
kedua yang menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
b. Alat penghisap lendir, seperti kateter penghisap (ukuran 5 atau 6 Fr),
penghisap DeLee atau bola karet.

a. Balon karet b. Kateter/selang suction c. Penghisap de Lee


Gambar 2.1 Alat Penghisap Lendir
c. Balon resusitasi yang mampu memberi O2 90-100%

Gambar 2.2 Balon Resusitasi


d. Oksigen dengan pengukur aliran dan selang.
e. Sungkup dengan pinggiran bantalan ukuran bayi cukup bulan dan
prematur serta kanul nasal

11
Gambar 2.3 Sungkup
f. Peralatan intubasi, yaitu laringoskop dengan daun lurus, ukuran 00 (sangat
prematur) 0 (prematur) dan 1 (cukup bulan) serta NGT nomor 8

Gambar 2.4 Laringoskop dan ETT


g. Obat-obatan seperti epinefrin 1:1000 (0.1 mg/ml), dextrosa 10% dalam air
(250 ml), natrium bikarbonat 4.2% (5mEq/10ml), air steril, cairan seperti
NaCl 0.9% dan RL.

Gambar 2.5 Epinefrin 1:1000


h. Lampu penghangat, infant warmer atau inkubator

12
Gambar 2.6 Infant Warmer
i. Sarung tangan
j. Jam atau pencatat waktu

2.7 Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir


1. Sebelum persalinan dimulai
o Informasikan unit perinatologi mengenai adanya persalinan
resiko tinggi yang akan atau sedang berlangsung
o Siapkan dan cek fungsi semua alat
o Persiapan penolong, yaitu sebagai berikut :
- Memakai alat pelindung diri
- Lepaskan perhiasan
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
- Gunakan sarung tangan
2. Setelah persalinan
Pada saat bayi lahir, harus dilakukan penilaian sebagai berikut :
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih dan tidak terkontaminasi mekonium?
c. Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis?
d. Apakah tonus otot bayi baik?
Jika semua pertanyaan terjawab “ya” maka lakukan asuhan
persalinan normal, yaitu memberi kehangatan, membersihkan jalan
nafas, mengeringkan badan bayi, sambil menilai skor APGAR. Bila
salah satu jawaban adalah “tidak” maka lakukan langkah awal
resusitasi.

3. Langkah Awal Resusitasi

13
Lakukan penilaian untuk menjawab pertanyaan pada kotak merah
muda. Jika semua pertanyaan dijawab YA, cukup dilakukan perawatan
rutin. Namun, bila didapatkan satu jawaban TIDAK, maka dalam
waktu ≤ 30 detik lakukan langkah awal resusitasi, yaitu:
 Berikan kehangatan dengan menempatkan bayi di bawah pemancar
panas.
 Posisikan kepala bayi sedikit tengadah agar jalan napas terbuka
(lihat gambar), kemudian jika perlu bersihkan jalan napas dengan
melakukan pengisapan pada mulut hingga orofaring kemudian
hidung.
 Keringkan bayi dan rangsang taktil, kemudian reposisi kepala agar sedikit
tengadah.

Gambar 2.7 Reposisi Kepala

Jika ketuban tercampur mekonium diperlukan tindakan tambahan


dalam membersihkan jalan nafas. Setelah seluruh tubuh bayi lahir
lakukan penilaian apakah bayi bugar atau tidak. (Tidak bugar
ditandai dengan depresi pernafasan dan atau tonus otot kurang baik
atau frekuensi jantung < 100 x / menit).
 Jika bayi bugar tindakan pembersihan seperti langkah di atas. Jika
bayi tidak bugar lakukan pengisapan dari mulut dan trakea terlebih
dahulu.

4. Ventilasi Tekanan Positif (VTP) 7


VTP dilakukan jika terjadi salah satu keadaan berikut :
1. Apneu
2. Frekuensi jantung <100x/menit
3. Tetap sianosis sentral setelah kepala bayi diposisikan.

14
Langkah :
1. Posisikan kepala bayi setengah mengadah
2. Pilih ukuran sungkup yang sesuai, pasang sungkup menutupi muka
dan hidung, tidak menekan mata dan mengganggu dagu
3. Tekan sungkup dengan jari tangan.
4. VTP diberikan selama 30 detik dengan kecepatan 40-60 x/menit
5. Pastikan dada bayi bergeak naik-turun, simetris dan tidak terlalu
tinggi
6. Lakukan penilaian VTP setelah 30 detik
7. Intubasi endotraktea diperlukan jika bayi tidak berespon terhadap
VTP dengan balon dan sungkup. Lanjutkan VTP dan siapkan
pemindahan bayi ke NICU

Gambar 2.8 Pemasangan Sungkup

5. Kompresi Dada + VTP 7


Bila setelah tindakan VTP selama 30 detik, frekuensi jantung
masih <60x/menit, maka lakukan kompresi dada yang terkoordinasi
dengan vetilasi selama 3 detik. Kecepatannya adalah 3 kompresi : 1
ventilasi selama 2 detik. Kompresi dilakukan dengan dua ibu jari atau

15
2 jari (telunjuk dan jari tengah). Lokasinya di sternum, proximal dari
prosesus xiphoideus. Kompresi dilakukan sedalam 1/3 tebal antero-
posterior dada.
Setelah 30detik, evaluasi respon. Jika denyut jantung >60 x/menit,
kompresi dapat dihentikan dan VTP dilanjutkan hingga denyut jantung
100x/menit dan bunyi nafas efektif.

Gambar 2.9 Kompresi dada


6. Intubasi Endotrakeal7
Indikasi:
1. Menghisap mekonium dalam trakea bila didapatkan mekonium
dalam air ketuban dan bayi tidak bugar
2. Meningkatkan efektivitas ventilasi bila setelah beberapa menit
melakukan ventilasi balon dan sungkup tidak efektif
3. Membantu koordinasi kompresi dada dan ventilasi, serta untuk
memaksimalkan efisiensi pada setiap ventilasi
4. Memberikan obat epinefrin bila diperlukan untuk merangsang
jantung sambil menunggu akses intravena
5. Kelainan bawaan bedah, misalnya hernia diafragmatica
6. Bayi sangat kurang bulan, untuk ventilasi atau pemberian
surfactantd

Peralatan yang harus disiapkan, yaitu:


 Laringoskop dengan daun laringoskop no.00 dan no.0 untuk BKB
dan no.1 untuk BCB.
 Lampu cadangan dan baterai cadangan untuk laringoskop
 Pipa endotrakeal no. 2,5-, 3,0-, 3,5-, 4,0- mm diameter internal
 Stilet
 Gunting dan plester untuk fiksasi endotrakeal
 Kapas alcohol

16
7. Pemberian Obat
Obat-obatan yang digunakan yaitu epinefrin, volume expander,
natrium bikarbonat, nalokson.
1. Epinefrin
Epinefrin sangat penting penggunaannya dalam resusitasi, terutama
saat oksigenasi dengan ventilasi dan kompresi dada tidak mendapatkan
hasil yang memuaskan. Epinefrin dapat menyebabkan vasokontriksi
perifer, meningkatkan kontraktilitas jantung, dan meningkatkan frekuensi
jantung. Dosis yang digunakan 0.01-0.03 mg/kg yang dapat diberikan IV
atau dosis yang lebih tinggi 0.03 sampai 0.1 mg/kg melalui pipa
endotrakeal. Pemberian ini dapat diulang setiap 3-5 menit sekali.
2. Volume expanders
Pada neonatus yang membutuhkan resusitasi, harus dipikirkan
kemungkinan terjadinya hipovolemia terutama pada neonatus dengan
respons yang tidak adekuat terhadap resusitasi yang diberikan. Volume
expanders yang dapat digunakan Ringer Laktat 10ml/kg atau normal saline
10 ml/kg. Semuanya ini dapat diberikan secara intra vena selama 5-10
menit.
3. Naloxone hydrochloride
Merupakan antagonis opioid yang sebaiknya diberikan pada neonatus
dengan depresi nafas yang tidak responsif terhadap resusitasi ventilasi
yang sebelumnya lahir dari ibu dengan mendapatkan narkotik 4 jam
sebelum kelahiran. Dosis yang diberikan 0.1 mg/kg secara IV ataupun
melalui pipa endotrakeal. Dosis ini dapat diulangi setiap 5 menit apabila
dibutuhkan.
4. Dextrose
Glukosa darah sewaktu harus diperiksa setidaknya 30 menit setelah
lahir pada neonatus yang mengalami asfiksia, neonatus yang lahir dari ibu
dengan diabetes, atau prematur. Bolus dextrosa 10% diberikan dengan
dosis 1-2 ml/kg IV dan selanjutnya dapat diberikan dextrosa 10% dengan
laju 4-6ml/kg/menit (80-100ml/kg/hari)

2.8 Penghentian Resusitasi


1. Jika resusitasi sesuai prosedur diatas sudah dilakukan selama 10 menit,
bayi tidak bernafas dan jantung tidak berdenyut, pertimbangkan untuk
menghentikan resusitasi

17
2. Orang tua bayi perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk
menghentikan resusitasi.

2.9 Perawatan Lanjutan


1. Catat nilai APGAR pada menit 1 dan 5
2. Jika bayi memerlukan perawatan intensif, rujuk ke RS terdekat yang
memiliki fasilitas memadai.
3. Jika bayi dalam keaadaan stabil, pindahkan ke ruang neonatal. Pantau
tanda vital. Sirkulasi perfusi, status neurologi, jumlah urin serta
pemberian ASI. Bila pemberian minum ditunda, berikan glukosa10% IV.
Lakukan uji laboratorium seperti analisa gas darah, glukosa dan
hematokrit
4. Jika sudah tidak terdapat komplikasi selama 24 jam, bayi dirawat beserta
ibu.

18
Gambar 2.12 Algoritma Resusitasi Neonatus IDAI 2013

19
BAB 3
KESIMPULAN

Resusitasi bayi merupakan suatu prosedur atau tindakan yang dilakukan


dalam upaya membantu dan memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung bayi baru
lahir. Resusitasi bayi baru lahir adalah usaha dalam memberiksn ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk disalurkan
kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya yang dilakukan pada bayi baru
lahir. Hal yang mendasari dilaksanakannya resusitasi pada bayi baru lahir adalah
terjadinya asfiksia.

Sebelum persalinan, penting bagi medis untuk mengenali faktor resiko


resusitasi saat lahir dan setelah lahir nilai skor APGAR. Persiapan resusitasi
meliputi persiapan penlong, keluarga, tempat resusitasi dan persiapan alat
resusitasi. Prosedur resusitasi terdiri atas keringkan dan beri kehangatan kepada
bayi, reposisi kepala, lakukan pengisapan dari mulut dan trakea, ventilasi tekanan
positif, kompresi dada, intubasi endotrakeal dan pemberian obat-obatan jika
diperlukan.

Setelah resusitasi selesai, jika bayi memerlukan perawatan intensif, rujuk


bayi rumah sakit yang memiliki fasilitas rawatan intensif bayi baru lahir. Jika
sudah tidak terdapat komplikasi pada bayi selama 24 jam, bayi dirawat beserta
ibu.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Esensial, Pencegahan


dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Pelatihan Klinik- Kesehatan Reproduksi Republik Indonesia. 2008.
2. Wiswell MD,Thomas: Neonatal resuscitation. Respiratory Care. Vol 48 No
3;2003
3. IDAI, 2013. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. (level of evidence IV). Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 272-
276.
4. WHO. Buku Saku Kesehatan Anak Indonesia; 2013
5. Hidayat AA. Pengantar ilmu kesehatan anak; Asfiksia neonatorum. Jakarta:
Salemba Medika, 2008.h.128-129
6. Cunningham FG, Brahm U. Obstetri Williams; Neonatus. Ed.23. Jakarta:
EGC, 2012.h.616-13
7. American Heart Association. Buku Panduan Resusitasi Neonatus. Perinasia.
2007.
8. Wiradharma, dkk. Risiko Asfiksia Pada Ketuban Pecah Dini di RSUP
Sanglah. Sari Pediatri, Vol. 14, No. 5. 2013.

21

Anda mungkin juga menyukai

  • CHF CRS
    CHF CRS
    Dokumen36 halaman
    CHF CRS
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • Atresia Duodenum (Updated)
    Atresia Duodenum (Updated)
    Dokumen2 halaman
    Atresia Duodenum (Updated)
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • Tension Type Headache: Case Report Session
    Tension Type Headache: Case Report Session
    Dokumen25 halaman
    Tension Type Headache: Case Report Session
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • Gemelli FIX
    Gemelli FIX
    Dokumen30 halaman
    Gemelli FIX
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • 0 Gambaran Umum PONEK PDF
    0 Gambaran Umum PONEK PDF
    Dokumen62 halaman
    0 Gambaran Umum PONEK PDF
    MethaZettiara
    Belum ada peringkat
  • BST CTG
    BST CTG
    Dokumen26 halaman
    BST CTG
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • 217637867
    217637867
    Dokumen18 halaman
    217637867
    Suyono Alexa Adata
    Belum ada peringkat
  • Benda Asing Hidung
    Benda Asing Hidung
    Dokumen45 halaman
    Benda Asing Hidung
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen10 halaman
    Journal Reading
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • PK Resusitasi Neonatus
    PK Resusitasi Neonatus
    Dokumen29 halaman
    PK Resusitasi Neonatus
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • Cover Crs Usg
    Cover Crs Usg
    Dokumen1 halaman
    Cover Crs Usg
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • Crs Neo Zea Saki
    Crs Neo Zea Saki
    Dokumen46 halaman
    Crs Neo Zea Saki
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • PADANG-CRS Resusitasi Neonatus
    PADANG-CRS Resusitasi Neonatus
    Dokumen29 halaman
    PADANG-CRS Resusitasi Neonatus
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • Cover Crs Usg
    Cover Crs Usg
    Dokumen1 halaman
    Cover Crs Usg
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • BST CTG
    BST CTG
    Dokumen33 halaman
    BST CTG
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • Zea Peb
    Zea Peb
    Dokumen28 halaman
    Zea Peb
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • Cover CTG
    Cover CTG
    Dokumen3 halaman
    Cover CTG
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • JR Zea
    JR Zea
    Dokumen3 halaman
    JR Zea
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat
  • Pustaka Unpad Demam Rematik Akut
    Pustaka Unpad Demam Rematik Akut
    Dokumen15 halaman
    Pustaka Unpad Demam Rematik Akut
    knzt613
    Belum ada peringkat
  • Referat Zea
    Referat Zea
    Dokumen3 halaman
    Referat Zea
    Putri Zeahan Ramadhini Yedisman
    Belum ada peringkat