ISONIAZID
Dosis
Oral (bentuk injeksi dapat digunakan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan sedan oral
maupun karena masalah absorbsi)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 20 30 mg/kg (maksimal 900 mg)
2. Dewasa :
Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 300 mg/hari atau 900 mg dua kali seminggu selama
6-9 bulan pada pasien yang tidak menderita HIV (terapi 9 bulan optimal, terapi 6 bulan berkaitan
dengan penurunan biaya terapi) dan 9 bulan pada pasien yang Pengobatan infeksi TB aktif : Terapi
harian 5 mg/kg/hari diberikan setiap hari (dosis lazim : 300 mg/hari); 10 mg/kg/hari dalam 1 2
dosis terbagi pada pasien dengan penyakit yang telah menyebar. Dua kali seminggu DOT (directly
observed therapy) : 5 mg/kg (maksimal 900 mg); terapi 3 kali/minggu : 15 mg/kg (maksimal 900
mg)
Indikasi
Interaksi
Gangguan fungsi hati: pasien atau keluarganya diberitahu cara mengenal gejala gangguan fungsi
hati dan dinasehatkan untuk segera menghentikan obat dan memeriksakan diri bila timbul nausea
persisten, muntah-muntah, lesu atau ikterus. Interaksi dengan obat; Peggunaan bersamaan dengan
antikonvulsan, sedatif, neuroleptik, antikoagulan, narkotika, teofilin, prokainamid, kortikosteroid,
asetaminofen, aluminium hidroksida, disulfiram, ketokonazol, obat bersifat hepatotoksik dan
neurotoksik. Interaksi dengan makanan; tidak diberikan bersamaan dengan makanan, alkohol, keju
dan ikan.
Efek Samping
Efek samping yang dapat terjadi diantaranya neuritis perifer, neuritis optik, reaksi psikosis, kejang,
mual, muntah, kelelahan, gangguan pada lambung, gangguan penglihatan, demam, kemerahan
kulit, dan defisiensi vitamin B (pyridoxine). Efek samping yang berpotensi fatal adalah
hepatotoksisitas (gangguan dan kerusakan sel hati)
- Hati-hati penggunaan Isoniazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Pada
penderita gangguan fungsi ginjal dosis isoniazid perlu diturunkan.
- Hati-hati penggunaan isoniazid pada penderita dengan riwayat psikosis, penderita dengan
risiko neuropati (seperti diabetes melitus), alkoholisme, malnutrisi, dan penderita HIV.
- Perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum memulai terapi dan selama terapi perlu
dilakukan monitor fungsi hati secara berkala.
- Hati-hati penggunaan isoniazid pada ibu hamil dan ibu menyusui. Isoniazid diberikan bila
manfaat pengobatan lebih besar dari pada risiko bagi ibu dan bayi.
Farmakologi Obat
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro bersifat
tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh bakteri).
Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek
utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur
penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan
jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium. Isoniazid atau INH bekerja
dengan menghambat sintesa asam mikolinat yang merupakan unsur penting pembentukan dindis
sel mikobakterium tuberkulosis. Isoniazid aktif terhadap bakteri M. tuberculosis, M. bovis, dan
beberapa strain M. kansasii.
Sediaan:
Tablet 300 mg
2. RIFAMPISIN
Dosis
Tuberkulosis : DEWASA dalam dosis tunggal, BB <50kg adalah 450 mg, BB >50kg adalah 600mg
(pasien dengan gangguan fungsi hati tidak lebih dari 8mg/kgBB). ANAK: 10-20 mg/kgBB sebagai
dosis harian (dosis total tidak lebih dari 600 mg).
Lepra multibasiler: Rifampisin 600mg satu kali sebulan+dapson 100mg satu kali
sehari+klofazimin(Lamprene) 300mg satu kali sebulan+50mg satu kali sehari dengan durasi
pengobatan selama 2 tahun.
Lepra pausibasiller: Rifampisin 600mg satu kali sebulan+dapson 100mg (1-2 mg/kgBB) satu kali
sehari dengan durasi pengobatan 6 bulan.
Indikasi
lihat dosis. untuk pengobatan tuberkulosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
dalam kombinasi dengan obat antituberkulosis lain dan dalam kombinasi dengan obat antilepra
untuk pengobatan lepra dengan mengubah keadaan infeksi menjadi keadaan noninfeksi.
Interaksi
Interaksi obat: peggunaan dengan antasida, opiat, antikolinergik dan ketokonazol, berinteraksi
dengan kontrasepsi hormonal, obat antiretroviral (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors
dan protease inhibitors). Interaksi laboratorium: positif palsu dengan metode KIMS (Kinetic
Interaction of Microparticles in Solution).
Efek Samping
gangguan saluran cerna meliputi mual, muntah, anoreksia, diare; pada terapi intermiten dapat
terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi (napas pendek), kolaps dan syok, anemia hemolitik,
anemia, gagal ginjal akut, purpura trombo-sitopenia; gangguan fungsi hati, ikterus; flushing,
urtikaria, ruam; gangguan sistem saraf pusat meliputi sakit kepala, pusing, kebingungan, ataksia,
lemah otot, psikosis. Efek samping lain seperti udem, kelemahan otot, miopati, lekopenia,
eosinofilia, gangguan menstruasi; warna kemerahan pada urin, saliva dan cairan tubuh lainnya;
tromboplebitis pada pemberian per infus jangka panjang
Peringatan
kurangi dosis pada gangguan fungsi hati; lakukan pemeriksaan uji fungsi hati dan hitung sel darah
pada pengobatan jangka panjang; gangguan fungsi ginjal (jika dosis lebih dari 600 mg/hari) lihat
Lampiran 3; kehamilan dan menyusui lihat Lampiran 4 dan lampiran 5. Penting: pasien yang
menggunakan kontrasepsi oral dianjurkan untuk menggunakan metode tambahan; dapat
mengubah warna lensa kontak, menyebabkan warna kemerahan pada seluruh sekresi tubuh,
penderita diabetes melitus, flu syndrome, sesak napas, syok anafilaksis.
Farmakologi
3. PIRAZINAMID
Farmakologi
Pada pemberian oral pirazinamid mudah diserap dan tersebar luas ke seluruh jaringan tubuh. Kadar
puncak dalam serum tercapai dalam waktu kurang lebih 2 jam dan waktu paruh antara 10 16
jam. Pirazinamida mengalami hidrolisis dan hidroksilasi menjadi asam hidroksi pirazinoat yang
merupakan metabolit utamanya dan diekskresi melalui filtrasi glomerulus.
Indikasi
Dosis lazim adalah 20 30 mg/kg BB/hari dalam dosis tunggal atau terbagi, dengan dosis
maksimal 2 gram per hari.
Efek samping
Efek samping berupa artralgia, anoreksia, nausea, disuria, malaise dan demam.
Porfiria, hepatomegali dan splenomegali, jaundice, kerusakan sel hati, fatal hemolysis,
sideroblastik anemia, tukak lambung, trombositopenia, rash, urtikaria, pruritus, akne,
fotosensitivitas dan interstitial nefritis.
Hati-hati terhadap efek hepatotoksik, sebaiknya dilakukan pemantauan SGPT dan SGOT tiap 2
4 minggu selama pemberian obat pirazinamid.
Bila timbul gejala sedangkan terapi tidak dapat dihentikan, berikan probenesid 2 kali 0,5 g sehari.
Keamanan penggunaan pirazinamd pada anak-anak, wanita hamil dan ibu menyusui belum
terbukti. Penggunaan pirazinamid hanya bila manfaatnya lebih besar dari pada risikonya.
Interaksi obat
Sediaan
4. ETAMBUTOL
Indikasi
tuberkulosis dalam kombinasi dengan obat lain untuk pengobatan tuberkulosis yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis; pengobatan yang disebabkan oleh Mycobacterium avium
complex.
Peringatan
turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; lansia; kehamilan; ingatkan pasien untuk melaporkan
gangguan penglihatan.
Kontraindikasi
hipersensitivitas terhadap zat aktif atau zat rambahan obat, neuritis optik, gangguan visual; ANAK
di bawah 6 tahun (lihat keterangan di atas).
Efek Samping
neuritis optik, buta warna merah/hijau, neuritis perifer.
Dosis
Dosis Ethambutol
Baik penderita TBC dewasa maupun anak-anak, dosis ethambutol harus disesuaikan dengan berat
badan. Berikut ini dosis penggunaan ethambutol bagi penderita yang baru kali pertama terkena
TBC dan pernah terkena TBC sebelumnya.
Anak-anak 25 miligram per kilogram berat badan (mg/kg) tiap hari selama dua bulan pertama.
Selanjutnya dosis dikurangi menjadi 15 mg/kg.
TBC kambuh
Dewasa 25 miligram per kilogram berat badan (mg/kg) tiap hari selama dua bulan pertama.
Selanjutnya dosis dikurangi menjadi 15 mg/kg.
Anak-anak 25 miligram per kilogram berat badan (mg/kg) tiap hari selama dua bulan pertama.
Selanjutnya dosis dikurangi menjadi 15 mg/kg.
Interaksi obat
Berikut adalah interaksi ethambutol dengan obat-obat lain jika digunakan secara bersamaan :
Piridoksin HCl 6 mg
Farmakologi
Etambutol tidak menembus selaput otak yang sehat tetapi pada penderita meningitis tuberkulosa
dapat ditemukan kedar terapeutik dalam cairan serebrospinal.
Efek samping
- Efek samping yang perlu diperhatikan adalah toksisitas okular yang berhubungan dengan
dosis dan lamanya pengobatan.
Menurut laporan pada dosis 25 mg/kg BB/hari selama 2 bulan diikuti dengan 15 mg/kg BB/hari,
angka kejadian efek samping tersebut adalah 0,8%.
- Pada umumnya perubahan visual reversibel dalam beberapa minggu atau beberapa bulan,
tetapi jarang sampai lebih dari 1 tahun atau irreversibel.
Reaksi anafilaktoid, pruritus, dermatitis, anoreksia, nyeri abdomen, demam, nyeri sendi, gangguan
gastrointestinal (mual, muntah), malaise, sakit kepala, pusing, gelisah, disorientasi, halusinasi.
- Walaupun jarang ditemukan, dapat timbul mati rasa dan kesemutan pada ekstremitas yang
disebabkan oleh neuritis perifer.
5. AMBROXOL
Indikasi
Obat ini adalah agen mukolitik, diresepkan untuk berbagai penyakit pernapasan seperti emfisema
bronkitis pneumoconiosis, kondisi inflamasi paru kronis, tracheobronkhitis (saluran radang
pernafasan), bronkiektasis, bronkitis dengan bronkospasme asma.
Dosis
Dewasa: Dosis yang dianjurkan untuk diminum adalah 30-120 mg / hari dalam 2-3 dosis terbagi.
Dosis dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari, untuk pengobatan yang lama
Kontraindikasi
Kategori A: secara umum dapat diterima, telah melalui penelitian pada wanita-wanita
hamil, dan menunjukkan tidak ada bukti kerusakan janin
Kategori B. mungkin dapat diterima oleh wanita hamil, telah melalui penelitian pada
hewan coba namun belum ada bukti penelitian langsung pada manusia.
Kategori C: digunakan dengan hati-hati. Penelitian pada hewan coba menunjukkan risiko
dan belum ada penelitian langsung pada manusia
Kategori D: digunakan jika memang tidak ada obat lain yang dapat digunakan, dan dalam
kondisi mengancam jiwa.
Kategori X: jangan digunakan pada kehamilan.
Kategori NA: tidak ada informasi
Cara Pemakaian:
Efek Samping
Efek ringan gastrointestinal, pilek dan reaksi alergi sehingga menimbulkan ruam kemerahan, sesak
napas, mual, muntah, sembelit, kehilangan nafsu makan, gemetar, atau kelelahan mungkin terjadi.
Jika salah satu dari efek-efek ini menetap atau memburuk, beritahu dokter Anda segera
Ingatlah bahwa dokter telah memberikan resep obat ini karena dia telah menilai bahwa manfaat
kepada Anda lebih besar daripada risiko efek samping. Banyak orang menggunakan obat ini tidak
memiliki efek samping yang serius.
Interaksi obat
Kombinasi ambroksol dengan obat-obatan lain dimungkinkan, terutama yang berhubungan dengan
sediaan yang digunakan sebagai obat standar untuk sindroma bronkitis (glikosida jantung,
kortikosterid, bronkapasmolitik, diuretik dan antibiotik).
Sediaan
Farmakologi
Ambroxol adalah agen mukolitik. Nitrat oksida (NO) yang berlebihan dikaitkan dengan inflamasi
dan beberapa gangguan lain fungsi saluran udara. NO meningkatkan aktivasi larut guanylate
cyclase dan akumulasi cGMP. Ambroxol telah terbukti menghambat NO-dependent aktivasi larut
guanylate cyclase. Hal ini juga mungkin bahwa penghambatan aktivasi NO-dependent dari larut
guanylate cyclase dapat menekan sekresi lendir yang berlebihan, sehingga menurunkan viskositas
lendir dan meningkatkan transportasi mukosiliar sekresi bronkial.
Selain itu, kemungkinan juga berperan sebagai ekspektoran, dengan meningkatkan mucociliary
transport melalui stimulasi motilitas silia.
Ambroksol menstimulasi sintesis dan sekresi surfaktan paru (sebagai aktivator surfaktan).
.CURCUMA