Nama : Monica
Nim : 4520111063
Kelompok : 5
Modul : Konseling Tuberkulosis
Tutor : dr.Ika Azdah, Sp.OG
1. Isoniazid (INH)
Dosis
Tuberkulosis Aktif
Dewasa : 5 mg/kgBB per hari (4-6 mg/kgBB per hari),
Anak :10 mg/kgBB per hari (10-15 mg/kgBB per hari).
Untuk dewasa dengan BB 30-45 kg, dosis per hari 200 mg diberikan dalam dosis
tunggal.
Untuk pasien dengan BB >45 kg, dosis per hari 300 mg diberikan dalam dosis
tunggal.
Tuberkulosis Latent (Monoterapi) diberikan sedikitnya 6 bulan
Dewasa : 300 mg per hari.
Anak ; 10 mg/kgBB per hari (maks. 300 mg/hari). Tablet isoniazid 300 mg tidak
boleh diberikan untuk anak dengan BB
Interaksi:
Interaksi dengan obat ; Peggunaan bersamaan dengan antikonvulsan, sedatif,
neuroleptik,antikoagulan,narkotika,teofilin,prokainamid,kortikosteroid,asetamino
fen, aluminium hidroksida, disulfiram, ketokonazol, obat bersifat hepatotoksik
dan neurotoksik.Menghambat metabolisme dari obat antikonvulsan,
benzodiazepine, chlorzoxazone, disulfiram, atau teofilin.Meningkatkan
konsentrasi atau kadar dari warfarin, clofazimine, atau cycloserine.Menurunkan
penyerapan isoniazid jika digunakan dengan antasida yang
mengandung aluminium hidroksida.Meningkatkan risiko terjadinya neuropati
perifer jika digunakan dengan stavudine atau zalcitabine
Interaksi dengan makanan ; tidak diberikan bersamaan dengan makanan, alkohol,
keju dan ikan.
Peringatan/penyalahgunaan
gangguan fungsi hati (uji fungsi hati); gangguan fungsi ginjal; risiko efek samping
meningkat pada asetilator lambat; epilepsi; riwayat psikosis; alkoholisme;
hepatitis berat, hepatotoksik, penderita neuropati perifer, penderita HIV, wanita
hamil, menyusui dan post partum, pasien hipersensitif, diabetes mellitus,
intoleransi galaktosa, porfiria.
Jangan mengonsumsi isoniazid jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini.
Beri tahu dokter mengenai riwayat penyakit Anda, terutama jika pernah
atau sedang menderita penyakit hati, penyakit ginjal, neuropati perifer,
diabetes, HIV/AIDS, kejang, psikosis , atau kecanduan alkohol.
Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan
dengan isoniazid karena dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan
fungsi hati.
Beri tahu dokter jika Anda berencana untuk melakukan vaksinasi dengan
vaksin hidup, seperti vaksin kolera, selama menjalani pengobatan dengan
isoniazid. Hal ini karena obat ini dapat menurunkan efektivitas dari vaksin
yang diberikan.
Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lain,
termasuk suplemen dan produk herbal.
Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan
kehamilan.
2. Rifampicin
Obat ini adalah jenis antibiotik turunan dari rifamicin, sama seperti isoniazid.
Rifampicin bisa membunuh kuman yang tidak dapat dibunuh oleh obat
isoniazid.Rifampicin dapat membunuh bakteri bersifat setengah aktif yang
biasanya tidak bereaksi terhadap isoniazid. Obat ini bekerja dengan cara
mengganggu kerja enzim bakteri.
Beberapa efek samping yang mungkin dapat muncul akibat pengobatan TBC
dengan rifampicin adalah:
Namun, efek samping ini bersifat sementara. Rifampicin juga berisiko apabila
dikonsumsi ibu hamil karena meningkatkan peluang kelahiran dengan masalah
tulang belakang (spina bifida).
Dosis
Dewasa dalam dosis tunggal, BB <50kg adalah 450 mg, BB >50kg adalah 600mg
(pasien dengan gangguan fungsi hati tidak lebih dari 8mg/kgBB).
Anak : 10-20 mg/kgBB sebagai dosis harian (dosis total tidak lebih dari 600 mg).
Interaksi
Interaksi obat : peggunaan dengan antasida, opiat, antikolinergik dan
ketokonazol, berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal, obat antiretroviral (non-
nucleoside reverse transcriptase inhibitors dan protease inhibitors). Interaksi
laboratorium: positif palsu dengan metode KIMS (Kinetic Interaction of
Microparticles in Solution).
Peringatan/penyalahgunaan
kurangi dosis pada gangguan fungsi hati; lakukan pemeriksaan uji fungsi hati dan
hitung sel darah pada pengobatan jangka panjang; gangguan fungsi ginjal (jika
dosis lebih dari 600 mg/hari) pasien yang menggunakan kontrasepsi oral
dianjurkan untuk menggunakan metode tambahan; dapat mengubah warna lensa
kontak, menyebabkan warna kemerahan pada seluruh sekresi tubuh, penderita
diabetes melitus, flu syndrome, sesak napas, syok anafilaksis.
Jangan mengonsumsi rifampicin jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini.
Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menggunakan rifampicin,
karena dapat meningkatkan risiko penyakit liver.
Hati-hati mengonsumsi rifampicin bila Anda menggunakan lensa kontak,
karena lensa kontak Anda dapat berubah warna selama mengonsumsi
rifampicin.
Rifampicin dapat mengubah warna urine, tinja, air liur, dahak, dan keringat
menjadi oranye atau coklat kemerahan. Efek ini akan hilang setelah Anda
berhenti mengonsumsi rifampicin.
Rifampicin dapat menurunkan efektivitas vaksin yang menggunakan bakteri
hidup, seperti vaksin tifoid. Oleh sebab itu, jangan melakukan imunisasi
sebelum berkonsultasi dengan dokter.
Rifampicin dapat memengaruhi efektivitas pil KB. Selama menggunakan obat
ini, disarankan untuk menggunakan kontrasepsi jenis lain.
Rifampicin dapat memengaruhi hasil pemeriksaan medis. Oleh sebab itu, beri
tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan rifampicin sebelum menjalani
pemeriksaan medis.
3. Pyrazinamide
Efek samping yang khas dalam penggunaan obat TBC ini adalah peningkatan asam
urat dalam darah (hiperurisemia). Itu sebabnya penderita TB paru yang
diresepkan obat ini harus juga rutin mengontrol kadar asam uratnya.
Selain itu, kemungkinan efek samping lainnya adalah penderita juga akan
mengalami anoreksia, hepatotoksisitas, mual, dan muntah.
Dosis
15-30 mg/kg BB sekali sehari. Dosis maksimal sehari 3 g. Digunakan pada 2 bulan
pertama dari 6 bulan pengobatan. Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal
20-30 mg/kg BB tiga kali seminggu.
Interaksi:
Gangguan fungsi hati : pasien dan pengantarnya diberitahu cara mengenal gejala
gangguan fungsi hati dan dinasehatkan untuk segera menghentikan obat dan
memeriksakan diri bila timbul nausea persisten, muntah-muntah, lesu atau
ikterus. Penggunaan bersama dengan probenesid, allopurinol, ofloksasin dan
levofloksasin, obat hepatotoksik. Pirazinamid dapat mengganggu efek obat
antidiaberik oral, serta mengganggu tes untuk menentukan keton urin.
Peringatan/penyalahgunaan
gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, diabetes mellitus,pasien
hipersensitif terhadap etionamid, isoniazid, niasin, serta pirazinamid.
4. Etambutol
Gangguan penglihatan
Buta warna
Penyempitan jarak pandang
Sakit kepala
Mual dan muntah
Sakit perut
Dosis
Dewasa dan anak di atas 6 tahun, 15-25 mg/kgBB sebagai dosis tunggal.
Interaksi :
Peringatan :
turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; lansia; kehamilan; ingatkan pasien
untuk melaporkan gangguan penglihatan.
5. Streptomisin
Dosis
Dewasa : 15 mg/kgBB,1 kali sehari,atau 25-35 mg/kgBB, 1-3 kali seminggu.Dosis
maksimal 1,5 gram per kali pemberian
Anak : 20-40 mg/kgBB,1 kali sehari,atau 25-30 mg/kgBB,2-3 kali seminggu,Dosis
maksimal 1,5 gram per kali pemberian.
Interaksi
Berikut adalah efek interaksi obat yang dapat terjadi jika streptomycin digunakan
bersamaan dengan obat-obatan lain:
Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Streptomycin tidak
boleh diberikan kepada pasien yang alergi terhadap obat ini atau antibiotik
aminoglikosida lain, seperti tobramycin atau gentamicin.
Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit ginjal,
gangguan pendengaran, HIV/AIDS, dehidrasi, myasthenia gravis, luka bakar
yang cukup luas di kulit, fibrosis kistik, atau neuropati.
Beri tahu dokter jika Anda berencana melakukan vaksinasi dengan vaksin
hidup, seperti vaksin tifoid atau BCG, selama menjalani pengobatan dengan
streptomycin.
Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan streptomycin jika akan
menjalani tindakan operasi, termasuk operasi gigi.
Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, merencanakan kehamilan, atau
sedang menyusui.
Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lain,
termasuk suplemen, atau produk herbal.
Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat, efek samping yang
serius, atau overdosis setelah menggunakan streptomycin.
Kelima jenis obat TBC di atas biasa disebut obat primer atau obat lini pertama.
Dalam setiap tahapan pengobatan TBC, selanjutnya akan memberikan kombinasi
dari beberapa antituberkulosis. Kombinasi obat TBC dan dosisnya ditentukan dari
kondisi dan kategori pasien TBC sehingga bisa berbeda-beda.