• Pengobatan • Untuk
diberikan setiap membunuh sisa
hari kuman yang
• Untuk masih ada
menurunkan • Mencegah
jumlah kuman terjadinya ke
• Harus diberikan kambuhan
selama 2 bulan
Kategori 1 : 2(RHZE)/4(RH)3
Kategori 2: 2(RHZE)S/1(RHZE)/5(RH)3E3
OAT Kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) dosis sesuai BB pasien
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang sering disingkat dengan INH
Obat ini bersifat bakterisida, diberikan secara oral dan dapat menembus lesi TB
secara baik.
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Isoniazid kadar rendah mencegah perpanjangan rantai asam lemak yang sangat
panjang yang merupakan bentuk awal molekul asam mikolat.
Isoniazid juga menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak
yang terekstraksi oleh methanol dari mikobakterium.
Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral, kadar
puncak dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral.
Di hati, isoniazid mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini
dipengaruhi oleh faktor genetik yang secra bermakna mempengaruhi kadar obat
dalam plasma dan masa paruhnya.
Antara 75-95% isoniazid diekskresi melalu urin dalam waktu 24 jam dan hampir
seluruhnya dalam bentuk metabolit.
Ekskresi terutama dalam bentuk asetil isoniazid yang merupakan metabolit proses
asetilasi, dan asam isonikotinat yang merupakan metabolit proses hidrolisis.
Reaksi Hipersensitivitas : demam
Reaksi hematologik: agranulosis, eosinofilia, trombositopenia, dan anaemia.
Neuritis Perifer, paling banyak terjadi dengan dosis isoniazid 5 mg/KgBB/hari.
Bila diberikan dosis lebih tinggi, pada sekitar 10% sampai 20% pasiendapat
terjadi neuritis perifer.
Profilaksis dengan pemberian piridoksin mencegah terjadinya neuritis perifer.
Isoniazid juga dapat menimbulkan ikterus dan kerusakan hati yang fatal akibat
terjadinya nekrosis multilobular.
Efek samping lain yang terjadinya ialah mulut terasa kering, rasa tertekan pada ulu
hati, dan retensi urin.
Pemakaian Isoniazide bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan
meningkatnya konsentrasi obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko toksis.
Antikonvulsan seperti fenitoin dan karbamazepin adalah yang sangat terpengaruh oleh
isoniazid.
Isofluran, parasetamol dan Karbamazepin, menyebabkan hepatotoksisitas.
Antasida dan adsorben menurunkan absorpsi.
Sikloserin meningkatkan toksisitas pada SSP, menghambat metabolisme
karbamazepin, etosuksimid, diazepam, menaikkan kadar plasma teofilin.
Tablet : 50, 100, 300, dan 400mg
Sirup: 10mg/mL
Isoniazid biasanya diberikan dalam dosis tunggal per orang tiap hari. Dosis biasa 5
mg/KgBB, maksimum 300mg/hari.
Anak dibawah 4 tahun : 10 mg/KgBB/hari.
Rifampisin adalah salah satu anggota kelompok antibiotik makrosilik yang
disebut rifamisin. Kelompok zat ini dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Obat
ini larut dalam pelarut organik dan air yang PH nya asam.
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Rifampisin aktif terhadap sel yang sedang bertumbuh, Kerjanya menghambat DNA
dependent RNA polymerase dari mikobakteria dan mikroorganisme lain dengan
menekan awal terbentuknya rantai dalam sintesis RNA.
Setelah diserap saluran cerna, obat ini cepat diekskresi melalui empedu dan
kemudian mengalami sirkulasi enterohepatik.
Masa paruh eliminasi rifampisin bervariasi antara 1,5 sampai 5 jam dan akan
memanjang bila ada kelainan fungsi hepar.
Pada pasien asetilator lambat, masa paruh memendek bila rifampisin diberikan
bersama isoniazid.
Obat ini berdifusi baik ke berbagai jarngan termasuk cairan otak. Luasnya
distribusi ini tercermin dari warna merah pada urin.
Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
Sindrom saluran cerna berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang-kadang diare
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Terapi kombinasi tuberkulosis Hipersensitivitas terhadap etambutol
dengan obat lain, sesuai regimen
pengobatan jika diduga ada Anak <6 tahun
resistensi. Neuritis optik
Gangguan visual.
Bersifat bakteriostatik
Dengan menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap Isoniazid dan
streptomisin.
Mekanisme kerja
berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah, juga
menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.
Gangguan penglihatan
Berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu
setelah obat dihentikan.
Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko
kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
Garam Aluminium hidroksida antasida (dispepsia), dapat
mengurangi absorpsi etambutol.
Jika dieprlukan garam alumunium agar diberikan dengan jarak
beberapa jam (4 jam)
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Terapi tuberkulosis dalam Gangguan fungsi hati parah
kombinasi dengan anti Hipersensitivitas.
tuberkulosis lain.
Bersifat bakterisid
Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Mekanisme kerja
Berdasarkan pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase yang berasal dari basil
tuberkulosa.
Efek samping utama ialah
Hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan
khusus).
Nyeri sendi dan kadang- kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout,
hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan
asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi
kulit yang lain.
bereaksi dengan reagen Acetes dan Ketostix yang akan
memberikan warna ungu muda – sampai coklat.
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
Sebagai kombinasi
pada pengobatan TB
bersama isoniazid, Hipersensitifitas
Rifampisin, dan terhadap streptomisin
pirazinamid, sulfat atau
aminoglikosida
Penderita yang lainnya.
dikontra indikasi
dengan 2 atau lebih
obat kombinasi
tersebut.
Bersifat bakterisid
Dapat membunuh kuman yang sedang membelah.
Mekanisme kerja
berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA
ribosomal.
Efek samping utama:
Kerusakan N VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek
samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan
dan umur penderita.
Reaksi hipersensitivitas kadang terjadi
Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi)
Kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah
suntikan.
Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr
Interaksi dengan kolistin, siklosporin, sisplatin
menaikkan risiko nefrotoksisitas.
Kapreomisin, dan vankomisin menaikkan otot
oksisitas dan nefrotoksisitas.
Bifosfonat meningkatkan risiko hipokalsemia
Toksin botulinum meningkatkan hambatan
neuromuskuler.
Diuretika kuat meningkatkan risiko ototoksisitas,
meningkatkan efek relaksan otot yang non
depolarising, melawan efek parasimpatomimetik
dari neostigmen dan piridostigmin.
Kementrian Kesehatan RI Pusat Data Dan Informasi. 2018. Tuberkulosis. Didapat
dari: http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/18101500001/infodatin-
tuberkulosis-2018.html Diakses: 6 maret 2019
Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi
2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2007.