Anda di halaman 1dari 19

Farmakologi “A”

anti TBC
Disusun oleh :
Siti Nur Asiah 15330024
ANTI TBC
Tuberkulosis atau TB ( singkatan TBC sekarang telah
ditinggalkan ) paling sering menyerang paru-paru, 85% dari
seluruh kasus TB adalah TB paru, sisanya sekitar 15% menyerang
organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang, organ-organ dalam
seperti ginjal, usus, otak, dan lainnya.

Merupakan salah satu penyakit tertua yang diketahui


menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang peka
terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi
tuberkulosis akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun
pertama pada lebih dari setengah kasus.
PengobatanTuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya
6 bulan pengobatandan selanjutnya dievaluasioleh dokter apakahperlu
dilanjutkanatau berhenti, karenapengobatan yang cukup lama seringkali
membuatpasienputusberobat ataumenjalankanpengobatansecaratidak
teratur

kedua hal ini ini fatal akibatnyayaitu pengobatan tidakberhasil dan


kumanmenjadikebal yang disebut MDR ( multi drugs resistance ) kasus ini
memerlukanbiaya berlipatdan lebih sulit dalampengobatannyasehingga
diharapkanpasien disiplindalamberobat setiap waktudemi pengentasan
tuberkulosis di Indonesia

Penyakit TB ditularkandari orang ke orang, terutama melalui


salurannapasdenganmenghisapatau menelantetes-tetesludah/dahak
(droplet infection) yang mengandungbasil dandibatukkanoleh penderitaTB
terbuka. Ataujuga karenaadanya kontak antara tetes ludah/dahak
Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah penyakit akibat


infeksi kuman mycobacterium tuberculosis
sistemis sehingga dapat mengenai hampir
semua organ tubuh, dengan lokasi
terbanyak di paru yang biasanya
merupakan infeksi primer. Tuberkulosis
merupakan bakteri kronik dan ditandai
oleh pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi.
Gejala Tuberkulosis Paru :
1. Demam
Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas
4. Nyeri Dada
( bukan tifoid, malaria atau lainnya ) dan
terkadang disertai dengan badan yang berkeringat Terjadi bila infiltrasi radang sampai ke
di malam hari. Umumnya dimulai dengan demam pleura sehingga menimbulkan
subfebris seperti influenza, terkadang panas pleuritis
mencapai 40-410C. Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh penderita dan berat 5. Berat Badan Turun
ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk. Dikarenakan nafsu makan yang turun
drastis sehingga sangat
2. Batuk mempengaruhi laju pertambahan
Batuk lama lebih dari 30 hari yang disertai
berat badan.
ataupun tidak dengan dahak, bahkan bisa disertai
juga dengan darah. Batuk darah terjadi karena 6. Malaise ( Badan Lemah )
adanya iritasi pada bronkus, pada keadaan lanjut Penyakit tuberkulosis paru adalah
disebabkan karena terdapat pembuluh darah yang penyakit radang yang bersifat
pecah dan merupakan tanda adanya ekskavasi dan menahun, nyeri pada otot dan
ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas. keringat dimalam hari. Gejala-gejala
Kematian dapat terjadi karena penyumbatan tersebut makin lama makin berat dan
bekuan darah pada saluran nafas. terjadi hilang timbul secara tidak
teratur dan berakibat menurunnya
3. Sesak Nafas kondisi kebugaran tubuh.
Sesak nafas ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut, dimana lnfiltrasinya sudah setengah bagian
paru
Obat Anti Tuberkulosis ( OAT )
dan Pengobatan OAT

Mekanisme kerja OAT pada umumnya terbagi atas :


1. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat
2. Aktivitas sterilisasi, terhadap the pesisters (bakteri
semidormant)
3. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai
aktivitas bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
Dalam pengobatan OAT dikelompokkan dalam 2
jenis yaitu obat-obat primer dan obat-obat sekunder.
a. Obat Primer
Obat-obat ini paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi menimbulkan resistensi
dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Maka terapi selalu dilakukan dengan
kombinasi dari 3-4 obat, karena bakteri yang sekaligus kebal terhadap dua atau lebih jenis
obat sangatlah jarang terjadi. Paling sering banyak digunakan adalah kombinasi INH,
Rifampisin dan Pirazinamida.
Contoh :
1. INH (Isoniazid)
2. Rifampisin
3. Pirazinamida
4. Streptomisin
5. Etambutol

b. Obat Sekunder
Obat ini memiliki kegiatan yang lebih lemah dan bersifat lebih toksik, karena itu hanya
digunakan bila terdapat resistensi atau intoleransi terhadap obat primer, atau juga terdapat
infeksi MAI pada pasien HIV.

Contoh :
1. Kanamisin
2. Asam Aminosalisilat
3. Etionamid
4. Sikloserin
INH ( ISONIAZID )
1. Mekanisme kerja
Kerja obat ini adalah dengan menghambat enzim esensial yang penting untuk
sintesis asam mikolat dan dinding sel mikobakteri. INH dapat menghambat hampir
semua basil tuberkel, dan bersifat bakterisida terutama untuk basil tuberkel yang
tumbuh aktif.

2. Efek samping
Insiden dan berat ringannya efek non terapi INH berkaitan dengan dosis dan
lamanya pemberian. Reaksi alergi obat ini dapat berupa demam, kulit kemerahan,
dan hepatitis. Efek toksik ini meliputi neuritis perifer, insomnia, lesu, kedut otot,
retensi urin, dan bahkan konvulsi, serta episode psikosis. Kebanyakan efek ini dapat
diatasi dengan pemberian piridoksin yang besarnya sesuai dengan jumlah INH yang
diberikan

3. Indikasi
Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk tuberkulosis aktif, disebabkan
kuman yang peka dan untuk profilaksis orang beresiko tinggi mendapatkan infeksi.
Dapat digunakan tunggal atau bersama-sama dengan anti tuberkulosis lain.

4. Kontraindikasi. riwayat hipersensitifitas atau reaksi adversus, termasuk demam,


artritis, cedera hati, kerusakan hati akut, kehamilan.
RIFAMPISIN
1. Mekanisme kerja. Obat ini menghambat sintesis DNA bakteri
dengan mengikat β-subunit dari DNA dependent –RNA polimerase
sehingga menghambat peningkatan enzim tersebut ke DNA dan
menghambat transkripsi messenger RNA (mRNA).
2. Efek samping. Kurang dari 4% penderita mengalami efek samping,
seperti demam, kulit kemerahan, mual dan muntah, ikterus,
trombositopenia, dan nefritis. Gangguan hati yang terberat
terutama terjadi bila rifampisin diberikan secara tunggal atau
dikombinasikan dengan INH. Gangguan saluran cerna juga sering
terjadi, tidak enak di ulu hati, mual dan muntah, kolik, serta diare
yang kadang-kadang memerlukan penghentian obat.
3. Indikasi. Diindikasikan untuk obat anti tuberkulosis yang
dikombinasikan dengan anti tuberkulosis lain untuk terapi awal
maupun ulang.
4. Kontraindikasi. Sindrom syok, anemia hemolitik akut, dan
gangguan hati. penderita gangguan ginjal.
PIRAZINAMIDA
1. Mekanisme kerja. Merupakan pro-drug dan diubah menjadi
bentuk aktif (asam pyrazinoic) oleh enzim peroksidase
nicotinamidase dikenal sebagai pyrazinamidase (PncA). Asam
Pyrazinoic menghambat aksi sintetase asam lemak I (FAS I).
2. Efek samping. Obat ini bersifat hepatotoksik yang berkaitan
dengan dosis pemberian dan dapat menjadi serius. Obat ini sangat
efektif terhadap tuberkulosis bila digabungkan dengan INH, tetapi
dilaporkan lebih kurang 14% penderita akan mengalami gangguan
hati yang berat, serta kematian dapat terjadi karena timbulnya
nekrosis. Karena efek hepatotoksik, pemeriksaan uji hati perlu
dilakukan sebelum pemberian obat ini. Penggunaan pirazinamid
secara rutin menyebabkan hiperuresemia, biasanya asimtomatik.
Jika gejala penyakit gout timbul, dan pengobatan dengan
pirazinamid dibutuhkan, penderita sebaiknya juga mendapat
alopurinol/probenesid.
3. Indikasi. Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi
dengan anti tuberkulosis lain.
4. Kontraindikasi. Kontraindikasi terhadap gangguan fungsi hati
parah, porfiria, Hipersensitivitas.
STREPTOMISIN
1. Mekanisme kerja. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis
protein pada ribosom mikrobakterium dan bersifat bakterisid,
terutama terhadap basil tuberkel ekstraseluler, dosis harian yang
dianjurkan 15 mg\kg BB, sedangkan pengobatan untuk intermiten 3
kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur sampai
60 tahun dosisnya 0,75 gr\hari, sedangkan untuk umur sampai 60
tahun lebih dosisnya 0,50 gr\hari.
2. Efek samping. Sakit kepala atau lesu biasanya terjadi setelah
penyuntikan dan umumnya bersifat sementara. Reaksi
hipersensitivitas sering terjadi pada minggu pertama pengobatan dan
biasanya lebih ringan dibandingkan INH. Obat ini bersifat ototoksik
menimbulkan gangguan pendengaran dan keseimbangan dengan
gejala vertigo, mual, dan muntah. Selain itu, obat ini juga bersifat
nefrotoksik.
3. Indikasi. Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama isoniazid,
rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita yang
dikontraindikasi dengan 2 atau lebih obat kombinasi tersebut.
4. Kontraindikasi. Hipersensitivitas terhadap streptomisin sulfat atau
aminoglikosida lain.
ETAMBUTOL
1. Mekanisme kerja. Obat ini menghambat sintesis metabolisme sel
sehingga menyebabkan kematian sel. EMB menghambat aksi arabinosyl
(EmbB).
2. Efek samping. Etambutol jarang menimbulkan efek samping bila
diberikan dengan dosis harian biasa dan efek toksik minimal. Efek
nonterapi yang berat dan berkaitan dengan dosis, yaitu efek toksik di
okular. Gangguan di mata biasanya bersifat bilateral, yaitu berupa neuritis
optik dengan gejala penurunan ketajaman penglihatan, hilangnya
kemampuan membedakan warna merah dengan hijau, lapangan
pandangan mata menyempit, dan dapat terjadi skotoma perifer ataupun
sentral. Gangguan ini biasanya bersifat reversibel. Karena itu, sebelum
etambutol diberikan, uji ketajaman penglihatan dan uji buta warna
sebaiknya dilakukan.
3. Indikasi. Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis
dengan obat lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi.
Jika resiko resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Obat ini tidak
dianjurkan untuk anak-anak usia kurang 6 tahun, neuritis optik, gangguan
visual.
4. Kontraindikasi. Hipersensitivitas terhadap etambutol seperti neuritis
optik.
KANAMISIN
Termasukgolonganaminoglikosidadanbersifatbakteriosiddenganmenghambatsintesisprotein
mikroba. EfeknyaterhadapM. tuberculosishanyalah bersifatsupresif. Pada pemberianIM obatini
diserapdengancepatdansempurna, kanamisinsukarmasuk kedalamCBF. Metabolismenyadapat
diabaikan, ekskresinyamelalui ginjalkira-kira90% dandalam bentukutuh. Masa paruh obatini
sekitar2 Jam.

ASAM AMINOSALISILAT
Karena kurangdapatditerimapenderita, asamaminosalisilatsekarangsudah jarangdigunakan.
Obatinibersifatbakteriostatikyang bekerjasebagaiinhibitor kompetitifterhadapasamp-
aminobenzoat(PABA) dalam biosintesisfolat.

ETIONAMID
Analog strukturalisoniazid inidiperkirakanbekerjadenganmekanismeyang lain. Etionamidefektif
padapemberianper oral dandistribusikansecaraluaskeseluruhtubuh , termasukcairan
serebrospinalis. Metabolismenyahebat. Etionamiddenganmenghambatasetilasiisoniazid. Air
kemihadalah tempatekskresinyayang utama. Efeksampingyang membatasipenggunaannya
meliputiiritasilambung, hepatotoksisitas, neuropatiperiferdanneuritis optikus.

SIKLOSERIN
Obattuberkolostatikyang efektifper oral initampaknyamengantagonislangkah-langkahsintesis
dindingselbakteriyang melibatkanD-alanine. Distribusiseluruh tubuh termasukcairan
serebrospinalisbaik. Sikloserinmengalamimetabolisme, danobatinduksertametabolitnya
diekskresikanmelalui urine. Padainsufiensiginjalakanterjadiakumulasi obat. Efeksamping
melibatkangangguansaraf pusat, dapatmencetuskanaktivitaskejangepilepsi. Neuropatiperifer
jugamerupakansuatu masalah dengansikloserin.
Pengobatan OAT

Sebelum ditemukan kombinasi obat-obat yang dapat


memusnahkan penyebab penyakit, bentuk pengobatan terbatas pada
terapi simptomatis seperti mengurangi batuk dan menghilangkan
demam, istirahat total di sanatorium dan diet makanan bergizi yang
kaya lemak dan vitamin A.
Obat TB yang pertama kali ditemukan adalah streptomisin,
disusul kemudian dengan PAS dan INH. Sampai tahun 1970-an
kombinasi standar untuk pengobatan TB menggunakan ketiga obat di
atas. Sesudah tahun 1970 kombinasi standar untuk TB menjadi INH,
ethambutol dan rifampisin.

Dengan pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu


pasien bebas bermasyarakat seperti biasa karena tidak lagi
menularkan kuman TB. Basil TB terkenal sangat ulet dan sulit ditembus
zat kimia (obat) karena dinding sel bakteri mengandung banyak lemak
dan lilin (wax), sehingga pengobatan TB memerlukan periode waktu
yang cukup lama .
Tujuan pengobatan kombinasi :

• Mencegah resistensi
• Praktis karena dapat diberikan
sebagai dosis tunggal.
• Mengurangi efek samping.
Pengobatan tuberkulosis terbagi
menjadi dua fase yaitu :
1. Fase intensif (2-3 bulan)
• Tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif
membelah sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan
obat yang bersifat bakterisidal. Selama fase intensif yang
biasanya terdiri dari 4 obat, terjadi pengurangan jumlah
kuman disertai perbaikan klinis.

2. Fase lanjutan (4-7 bulan).


• Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam
waktu yang lebih panjang. Penggunaan 4 obat selama fase
awal dan 2 obat selama fase lanjutan akan mengurangi resiko
terjadinya resistensi selektif.
Perbedaan Infeksi TB Pasif dan Aktif


Kesimpulan
Tuberkulosis ( TB ) merupakan penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini paling sering
menyerang paru-paru kemudian organ tubuh lain mulai dari kulit,
tulang, organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak, dan lainnya.
Ketika seorang pasien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet bakteri dan jatuh ke tanah, lantai,
atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara
yang panas, droplet bakteri tadi menguap. Menguapnya droplet ke
udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri
tuberkulosis yang terkandung dalam droplet terbang ke udara. Apabila
bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi
terkena infeksi bakteri tuberkulosis. Pengobatan terapi kombinasi
obat-obatan Isoniazida-Rifampisin-Pirazinamida saat ini diyakini
sebagai OAT pilihan pertama yang efektif dalam penyembuhan pasien
TB

Anda mungkin juga menyukai