Tahap Tahap
awal lanjutan
●
Pengobatan diberikan ●
Untuk membunuh
setiap hari sisa kuman yang
●
Untuk menurunkan
jumlah kuman
masih ada
●
Harus diberikan selama 2
●
Mencegah terjadinya
bulan ke kambuhan
OAT LINI
PERTAMA
PADUAN OAT DI INDONESIA
Kategori 1 : 2(RHZE)/4(RH)3
Kategori 2: 2(RHZE)S/1(RHZE)/5(RH)3E3
OAT Kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk obat kombinasi dosis
tetap (OAT-KDT) dosis sesuai BB pasien
DOSIS OAT PASIEN DEWASA
DOSIS OAT KDT KATEGORI 1
2(HRZE)/4(HR)3
DOSIS OAT KDT KATEGORI 2
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
ISONIAZID (H)
ISONIAZID
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang sering disingkat dengan INH
Obat ini bersifat bakterisida, diberikan secara oral dan dapat menembus lesi TB secara baik.
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Isoniazid kadar rendah mencegah perpanjangan rantai asam lemak yang sangat panjang yang
merupakan bentuk awal molekul asam mikolat.
Isoniazid juga menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang
terekstraksi oleh methanol dari mikobakterium.
FARMAKOKINETIK
Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral, kadar puncak dicapai
dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral.
Di hati, isoniazid mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini
dipengaruhi oleh faktor genetik yang secra bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma
dan masa paruhnya.
Perbedaan kecepatan asetilasi ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan toksisitas isoniazid
bila obat ini diberikan setap hari.
FARMAKOKINETIK
Isoniazid mudah berdifusi kedalam sel dan semua cairan tubuh.
Antara 75-95% isoniazid diekskresi melalu urin dalam waktu 24 jam dan hampir seluruhnya
dalam bentuk metabolit.
Ekskresi terutama dalam bentuk asetil isoniazid yang merupakan metabolit proses asetilasi,
dan asam isonikotinat yang merupakan metabolit proses hidrolisis.
EFEK SAMPING
Reaksi Hipersensitivitas : demam
Reaksi hematologik: agranulosis, eosinofilia, trombositopenia, dan anaemia.
Neuritis Perifer, paling banyak terjadi dengan dosis isoniazid 5 mg/KgBB/hari. Bila
diberikan dosis lebih tinggi, pada sekitar 10% sampai 20% pasiendapat terjadi neuritis perifer.
Profilaksis dengan pemberian piridoksin mencegah terjadinya neuritis perifer.
EFEK SAMPING
Isoniazid juga dapat menimbulkan ikterus dan kerusakan hati yang fatal akibat terjadinya
nekrosis multilobular.
Efek samping lain yang terjadinya ialah mulut terasa kering, rasa tertekan pada ulu hati, dan
retensi urin.
INTERAKSI OBAT
Pemakaian Isoniazide bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan meningkatnya
konsentrasi obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko toksis.
Antikonvulsan seperti fenitoin dan karbamazepin adalah yang sangat terpengaruh oleh isoniazid.
Rifampisin aktif terhadap sel yang sedang bertumbuh, Kerjanya menghambat DNA dependent
RNA polymerase dari mikobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan awal
terbentuknya rantai dalam sintesis RNA.
FARMAKOKINETIK
Setelah diserap saluran cerna, obat ini cepat diekskresi melalui empedu dan kemudian
mengalami sirkulasi enterohepatik.
Masa paruh eliminasi rifampisin bervariasi antara 1,5 sampai 5 jam dan akan memanjang bila
ada kelainan fungsi hepar.
Pada pasien asetilator lambat, masa paruh memendek bila rifampisin diberikan bersama
isoniazid.
Obat ini berdifusi baik ke berbagai jarngan termasuk cairan otak. Luasnya distribusi ini
tercermin dari warna merah pada urin.
EFEK SAMPING
Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
Sindrom saluran cerna berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang
diare
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Terapi kombinasi tuberkulosis dengan obat Hipersensitivitas terhadap etambutol
lain, sesuai regimen pengobatan jika
diduga ada resistensi. Anak <6 tahun
Neuritis optik
Gangguan visual.
CARA KERJA
Bersifat bakteriostatik
Dengan menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin.
Mekanisme kerja
berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah, juga menghindarkan
terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.
EFEK SAMPING
Gangguan penglihatan
Berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat
dihentikan.
Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler
sulit untuk dideteksi
INTERAKSI OBAT
Garam Aluminium hidroksida antasida (dispepsia), dapat mengurangi
absorpsi etambutol.
Jika dieprlukan garam alumunium agar diberikan dengan jarak beberapa jam
(4 jam)
PIRAZINAMID (Z)
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Terapi tuberkulosis dalam Gangguan fungsi hati parah
kombinasi dengan anti tuberkulosis Hipersensitivitas.
lain.
CARA KERJA
Bersifat bakterisid
Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Mekanisme kerja
Berdasarkan pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase yang berasal dari basil tuberkulosa.
EFEK SAMPING
Efek samping utama ialah
Hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus).
Nyeri sendi dan kadang- kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini
kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-
kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
INTERAKSI OBAT
bereaksi dengan reagen Acetes dan Ketostix yang akan
memberikan warna ungu muda – sampai coklat.
STREPTOMISIN (S)
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Mekanisme kerja
berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.
EFEK SAMPING
Efek samping utama:
Kerusakan N VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping
tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita.
Reaksi hipersensitivitas kadang terjadi
Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi)
Kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan.
Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr
INTERAKSI OBAT
Interaksi dengan kolistin, siklosporin, sisplatin menaikkan
risiko nefrotoksisitas.
Kapreomisin, dan vankomisin menaikkan otot oksisitas
dan nefrotoksisitas.
Bifosfonat meningkatkan risiko hipokalsemia
Toksin botulinum meningkatkan hambatan
neuromuskuler.
Diuretika kuat meningkatkan risiko ototoksisitas,
meningkatkan efek relaksan otot yang non depolarising,
melawan efek parasimpatomimetik dari neostigmen dan
piridostigmin.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI Pusat Data Dan Informasi. 2018. Tuberkulosis. Didapat dari:
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/18101500001/infodatin-tuberkulosis-2018.htm
l
Diakses: 6 maret 2019
Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2007.