Anda di halaman 1dari 36

TBC PNEUMONIA

BATUK PILEK
APT MUH HUSNUL KHULUQ,M.FARM
TUBERKULOSIS (TBC)

adalah penyakit menular yang umumnya menyerang paru-paru, tetapi


juga dapat mempengaruhi bagian tubuh lainnya.

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.


TBC ditularkan dari orang ke orang melalui udara.

Ketika orang dengan TBC paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin,


atau bahkan berbicara, mereka melepaskan mikroorganisme ke udara.
Orang lain dapat menghirup bakteri ini dan menjadi terinfeksi.
dapat mencakup batuk yang berkepanjangan lebih
dari tiga minggu, batuk berdarah, demam, keringat
malam, kehilangan berat badan, dan kelelahan.

Diagnosis TBC biasanya melibatkan tes kulit, tes


GEJALA TBC darah, serta pemeriksaan dahak dan radiografi dada.
DAN
DIAGNOSIS Pengobatan TBC memerlukan penggunaan
antibiotik selama jangka waktu yang lama, biasanya
selama 6 bulan atau lebih,

untuk memastikan semua bakteri terbunuh dan


mencegah resistensi obat.
Isoniazid (INH): Efektif dalam membunuh bakteri TBC yang aktif
dan digunakan sebagai bagian dari terapi preventif dan pengobatan
aktif.

Rifampisin (RIF): Antibiotik yang sangat efektif yang dapat


membunuh bakteri TBC dengan cepat.
OBAT LINI Pirazinamid (PZA): Berfungsi untuk membunuh bakteri TBC yang
PERTAMA berada di dalam sel-sel tubuh dimana kondisi lingkungan dapat
mencegah efektivitas antibiotik lain.
UNTUK
TUBERKULOSIS Etambutol (EMB): Digunakan untuk mencegah resistensi obat. Efektif
terhadap banyak bakteri TBC, tetapi biasanya digunakan bersamaan
(TBC) dengan obat-obat lain.

Streptomisin (SM): Antibiotik jenis aminoglikosida yang kadang


digunakan sebagai bagian dari pengobatan TBC, terutama jika ada
kontraindikasi atau resistensi terhadap obat-obat lain.
OBAT LINI KEDUA UNTUK TUBERKULOSIS (TBC)

digunakan ketika infeksi menunjukkan


resistensi terhadap obat-obat lini pertama atau
ketika pasien tidak dapat mentolerir obat lini
pertama karena efek samping.

Pengobatan dengan obat lini kedua


biasanya lebih lama dan bisa lebih
toksik dibandingkan dengan
pengobatan lini pertama.
Fluoroquinolones (FQs): Seperti Levofloxacin, Moxifloxacin, dan Ofloxacin.
Fluoroquinolones efektif melawan banyak bakteri, termasuk Mycobacterium
tuberculosis, dan sering digunakan sebagai tulang punggung pengobatan TBC resisten.

Injectable Second-Line Drugs (SLIDs): Seperti Amikacin, Kanamycin, dan


Capreomycin. Obat-obatan ini biasanya diberikan melalui injeksi dan digunakan dalam
OBAT TBC pengobatan TBC multiresisten.

LINI KEDUA Etionamid dan Prothionamid: Dua obat yang serupa dan digunakan sebagai bagian dari
regimen pengobatan untuk TBC resisten.

Cycloserine dan Terizidone: Digunakan ketika pengobatan dengan obat lain tidak
efektif atau tidak dapat ditolerir.

P-aminosalicylic acid (PAS): Salah satu obat lama yang masih digunakan untuk
pengobatan TBC multiresisten.
PENGOBATAN FASE INTENSIF

: Fase awal pengobatan ini bertujuan untuk membunuh bakteri


TBC yang aktif secara cepat dan mengurangi kemungkinan
penularan.

Dalam fase ini, pasien biasanya diberikan kombinasi empat


obat lini pertama: Isoniazid (INH), Rifampisin (RIF),
Pirazinamid (PZA), dan Etambutol (EMB).

Fase intensif biasanya berlangsung selama 2 bulan, tetapi


durasi bisa berbeda tergantung pada jenis TBC (misalnya, TBC
resisten obat) dan respons pasien terhadap pengobatan.
FASE LANJUTAN (ATAU FASE KONTINUASI):

Setelah fase intensif, pengobatan dilanjutkan dengan fase lanjutan untuk


memastikan bahwa semua bakteri TBC, termasuk yang mungkin tumbuh
lebih lambat atau berada dalam keadaan semidormant, dibunuh.

Dalam fase ini, jumlah obat yang digunakan biasanya berkurang.


Untuk TBC yang tidak resisten terhadap obat, pengobatan lanjutan
terdiri dari Isoniazid dan Rifampisin, yang diambil untuk durasi 4
bulan.

Tujuan dari fase ini adalah untuk mencegah kambuhnya penyakit


dengan membasmi sisa bakteri yang mungkin tersisa.
CARA MINUM OBAT TUBERKULOSIS (TBC)

Umumnya, obat TBC diambil sekali sehari dan sering


kali direkomendasikan untuk diminum dengan perut
kosong,

yaitu 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan,


untuk memaksimalkan penyerapan obat
CARA MINUM OBAT TBC

Isoniazid: Dianjurkan untuk diminum dengan perut kosong karena makanan


dapat mempengaruhi penyerapannya. Namun, jika mengalami gangguan
pencernaan, isoniazid dapat diminum bersama makanan kecil atau sesuai
anjuran dokter.

Rifampisin: Dapat mempengaruhi penyerapan beberapa jenis makanan,


sehingga biasanya dianjurkan untuk diminum dengan perut kosong.

Pirazinamid dan Etambutol: Petunjuk penggunaannya bisa beragam;


beberapa sumber merekomendasikan penggunaan dengan perut kosong,
sementara yang lain menyatakan bahwa mereka dapat diminum dengan
atau tanpa makanan
Gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare.

Urin, air mata, keringat, dan saliva yang berwarna merah atau
oranye, yang tidak berbahaya.

EFEK SAMPING Hepatotoksisitas (kerusakan hati), yang dapat mencakup


RIFAMPISIN peningkatan enzim hati pada tes darah, kuning pada kulit atau
mata (jaundice), dan, dalam kasus yang jarang, kegagalan hati.

Reaksi alergi, termasuk demam, ruam kulit, dan gatal.

Efek hematologis, seperti trombositopenia (penurunan jumlah


trombosit) dan anemia hemolitik.
Rifampisin adalah inducer kuat enzim sitokrom P450 dalam hati,
yang meningkatkan metabolisme obat lain yang dimetabolisme oleh
sistem enzim ini, termasuk banyak obat kontrasepsi hormonal seperti
pil KB, patch, dan cincin vagina.

Interaksi ini dapat mengurangi efektivitas obat kontrasepsi dan


INTERAKSI meningkatkan risiko kehamilan yang tidak direncanakan.
RIFAMPISIN
DENGAN OBAT Pasien yang menggunakan obat kontrasepsi hormonal dan perlu
KONTRASEPSI menjalani pengobatan dengan rifampisin biasanya disarankan untuk
beralih ke metode kontrasepsi non-hormonal
(KB)
atau tambahan (seperti kondom) selama pengobatan dengan
rifampisin dan selama satu bulan setelah pengobatan selesai, untuk
memastikan perlindungan yang efektif terhadap kehamilan.
EFEK SAMPING ISONIAZID

Hepatotoksisitas (Kerusakan Hati): Ini adalah efek samping yang paling serius
dan paling sering dikhawatirkan. Isoniazid dapat menyebabkan peningkatan
enzim hati dan, dalam kasus yang lebih jarang, hepatitis yang signifikan.

Neuropati Perifer: Kerusakan saraf yang menyebabkan kesemutan, rasa


terbakar, atau nyeri di tangan dan kaki. Ini disebabkan oleh pengaruh
isoniazid pada metabolisme vitamin B6 (piridoksin), yang diperlukan
untuk fungsi saraf yang sehat.

Untuk mencegah atau mengurangi risiko neuropati perifer, pasien sering


kali dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen vitamin B6 (piridoksin)
selama pengobatan dengan isoniazid
EFEK SAMPING ETAMBUTOL

Gangguan Penglihatan: Ini adalah efek samping yang paling signifikan dari etambutol, yang dapat
mencakup kaburnya penglihatan, pengurangan ketajaman visual, dan perubahan cara melihat
warna (terutama hijau dan merah). Efek samping ini biasanya reversibel setelah pengobatan
dihentikan, tetapi pasien disarankan untuk segera melaporkan perubahan penglihatan kepada
dokter.

Neuritis Optik: Meskipun jarang, etambutol dapat menyebabkan neuritis optik, kondisi yang lebih
serius yang mempengaruhi saraf optik dan dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan yang lebih
signifikan. Risiko ini meningkat dengan dosis yang lebih tinggi dan durasi pengobatan yang lebih
lama.
Kerusakan Pendengaran: Streptomisin dapat merusak sel-
sel sensorik di telinga dalam, yang bisa menyebabkan
gangguan pendengaran, mulai dari penurunan
kemampuan mendengar frekuensi tinggi hingga
kehilangan pendengaran yang lebih parah dan permanen.
EFEK SAMPING
STREPTOMISIN
:OTOTOKSISITA
S: Vertigo dan Gangguan Keseimbangan: Streptomisin bisa
mempengaruhi organ keseimbangan di telinga dalam,
menyebabkan vertigo (pusing putar) atau gangguan
keseimbangan.
EFEK SAMPING STREPTOMISIN:
NEFROTOKSISITAS

(Kerusakan Ginjal):Penggunaan streptomisin


bisa menyebabkan kerusakan ginjal, yang
umumnya reversibel setelah pengobatan
dihentikan.

Nefrotoksisitas lebih mungkin terjadi


pada pasien dengan fungsi ginjal yang
sudah terganggu atau yang menerima
dosis tinggi streptomisin
EFEK SAMPING PIRAZINAMID

Myalgia (Nyeri Otot): Pirazinamid kadang-kadang bisa


menyebabkan nyeri otot yang signifikan.

Arthralgia (Nyeri Sendi): Nyeri sendi merupakan efek


samping lain yang mungkin terjadi, terutama pada dosis
tinggi.

Efek Hematologis: Termasuk trombositopenia (penurunan


jumlah trombosit darah)

Hiperurisemia dan Gout: Pirazinamid dapat meningkatkan


kadar asam urat dalam darah
PENDAMPINGAN MINUM OBAT TUBERKULOSIS

dikenal juga dengan istilah pengobatan pengawasan


langsung (Directly Observed Treatment, DOT), adalah
bagian penting dari strategi pengendalian TBC global.

Pendekatan ini memastikan bahwa pasien mengonsumsi


obatnya secara teratur dan tepat sesuai dengan regimen
pengobatan yang diresepkan

Meningkatkan Kepatuhan Pengobatan, Mengurangi


Risiko Resistensi Obat
BATUK

01 02 03
Batuk adalah reaksi Batuk bisa kering Batuk sering kali
refleks tubuh untuk (tidak menghasilkan menjadi gejala
membersihkan dahak) atau infeksi saluran
saluran pernapasan produktif pernapasan seperti
dari lendir, iritan, (menghasilkan flu, pilek, bronkitis,
atau benda asing. dahak/lendir). dan penyakit
lainnya.
adalah obat yang digunakan untuk meredakan batuk kering
dengan mengurangi dorongan untuk batuk. Obat ini bekerja
di pusat batuk di otak untuk menekan refleks batuk. Contoh
antitusif meliputi:

ANTITUSIF
Dextromethorphan (DM): Salah satu antitusif non-opioid
yang paling umum digunakan. Tersedia dalam berbagai
bentuk, seperti sirup, tablet, dan lozenges.

Codeine dan doveri: Antitusif opioid yang lebih kuat dan


biasanya digunakan untuk batuk kering yang lebih parah.
Obat-obat ini memerlukan resep dokter dan harus digunakan
dengan hati-hati karena potensi efek samping dan risiko
ketergantungan.
ANTIHISTAMIN

dapat membantu meredakan batuk kering yang disebabkan


oleh alergi dengan mengurangi pelepasan histamin, zat
kimia dalam tubuh yang berperan dalam reaksi alergi.

Diphenhydramine (Benadryl): Juga memiliki efek sedatif


yang dapat membantu tidur lebih nyenyak bagi orang
dengan batuk malam hari.

Loratadine (Claritin) dan Cetirizine (Zyrtec):


Antihistamin generasi kedua dengan efek sedatif lebih
rendah, cocok untuk penggunaan di siang hari.
Banyak antihistamin, terutama generasi
pertama seperti diphenhydramine
(Benadryl),CTM dapat menyebabkan
kantuk atau mengurangi kewaspadaan.

SELAMA Hindari mengemudi, mengoperasikan


MINUM mesin berat, atau melakukan aktivitas
yang memerlukan konsentrasi penuh saat
HISTAMIN menggunakan antihistamin ini.

Antihistamin generasi kedua, seperti


loratadine (Claritin) dan cetirizine
(Zyrtec), umumnya memiliki efek sedatif
yang lebih rendah.
Mukolitik bekerja dengan melarutkan ikatan kimia dalam dahak,
membuatnya lebih cair sehingga lebih mudah dikeluarkan.

Obat-obatan ini efektif dalam mengatasi dahak yang kental dan


lengket, sering digunakan untuk kondisi seperti bronkitis kronis dan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
OBAT BATUK
BERDAHAK Acetylcysteine (NAC): Memecah mukus yang kental dalam saluran
pernapasan.

Carbocisteine: Mengurangi kekentalan mukus, memudahkan untuk


batuk dan mengeluarkannya.

Bromhexine (bisolvon) dan ambroxol: Membantu melarutkan dahak


sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.
OBAT BATUK BERDAHAK

Ekspektoran meningkatkan volume produksi cairan saluran pernapasan, yang membantu


melonggarkan dahak sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan saat batuk.

Ekspektoran digunakan untuk meredakan batuk berdahak dengan memudahkan


pengeluaran dahak dari saluran pernapasan.

Guaifenesin (juga dikenal sebagai guaiphenesin): Merupakan ekspektoran yang paling


umum, yang bekerja dengan meningkatkan output cairan dari kelenjar di saluran
pernapasan, sehingga melonggarkan dahak dan memudahkan pengeluarannya.

Saat menggunakan mukolitik atau ekspektoran, penting untuk minum banyak cairan.
Hidrasi yang baik bisa membantu melonggarkan mukus dan memudahkan
pengeluarannya.
PILEK

, juga dikenal sebagai rhinitis atau infeksi saluran pernapasan atas,


adalah kondisi yang disebabkan oleh virus, yang paling sering
adalah rhinovirus.

Pilek ditandai dengan gejala seperti hidung tersumbat atau


berair, bersin, sakit tenggorokan, ringan sakit kepala, dan
kadang-kadang demam ringan.

Pilek adalah penyakit yang sangat umum dan biasanya bersifat


ringan, dengan penderita dapat pulih dalam waktu satu hingga
dua minggu tanpa memerlukan pengobatan khusus.
OBAT HIDUNG TERSUMBAT

Obat dekongestan: Obat-obatan seperti pseudoephedrine atau phenylephrine dapat membantu


menyempitkan pembuluh darah di dalam hidung, mengurangi pembengkakan, dan memungkinkan
udara melewati lebih mudah.

Semprotan nasal: Semprotan nasal yang mengandung dekongestan seperti oksimetazolin atau
xylometazolin juga dapat membantu membuka saluran hidung. Namun, penting untuk tidak
menggunakannya terlalu sering karena penggunaan berlebih dapat menyebabkan reaksi semburan
kembali atau iritasi.
beberapa dekongestan dapat meningkatkan
tekanan darah atau tensi arteri. Obat-obatan
dekongestan, seperti pseudoephedrine dan
phenylephrine,

EFEK SAMPING Selain itu, bagi orang yang memiliki


tekanan darah normal, penggunaan
DEKONGESTAN dekongestan dalam jangka pendek dan
sesuai dosis biasanya tidak menjadi masalah
besar

penggunaan dekongestan seperti


pseudoephedrine dan phenylephrine juga
dapat menyebabkan efek samping seperti
jantung berdebar atau palpitasi (deg-degan).
adalah infeksi yang terjadi pada satu atau
kedua paru-paru, yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, atau patogen
lainnya.
PNEUMONIA

Ini menyebabkan kantong udara di paru-


paru (alveoli) menjadi meradang dan
terisi dengan cairan atau nanah, yang
dapat membuat bernapas menjadi sulit.
JENIS PNEUMONIA

Pneumonia Komunitas (CAP, Community-Acquired Pneumonia): Pneumonia yang didapat


di luar fasilitas kesehatan.

Pneumonia Nosokomial (HAP, Hospital-Acquired Pneumonia): Terjadi pada pasien


yang berada di rumah sakit, biasanya lebih serius karena resistensi terhadap antibiotik.

Pneumonia yang Berasosiasi dengan Ventilator (VAP, Ventilator-Associated


Pneumonia): Terjadi pada pasien yang mendapatkan bantuan pernapasan melalui
ventilator di rumah sakit.

Pneumonia yang Diperoleh dari Perawatan Kesehatan (HCAP, Healthcare-Associated


Pneumonia): Di antara HAP dan CAP, terjadi pada individu yang menerima perawatan
di fasilitas kesehatan atau yang sering berinteraksi dengan sistem kesehatan.
UNTUK PASIEN RAWAT JALAN PNEUMONIA CAP

Pasien dengan PSI I atau


II atau skor CURB-65 0
Makrolida: Doxycycline: sebagai
atau 1, tanpa risiko
Azithromycin atau alternatif jika Makrolida
tinggi terhadap Drug-
Clarithromycin. tidak cocok.
Resistant S.
pneumoniae:
Pasien dengan PSI III (skor CURB-65 2)
yang dirawat di rumah sakit tetapi tidak di
unit perawatan intensif (non-ICU):

UNTUK PASIEN
Beta-Lactam oral atau intravena (IV) seperti
RAWAT INAP high-dose Amoxicillin atau Amoxicillin-
PNEUMONIA clavulanate.

CAP
Jika ada risiko tinggi terhadap Drug-
Resistant S. pneumoniae, maka pengobatan
Beta-Lactam ditambah dengan
Azithromycin adalah pilihan yang disukai.
Pasien dengan PSI IV atau V (skor CURB-65 ≥3) yang dirawat di
ICU:

UNTUK PASIEN Beta-Lactam IV: Seperti Ceftriaxone, Cefotaxime, atau Ampicillin-


sulbactam.
RAWAT INAP
PNEUMONIA Fluoroquinolones Respiratori: Moxifloxacin, Levofloxacin, atau
Gemifloxacin sebagai alternatif, atau dikombinasikan dengan Beta-
CAP Lactam.

Untuk pasien yang berisiko terhadap Pseudomonas atau MRSA,


bagan tersebut menunjukkan untuk melihat Tabel 64-10, yang tidak
disertakan di sini, untuk panduan pengobatan yang lebih spesifik.
MDR DAN MRSA

MDR adalah singkatan dari "Multidrug Resistant," yang mengacu


pada mikroorganisme yang telah mengembangkan resistensi
terhadap beberapa kelas antibiotik.

MRSA adalah singkatan dari "Methicillin-Resistant


Staphylococcus Aureus," yang adalah jenis bakteri yang
telah mengembangkan resistensi terhadap beberapa
antibiotik termasuk methicillin dan antibiotik lainnya yang
umum digunakan untuk mengobati infeksi Staphylococcus
aureus.
FAKTOR RISIKO UNTUK PATOGEN MDR

Terapi antimikroba Perawatan di Penyakit atau


dalam 90 hari rumah sakit selama terapi
sebelumnya. 5 hari atau lebih. imunosupresif.
TERAPI EMPIRIS

adalah pengobatan yang dimulai sebelum penyebab pasti dari suatu kondisi
diketahui. Ini sering berdasarkan pengalaman klinis, gejala yang diamati, dan
pengetahuan tentang patogen yang mungkin.

Tujuannya adalah untuk memberikan perawatan segera, terutama dalam


situasi di mana penundaan pengobatan dapat menyebabkan komplikasi
atau hasil yang buruk, seperti pada kasus infeksi parah atau situasi darurat.

Terapi empiris untuk infeksi biasanya melibatkan penggunaan antibiotik


lebar spektrum yang kemudian dapat disesuaikan berdasarkan hasil tes
laboratorium dan budaya yang menunjukkan patogen spesifik dan profil
resistensi antibiotiknya.
EMPIRIC THERAPY FOR HOSPITAL-ACQUIRED PNEUMONIA, HEALTH CARE-ASSOCIATED PNEUMONIA, AND VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA IN PATIENTS WITH LATE-
ONSET INFECTION (>5 DAYS) OR RISK FACTORS FOR MULTIDRUG RESISTANT PATHOGENS".

Anda mungkin juga menyukai