Anda di halaman 1dari 8

Contoh Obat TBC beserta efek sampingnya:

1. Isoniazid 300 mg 10 Tablet

ISONIAZID merupakan obat golongan antibiotik yang digunakan untuk menangani


gejala tuberkulosis paru ataupun ekstra paru, dimana biasanya regimen Isoniazid
termasuk kedalam regimen penanganan Tuberkulosis (TBC) yang terdiri dari Rifampisin,
Izoniazid, Pirazinamid, dan Ethambutol. Obat ini bekerja dengan dengan menghambat
asam mikolat yang merupakan komponen penting dalam sel bakteri. Dalam penggunaan
obat ini harus SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER.

Aturan Pakai
Sebaiknya diberikan saat kondisi perut kosong: 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah
makan.

Kontra Indikasi
Hepatitis atau penyakit hati yang dinduksi oleh obat, epilepsi, gangguan ginjal.

Efek Samping
Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai dengan masing-masing
individu. Jika terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya, harap konsultasikan kepada
tenaga medis. Efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat adalah: Neuropati
perifer dan efek neurotoksik lainnya, mual, muntah.
2) Ethambutol 500 mg 10 Tablet

Deskripsi
ETHAMBUTOL 500 MG TABLET adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati
tuberkulosis (TBC), terutama bila diduga telah terjadi resistensi. Obat ini biasanya digunakan
secara kombinasi dengan obat TBC lainnya, seperti isoniazid, rifampicin, dan pyrazinamide.
Dalam penggunaan obat ini HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER.

Indikasi Umum
INFORMASI OBAT INI HANYA UNTUK KALANGAN MEDIS. Terapi penyakit
Tuberkulosis (TB) paru yang resistensi.
Aturan Pakai
Diberikan sesudah makan.

Kontra Indikasi
Neuritis optik. Anak usia kurang dari 13 tahun.

Perhatian
HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Kerusakan ginjal parah, gout, daya penglihatan
berkurang, laktasi. Kategori Kehamilan: Kategori C: Mungkin berisiko. Obat digunakan
dengan hati-hati apabila besarnya manfaat yang diperoleh melebihi besarnya risiko terhadap
janin. Penelitian pada hewan uji menunjukkan risiko terhadap janin dan belum terdapat
penelitian langsung terhadap wanita hamil.

Efek Samping
Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai dengan masing-masing
individu. Jika terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya, harap konsultasikan kepada
tenaga medis. Efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat adalah: Neuritis
retrobulbar dengan penurunan daya penglihatan, skotoma sentral, buta warna hijau - merah.
Ruam alergi. Gangguan gastrointestinal. Jarang, ikterus dan neuritis perifer. Gangguan
susunan saraf pusat. Hiperurisemia
3) Pyrazinamide 500 mg 10 Tablet

Deskripsi
PYRAZINAMIDE 500 MG TABLET adalah obat antibiotik yang digunakan pada terapi
tuberkulosis. Antibakteri yang bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri
Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Dalam penggunaan obat ini HARUS SESUAI
PETUNJUK DOKTER.

Indikasi Umum
Informasi obat ini hanya untuk kalangan medis. TB paru dan TB luar paru

Aturan Pakai
Sebaiknya diberikan bersama dengan makanan

Kontra Indikasi
hipersensitif, Sedang mengalami hiperurisemia (asam urat tinggi) atau gout, Sedang
mengalami porfiria akut, Mengalami gangguan fungsi hati yang parah.

Perhatian
HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Gangguan fungsi ginjal dan pasien dengan riwayat
GOUT

Efek Samping
Hepatotoksik, hiperurisemia
4) Rifampicin 600 mg 10 Tablet

Deskripsi
RIFAMPICIN TABLET merupakan antibiotik spektrum luas untuk mengobati berbagai
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Obat ini sering diandalkan sebagai salah satu
komponen dari obat TBC (Tuberkulosis) karena efektifitasnya dalam membunuh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. RIFAMPICIN TABLET juga digunakan untuk mengatasi
penyakit kusta yang dikombinasikan dengan obat kusta lainnya. Dalam penggunaan obat ini
HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER.
Indikasi Umum
INFORMASI OBAT INI HANYA UNTUK KALANGAN MEDIS. Tuberkulosis, lepra
Aturan Pakai
Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan).

Kontra Indikasi
Penderita hipersensitif, penderita gangguan saluran empedu, serta selama kehamilan trimester
pertama.

Perhatian
HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Hindari melanjutkan terapi setelah pengakhiran
pengobatan jangka panjang dan penggunaan tidak teratur. Penyakit hati, alkoholisme,
porfiria, epilepsi, masa hamil dan menyusui. Bayi prematur dan bayi baru lahir.

Efek Samping
Warna merah pada urin. Gangguan saluran pencernaan, meningkatnya enzim pada hati,
hepatitis, penyakit kuning, leukopenia, eosinofilia, sindroma flu dengan komplikasi
trombositopenia, purpura, anemia hemolitikum, sesak nafas, seperti serangan asma, syok,
gagal ginjal. Pada kasus tertentu : gastritis erosif, dermatitis eksfoliatif, sindroma Lyell,
reaksi pemfigoid.
5) Streptomycin

Streptomycin adalah obat antibiotik untuk mengatasi tuberkulosis dan penyakit infeksi


bakteri lain, seperti tularemia, endokarditis bakteri, pes (plague), brucellosis,
meningitis, pneumonia, atau infeksi saluran kemih. 

Streptomycin bekerja dengan cara mengganggu pembentukan protein khusus yang


dibutuhkan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang, sehingga bakteri akhirnya mati.

Golongan Obat resep


Kategori Antibiotik aminoglikosida
Manfaat Mengobati infeksi bakteri, seperti tuberkulosis
Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin
manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar
Streptomycin untuk ibu
dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam
hamil dan menyusui
jiwa.Streptomycin dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang
menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa memberi tahu dokter.
Bentuk obat Suntik
Efek Samping dan Bahaya Streptomycin

Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah menggunakan streptomycin adalah:

 Mual
 Muntah
 Pusing
 Sakit perut
 Tidak nafsu makan
 Nyeri, iritasi, kemerahan di tempat suntikan
Obat anti tuberkulosis lini pertama

OAT lini pertama terdiri dari lima jenis antibiotik yang memiliki fungsi dan cara kerja yang
berbeda. Berikut penjelasannya. 

1. Isoniazid (H)

Isoniazid adalah antibiotik yang berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan bakteri


penyebab TBC. 

Isoniazid bekerja dengan menghambat biosintesis asam mikolik yang diperlukan untuk
membentuk dinding sel bakteri. Obat ini juga dapat mengganggu metabolisme sel bakteri.
Kombinasi keduanya menyebabkan bakteri TB tidak dapat tumbuh dan akhirnya mati. 

2. Rifampisin (R)

Rifampisin adalah antibiotik yang bekerja dengan membunuh bakteri. Hal tersebut dilakukan
dengan menargetkan dan menonaktifkan enzim bakteri yang disebut RNA-polimerase. Tanpa
keberadaan enzim ini, bakteri tidak dapat berkembang biak dan kemudian akan mati. 

3. Pirazinamid (Z)

Pirazinamid adalah antibiotik yang berfungsi untuk membunuh bakteri. Cara kerja obat
tuberkulosis ini belum diketahui secara pasti. 

Akan tetapi, pyrazinamide diduga bekerja dengan cara menyebabkan inaktivasi enzim yang
diperlukan untuk sintesis asam lemak pada bakteri, yaitu fatty acid synthase I (FAS I). Hal ini
kemudian menyebabkan kematian sel bakteri. 

4. Streptomisin (S)

Streptomisin adalah antibiotik yang bekerja dengan mengganggu fungsi ribosom sel bakteri.
Hal ini akan mencegah bakteri untuk tumbuh dan berkembang hingga akhirnya mati. 

5. Etambutol (E)

Etambutol adalah antibiotik yang bekerja dengan menghambat enzim yang terlibat dalam
pembentukan dinding sel bakteri. Akibatnya, metabolisme sel bakteri akan terhenti dan
berujung pada kematian. 

Obat anti tuberkulosis lini kedua

OAT lini kedua dibagi menjadi 4 grup , antara lain:

1. Antibiotik golongan florokuinolon, yang terdiri dari:

 Levofloksasin (Lfx)  
 Moksifloksasin (Mfx)  
 Gatifloksasin (Gfx)
2. OAT suntik, yang terdiri dari:

 Kanamisin (Km)  
 Amikasin (Am)
 Kapreomisin (Cm) 
 Streptomisin (S)

3. OAT minum, yang terdiri dari:

 Etionamid (Eto) atau Protionamid (Pto)


 Sikloserin (Cs) atau Terizidon (Trd)
 Clofazimin (Cfz)  
 Linezolid (Lzd

4. OAT baru, yang terdiri dari

 Bedaquiline (Bdq)  
 Delamanid (Dlm)
 Pretonamid (PA-824)

5. OAT tambahan, terdiri dari:

 Asam para aminosalisilat (PAS)  


 Imipenemsilastatin (Ipm)
 Meropenem (Mpm)
 Amoksilin clavulanat (Amx-Clv)
 Thioasetazon (T)
1. Isoniazid (H)

Isoniazid bersifat bakterisidal atau membunuh kuman. Obat ini memiliki efek samping
berupa neuropati perifer, psikosis toksis, gangguan fungsi hati hingga kejang.

2. Rifampisin (R)

Sama seperti isoniazid, rifampisin bersifat bakterisidal. Efek sampingnya berupa sindrom flu,
gangguan gastrointestinal (saluran cerna), urine berwarna merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, ruam kulit, sesak napas, dan anemia hemolitik.

3. Pirazinamid (Z)

Memiliki sifat bakterisidal, dengan efek samping berupa gangguan gastrointestinal,


gangguan fungsi hati, dan gout artritis.

4. Streptomisin (S)

Streptomisin memiliki sifat bakterisidal. Efek samping yang ditimbulkan obat ini berupa
nyeri di tempat suntikan, gangguan keseimbangan dan pendengaran, renjatan anafilaktik,
anemia, agranulositosis, serta trombositopeni.

5. Etambutol (E)

Etambutol bersifat bakteriostatik, artinya menghentikan pertumbuhan bakteri, bukan


membunuh bakteri. Efek samping etambutol adalah gangguan penglihatan,

Kombinasi obat TBC di atas harus menggunakan standar nasional berdasarkan rumus yang
direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) berikut ini:

 Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3


 Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3
 Kategori anak: 2(HRZ) / 4(HR) atau 2HRZA(S) / 4-10HR

Anda mungkin juga menyukai