Anda di halaman 1dari 23

FARMAKOLOGI

JENIS SERTA ANALISA OBAT PARU DAN INHALASI

KELOMPOK 6

Intan Fajriah ( 191063 )


Ita Julia ( 191064 )
Marline Elfyana Gultom ( 191067 )
Nadya Aulia Eka Putri ( 191070 )
Nesa Elva Julita ( 191071 )
Robin Rivaldi ( 191078 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA


PRODI D3 KEPERAWATAN
2019/2020
PARU-PARU

Paru-paru merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam menjalankan sistem
respirasi (pernapasan). Saat udara mencapai paru-paru, akan terjadi pertukaran antara oksigen
dari luar tubuh dengan karbon dioksida dari dalam darah.  Jika paru-paru mengalami gangguan,
maka proses ini pun akan ikut terganggu. Berikut ini adalah macam-macam penyakit yang dapat
menyerang paru-paru:

1. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh


bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini tidak hanya menyerang paru-paru, tapi
juga bisa menyebar ke bagian tubuh lain, seperti tulang, kelenjar getah bening, sistem
saraf pusat, dan ginjal. Bakteri TBC menyebar di udara melalui percikan dahak atau
cairan dari saluran pernapasan penderitanya, misalnya saat batuk atau bersin.

2. Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada percabangan saluran udara yang menuju
ke paru-paru atau bronkus. Salah satu penyebab yang paling sering adalah infeksi virus.
Virus penyebab bronkitis biasanya ditularkan dari penderita melalui percikan dahak yang
dikeluarkannya. Jika percikan dahak terhirup atau tertelan oleh orang lain, maka virus
akan menginfeksi saluran bronkus orang tersebut.
JENIS & ANALISA OBAT
PARU-PARu
1. Isoniazid (INH)

Isoniazid adalah obat yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis (TB). Tuberkulosis


merupakan infeksi bakteri yang menyerang paru dan terkadang bagian tubuh lainnya. Isoniazid
yang dikombinasikan dengan obat lain juga digunakan untuk mencegah infeksi TB pada orang
yang berisiko tinggi terinfeksi bakteri, yaitu:

 Orang yang memiliki hubungan dekat dengan orang yang memiliki TB aktif.
 Orang dengan hasil uji kulit tuberkulin positif.
 Penderita HIV.
 Penderita fibrosis paru.

Isoniazid bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab tuberkulosis.


Pengobatan umumnya berlangsung selama 6 bulan. Dokter mungkin akan memberikan resep
obat TB lainnya selama proses pengobatan tuberkulosis. Isoniazid dikenal sangat efektif dalam
mengobati TB. Namun terkadang, obat ini dapat mengakibatkan rusaknya saraf perifer
(neuropati perifer) yang menimbulkan gejala seperti kesemutan. Untuk mencegah hal itu, dokter
biasanya akan meresepkan suplemen piridoksin (vitamin B6) pada penderita yang berisiko tinggi
mengalami efek samping tersebut.
Merek dagang: Isoniazid, Pulna Forte, Erabutol Plus, Pro TB, Metham, TB Vit 6, Inha,
Pyravit, Rifanh, Rimcure Paed, Suprazid, Kapexodin, Rifastar, Bacbutinh, Meditam-6, Inadoxin
Forte, Pehadoxin Forte, INH CIBA, Rimstar 4-FDC, Inoxin, Rimactazid 450/300

1. Tentang Isoniazid
Golongan Antituberkulosis
Kategori Obat resep
Manfaat Mengobati dan mencegah tuberculosis
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek
Kehamilan dan samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita
menyusui hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan
melebihi besarnya risiko terhadap janin.Isoniazid diserap ke dalam ASI.
Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa
berkonsultasi dengan dokter.
Bentuk obat Tablet dan sirop
2. Peringatan:
 Jangan mengonsumsi isoniazid jika memiliki alergi terhadap obat ini.
 Beri tahu dokter apabila saat ini Anda sedang menjalani pengobatan dengan obat-obatan
lainnya, terutama paracetamol, obat maag antasida, carbamazepine, escitalopram,
fluoxetine, ketoconazole, phenytoin, dan asam valproat.
 Isoniazid dapat menyebabkan kerusakan hati yang bersifat fatal. Beri tahu dokter jika
pernah atau sedang menderita penyakit hati atau memiliki riwayat ketergantungan
alkohol.
 Harap berhati-hati dan beri tahu dokter jika pernah atau sedang menderita gangguan
kesehatan lainnya, seperti penyakit ginjal, diabetes, HIV, atau neuropati perifer yang
ditandai dengan kesemutan, serta rasa nyeri dan terbakar di jari tangan atau kaki.
 Hindari minum minuman beralkohol selama mengonsumsi isoniazid karena dapat
meningkatkan risiko penyakit liver.
 Hindari imunisasi atau vaksinasi ketika mengonsumsi isoniazid. Obat ini dapat
menyebabkan bakteri hidup dalam vaksin tidak bekerja secara efektif.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengonsumsi isoniazid, segera temui
dokter.
3. Dosis Isoniazid
Berikut adalah dosis isoniazid oral untuk mengobati tuberkolosis:
 Dewasa : 5 mg/kgBB hingga 300 mg per hari, sekali sehari. Bisa juga diberikan 15
mg/kgBB hingga 900 mg per hari, 2-3 kali per minggu.
 Anak-anak : 10-15 mg/kgBB hingga 300 mg per hari, sekali sehari. Bisa juga diberikan
20-40 mg, hingga 900 mg per hari, 2-3 kali per minggu.

4. Menggunakan Isoniazid dengan Benar
 Ikutilah anjuran dokter dan bacalah informasi yang tertera pada label kemasan obat
sebelum mengonsumsi isoniazid.
 Isoniazid sebaiknya dikonsumsi ketika perut dalam keadaan kosong, yaitu 1 jam sebelum
makan atau 2 jam setelah makan.
 Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Jika
isoniazid dikonsumsi secara harian, usahakan untuk selalu mengonsumsi isoniazid pada
jam yang sama setiap harinya. Jika isoniazid dikonsumsi secara mingguan, usahakan
untuk mengonsumsi isoniazid pada hari yang sama.
 Bagi pasien yang lupa mengonsumsi isoniazid, disarankan untuk segera melakukannya
begitu ingat, apabila jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika
sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
 Pengobatan tuberkulosis merupakan pengobatan jangka panjang, jadi habiskan obat yang
telah diberikan dokter dan kontrol kembali. Jangan berhenti menggunakan isoniazid
sebelum diminta oleh dokter untuk berhenti, meski gejala yang dirasakan sudah mereda.
Tindakan ini menyebabkan infeksi muncul kembali dan menjadi sulit untuk diobati.
 Lakukan pemeriksaan fungsi hati secara rutin selama menggunakan isoniazid, sehingga
dokter bisa mengetahui secara dini bila terjadi gangguan fungsi hati.

 Mengobati tuberkulosis tidak cukup dengan 1 jenis obat. Anda akan diberikan beberapa
kombinasi obat yang bisa tersedia secara terpisah atau sudah tercampur dalam 1 tablet.

 Dokter juga mungkin akan memberikan tambahan vitamin B6 selama menggunakan


isoniazid. Hal ini dilakukan untuk mencegah efek samping gangguan saraf perifer.
 Simpanlah isoniazid pada suhu ruangan dan di dalam wadah tertutup untuk menghindari
paparan sinar matahari, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

5. Interaksi Obat
Berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan isoniazid bersama
dengan obat-obatan lainnya:

 Menghambat metabolisme obat antikonvulsan, misalnya carmabazepine, phenytoin, dan


diazepam, serta teofilin, sehingga menimbulkan efek racun dari obat tersebut.
 Meningkatkan risiko perdarahan, jika dikonsumsi dengan warfarin.
 Mengurangi penyerapan isoniazid, jika digunakan dengan antasida yang
mengandung aluminium hidroksida.
 Meningkatkan risiko neuropati perifer, jika digunakan dengan stavudine.

6. Efek Samping Isoniazid

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan isoniazid adalah
gangguan fungsi hati, neuropati perifer, mual, muntah, sakit maag, nafsu makan hilang, pusing,
bicara cadel, refleks berlebih, kejang, anemia, trombositopenia, agranulositosis, memicu
timbulnya lupus. Jika Anda mengalami gejala efek samping yang berkepanjangan atau alergi,
segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan.

2. Rifampicin
Rifampicin atau rifampin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati
beberapa infeksi akibat bakteri. Obat ini bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri. Sejumlah infeksi yang dapat ditangani oleh rifampicin, di antaranya
adalah tuberkulosis (TBC) dan kusta. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah
meningitis akibat bakteri N. meningitidis dan infeksi bakteri H. influenza tipe B (Hib).

Merek dagang: Corifam, Kalrifam, Lanarif, Merimac, RIF, Rimactane, Rifampicin, Rifampin,


Rifamtibi, TB RIF

1. Tentang Rifampicin

Jenis obat Antibiotik


Golongan Obat resep
Manfaat Mengobati infeksi tuberculosis dan kusta, serta mencegah infeksi
bakteri N. meningitidis dan Hib
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori kehamilan Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya
dan menyusui efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol
pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya
manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Pada ibu menyusui, rifampicin dapat diserap ke dalam ASI dan


dicurigai dapat berisiko menimbulkan tumor pada anak. Obat ini
tidak boleh digunakan selama menyusui, diskusikan mengenai
risiko dan manfaatnya kepada dokter.
Bentuk obat Tablet, kapsul, sirop
2. Peringatan

 Hati-hati bagi penderita gangguan hati dan ginjal, serta porfiria dan kecanduan alkohol.
 Waspadai penggunaan obat ini bersama dengan obat antivirus ritonavir dan  darunavir
karena dapat meningkatkan risiko gangguan hati atau menurunkan efektivitas antivirus.
 Hindari penggunaan rifampicin bersama vaksinasi yang berasal dari bakteri yang
dilemahkan, seperti vaksin tifus.
 Rifampicin dapat merubah urine, tinja, air liur, dahak, dan keringat menjadi berwarna
oranye atau coklat kemerahan. Efek ini akan hilang bila penderita menghentikan
konsumsi.
 Rifampicin dapat mempengaruhi efektivitas pil KB, disarankan untuk menggunakan
kontrasepsi jenis lain.
 Terus konsumsi dan kontrol kembali kepada dokter sampai diperbolehkan untuk
menghentikan obat, walaupun keluhan sudah menghilang. Menghentikan pengobatan
tanpa sesuai anjuran dapat membuat bakteri terus tumbuh dan mengakibatkan infeksi
kembali.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengonsumsi rifampicin, segera temui
dokter.

3. Dosis Rifampicin

Berikut ini adalah dosis umum penggunaan rifampicin untuk beberapa kondisi :

Kondisi Dosis
Tuberkulosis Dewasa: 8-12 mg/kgBB per hari.
Anak-anak: 10-20 mg/kgBB per hari.
Dosis maksimum 600 mg per hari
Kusta Dewasa: 600 mg, satu kali sebulan, selama 6-12
bulan.
Anak-anak: 10 mg/kgBB per hari, untuk
pemberian 1 kali per bulan, selama 6-12 bulan.
Pencegahan infeksi Dewasa: 600 mg, 2 kali sehari, selama dua hari.
N. meningitides Anak-anak ≤ 1 bulan: 5 mg/kgBB, 2 kali sehari.
Anak-anak > 1 bulan: 10 mg/kgBB, 2 kali sehari
Pencegahan infeksi Hib Dewasa: 600 mg, 2 kali sehari, selama 4 hari.
Anak-anak > 1 bulan: 20 mg/kgBB per hari,
selama 4 hari, dosis maksimum 600 mg/hari.
Anak-anak ≤ 1 bulan: 10 mg/kgBB per hari,
selama 4 hari
Gangguan fungsi hati Dosis maksimal: 8 mg/kgBB per hari.

4. Mengonsumsi Rifampicin dengan Benar

 Gunakan rifampicin sesuai dengan anjuran dokter atau informasi yang tertera pada
kemasan. Obat ini sebaiknya dikonsumsi saat perut kosong, yaitu 1 jam sebelum makan
atau 2 jam setelah makan.

 Jika diresepkan rifampicin sirop, kocok terlebih dahulu sebelum diminum.

 Usahakan untuk mengonsumsi rifampicin pada waktu yang sama tiap harinya, agar
pengobatan efektif.

 Bagi Anda yang lupa mengonsumsi rifampicin, disarankan untuk segera melakukannya
begitu teringat, jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika
sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.

 Simpan obat ini di tempat yang bersuhu antara 15-30 derajat Celcius. Hindarkan dari
paparan cahaya atau panas yang berlebihan.

5. Interaksi Rifampicin dengan Obat Lain

Berikut ini adalah interaksi yang mungkin saja dapat terjadi jika menggunakan rifampicin
bersama dengan obat lain. Di antaranya adalah:
 Meningkatkan risiko kerusakan hati jika digunakan bersama dengan obat ritonavir
dan isoniazid.
 Mengurangi efektivitas phenytoin dan theophylline.
 Menurunkan efektivitas ketoconazole dan enalapril.
 Menurunkan efektivitas rifampicin jika digunakan bersama dengan antasida.

6. Kenali Efek Samping dan Bahaya Rifampicin

Sedangkan efek samping overdosis yang harus diwaspadai dan diperiksakan ke dokter apabila
terjadi adalah :

 Gangguan fungsi hati

 Ruam kulit

 Nyeri ulu hati

 Mual

 Muntah

 Nafsu makan turun

 Diare.

3. Ethambutol
Ethambutol adalah obat yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis. Dalam
pengobatan tuberkulosis, obat ini dikonsumsi bersama dengan antibiotik lainnya, baik dalam
bentuk tunggal atau tablet kombinasi. Ethambutol bekerja dengan menghentikan pertumbuhan
bakteri penyebab tuberkulosis. Obat ini tidak digunakan untuk mengatasi penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus, seperti flu.

Merek dagang: Ethambutol HCL, Pulna Forte, Erabutol Plus, Arsitam, Kalbutol, Rizatol,
Metham, Tibigon, Rifastar, Tibitol

1. Tentang Ethambutol

Jenis Obat Antituberkulosis


Golongan Obat resep
Manfaat Mengobati tuberkulosis
Dikonsumsi oleh

Anak-anak dan dewasa


Kategori kehamilan dan Menyusui

Kategori C: Studi pada binatang percobaan


memperlihatkan adanya efek samping terhadap
janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita
hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya
manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko
terhadap janin.Ethambutol diserap ke dalam ASI.
Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan
obat ini tanpa memberi tahu dokter.
Bentuk obat Tablet dan kaplet
2. Peringatan
 Hati-hati dalam menggunakan ethambutol bila sedang atau pernah mengalami gangguan
ginjal dan gangguan penglihatan, seperti retinopati diabetik dan katarak.
 Beri tahu dokter apabila sedang mengonsumsi obat lain, suplemen, atau produk herba.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengonsumsi ethambutol, segera hubungi
dokter.
3. Dosis Ethambutol
 Pengobatan tuberkulosis setidaknya membutuhkan waktu 6 bulan. Untuk dewasa, dosis yang
ditentukan dokter umumnya adalah 15 mg/kgBB, satu kali sehari, atau 30 mg/kgBB, tiga kali
seminggu. Ethambutol biasanya diberikan bersamaan dengan rifampicin, isoniazid, dan
pyrazinamide selama 8 minggu awal masa pengobatan.
 Dosis untuk anak-anak adalah 25 mg/kgBB sekali sehari selama 60 hari. Setelah itu, dosis
akan dikurangi menjadi 15 mg/kgBB/hari.
 Mengonsumsi Ethambutol dengan Benar
 Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan sebelum mengonsumsi
obat.
 Biasanya dokter akan menjelaskan 2 cara mengonsumsi ethambutol, yaitu harian atau 3 kali
seminggu. Dosis ditentukan berdasarkan kondisi, umur, berat badan, respon tubuh terhadap
obat, dan adanya pengobatan lain.
 Ethambutol dapat dikonsumsi sebelum, sewaktu, atau setelah makan. Pastikan mengonsumsi
ethambutol secara rutin agar mendapatkan hasil yang maksimal. Jangan menghentikan
pengobatan secara mendadak dan tanpa anjuran dokter, karena dikhawatirkan dapat
memperburuk kondisi.
 Jika gejala tidak kunjung membaik, segera temui dokter.
 Simpanlah obat ethambutol pada suhu ruangan dan di dalam wadah tertutup untuk
menghindari paparan sinar matahari, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

4. Interaksi Obat
Obat maag aluminium hidroksida dapat memperlambat atau mengurangi proses penyerapan
ethambutol.
5. Kenali Efek Samping dan Bahaya Ethambutol
Berikut ini adalah efek samping penggunaan obat ethambutol yang dapat terjadi nyeri perut,
nafsu makan turun, gangguan fungsi hati, mual, muntah, lemas, demam, sakit kepala,
delirium, gangguan penglihatan, gangguan saraf, gatal, ruam, anafilaksis, penyakit asam urat

INHALASI
Inhalasi adalah proses di mana anda menghirup udara ke paru-paru. Inhalasi merupakan
bagian dari proses pernapasan, dan hal ini terjadi secara berulang-ulang setiap saat secara
otomatis untuk menunjang kehidupan. Paru-paru Anda akan mengembang dan berkontraksi
untuk memasok oksigen yang akan diedarkan ke seluruh tubuh. Paru-paru akan mengempis
untuk mengeluarkan zat sisa atau zat buangan yang disebut dengan karbon dioksida. Proses
pernapasan terjadi dimulai dari hidung atau mulut. Udara bisa masuk ke tubuh melalui hidung
atau mulut, namun disarankan untuk menggunakan hidung.

Selanjutnya, udara memasuki area tenggorokan yang disebut dengan trakea, dan berlanjut
ke bagian paru-paru (bronkus). Proses pernapasan dibantu oleh otot berbentuk kubah besar yang
terletak di bawah paru-paru. Otot ini disebut diafragma, yang memisahkan rongga dada dan
rongga perut. Saat Anda bernapas, diafragma berkontraksi ke bawah, menciptakan sebuah
pergerakan yang membuat oksigen atau udara masuk ke dalam paru-paru. Proses inilah yang
disebut inhalasi. Gangguan pada proses inhalasi ada sebagian orang yang tidak bisa bernapas
dengan normal karena memiliki gangguan. Beberapa gangguan inhalasi adalah:

 Rhinitis adalah peradangan yang terjadi di bagian dalam hidung, dan sering dipicu oleh
alergi, misalnya alergi terhadap serbuk sari, debu, jamur, atau serpihan kulit hewan
tertentu. Kondisi ini menyebabkan gejala hidung tersumbat atau pilek.

 Asma ditandai dengan pembengkakan pada jalan napas dengan peningkatan produksi
lendir lengket di dalamnya. Orang yang memiliki asma mengalami gejala ketika saluran
udara berkontraksi dan menyempit, atau terisi dengan lendir. Beberapa gejalanya yaitu
sering batuk di malam hari, sesak napas, dada terasa sesak dan nyeri. Biasanya, orang
yang mengalami gangguan asma akan mendapatkan obat yang diberikan melalui alat
khusus atau inhaler, untuk meredakan batuk, sesak napas, dan dada sesak.

 Dyspnea adalah keadaan di mana anda mengalami kesulitan bernapas atau sesak napas.


Dalam keadaan ini, Anda mungkin merasa seolah-olah tidak mendapatkan cukup udara.
Terkadang Anda bisa saja mengalami masalah pernapasan ringan karena hidung
tersumbat atau saat melakukan olah raga yang intens. Tapi, sesak napas tidak bisa
dianggap sepele, karena dapat menjadi pertanda adanya penyakit serius.

JENIS & ANALISA OBAT


INHALASI
1. Salmeterol

Salmeterol adalah obat untuk mencegah dan meredakan gejala asma dan penyakit paru
obstruktif kronis. Obat ini digunakan dengan cara dihirup lewat mulut. Salmeterol merupakan
obat golongan bronkodilator. Obat ini bekerja dengan cara memperlebar saluran napas (bronkus)
di paru-paru, sehingga udara dapat mengalir keluar masuk paru-paru dengan lancar. Dengan
begitu, gejala asma dan PPOK, seperti sesak napas, mengi, dan batuk, bisa berkurang.
Merk dagang salmeterol: Flutias, Respitide, Salmeflo, Seretide Diskus.

1. Apa Itu Salmeterol ?

Golongan Bronkodilator
Kategori Obat resep
Manfaat Mencegah serangan asma dan meredakan gejala PPOK
Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak
Salmeterol untuk ibu Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek
hamil dan menyusui samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita
hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang
diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Belum diketahui apakah salmeterol dapat terserap ke dalam ASI


atau tidak. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat
ini tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.
Bentuk obat Serbuk hirup (inhaler)

2. Peringatan Sebelum Menggunakan Salmeterol

 Jangan menggunakan salmeterol jika Anda memiliki alergi terhadap bahan yang terkandung
dalam obat ini.
 Jangan menggunakan salmeterol jika Anda mengalami serangan asma akut yang berat. Obat ini
hanya digunakan untuk mencegah serangan asma dan mengontrol gejala asma.
 Beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat angina, kejang, gangguan irama jantung, hipertensi,
diabetes, penyakit liver, dan penyakit tiroid.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan, terutama obat PPOK dan inhaler
selain salmeterol, serta obat herba.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.

 Jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan salmeterol segera temui dokter.

3. Dosis dan Aturan Pakai Salmeterol

Dosis salmeterol tergantung pada kondisi yang diderita pasien. Berikut adalah takaran umum
penggunaan salmeterol:
 Kondisi: asma kronis
Dewasa:50-100mcg, 2 kali sehari.
Anak usia 4-12 tahun: 50 mcg, 2 kali sehari.

 Kondisi: penyakit paru obstruktif kronis


Dewasa: 50 mcg, 2 kali sehari.

 Kondisi: pencegahan asma setelah berolahraga


Dewasa dan anak 4 tahun ke atas: 50 mcg, 30 menit sebelum berolahraga.

4. Cara Menggunakan Salmeterol dengan Benar

 Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter dan membaca petunjuk pada kemasan obat
dalam mengonsumsi salmeterol. Obat ini digunakan dengan cara dihirup lewat mulut
dengan bantuan alat hirup (inhaler).

 Jika Anda lupa menggunakan salmeterol, disarankan untuk segera melakukannya bila
jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat. Jika jadwal sudah dekat,
abaikan dan jangan menggandakan dosis.

 Jangan menghentikan penggunaan salmeterol tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan


dokter, karena dapat memperburuk kondisi Anda.

5. Interaksi Salmeterol dengan Obat Lain

Beberapa obat lain dapat menimbulkan interaksi bila digunakan bersamaan dengan
salmeterol. Obat-obatan tersebut meliputi:

 Clarithromycin, antijamur golongan azole (itraconazole dan ketoconazole), dan ritonavir.


Efeknya adalah mengurangi efektivitas salmeterol.

 Amiodarone, quinidine, dan erythromycin. Efeknya adalah menyebabkan gangguan


irama jantung.

 Obat golongan penghambat beta. Efeknya adalah menurunkan efektivitas salmeterol.


 Obat penghambat monoamin oksidase (MAOI) dan antidepresan trisiklik. Efeknya adalah
meningkatkan efek salmeterol di pembuluh darah.

 Obat diuretik. Efeknya adalah meningkatkan risiko terjadinya hipokalemia.

6. Efek Samping dan Bahaya Salmeterol

Beberapa efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan salmeterol adalah
gelisah, batuk, mulut kering, suara serak, iritasi tenggorokan, sakit perut, jantung berdebar,
menurunnya kadar kalium dalam darah (hipokalemia).

2. Salbutamol

Salbutamol adalah obat untuk mengatasi sesak napas akibat penyempitan pada saluran
udara pada paru-paru (bronkospasme). Obat ini tersedia dalam bentuk hirup (inhaler), tablet, dan
sirop. Salbutamol bekerja dengan cara melemaskan otot-otot di sekitar saluran pernapasan yang
menyempit, sehingga udara dapat mengalir lebih lancar ke dalam paru-paru. Efek obat ini bisa
dirasakan dalam beberapa menit setelah dikonsumsi dan bertahan selama 3-5 jam. Obat ini biasa
digunakan oleh penderita asma dan gangguan saluran pernapasan lain, seperti penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK). Selain itu, salbutamol juga dapat digunakan untuk mencegah sesak
napas akibat olahraga.
Merek dagang salbutamol: Salbutamol sulfate, Astharol, Azmacon, Fartolin, Glisend, Salbuven,
Suprasma, Velutine, Ventolin nebules, Ventolin Inhaler, Combivent UDV, Lasal ekspektoran,
Lasalcom.

1. Apa Itu Salbutamol ?


Golongan Bronkodilator (beta2-agonist dengan reaksi cepat).
Kategori Obat resep.
Manfaat Mengatasi sesak napas akibat menyempitnya saluran pernapasan,
seperti saat serangan asma.
Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak (usia di atas 2 tahun).
Salbutamol untuk Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya
ibu hamil dan efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada
menyusui  wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat
yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. Oleh
karena itu, pastikan untuk berdiskusi dengan dokter sebelum
mengonsumsi salbutamol selama kehamilan.

Salbutamol dapat terserap ke dalam ASI. Bila sedang menyusui,


jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dulu dengan
dokter.
Bentuk Obat hirup (inhaler), tablet, sirop, injeksi.

2. Peringatan Sebelum Menggunakan Salbutamol

 Jangan menggunakan salbutamol jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini dan obat
golongan beta2-agonist lainnya, seperti terbutaline.
 Beri tahu dokter bila Anda memiliki riwayat intoleransi laktosa dan kejang.
 Beri tahu dokter bila Anda sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk obat herbal,
vitamin, dan suplemen.
 Beri tahu dokter bila Anda sedang hamil, menyusui, dan merencanakan kehamilan.
 Beri tahu dokter bila Anda menderita hipertiroidisme, hipertensi, diabetes, gangguan
jantung atau pembuluh darah, gangguan ginjal, serta hipokalemia.
 Segera ke dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan
salbutamol.

3. Dosis dan Aturan Pakai Salbutamol


 Dosis penggunaan salbutamol tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan respons
pasien terhadap obat. Dokter akan memberikan bentuk obat sesuai dengan kondisi pasien.
 Pada pasien serangan asma dan bronkospasme berat, dokter dapat memberikan
salbutamol dengan bantuan nebulizer. Nebulizer adalah mesin untuk menyalurkan obat
dalam bentuk uap yang akan dihirup menggunakan masker khusus.

4. Berikut ini adalah takaran dosis salbutamol berdasarkan bentuk obatnya:

 Inhaler (aerosol)

 Sesak napas akibat bronkospasme (penyempitan saluran napas bronkus): 1-2 kali hirup, 4
kali sehari.
 Serangan asma berat: Dosis awal 4 kali hirup, kemudian dilanjutkan 2 kali hirup setiap 2
menit. Dosis maksimal adalah 10 kali hirup.
 Pencegahan sesak napas yang dipicu olahraga: 1-2 kali hirup, 10-15 menit sebelum
olahraga.

 Oral (tablet atau sirop)

 Dosis salbutamol oral untuk mengatasi  sesak napas akibat bronkospasme

 Untuk orang dewasa, dosisnya adalah 2-4 mg, 3-4 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan
sampai maksimal 8 mg, 3-4 kali sehari.
 Untuk anak-anak, dosisnya adalah 1-2 mg sebanyak 3-4 kali sehari.

 Injeksi Intramuskuler/ Subkutan (IM/SC)

 Untuk dosis dewasa 500mcg (8mcg/kg) diulang per 4 jam.

5. Cara Menggunakan Salbutamol dengan Benar


Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan salbutamol sebelum
mulai menggunakannya. Berikut ini adalah panduan cara menggunakan salbutamol
berdasarkan jenisnya:

 Salbutamol inhaler

Sebelum menggunakan salbutamol inhaler, pastikan tepi hisapan mulut (mouthpiece)


dalam keadaan bersih dan kering, lalu kocok inhaler. Selanjutnya, langkah pertama untuk
menggunakan obat adalah menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Kemudian, hisap
salbutamol melalui mulut secara perlahan sambil menekan botol kaleng obat pada
inhaler. Setelah obat terhirup, lepaskan mouthpiece, tahan napas selama sekitar 10 detik
dan hembuskan perlahan. Beri jeda sekitar 1 menit jika perlu menghirup obat lebih dari 1
kali. Setelah selesai menggunakan salbutamol inhaler, berkumurlah dengan air. Jangan
lupa bersihkan mouthpiece setidaknya 1 minggu sekali. Jangan lupa bawa obat ini tiap
bepergian. Jika memakai lebih dari satu jenis inhaler, gunakan inhaler salbutamol terlebih
dulu. Tunggu beberapa menit sebelum menggunakan inhaler lain. Salbutamol dapat
membuka saluran pernapasan sehingga meningkatkan efektivitas obat inhaler lain. Bagi
pasien yang kesulitan menyesuaikan napas saat menggunakan inhaler, dokter bisa
menganjurkan penggunaan alat yang disebut spacer. Spacer akan dipasang di ujung
mouthpiece dan berfungsi untuk mempermudah obat mencapai paru-paru.

 Salbutamol oral (tablet atau sirop)

Konsumsi salbutamol tablet atau sirop bersama segelas air putih. Untuk salbutamol sirop,
gunakan dosis sesuai sendok yang tersedia dalam kemasan obat. Jangan gunakan sendok
makan atau sendok teh karena jumlahnya bisa berbeda. Bila lupa mengonsumsi obat,
segera gunakan begitu ingat. Namun bila jarak dengan jadwal penggunaan obat
berikutnya sudah terlalu dekat, lanjutkan langsung ke dosis selanjutnya. Jangan
menggandakan dosis untuk menggantikan dosis yang terlewat. Salbutamol inhaler
maupun oral sebaiknya disimpan di temperatur ruang dan tidak terkena paparan cahaya
matahari langsung. Selama penggunaan salbutamol, pasien dianjurkan berhenti merokok.
Hal ini karena rokok dapat menghambat kinerja obat dengan memicu iritasi pada paru-
paru dan memperburuk gangguan pernapasan.
6. Interaksi Salbutamol dengan Obat Lain

Ada beberapa interaksi yang mungkin terjadi jika menggunakan salbutamol bersamaan
dengan obat-obatan tertentu, di antaranya:

 Meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada fungsi jantung, bila digunakan bersama
antidepresan golongan trisiklik, seperti amitriptyline, obat golongan MAOI.
 Menghambat efektivitas obat dan meningkatkan risiko sesak napas, bila digunakan
bersama obat golongan beta-blocker, seperti propranolol.
 Meningkatkan potensi hipokalemia (kekurangan kalium), bila digunakan bersama obat
golongan diuretik, seperti furosemide.

7. Efek Samping dan Bahaya Salbutamol

Salbutamol berpotensi menyebabkan efek samping. Efek samping yang umum terjadi setelah
menggunakan obat ini adalah:

 Jantung berdebar.
 Tungkai, lengan, tangan, atau kaki gemetaran.
 Sakit kepala.
 Nyeri atau kram otot.

Efek samping ini umumnya ringan, berlangsung sementara, kemudian menghilang. Jika efek
tersebut terasa berat atau tidak membaik, segera ke dokter. Anda juga dianjurkan untuk
segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang serius, seperti:

 Nyeri atau kram otot.


 Rasa lelah dan lemas.
 Detak jantung tidak teratur.
 Merasa linglung, pusing, hingga ingin pingsan.
 Volume urine berkurang, sering haus, dan mulut kering,
 Cemas, gugup, dan berkeringat.
 Sakit kepala yang sangat berat.

Anda mungkin juga menyukai