Anda di halaman 1dari 14

FARMAKOLOGI

Mengenai Obat-obat Golongan

Disusun Oleh :

Nama : Gita Fitria

Nim : 19.01.0015

Akademi Keperawatan Pangkalpinang


Tahun Akademik
2019/2020
MATERI PEMBAHASAN
1. Antibiotika
Antibiotika adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah infeksi
bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak
di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi akibat virus, seperti
flu.
Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya, sehingga
pemberian antibiotika dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi bakteri yang diderita tidak
kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik. Selain keparahan kondisi, terdapat
juga beberapa pertimbangan lain sebelum akhirnya pasien diberikan antibiotika, yakni:

 Infeksi yang diderita adalah infeksi menular.


 Terasa mengganggu dan diduga membutuhkan waktu lama untuk sembuh dengan
sendirinya.
 Terdapat risiko tinggi menyebabkan komplikasi.

Penggunaan antibiotika harus dengan anjuran dokter. Dokter akan menyesuaikan dosis
dengan kondisi pasien, memberitahukan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat
menggunakan obat, serta efek samping yang dapat terjadi atas penggunaan antibiotik.
Hindari penggunaan antibiotik tanpa anjuran dokter, terutama bagi:

 Ibu hamil dan menyusui.


 Tengah dalam pengobatan lain.
 Memiliki riwayat alergi antibiotik.

Antibiotik juga dapat diberikan sebagai langkah pencegahan infeksi bakteri atau dalam dunia
medis dikenal sebagai profilaksis. Orang-orang yang diberikan antibiotik untuk profilaksis
adalah orang yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi bakteri, seperti ketika orang
tersebut menjalani operasi glaukoma atau operasi penggantian sendi.

 Jenis-jenis Antibiotik
Antibiotik terbagi menjadi beberapa jenis, dan masing-masing digunakan untuk mengatasi
kondisi yang berbeda. Jenis-jenis antibiotik meliputi:

Penisilin

Penisilin digunakan untuk banyak kondisi akibat adanya infeksi bakteri, beberapa di


antaranya adalah infeksi  Streptococcus, meningitis, gonore, faringitis, dan juga untuk
pencegahan endocarditis. Terutama pada penderita atau memiliki riwayat gangguan ginjal,
akan lebih baik penggunaan penisilin melalui anjuran dan pengawasan dokter.
Penisilin tersedia dalam berbagai bentuk, seperti kaplet, sirop kering, dan suntikan. Masing-
masing bentuk obat dapat digunakan untuk kondisi yang berbeda. Baca keterangan yang ada
di kemasan dan konsultasikan penggunaan obat dengan dokter.
Berikut adalah jenis-jenis antibiotik penisilin:
 Amoxicillin
 Ampicillin
 Oxacillin
 Penicillin G

Sefalosporin
Sefalosforin tersedia dalam bentuk suntik, tablet, dan sirop kering. Konsultasikan dengan
dokter terkait cara penggunaan obat, karena beda bentuk obat dapat berbeda pula kondisi
yang ditangani.
Beberapa kondisi yang diobati menggunakan sefalosporin, di antaranya adalah infeksi
tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih. Obat ini berpotensi
menimbulkan efek samping berupa sakit kepala, nyeri pada dada, bahkan syok. Penggunaan
sefalosporin harus dengan anjuran dan pengawasan dokter.
Jenis-jenis sefalosporin meliputi:

 Cefadroxil
 Cefuroxime
 Cefixime
 Cefotaxim
 Cefotiam
 Cefepime
 Ceftarolin

Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi banyak penyakit infeksi
bakteri, seperti otitis eksterna, infeksi kulit, dan peritonitis. Penggunaan aminoglikosida harus
dengan anjuran serta pengawasan dokter, karena obat ini berpotensi menimbulkan efek
samping berupa gangguan kesadaran.
Aminoglikosida tersedia dalam banyak bentuk, di antaranya adalah salep, tetes mata, dan
suntik. Masing-masing bentuk obat dapat diresepkan untuk kondisi yang berbeda. Sebelum
menggunakan obat, pasien disarankan untuk membaca keterangan cara penggunaan yang ada
di kemasan obat.
Jenis-jenis aminoglikosida meliputi:

 Paromomycin
 Tobramycin
 Gentamicin
 Amikacin
 Kanamycin
 Neomycin
Tetrasiklin
Tetrasiklin tersedia dalam berbagai macam bentuk obat, yakni salep, salep mata, kapsul, dan
suntik.
Tetrasiklin digunakan untuk mengobati berbagai macam kondisi yang muncul akibat adanya
infeksi bakteri. Beberapa di antaranya adalah sifilis, anthrax, tifus, brucellosis, dan jerawat.
Tetrasiklin tertentu tidak dapat digunakan pada anak usia di bawah 12 tahun. Jangan
menggunakan tetrasiklin tanpa anjuran dokter.
Jenis-jenis tetrasiklin meliputi:

 Doxycycline
 Minocycline
 Tetracycline
 Oxytetracycline
 Tigecycline

Makrolid
Beberapa kondisi yang diobati menggunakan antibiotik makrolid adalah bronkitis, servisitis,
penyakit Lyme, pemfigus, dan sinusitis. Makrolid sendiri tersedia dalam banyak bentuk,
yakni tablet, kaplet, sirop kering, dan suntik.
Beberapa jenis makrolid tidak dapat digunakan bersamaan dengan obat seperti cisapride.
Dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan
makrolid atau mengombinasikannya dengan obat lain.
Jenis-jenis makrolid meliputi:

 Erythromycin
 Azithromycin
 Clarithromycin

Quinolone
Quinolone memiliki bentuk yang berbeda, dan dengan indikasi yang berbeda. Bentuk obat
ini, di antaranya adalah tablet, suntik, dan kaplet.
Quinolone digunakan untuk mengatasi banyak kondisi yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Beberapa di antaranya adalah infeksi tulang, cystitis, servisitis, dan infeksi kulit. Penggunaan
quinolone dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan pada sistem saraf pusat. Maka
dari itu, jangan gunakan obat ini tanpa anjuran dokter.
Jenis-jenis quinolone meliputi:

 Ciprofloxacin
 Levofloxacin
 Moxifloxacin
 Norfloxacin
2. Antipiretik
Analgetik dan antipiretik adalah kombinasi golongan obat yang umumnya digunakan untuk
meredakan gejala demam dan meredakan rasa nyeri yang dialami pada infeksi, peradangan
otot dan sendi, serta dysmenorrhea.
Terdapat 3 jenis obat yang masuk dalam golongan analgetik dan antipiretik, yaitu:

 Salisilat, seperti aspirin.


 Paracetamol.
 Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen, naproxen sodium, dan
ketoprofen.

Peringatan

Untuk penggunaan obat jenis analgetik-antipiretik, konsultasikan terlebih dahulu kepada


dokter apabila:

 Memiliki riwayat penyakit atau rentan mengalami sakit maag, tukak lambung, asma,
dehidrasi, hipertensi, gagal jantung, gangguan ginjal, gangguan hati, dan hemofilia.
 Memiliki alergi pada obat atau zat tertentu.
 Akan memberikan obat ini kepada lansia atau anak-anak.
 Akan menjalani tindakan operasi atau perawatan gigi.
 Kecanduan alkohol.
 Sedang mengonsumsi obat-obatan, seperti kortikosteroid, phenylbutazone, phenytoin,
spironolactone, antikoagulan, methotrexate, obat untuk diabetes, antasida, dan asam
valproat.
 Sedang hamil dan menyusui. Paracetamol merupakan pilihan pertama untuk
dikonsumsi saat kehamilan, dibandingkan obat golongan analgetik-antipiretik lainnya.
Untuk ibu menyusui, paracetamol dan ibuprofen dianggap aman terhadap bayi.

Jenis-jenis, Merek Dagang, serta Dosis Analgetik-Antipiretik


Berikut adalah jenis-jenis obat, merek dagang, serta dosis obat yang temasuk dalam golongan
analgetik-antipiretik. Untuk mendapatkan penjelasan secara lebih detail mengenai efek
samping, peringatan atau interaksi dari masing-masing obat

 Analgetik-antipiretik jenis salisilat


Aspirin
Merek dagang Aspirin: Aspilets, Astika, Farmasal, Miniaspi, Thrombo aspilets

 Kondisi: Pemasangan ring


Dewasa: 325 mg, 2 jam sebelum tindakan dilakukan, dilanjutkan dengan 160-325 mg
per hari pasca pemasangan.

 Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang


Dewasa: 325-650 mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 4000 mg per hari.
 Kondisi: Pemulihan pasca serangan jantung
Dewasa: 75-325 mg sekali sehari.

 Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis


Anak-anak: 80-100 mg/kgBB/hari, 5-6 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga
130 mg/kgBB/hari pada kondisi akut.

 Kondisi: Nyeri atau peradangan pada sendi dan otot


Dewasa: Dosis awal adalah 2400-3600 mg per hari, dengan dosis yang dapat dibagi.
Dosis jangka panjang adalah 3600-5400 mg per hari.

 Analgetik-antipiretik jenis paracetamol


Paracetamol
Merek dagang Paracetamol: Biogesic, Eterfix, Fevrin, Kamolas, Naprex, Ottopan, Panadol,
Pehamol, Pyrexin, Sanmol, Tamoliv, Cetapain, Farmadol, Ikacetamol, Moretic, Nofebril,
Pamol, Praxion, Pyridol, Sumagesic, Tempra.

 Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang


Dewasa: 500-1000 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 4000 mg per hari.
Anak-anak (dosis maksimal adalah 4 kali sehari)
3-<6 bulan: 60 mg.
6 bulan-<2 tahun: 120 mg.
2-<4 tahun: 180 mg.
4-<6 tahun: 240 mg.
6-<8 tahun: 240-250 mg.
8-<10 tahun: 360-375 mg.
10-<12 tahun: 480-500 mg.
12-16 tahun: 480-750 mg.
 Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang (Obat rektal)
Anak-anak (Diberikan setiap 4-6 jam sekali, atau 4 kali sehari sesuai kondisi)
3 bulan - <1 tahun: 60-125 mg.
1-<5 tahun: 125-250 mg.
5-12 tahun: 250-500 mg
 Kondisi: Demam pasca imunisasi (obat oral atau rektal)
Anak-anak (2-3 bulan): 60 mg sekali sehari. Jika diperlukan, dosis kedua dapat
diberikan setelah 4-6 jam berikutnya

 Analgetik-antipiretik jenis Obat Antiinflamasi Non Steroid (OAINS)


Ibuprofen
Merek dagang Ibuprofen: Arfen, Brufen, Farsifen, Iprox, Proris, Prosinal, Spedifen,
Arthrifen, Bufect, Farsifen, Ostarin, Prosic, Rhelafen, Yariven

 Kondisi: Demam
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau
2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak (6 bulan-12 tahun): 10 mg/kgBB per kali pemberian, 2-3 kali sehari.
Dosis maksimal adalah 40 mg/kgBB per hari.

 Kondisi: Nyeri ringan hingga sedang


Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau
2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak: 4-10 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 2-3 kali sehari.

 Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis


Anak-anak: 30-40 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 3-4 kali sehari. Dosis maksimal
adalah 2400 mg per hari.

 Kondisi: Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis
Dewasa: 400-800 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 3200 mg per hari.

 Kondisi: Nyeri haid
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari, atau
2400 mg dalam pengawasan dokter

Naproxen
Merek dagang Naproxen: Xenifar

 Kondisi: Nyeri haid, nyeri sendi dan otot


Dewasa: diawali 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6-8 jam. Dosis maksimal adalah
1100 mg per hari.

 Kondisi: Nyeri sendi akibat penyakit asam urat


Dewasa: Dosis awal adalah 750 mg, dan dilanjutkan dengan 250 mg per 8 jam.

 Kondisi: Juvenile idiopathic arthritis


Anak-anak >5 tahun: 10 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 kali jadwal konsumsi

Ketoprofen
Merek dagang Ketoprofen: Altofen, Lantiflam, Nazovel, Pronalges, Rhetoflam, Kaltrofen,
Nasaflam, Profika, Remapro, Profenid

 Kondisi: Nyeri dan peradangan


Dewasa: 25-50 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 300 mg per hari.

 Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat rektal)


Dewasa: 100 mg setiap malam, atau 2 kali sehari. Dosis maksimal bersamaan dengan
obat oral adalah 200 mg per hari.

 Kondisi: Pereda nyeri (Obat topikal)


Dewasa: Oleskan gel kandungan 2,5% ke bagian yang nyeri, 2-4 kali sehari selama
10 hari.

Etodolac
Merek dagang Etodolac: Lonene

 Kondisi: Pereda nyeri


Dewasa: 200-400mg, 2-3 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1000 mg per hari.

 Kondisi: Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis


Dewasa: 600-1000 mg per hari dengan pembagian dosis sesuai respon tubuh

Diclofenac
Merek dagang Diclofenac: Diclofenac potassium, X-flam, Neo rheumacyl anti inflamation,
Erphafalm, Exaflam, Diklovit, Cataflam, Mezac 50, Aclonac, Gratheos, Klotaren, Potaflam
50, Flamar, Voltadex, Kadiflam, Raost, Dicloflam, Flazen, Neuralgin rhema, Neurofenac,
Nichoflam, Zelona, Laflanac, Voltados 50, Volten, Galtaren, Fenavel, Fenaren, Kaflam,
Voren, Renadinac, Voltaren, Genflam 50, Divoltar, Miracloven, Imoren, Megatic, Scanaflam,
Scantaren 50, Flamigra, Samcofenac 50, Natrium diklofenak, Aclonac, Xepathritis, Eflagen,
Potazen, Matsunaflam 50, Kemoren 50, Nilaren, Difelin, Scantaren gel Prostanac 50,
Nadifen, Merflam, Inflam 50, Voltaflam, Anuva, Atranac, Bufaflam, Proklaf, Deflamat,
Flamenac, Kaditic 50, Valto forte, Elithris 50, Catanac, Yariflam, Voltasic, Zegren 50, Voren

 Kondisi: Migrain
Dewasa: 50 mg saat terjadi serangan, dan 50 mg setelah 2 jam. Jika diperlukan, dosis
dapat diulang setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 200 mg per hari.

 Kondisi: Nyeri sendi dan nyeri haid


Dewasa: 75-150 mg per hari, dengan dosis yang dibagi sesuai kondisi pasien. Dosis
maksimal adalah 150 mg per hari.

 Kondisi: Nyeri sendi dan nyeri haid (Obat Rektal)


Dewasa: 100 mg sekali sehari.

 Kondisi: Actinic keratosis (Obat topikal)


Dewasa: Oleskan gel kandungan 3% pada kulit, 2-3 kali sehari selama 60-90 hari.

 Kondisi: Osteoarthritis (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% pada daerah yang nyeri, 4 kali sehari. Dosis
maksimal adalah 32 g per hari.

 Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat topikal)


Dewasa: Oleskan gel kandungan 1% di daerah yang nyeri, 3-4 kali sehari.        

 Kondisi: Peradangan pasca operasi mata (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 4 kali sehari, setelah 24 jam pasca
operasi, selama 28 hari.

 Kondisi: Nyeri dan peradangan pasca operasi mata juling (Obat tetes mata)
Dewasa: Teteskan 1 tetes obat kandungan 0,1%, 1-4 kali sehari pada minggu
pertama, 3 kali sehari pada minggu kedua, 2 kali sehari pada minggu ketiga, dan bila
masih diperlukan pada minggu keempat.
 Kondisi: Nyeri dan peradangan pasca operasi kornea radial keratotomy (Obat tetes
mata)
Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes sebelum operasi dan 1 tetes langsung
setelah operasi. Lanjutkan dengan penggunaan 1 tetes, 4 kali sehari, selama 2 hari.

 Kondisi: Nyeri pasca trauma (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 1 tetes 4 kali sehari, selama 2 hari.

 Kondisi: Pengobatan peradangan pasca argon laser trabeculoplasty (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2 jam sebelum
prosedur, dan 1 tetes empat kali sehari selama 7 hari setelahnya.

 Kondisi: Persiapan intra-operative miosis  (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 4 kali 1 tetes selama 2 jam sebelum operasi.

 Kondisi: Nyeri pasca tindakan photorefractive keratectomy (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan obat kandungan 0,1%, 2 kali 1 tetes selama 1 jam sebelum
tindakan dan 2 kali 1 tetes setiap 5 menit setelah tindakan. Lanjutkan dengan
meneteskan setiap 2-5 jam selama 24 jam pasca tindakan

Piroxicam
Merek dagang Piroxicam: Ovtelis, Novaxicam, Piroxicam, Feldene, Selmatic, Fleroxi,
Xicalom, Faxiden, Artimatic 20, Rheficam, Denicam, Scandene, Tropidene, Roxidene 20,
Licofel, Lexicam, Counterpain PXM, Lanareuma, Wiros, Kifadene, Pirofel, Omeretik,
Triadene 20, Maxicam, Miradene, Infeld, Rosic, Benoxicam 20, Feldco, Grazeo 10, Grazeo
20, Samrox 20, Rexil, Yasiden, Campain, Rodene 20

 Kondisi: Ankylosing spondylitis, Osteoarthritis, Rheumatoid arthritis


Dewasa: 20 mg sekali sehari, atau dibagi jika diperlukan.

 Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat topikal)


Dewasa: Oleskan gel 0,5% pada area yang terasa nyeri, 3-4 kali sehari.

Nabumetone
Merek dagang Nabumetone: Goflex

 Kondisi: Nyeri dan peradangan


Dewasa: 1000 mg setiap malam, dengan dosis tambahan 500-1000 mg yang dapat
diberikan pada pagi hari jika diperlukan. Dosis maksimal adalah 2000 mg per hari,
dibagi dalam 1-2 kali konsumsi. Pasien dengan berat badan dibawah 50 kg dan lansia
disarankan mengonsumsi maksimal 1000 mg per hari

Meloxicam
Merek dagang Meloxicam: Meloxicam, Cameloc, Flamoxi, Genxicam, Melogra, Artrilox,
Hufaxicam, Nulox forte, Oxcam, Melet, Relox, Flasicox 15, Melocid, Ostelox, Loxil,
Melicam, Hexcam, Nucoxi 7.5, Loximei, Denilox, Arimed, Futamel, Mecox, Mexpharm,
Movi-cox, Moxam, X-cam, Rhemacox, Mixlocon, Mobiflex, Mevilox, Meloxin, Moxam,
Artocox, Movix
 Kondisi: Osteoarthritis
Dewasa: 7,5 mg sekali sehari, dengan dosis maksimal 15 mg per hari.

 Kondisi: Rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis


Dewasa: 15 mg sekali sehari.
Lansia: 7,5 mg sehari, untuk jangka panjang.

 Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis


Anak (2 tahun ke atas): 0,125 mg/kgBB sekali sehari, dengan dosis maksimal 7,5
mg per hari

Ketorolac
Merek dagang Ketorolac: Ketorolac, Torasic, Redupain, Metopain, Toramine, Trolac,
Ketoflam, Rindopain, Erphapain, Scelto, Ketosic, Etofion, Lactopain, Lactor, Quapain,
Ketopain, Ketrobat 30, K-pain, Matolac, Xevolac, Dolac, Rativol, Teranol, Latorec, Lactorec
30, Ropain, Farpain, Rolac, Erphain, Acular, Remopain, Lantipain, Latrol, Ketrobat,
Torgesic, Quapain, Rindopain, Topidol

 Kondisi: Nyeri pasca operasi


Dewasa: 20 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10mg setiap 4-6 jam. Dosis
maksimal adalah 40 mg per hari, selama 5 hari.
Lansia: 10 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10 mg setiap 4-6 jam. Dosis
maksimal adalah 40 mg per hari.

 Kondisi: Gatal akibat konjungtivitis alergi (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5% pada mata yang mengalami peradangan, 4 kali
sehari.

 Kondisi: Pasca operasi katarak (Obat tetes mata)


Dewasa: Teteskan 1 tetes obat 0.5%, 4 kali sehari selama 24 jam pasca operasi, dapat
diteruskan hingga 1-2 minggu setelahnya.

Asam mefenamat
Merek dagang Asam menefamat: Allogon, Datan, Femisic, Maxstan, Pehastan, Ponstan,
Tropistan, Asimat, Dogesic, Lapistan, Mefinal, Poncofen, Solasic

 Kondisi: Nyeri sedang hingga berat, sakit gigi, nyeri pasca operasi, rheumatoid


arthritis, osteoarthritis, dan nyeri haid.
Dewasa: 500 mg, 3 kali sehari.
Anak-anak usia > 6: 25 mg/kgBB per hari

Bagi yang membutuhkan penanganan dengan menggunakan obat-obatan analgetik-antipiretik


dalam bentuk suntik, dosis akan disesuaikan oleh dokter di klinik atau rumah sakit sesuai
kondisi pasien.
3. Antiaritmia
Antiaritmia adalah kelompok obat yang digunakan untuk menangani kondisi aritmia.
Aritmia merupakan kondisi yang mengacu ketika denyut jantung berdetak terlalu cepat,
terlalu lambat, atau tidak teratur. Kondisi ini terjadi akibat adanya gangguan pada impuls
listrik yang mengatur detak jantung. Gejala-gejala yang dialami penderita aritmia berupa
jantung berdebar, lemas, pusing, sesak napas, berkeringat, dan nyeri dada.
Beberapa contoh penyakit gangguan irama jantung atau aritmia, antara lain blok av, atrial
fibrilasi, fibrilasi ventrikel, dan ventricular extrasystole. Beberapa jenis aritmia tersebut dapat
disebabkan oleh kondisi-kondisi sebagai berikut:

 Infeksi
 Serangan jantung
 Penyakit jantung koroner
 Gangguan keseimbangan elektrolit di dalam tubuh.

Golongan obat antiaritmia tersedia dalam bentuk tablet atau cairan suntik (infus). Konsumsi
tablet antiaritmia biasa digunakan untuk pengobatan jangka panjang, sedangkan cairan suntik
diberikan pada kondisi gawat darurat.
Jenis-jenis obat antiaritmia dibagi ke dalam lima golongan yaitu:

 Antiaritmia golongan I: Lidocaine, Propafenone


 Antiaritmia golongan II: Propranolol
 Antiaritmia golongan III: Amiodarone
 Antiaritmia golongan IV: Diltiazem, Verapamil
 Antiaritmia golongan V: Digoxin

Peringatan:

 Wanita hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan disarankan untuk


berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu mengenai manfaat dan risiko menggunakan
obat antiaritmia.
 Waspadai munculnya keluhan pusing setelah menggunakan obat ini. Pasien bisa
bergerak secara perlahan-lahan beberapa saat usai menggunakan obat antiaritmia
untuk mengurangi rasa pusing.
 Hindari mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan alat berat selama
mengonsumsi obat ini.
 Batasi konsumsi makanan yang mengandung garam dan cukupi asupan cairan, agar
tidak menimbulkan penumpukkan cairan di salah satu bagian tubuh.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lainnya, termasuk herba atau
suplemen yang dapat menyebabkan interaksi obat tidak diinginkan.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Efek Samping Antiaritmia
Tiap obat dapat menimbulkan efek samping, tergantung dari respons pasien terhadap obat.
Konsultasikan kepada dokter jika muncul efek berupa:

 Batuk
 Nyeri dada
 Penglihatan kabur
 Hilang nafsu makan
 Diare atau konstipasi
 Bengkak pada lengan dan tungkai
 Sensitif terhadap sinar matahari
 Sakit kepala, pusing, atau ingin pingsan
 Denyut jantung kian cepat atau melambat
 Gangguan indera pengecap, seperti timbul rasa pahit atau rasa seperti logam.

Jenis-Jenis, Merek Dagang, serta Dosis Antiaritmia


Berikut ini dosis antiaritmia yang berguna untuk menangani aritmia, berdasarkan jenis-jenis
obatnya. Sebagai informasi, penggunaan masing-masing jenis obat ini dilarang bagi
kelompok usia yang tidak disebutkan di dalam kolom dosis.
Untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai efek samping, peringatan, atau
interaksi dari masing-masing obat antiaritmia, silahkan lihat pada Obat A-Z.

Lidocaine
Merek dagang Lidocaine: Bioron, Extracaine, Lidocaine Compositum, Lidocaine HCL,
Lidocaine HCL (NAT) G, Lidodex, Lidox 2%, Pehacain, Vitamin B Complex (IKA),
Xylocaine.

 Suntik
Dewasa: 1-1,5 mg/kgBB.
Dosis maksimal: 3 mg/kgBB. Dalam keadaan darurat, dapat diberikan 300 mg
disuntikkan ke otot bahu. Penyuntikkan bisa diberikan kembali setelah 60-90 menit
dari penyuntikkan pertama, jika dibutuhkan.

Propafenone
Merek dagang Propafenone: Rytmonorm

 Tablet
Dewasa: dosis awal diberikan sebanyak 150 mg, tiga kali sehari.
Dosis bisa ditingkatkan setiap 3-4 hari sekali, dengan dosis maksimal hingga 300 mg,
tiga kali sehari.
Lansia: diskusikan dengan dokter.
Propranolol
Merek dagang Propranolol: Farmadral 10, Libok 10, Propranolol

 Tablet
Dewasa: 30-160 mg per hari, dibagi ke dalam beberapa kali pemberian.
Anak-anak: 0,25-0,5 mg/kgBB, 3-4 kali sehari

Amiodarone
Merek dagang Amiodarone: Amiodarone HCL, Cordarone, Cortifib, Kendaron, Lamda,
Rexodrone, Tiaryt

 Cairan suntik
Dewasa: dosis awal 5 mg/kgBB, disuntikkan selama 20-120 menit. Dosis bisa
diberikan lagi jika diperlukan dengan dosis maksimal 1.200 mg per hari.
Lansia: Dosis akan dikurangi dari dosis dewasa.

 Tablet
Dewasa: dosis awal 200 mg, 3 kali sehari, untuk satu minggu. Dosis selanjutnya bisa
dikurangi menjadi 200 mg, 2 kali sehari, diturunkan perlahan hingga kurang dari 200
mg per hari.
Lansia: Dosis akan dikurangi dari dosis dewasa.

Diltiazem
Merek dagang Diltiazem: Farmabes 5, Herbesser

 Cairan suntik
Dewasa: dosis awal 250 mcg/kgBB, disuntikkan ke dalam pembuluh darah vena
selama kurang-lebih 2 menit. Dosis bisa ditambahkan sebanyak 350 mcg/kgBB
setelah 15 menit jika diperlukan

Verapamil
Merek dagang Verapamil: Isoptin, Tarka, Verapamil HCL

 Tablet
Dewasa: 120-480 mg per hari, dibagi ke dalam 3-4 kali pemberian.
Anak usia 2 tahun atau kurang: 20 mg, 2-3 kali per hari.
Anak usia 3 tahun atau lebih: 40-120 mg, 2-3 kali per hari

Digoxin
Merek dagang Digoxin: Digoxin, Fargoxin

 Tablet
Dewasa: dosis awal 0,75-1 mg diberikan dalam 24 jam sebagai dosis tunggal atau
dibagi tiap 6 jam. Dosis pemeliharaan adalah 125-250 mcg per hari.
Bayi dengan berat badan hingga 1,5 kg: dosis awal 25 mcg/kgBB per hari, dibagi
menjadi 3 kali konsumsi Dosis lanjutan adalah 4-6 mcg/kgBB per hari, dibagi
menjadi 1-2 kali konsumsi.
Bayi dengan berat badan 1,5-2,5 kg: dosis awal 30 mcg/kgBB per hari, dibagi
menjadi 3 kali konsumsi. Dosis lanjutan 4-6 mcg/kg/BB per hari, untuk 1-2 kali
konsumsi
Bayi dengan berat badan di atas 2,5 kg dan balita usia 1 bulan-2 tahun: dosis
awal 45 mcg/kgBB per hari, dibagi tiga kali pemberian. Dosis lanjutan 10 mcg/kgBB
per hari, untuk 1-2 kali konsumsi.
Anak usia 2-5 tahun: dosis awal 35 mcg/kgBB per hari, dibagi menjadi 3 kali
konsumsi. Dosis lanjutan 10 mcg/kgBB per hari, untuk 1-2 kali konsumsi
Anak usia 5-10 tahun: dosis awal 25-750 mcg/kgBB per hari, dibagi menjadi tiga
kali konsumsi. Dosis lanjutan 6-250 mcg/kgBB per hari, untuk 1-2 kali konsumsi.
Anak usia 10-18 tahun: dosis awal 0,75-1,5 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 3 kali
konsumsi. Dosis lanjutan 62,5-750 mcg per hari, untuk 1-2 kali konsumsi.

 Infus
Dewasa: 0,5-1 mg yang diinfuskan selama 2 jam sebagai dosis tunggal

Anda mungkin juga menyukai