PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan suatu bahan atau perpaduan bahan – bahan yang dimaksud untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah , mengurani, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit luka pada manusia. Bahan aktif obat agar
di gunakan nyaman dan aman di kemas dalam bentuk sediaan obat (BS0) atau disebut
farmasi. Bentuk sediaan obat (BSO) dapat mengandung satu atau lebih komponen bahan
aktif obat juga tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat bentuk obat menentukan rute
obat. Misalnya kapsul di berikan peroral dan larutan diberikan perintravena.komposisi
obat dibuat untuk meningkatkan absorbsi dan metabolisme di dalam darah. Farmasi
didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan bahan obat,
dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan dan digunakan pada
pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai
identifikasi, pemilahan (selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan,
analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan
kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman,
baik melalui resep (prsecription) dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun
melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual langsung
kepada pemakai.
Kata farmasi diturunkan dari bahasa Yunani “pharmakon”, yang berarti cantik atau
elok, yang kemudian berubah artinya menjadi racun, dan selanjutnya berubah lagi
menjadi obat atau bahan obat. Oleh karena itu seorang ahli farmasi (Pharmacist) ialah
orang yang paling mengetahui hal ihwal obat. Ia satu-satunya ahli mengenai obat,
karena pengetahuan keahlian mengenai obat memerlukan pengetahuan yang mendalam
mengenai semua aspek kefarmasian seperti yang tercantum pada definisi di atas.
B. Tujuan
Diskusikan dengan dokter jika Anda pernah menderita asma, tukak lambung, penyakit
asam lambung, serta gangguan jantung, ginjal, hati, atau pencernaan.
Jika Anda berusia di atas 65 tahun, disarankan untuk berkonsultasi dulu dengan
dokter sebelum menggunakan obat-obatan jenis ini.
Konsultasi ke dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat golongan ini jika
Anda sedang menyusui, hamil, atau memiliki rencana kehamilan.
Sampaikan kepada dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat untuk mengatasi
hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung, juga bila Anda sedang mengonsumsi
vitamin atau obat herbal.
Konsultasikan kepada dokter sebelum menggunakan obat ini jika Anda akan
menjalani prosedur tertentu, seperti operasi, dalam waktu dekat.
Beri tahu dokter bila Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan golongan
antiinflamasi nonsteroid.
NSAIDs atau obat antiinflamasi nonsteroid termasuk golongan obat yang paling
sering digunakan. Namun, perlu diingat bahwa golongan obat-obat ini juga dapat
menimbulkan beberapa efek samping. Berikut adalah efek samping NSAIDs yang paling
sering terjadi:
Mual
Mutah
Konstipasi
Diare
Penurunan nafsu makan
Sakit kepala
Pusing
Ruam kulit
Selain itu, ada juga efek samping lainnya yang lebih serius, yaitu:
Masalah pencernaan
Tekanan darah tinggi
Perdarahan saluran cerna
Gangguan hati dan ginjal
Gangguan jantung
Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang termasuk ke dalam golongan NSAIDs atau
OAINS:
Ibuprofen
Merek dagang: Aknil, Alaxan FR, Anafen, Arbupon, Arfen, Arthrifen, Axofen,
Bimacyl, Bodrex, Bodrexin IBP.
Aspirin
Merek dagang: Aspirin, Aspilets, Cardio aspirin, Farmasal, Miniaspi 80, Thrombo
Naproxen
Merek dagang: Xenifar, Alif 500
Diclofenac
Merek dagang: Aclonac, Anuva, Araclof, Atranac, Bufaflam, Cataflam, Catanac,
Deflamat, Diclofam, Diclofenac.
Celecoxib
Merek dagang: Celebrex, Novexib.
Etoricoxib
Merek dagang: Arcoxia, Coxiron, Etoricoxib, Etorvel, Orinox.
Indomethacin
Merek dagang: Dialon
Asam mefenamat
Merek dagang: Allogon, Altran, Amistan, Analspec, Anastan Forte, Argesid, Asmef,
Asam Mefenamat, Asimat.
Piroxicam
Merek dagang: Feldene, Scandene
Meloxicam
Merek dagang: Movi-cox, Mecox
Ketoprofen
Merek dagang: Profenid, Noflam
Dexketoprofen
Merek dagang: Ketesse
B. OBAT ANTIBIOTIK
Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah
infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri
berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi
infeksi akibat virus, seperti flu.
Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya,
sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi bakteri yang
diderita tidak kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik. Selain keparahan
kondisi, terdapat juga beberapa pertimbangan lain sebelum akhirnya pasien diberikan
antibiotic seperti Infeksi yang diderita adalah infeksi menular, terasa mengganggu dan
diduga membutuhkan waktu lama untuk sembuh dengan sendirinya dan terdapat risiko
tinggi menyebabkan komplikasi.
Penggunaan antibiotik harus dengan anjuran dokter. Dokter akan menyesuaikan dosis
dengan kondisi pasien, memberitahukan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan
saat menggunakan obat, serta efek samping yang dapat terjadi atas penggunaan
antibiotik. Hindari penggunaan antibiotik tanpa anjuran dokter terutama pada Ibu hamil
dan menyusui, tengah dalam pengobatan lain, memiliki riwayat alergi
antibiotik.Antibiotik juga dapat diberikan sebagai langkah pencegahan infeksi bakteri
atau dalam dunia medis dikenal sebagai profilaksis. Orang-orang yang diberikan
antibiotik untuk profilaksis adalah orang yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi
bakteri, seperti ketika orang tersebut menjalani operasi glaukoma atau operasi
penggantian sendi.
Jenis-jenis Antibiotik
Antibiotik terbagi menjadi beberapa jenis, dan masing-masing digunakan untuk mengatasi
kondisi yang berbeda. Jenis-jenis antibiotik meliputi:
1. Penisilin
Penisilin digunakan untuk banyak kondisi akibat adanya infeksi bakteri, beberapa di
antaranya adalah infeksi Streptococcus, meningitis, gonore, faringitis, dan juga untuk
pencegahan endocarditis. Terutama pada penderita atau memiliki riwayat gangguan ginjal,
akan lebih baik penggunaan penisilin melalui anjuran dan pengawasan dokter. Penisilin
tersedia dalam berbagai bentuk, seperti kaplet, sirop kering, dan suntikan. Masing-masing
bentuk obat dapat digunakan untuk kondisi yang berbeda. Baca keterangan yang ada di
kemasan dan konsultasikan penggunaan obat dengan dokter.
Amoxicillin
Ampicillin
Oxacillin
Penicillin G
Klasifikasi penisilin :
Golongan penisilin mempunyai persamaan sifat kimiawi, mekanisme kerja,
farmakologi, dan karakterisktik imunologis dengan sefalosforin, monobaktam,
karbapenem, dan penghambat beta-laktamase. Semua obat tersebut merupakan
senyawa beta laktam yang dinamakan demikian karena mempunyai cincin laktam
beranggota empat yang unik (Katzung, 2012). Penisilin mempunyai mekanisme kerja
dengan cara mempengaruhi langkah akhir sintesis dinding sel bakteri (transpepetidase
atau ikatan silang), sehingga membran kurang stabil secara osmotik. Lisis sel dapat
terjadi, sehingga penisilin disebut bakterisida. Keberhasilan penisilin menyebabkan
kematian sel berkaitan dengan ukurannya, hanya defektif terhadap organisme yang
tumbuh secara cepat dan mensintesis peptidoglikan dinding sel (Mycek et al., 2001).
Farmakokinetik penisilin :
ABSORPSI.
Penisilin G mudah rusak dalam suasana asam (pH 2). Cairan lambung dengan pH 4
tidak terlalu merusak penisilin. Bila dibandingkan dengan dosis oral terhadap IM,
maka untuk mendapatkan kadar efektif dalam darah, dosis penisilin G oral haruslah 4
sampai 5 kali lebih besar daripada dosis IM. Oleh karena itu penisilin G tidak
dianjurkan untuk diberikan oral. Larutan garam Na-penisilin G 300.000 IU.
DISTRIBUSI.
Penisilin G didistribusi luas dalam tubuh. Kadar obat yang memadai dapat tercapai
dalam hati, empedu, ginjal, usus, limfe dan semen, tetapi dalam CSS sukar dicapai. Bila
meningen dalam keadaan normal, sukar sekali dicapai kadar 0,5 IU/mL dalam CSS walaupun kadar
plasmanya 50 IU/mL. Adanya radang meningen lebih memudahkan penetrasi penisilin G ke
CSS tetapi tercapai tidaknya kadar efektif tetap sukar diramalkan. Pemberian
intratekal jarang dikerjakan karena risiko yang lebih tinggi dan efektivitasnya tidak
lebih memuaskan.
Indikasi
Dosis untuk pemberian secara oral untuk Fenoksimetilpenisilin (Penisilin V) (tablet,
tablet salut selaput, sirup kering)
Endokarditis bakterial, Pada pasien dengan penyakit jantung kongenital atau
rematik atau penyakit katup jantung lainnya; Profilaksis
o Dosis dewasa: 2 g 1 jam sebelum prosedur dan kemudian 1 g 6 jam kemudian
o Dosis anak 12 tahun dan lebih tua, 27 kg atau lebih: 2 g 1 jam sebelum
prosedur dan kemudian 1 g 6 jam kemudian
o Dosis anak 12 tahun dan lebih tua, kurang dari 27 kg: 1 g 1 jam sebelum
prosedur dan kemudian 500 mg 6 jam kemudian.
Kontraindikasi penisilin :
2. Sefalosporin
Sefalosforin tersedia dalam bentuk suntik, tablet, dan sirop kering. Konsultasikan
dengan dokter terkait cara penggunaan obat, karena beda bentuk obat dapat berbeda
pula kondisi yang ditangani. Beberapa kondisi yang diobati menggunakan
sefalosporin, di antaranya adalah infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi
saluran kemih. Obat ini berpotensi menimbulkan efek samping berupa sakit kepala,
nyeri pada dada, bahkan syok. Penggunaan sefalosporin harus dengan anjuran dan
pengawasan dokter.
Cefadroxil
Cefuroxime
Cefixime
Cefotaxim
Cefotiam
Cefepime
Ceftarolin
Klasifikasi sefalosporin :
Farmakokinetik sefalosporin :
Farmakodinamik sefalosporin :
o Sefalosporin merupakan antibiotic yang bersifat bakterisidal = menghambat
sintesis dinding sel bakteri ,yang menyebabkan lisisnya bakteri pathogen.
o Untuk mencapai efek tersebut ,antibiotic harus melewati dinding sel bakteri
dan berikatan dengan penicillin binding proteins (PBPs) ->berupa enzim
(transpeptidase) yang termasuk dalam reaksi silang polimer peptidoglikans.
Indikasi sefalosporin :
Kontraindikasi sefalosporin :
Aminoglikosida adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi banyak penyakit
infeksi bakteri, seperti otitis eksterna, infeksi kulit, dan peritonitis. Penggunaan
aminoglikosida harus dengan anjuran serta pengawasan dokter, karena obat ini
berpotensi menimbulkan efek samping berupa gangguan kesadaran.Aminoglikosida
tersedia dalam banyak bentuk, di antaranya adalah salep, tetes mata, dan suntik.
Masing-masing bentuk obat dapat diresepkan untuk kondisi yang berbeda. Sebelum
menggunakan obat, pasien disarankan untuk membaca keterangan cara penggunaan
yang ada di kemasan obat.
Paromomycin
Tobramycin
Gentamicin
Amikacin
Kanamycin
Neomycin
Klasifikasi aminoglikosida :
Indikasi
Kontraindikasi
Tetrasiklin tersedia dalam berbagai macam bentuk obat, yakni salep, salep mata,
kapsul, dan suntik. Tetrasiklin digunakan untuk mengobati berbagai macam kondisi
yang muncul akibat adanya infeksi bakteri. Beberapa di antaranya adalah sifilis,
anthrax, tifus, brucellosis, dan jerawat. Tetrasiklin tertentu tidak dapat digunakan
pada anak usia di bawah 12 tahun. Jangan menggunakan tetrasiklin tanpa anjuran
dokter.
Doxycycline
Minocycline
Tetracycline
Oxytetracycline
Tigecycline
Klasifikasi tetrasiklin :
Tetrasiklin adalah suatu grup senyawa yang terdiri dari 4 cincin yang berfungsi
dengan suatu sistem ikatan ganda konjugasi. Perbedaannya yang kecil yaitu dalam
efektivitas klinik menunjukan variasi farmakokinetik secara individual akibat
subsitusi pada cincin−cincin tersebut. Doksisiklin Doksisiklin merupakan antibiotik
golongan tetrasiklin dan mempunyai spektrum luas. Efektif pada kondisi yang
disebabkan oleh Chlamydia sp, Riketsia sp, Brucella sp dan Spirochaete, Borrelia
burgdorfer (Lyme disease). Merupakan golongan tetrasiklin yang paling disukai
karena mempunyai profil farmakokinetik yang lebih baik dibandingkan dengan
tetrasiklin.
Farmakokinetik tetrasiklin :
Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam salura cerna. Doksisiklin dan minosiklin
iserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus
halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin
dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan
pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar
diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya
terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2
jam sesudah makan.
Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang
bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-
20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya
meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat
golongan ini ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang serta di sentin dan email
gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri dan terdapat
dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya,
doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.
Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui
empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi
melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu
mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke
dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih
terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi
obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami
kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.
Farmakodinamik tetrasiklin :
Tetrasiklin bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya adalah dengan mengikatkan
diri pada subunit ribosom 30S. Kemudian, mencegah akses aminoacyl-tRNA di lokasi
akseptor (A) pada kompleks mRNA-ribosome sehingga menghambat sintesis protein
bakteri. Tetrasiklin juga mengikatkan diri secara reversibel pada subunit ribosom 50S
dan juga mengganggu membran sitoplasmik bakteri sehingga terjadi kebocoran
intraseluler.
Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas yang dapat digunakan dalam tata laksana
infeksi oleh Chlamydiacease, Mycoplasma spp., Rickettsia spp., spirosera, berbagai
bakteri patogen gram negatif dan positif, serta sejumlah protozoa
Indikasi
Indikasi tetrasiklin adalah sebagai antibiotik spektrum luas untuk infeksi bakteri yang
sensitif terhadap obat , misalnya pada acne, sifilis, gonorrhea, amebiasis, kolera, dan
brucellosis.
Kontraindikasi tetrasiklin :
5. Makrolid
Erythromycin
Azithromycin
Clarithromycin
Klasifikasi makrolid :
Farmakokinetik makrolid :
1) Pemberian: basa erytromycin dihancurkan oleh asam lambung, sehingga harus
diberikan dalam bentuk tablet berselaput enterik atau berbentuk antibiotik yang
diesterifikasi. Semua diabsorpsi secara adekuat pada pemberian oral. Clarithromycin,
azithromycin dan telithromycin bersifat stabil terhadap asam lambung dan mudah
diabsorpsi.
Indikasi makrolida :
Kontraindikasi makrolida:
Quinolone memiliki bentuk yang berbeda, dan dengan indikasi yang berbeda. Bentuk
obat ini, di antaranya adalah tablet, suntik, dan kaplet.
Quinolone digunakan untuk mengatasi banyak kondisi yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Beberapa di antaranya adalah infeksi tulang, cystitis, servisitis, dan infeksi
kulit. Penggunaan quinolone dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan
pada sistem saraf pusat. Maka dari itu, jangan gunakan obat ini tanpa anjuran dokter.
Ciprofloxacin
Levofloxacin
Moxifloxacin
Norfloxacin
Klasifikasi quinolone :
Asam nalidiksat menghambat sebagian besar Enterobacteriaceae. Golongan
fluorokuinolon meliputi norfloksasin, siprofloksasin, ofloksasin, moksifloksasin,
pefloksasin, levofloksasin, dan lain-lain. Fluorokuinolon bisa digunakan untuk infeksi
yang disebabkan oleh Gonokokus, Shigella sp, E. coli, Salmonella sp, Haemophilus
sp, Moraxella catarrhalis serta Enterobacteriaceae dan P. Aeruginosa (Kemenkes,
2011).
Indikasi kuinolon :
Gastroenteritis termasuk kolera ,shigelosis,diare turis, salmonella ,kankroid, penyakit
radang panggul ,penyakit legionela,meningitis, infeksi saluran napas, infeksi kulit dan
antraks.
Kontraindikasi kuinolon :
Riwayat gangguan tendon berhubungan dengan penggunaan kuinolon.
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, T.H., dan Rahardja, K.. (2010). Obat-Obat Penting, Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, Edisi 3, ed. A. Suslia, Jakarta,
Penerbit Salemba Medika.