Pengujian aktivitas antiinflamasi dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode
paw edema, metode pleurisy test, metode kantung granuloma, metode permeabilitas vaskuler.
Obat anti inflamasi steroid merupakan jenis obat yang sangat kuat karena obat-obat ini
menghambat enzim phospholipase A2 sehingga asam arakidonat dan prostaglandin yang menjadi
salah satu penyebab nyeri kepala primer dan menimbulkan edema (pembengkakan) tidak akan
terbentuk. Meski sangat efektif, obat jenis ini memiliki efek samping yang besar pula seperti
hipertensi dan osteoporosis. Contoh obat anti inflamasi steroid adalah hidrokortison,
deksametason, prednisone, betametason, metilprednisolon.
inflamasi/radang timbul karena adanya mediator inflamasi. Contoh mediator inflamasi
adalah prostaglandin dan NO menyababkan pembesaran pada pembuluh darah, histamin,
serotonin, anafilaktoksin, bradikin, leukotrien C, D, dan E meningkatkan permeabilitas vaskuler,
leukotrien B dan kemokin menyebabkan kemotaksis, IL-1, IL-6, dan prostaglandin yang
menyebabkan demam, bradikin dan prostaglandin menyebabkan rasa nyeri, dan enzim lisosom
neutrofil dan makrofag, NO, dan metabolit oksigen menyebabkan kerusakan jaringan.
Prostaglandin merupakan salah satu mediator inflamasi yang mengatur relaksasi dan
kontraksi pada otot polos jaringan. Bagaimana mediator inflamasi ini dapat dihasilkan? Terdapat
Phosphatidylcholine dan Phosphatidylinositol di dalam membran sel. Saat terjadi luka, maka sel
akan terkena dampaknya, begitu pula dengan membran sel. Kedua zat tersebut diubah menjadi
asam arakidonat yang nantinya bercabang menjadi jalur siklooksigenasi (COX) dan
lipooksigenase. Pada jalur COX terbentuk prostaglandin dan thromboxane, sedangkan pada jalur
lipooksigenase terbentuk leukotrin.
Obat anti inflamasi steroid bekerja dengan cara menghambat tumbuhnya enzim
phospholipase A2. Dengan terhambatnya pertumbuhan enzim ini, tidak akan terbentuk asam
arakidonat sehingga otomatis, prostaglandin yang berperan dalam perbaikan otot juga tidak
terbentuk. Dengan kata lain, penggunaan obat anti inflamasi steroid hanya akan menghilangkan
rasa nyeri yang dihasilkan ketika tubuh melakukan perbaikan pada sel-sel otot yang mengalami
kerusakan. Pengguna hanya akan merasa bahwa dirinya sudah kembali normal. Ia tidak lagi
merasakan nyeri dan beranggapan bahwa sel-sel otot juga sudah diperbaiki. Padahal bila kita
melihat lagi pada perbaikan otot, tanpa adanya prostaglandin yang menyebabkan rasa nyeri, otak
tidak akan mendapat sinyal bahwa sebenarnya sebagian kecil dari tubuh mengalami kerusakan.
Karena tidak mendapatkan sinyal, maka sel-sel otot yang rusak akan tetap rusak, karena otak
mengira tubuh baik-baik saja dengan tidak adanya nyeri tersebut. Maka dari itu, terbukti bahwa
penggunaan obat anti inflamasi steroid dapat menghambat pertumbuhan otot.
Sebenarnya, boleh-boleh saja menggunakan obat ini. Banyak juga atlet-atlet olahraga
yang mengonsumsi obat pereda nyeri setelah berlatih/bertanding. Namun penggunaan yang
berlebihan juga akan berakibat buruk. Dan untuk para binaragawan, obat ini tidak dianjurkan
karena dengan hilangnya rasa nyeri, otot tidak akan terbentuk.
Hydrocortisone
Hydrocortisone adalah salah satu obat kortikosteroid yang berfungsi untuk meredakan
peradangan (inflamasi). Obat ini dapat digunakan untuk mengatasi alergi, kelainan kulit, kolitis
ulseratif, artritis, lupus, psoriasis, dan gangguan pernapasan.
Karena hydrocortisone termasuk golongan kortikosteroid, obat ini dapat melemahkan
sistem imun sehingga penggunanya lebih mudah terkena infeksi baru atau memperburuk infeksi
yang sudah terjadi. Untuk menghindari hal tersebut, pengguna hydrocortisone dianjurkan untuk
menghindari kontak dengan orang sakit atau penderita infeksi.
Merk dagang: Calacort, Dermacoid, Fartison, Berlicort, Cortigra, Enkacort, Lexacorton, atau
Steroderm.
Tentang Hydrocortisone
Golongan : kortikosteroid
Kategori : obat resep
Manfaat : Meredakan peradangan ringan pada kulit akibat eksim dan dermatitis,
serta mengatasi gigitan serangga
Penggunaan : Dewasa dan anak-anak
Indikasi : Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap
janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh
digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko
terhadap janin.
Sediaan : oral, topical dan suntik
Peringatan:
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan hydrocortisone, segera
temui dokter
Jangan menerima vaksin hidup selama menggunakan hydrocortisone karena
dikhawatirkan vaksinasi tidak bekerja dengan baik.
Hindari mengonsumsi alkohol selama menjalani pengobatan dengan hydrocortisone.
Harap berhati-hati jika Anda menderita infeksi virus atau bakteri, mengalami lesi
akibat TBC atau sifilis, serta menderita infeksi fungi.
Dosis Hydrocortisone
Berikut adalah dosis dan tujuan penggunaan hydrocortisone:
Bentuk: Obat topical
Mengobati dermatosis
Dewasa: Gunakan krim 0,1-2,5 % pada daerah yang terkena dermatosis
Bentuk: Obat suntik
Penanganan peradangan jaringan lunak
Dewasa: Suntik intravena, 100-200 mg dilarutkan di dalam larutan natrium fosfat atau
natrium suksinat.
Mengobati radang sendi
Dewasa: Injeksi intra-artikular, 5-50 mg tergantung ukuran sendi yang mengalami
peradangan, kemudian dilarutkan dalam larutan asam asetat.
Suplemen kelenjar adrenal selama pembedahan minor pada anestesi general
Dewasa: Suntik intravena, dosis awal 25-50 mg, kemudian dilanjutkan dengan
kortikosteroid oral setelah pembedahan
Suplemen kelenjar adrenal selama pembedahan sedang atau mayor pada anestesi general
Dewasa: Suntik intravena, dosis awal 25-50 mg, kemudian dilanjutkan dengan
hydrocortisone sesuai dosis sebelumnya sebanyak tiga kali sehari selama 24 jam untuk
pembedahan sedang, dan selama 48-72 jam untuk pembedahan mayor. Pengobatan
dengan kortikosteroid oral dilanjutkan setelah dosis hydrocortisone injeksi selesai
diberikan
Mengatasi kekurangan hormon adrenal korteks akut
Dewasa: Suntik intravena 100-500 mg 3-4 kali sehari, selama 24 jam tergantung kepada
tingkat keparahan penyakit
Anak usia < 1 tahun: Suntik intravena, dosis 25 mg
Anak usia 1-5 tahun: Suntik intravena, dosis 50 mg
Anak usia 6-12 tahun: Suntik intravena, dosis 100 mg
Bentuk: Obat oral
Terapi pengganti kekurangan hormon adrenal korteks
Dewasa: 20-30 mg/hari dibagi menjadi 2 dosis.
Anak-anak: 400-800 mkg/hari dibagi menjadi 2-3 dosis.
Manfaat Hydrocortisone
Berdasarkan cara kerjanya, manfaat Hydrocortisone adalah mengatasi peradangan dan
manfaat salep Hydrocortisone tentunya adalah mengatasi peradangan di kulit. Berikut
adalah beberapa kondisi yang bisa diatasi oleh Hydrocortisone:
Gigitan serangga
Infeksi kulit akibat getah tanaman tertentu
Eksim
Dermatitis
Psoriasis
Infeksi kulit akibat alergi
Gatal-gatal di area kewanitaan
Gatal-gatal di anus
Obat ini meredakan infeksi kulit yang biasanya ditandai dengan ruam merah, gatal, hingga
pembengkakan pada kulit. Meskipun ampuh untuk mengatasi berbagai peradangan pada
kulit, tetapi Hydrocortisone tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi kukit yang
diakibatkan oleh jamur, bakteri, maupun virus.
Dosis Hydrocortisone
Salep Hydrocortisone tersedia dalam kemasan tube 5 mg. Terdapat dua komposisi yang
berbeda yaitu Hydrocortisone acetate 1% dan 2.5%. Dosis Hydrocortisone ditentukan
berdasarkan seberapa berat infeksi yang dialami. Sedangkan untuk pengaplikasiannya,
dosis Hydrocortisone yang disarankan adalah dioleskan sebanyak 3 hingga 4 kali per hari.
Gunakanlah obat ini sesuai dengan dosis yang disarankan. Jangan mengganti dosis obat ini
tanpa berdiskusi dengan dokter atau apoteker sebelumnya.
Petunjuk Penggunaan
Berikut adalah langkah-langkah penggunaan salep Hydrocortisone yang harus Anda
perhatikan:
Bersihkan dan keringkan bagian kulit yang terinfeksi dan tangan yang akan
digunakan untuk mengaplikasikan obat ini.
Oleskan salep Hydrocortisone tipis-tipis ke seluruh bagian kulit yang terinfeksi.
Jangan tutup bagian yang terinfeksi dengan kasa perban karena akan
mengganggu kerja obat pada kulit.
Cuci tangan setelah mengaplikasikan obat ini, kecuali tangan Anda yang
terinfeksi.
Hindari kontak dengan bagian kulit yang sensitif seperti mata, hidung, dan mulut.
Jika tidak sengaja terkena, segera bersihkan dengan air bersih.
Efek Samping Hydrocortisone
Sama seperti obat-obatan lain pada umumnya, Hydrocortisone juga berpotensi
menimbulkan efek samping. Berikut adalah efek samping Hydrocortisone yang mungkin
terjadi:
Rasa perih
Sensasi terbakar
Iritasi kulit ringan
Kulit kering
Kulit kemerahan
Timbul jerawat
Folikulitis
Pertumbuhan rambut di kulit yang berlebihan
Penipisan kulit
Perubahan warna kulit
Stretch mark
Reaksi alergi seperti ruam merah gatal, pembengkakan, hingga kesulitan
bernapas.
Jika Anda mengalami salah satu efek samping di atas maupun efek samping lainnya, segera
hentikan penggunaan obat. Jika gejala efek samping tidak membaik atau bahkan
memburuk, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Interaksi Obat
Penggunaan Hydrocortisone bersamaan dengan obat lainnya baik itu obat resep, non-resep,
maupun obat herbal, dapat menimbulkan interaksi obat yang bisa menurunkan kinerja obat
atau menngkatkan kemungkinan timbulnya efek samping. Beberapa jenis obat yang tidak
boleh digunakan bersamaan dengan Hydrocortisone adalah obat golongan NSAIDs,
Ciclosporin, Salisilat dan Antimuskarinik, Phenytoin, Barbiturat, Pirimidone, Carbamazepine,
dan Rifampicin.
Daftar obat yang sudah disebutkan di atas bukan merupakan daftar lengkap. Selalu
konsultasikan dengan dokter tentang kondisi kesehatan dan pengobatan lain yang sedang
Anda jalani sebelum menggunakan Hydrocortisone.
Perhatian dan Peringatan
Hydrocortisone masuk ke dalam golongan obat keras yang artinya hanya bisa didapatkan
melalui resep dokter. Agar keamanan dari penggunaan obat ini terjaga, berikut adalah
beberapa hal yang harus menjadi perhatian dan peringatan bagi Anda:
Jangan gunakan obat ini pada pasien yang alergi terhadap Hydrocortisone dan
memiliki riwayat alergi terhadap obat jenis obat kortikosteroid lainnya.
Jangan gunakan obat ini pada pasien dengan kondisi tertentu seperti menderita
infeksi akibat jamur, virus atau bakteri, dan sedang menerima vaksin hidup.
Obat ini masuk kategori C penggunaannya untuk ibu hamil yang artinya hanya
boleh dipergunakan jika memang manfaatnya lebih besar dari[ada risiko yang
mungkin terjadi.
Penggunaan pada wanita yang sedang program hamil, ibu menyusui, dan juga
anak-anak sebaiknya juga berhati-hati dan harus di bawah pengawasan dokter.
Sebaiknya tidak menggunakan obat ini pada kulit bagian wajah dan juga ketiak
karena merupakan bagian kulit yang sensitif. Gunakan obat ini hanya jika
disarankan oleh dokter.
Hydrocortisone bisa menurunkan imunitas penggunanya sehingga pasien mudah
terinfeksi. Jaga jarak dengan penderita infeksi atau orang yang sedang sakit
selama penggunaan obat ini.
Hati-hati penggunaan obat ini pada infeksi yang cukup luas dan penggunaan
jangka panjang.
Tramadol
Obat Tramadol adalah salah satu obat pereda sakit kuat untuk meredakan rasa sakit atau
nyeri akut yang dirasakan oleh seseorang, baik nyeri ringan atau berat (contohnya nyeri setelah
operasi). Obat ini mirip dengan alagestik narkotika, sehingga obat Tramadol memungkinkan
Anda memiliki rasa kecanduaan, terutama jika sudah digunakan dengan rutin dalam jangka
waktu panjang dan tanpa pengawasan dari dokter.
Manfaat Tramadol adalah meredakan nyeri sedang hingga berat. Sedangkan Fungsi
Tramadol adalah memengaruhi reaksi kimia pada dalam otak dan sistem saraf yang pada
akhirnya mengurangi sensasi rasa sakit atau nyeri. Lalu komposisi obat Tramadol adalah
Tramadol Hidroklorida 50 mg.
Penggunaan obat tidak boleh melebihi dosis yang telah diberikan oleh dokter, karena
kemungkinan menyebabkan ketergantungan. Penggunaan obat Tramadol pun harus dilakukan
secara teratur. Begitu pula jika Anda ingin menghentikan penggunaan obat. Penghentian
penggunaan obat Tramadol harus dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan petunjuk yang
dianjurkan oleh dokter.
Jika rasa sakit yang Anda alami berkepanjangan, dokter mungkin akan menyarankan
Anda untuk menggunakan obat-obat narkotika yang diresepkan bersamaan dengan obat ini. Hal
tersebut diperlukan untuk membantu meringankan rasa nyeri berkepanjangan yang dialami.
Karena obat ini tidak cukup membantu rasa nyeri berkepanjangan tanpa dibantu dengan obat
narkotika lain.
Perlu diperhatikan, penggunaan obat analgesik narkotik pun harus sesuai dengan resep
yang dokter berikan. Obat tidak boleh dikonsumsi dalam jumlah yang lebih dari anjuran untuk
menghindari rasa ketergantungan dari penggunaan obat tersebut.
Perlu diperhatikan pula penggunaan obat bagi ibu hamil dan menyusui. Penggunaan obat
Tramadol untuk ibu hamil harap dilakukan secara hati-hati, sesuai dengan anjuran yang telah
dokter berikan. Penggunaan obat memungkinkan memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan
bayi Anda. Begitu pula dengan ibu menyusui. Harap gunakan obat setelah melakukan konsultasi
yang lebih mendalam mengenai manfaat dan risiko yang mungkin terjadi.
Setelah Anda mengetahui fungsi, manfaat dan komposisi Tramadol, Anda juga perlu tahu
tentang sedian, dosis dan indikasi dari obat tersebut. Informasi di bawah ini akan membantu
Anda untuk memahami penggunaan obat secara tepat, sebelum berniat mengkonsumsinya.
Tablet
50mg
Suspensi
10 mg/mL
Kapsul, rilis diperpanjang
Obat lain yang termasuk kelas anestesi opioid: Buprenorfin, Butorfanol, Kodein, Fentanil,
Hidrokodon, Hidromorfon, Levorfanol, Meperidin, Methadon, Morfin, Nalbufin, Oksikodon,
Pentazocin, Oksimorfon, Oksikodon, Petidin, Remifentanil, Sulfentanil, Tapentadol
Obat ini merupakan jenis obat opioid pereda rasa sakit yang digunakan untuk meredakan rasa
sakit sedang sampai cukup berat. Ketika diminum obat ini bereaksi dalam waktu 1 jam.
Rilis cepat
o Nyeri Kronis: 25 mg PO setiap pagi awalnya; meningkat sebesar 25-50
mg/hari setiap 3 hari sampai dengan 50-100 mg PO setiap 4-6 jam PRN
(pro re nata, bila diperlukan); tidak melebihi 400 mg/hari
o Nyeri Akut: 50-100 mg PO setiap 4-6 jam PRN; tidak melebihi 400 mg/hari
Rilis diperpanjang
o 100 mg PO sekali sehari awalnya; meningkat sebesar 100 mg / hari setiap 5
hari; tidak melebihi 300 mg/hari
o Konversi dari rilis segera ke rilis diperpanjang: buat dosis total harian
sekitar 100 mg
o Jangan dikunyah, dihancurkan atau dilarutkan
Modifikasi dosis
Gangguan ginjal berat (CrCl <30 mL/min): rilis Segera, 50-100 mg PO setiap 12 jam;
rilis diperpanjang tidak dianjurkan
Gangguan hati berat: rilis Segera, 50 mg PO setiap 12 jam; rilis diperpanjang tidak
dianjurkan
Rilis cepat
o Usia <17 tahun: Keamanan dan efektivitas tidak diketahui
o Usia >17 tahun (akut): 50-100 mg PO setiap 4-6 jam PRN; tidak melebihi
400 mg/hari
o Usia >17 tahun (kronis): 25 mg PO setiap pagi awalnya; meningkat sebesar
25-50 mg/hari setiap 3 hari sebagai dosis terpisah hingga 50-100 mg PO
setiap 4-6 jam PRN; tidak melebihi 400 mg/hari
Rilis diperpanjang
o Usia <18 tahun: Keamanan dan efektivitas tidak didirikan.
Efek Samping
Frekuensi >10%
Sembelit (24-46%)
Mual (24-40%)
Pusing (10-33%)
Vertigo (26-33%)
Sakit kepala (18-32%)
Mengantuk (25/07%)
Muntah (17/09%)
Agitasi (7-14%)
Kecemasan (7-14%)
Emosi labil (7-14%)
Euphoria (7-14%)
Halusinasi (7-14%)
Gugup (7-14%)
Spastisitas (7-14%)
Dispepsia (5-13%)
Asthenia (6-12%)
Pruritus (8-11%)
Frekuensi 1-10%
Diare (5-10%)
Mulut kering (5-10%)
Berkeringat (6-9%)
Hypertonia (1-5%)
Malaise (1-5%)
Gejala menopause (1-5%)
Ruam (1-5%)
Frekuensi kencing (1-5%)
Retensi urin (1-5%)
Vasodilatasi (1-5%)
Gangguan visual (1-5%)
Frekuensi <1%
Kiprah Abnormal
Amnesia
Disfungsi kognitif
Depresi
Kesulitan dalam konsentrasi
Dysphoria
Disuria
Kelelahan
Gangguan menstruasi
Kelemahan sistem motorik
Hipotensi ortostatik
Paresthesia
Kejang
Kecenderungan bunuh diri
Sinkop/pingsan
Takikardia
Tremor
Peringatan
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap tramadol atau opioid
Perhatian
Kategori A: Secara umum dapat diterima, telah melalui penelitian pada wanita-
wanita hamil, dan menunjukkan tidak ada bukti kerusakan janin
Kategori B: Mungkin dapat diterima oleh wanita hamil, telah melalui penelitian
pada hewan coba namun belum ada bukti penelitian langsung pada manusia.
Kategori C: Digunakan dengan hati-hati. Penelitian pada hewan coba
menunjukkan risiko dan belum ada penelitian langsung pada manusia
Kategori D: Digunakan jika memang tidak ada obat lain yang dapat digunakan,
dan dalam kondisi mengancam jiwa.
Kategori X: Jangan digunakan pada kehamilan.
Kategori NA: Tidak ada informasi
Pada ibu menyusui, obat dapat diekskresikan melalui ASI dalam konsentrasi yang tinggi,
tidak direkomendasikan untuk digunakan.