Disusun Oleh :
Kelompok II (Dua)
JURUSAN KIMIA
MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflamasi atau radang merupakan satu dari respon utama system kekebalan terhadap
infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (jistamin, bradikin, serotin,
leukotriene, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang
dalam system kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi. Mediator
inflamasi terdeteksi oleh tubuh permeabilitas sel meningkat keluarnya cairan ke tempat inflamasi
terjadi pembengkakan vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dipacu ketempat tersebut
sehingga timbul warna merah dan terjadi migrasi sel sel dan darah putih.
Anti inflamasi merupakan obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan
bukan karena mikroorganisme dan juga merupakan obat yang sangat kuat. Karena obat obat ini
menghambat enzim phospholipase A2 sehingga tidak terbentuk asam arakidonat. Asam
arakidonat tidak terbentuk berarti prostaglandin juga tidak terbentuk. Namun, obat anti inflamasi
golongan ini tidak boleh digunakan seenaknya. Karena efeknya sampingnya besar. Bias
menyebabkan moon face, hipertensi, osteoporosis dan lainnya.
Senyawa steroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki struktur kimia tertentu
yang memiliki tiga cincin sikloheksana. Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara alami oleh
korteks adrenal tubuh dikenal dengan nama senyawa kortikosteroid. Kortikosteroid digolongkan
menjadi dua berdasarkan aktivitasnya, yaitu glukortikoid dan mineralokortikoid. Glukortikoid
memiliki peranan pada metabolism glukosa (kortisol atau hidrokortisol). Mineralokortikosteroid
memiliki retensi garam (aldosterone). Telah banyak disintesis glukortikoid sintetik, yang
termasuk golongan obat yang penting karena secara luas digunakan terutama untuk pengobatan
penyakit penyakit inflamasi.
Indikasi :
Berbagai kondisi inflamasi, misalnya radang reumatik, radang usus, radang pada ginjal,
radang pada mata, radang karena asma
Mengatasi shock anafilaktik alergi dalam dosis tinggi
Mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh dalam proses pencocokkan organ
Pada pasien kanker sebagai terapi pendukung kemotrapi. Obat ini dapat menangkal
perkembangan edema pada pasien tumor otak.
Diberikan pada ibu hamil yag memiliki resiko melahirkan secara premature.
Secara injeksi sering digunakan sebagai pertolongan pada kondisi darurat untuk
penyelamatan nyawa.
Kontra indikasi:
Dosis lazim pada dewasa untuk anti inflamasi, secara oral, injeksi intervena dan
intramuscular (sebagai natrium fosfat) 0,75- 9 mg/ hari dalam dosis terbagi setiap 6-12
jam.
Dosis lazim pediatric untuk anti inflamasi adalah 0,08-0,3 mg/kg/hari atau 2,5- 5 mg/m 2/
hari dalam dosis terbagi setiap 6-12 jam.
Isoniazid : Konsentrasi serum isoniazid mungkin akan menurun jika diberikan bersamaan
dengan deksametason
Cholestyramine dan efedrin : Cholestyramine meningkatkan klirenskortikosteroid
sehingga menurunkan kadar/efek farmakologisnya.
Vaksin hidup : deksametason menurunkan sistem imun tubuh sehingga meningkatkan
resiko terjadinya infeksi. Penggunaan vaksin hidup pada pasien yang menggunakan
deksametason (dexamethasone) sebaiknya dihindari.
Anti jamur azole seperti ketoconazole: mengurangi metabolisme kortikosteroid sehingga
dapat meningkatkan kadar dan efek farmakologisnya.
NSAID : aspirin atau NSAID lainnya meningkatkan resiko efek samping pendarahan
pada saluran pencernaan.
2.2.2. Betametason
adalah glukokortikoid sintetik yang mempunyai efek sebagai antiinflamasi dan imunosupresan.
Mekanisme kerja:
2.2.3 Prednison
Prednisone adalah suatu glukokortikoid sintetik. Prednison merupakan pro-drug, yang di
dalam hati akan segera diubah menjadi prednisolon, senyawa aktif steroid. Senyawa steroid
adalah senyawa golongan lipid yang memiliki struktur kimia tertentu yang memliki tiga cinccin
sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Prednison memiliki rumus molekul C21H26O5. Obat
ini banyak digunakan dalam penatalaksaan reaksi alergi dan penyakit autonimun seperti
rheumatoid arthritis. Sifat prednison adalah serbuk kristalin berwarna putih, tak berbau, sangat
sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam etanol, methanol, kloroform, dan dioksan serta
memiliki berat molekul 358,428 g/mol. Prednisone disimpan dalam suhu 15-30 OC. Memiliki
bentuk sediaan tablet 50 mg dan kaplet 50 mg.
Bentuk sediaan
Tablet (4 mg). disamping itu triamsinolon terdapat dalam bentuk inhaler (untuk asma),
nasal spray (untuk mengibati rhinitis karena alergi), injeksi (untuk pengobatan osteoarthritis,
rheumatoidarthritis, bursitis, penyakit Gout, epicondylitis, tenosynovitis), krim dan salep (untuk
pengobatan pada kulit seperti atopic dermatitis, eksim psoriasis, seborrheic dermatitis), dan krim
atau pasta gigi (untuk mengobati beberapa keluhan dalam mulut).
Indikasi
Penggunaan obat triamcinolone sering diindikasikan terutama bagi pengobatan untuk
mengurangi berbagai jenis penyakit radang. Dan dapat digunakan untuk mengatasi beberapa
kondisi lainnya yaitu:
gangguan pernapasan seperti asma
tuberkulosis paru fulminant
gejala rhinitis akibat alergi
penyakit kulit akibat alergi dengan ruam kemerahan atau gatal-gatal
pemphigus
bullous dermatitis herpetiformis
dermatitis eksfoliatif
inflamasi pada sendi seperti rheumatoid arthritis
osteoarthritis atau pengapuran tulang sendi
radang sendi
peradangan dalam mulut dan saluran cerna misalnya sariawan
penyakit mata seperti konjunctivitis alergi
Kontraindikasi
Hindari penggunaan Triamcort pada pasien:
Penderita purpura trombositopenik idiopatik
Penderita malaria serebral
Penderita infeksi jamur, virus, atau bakteri yang tidak diobati;
Penderita psikosis akut
Penderita TB aktif
Penderita keratitis herpes simpleks
Penderita mikosis sistemik dan parasitosis
Dosis
Dosis triamcinolone pada setiap pasien bisa berbeda-beda. Jumlah dosis triamcinolone
yang diberikan tergantung dari kekuatan obat. Selain itu, jumlah dosis yang Kamu gunakan
setiap hari, jarak waktu antara penggunaan obat, dan seberapa lama obat harus digunakan
tergantung dari masalah medis yang dialami. Untuk dosis dewasa
Dalam bentuk oral:
Untuk mengobati luka pada mulut: pasta triamcinolone acetonide 0,1%, oleskan pada
luka saat waktu tidur sebanyak 2-3 kali sehari.
Dalam bentuk intramuskular:
1. Untuk mengobati hay fever (rhinitis alergi): triamcinolone acetonide 40-100 mg
dalam dosis tunggal.
2. Untuk mengobati gangguan peradangan dan supresi alergi: triamcinolone
acetonide 40 mg, diulangi jika dibutuhkan.
Dalam bentuk intraartikular:
Untuk mengobati peradangan sendi: triamcinolone acetonide 5-10 mg untuk sendi kecil
dan 40 mg untuk sendi besar. Maksimal 80 mg setiap injeksi dalam beberapa tempat untuk
beberapa sendi. Triamcinolone hexacetonide 2-6 mg untuk sendi kecil, 5-10 mg untuk sendi
sedang, dan 10-20 mg untuk sendi yang lebih besar. Digunakan dengan interval 3-4 minggu.
Dalam bentuk periartikular:
Untuk mengobati bursitis, tendisitis: 10-20 mg.
Dalam bentuk intradermal:
Untuk mengobati peradangan kulit: triamcinolone acetonide 1-3 mg per daerah,
maksimal 5 mg per daerah. Total maksimal 30 mg jika beberapa daerah yang diinjeksi.
Triamcinolone diasetat 5-25 mg dalam dosis terbagi diinjeksi tidak lebih pada daerah 100
mikrogram/cm2 triamcinolone heksasetonida, hingga 500 mikrogram/inchi2 pada kulit yang
ingin diaplikasikan.
Dalam bentuk topikal:
Untuk mengobati penyakit kulit (dermatosis) yang respons terhadap kortikosteroid:
triamcinolone acetonide 0,025-0,5 dioleskan sebanyak 2-4 kali sehari.
Dalam bentuk nasal:
Pencegahan dan pengobatan rhinitis alergi: triamcinolone acetonide 2 semprotan (110
mikrogram) untuk setiap hidung sebanyak 1 kali sehari, kemudian diturunkan menjadi 1
semprotan (55 mikrogram) untuk setiap hidung 1 sekali sehari.
Dalam bentuk intravitreal:
1. Untuk mengobati peradangan mata: triamcinolone acetonide 4 mg.
2. Untuk pengelihatan saat vitrektomi: triamcinolone acetonide 1-4 mg.
Interaksi dengan obat lain dan interaksi dengan makanan
Interaksi obat dapat mengubah cara kerja obat atau meningkatkan risiko efek samping
serius. Informasi ini tidak mencakup semua interaksi obat terhadap triamcinolone. Menggunakan
obat ini dengan obat tertentu biasanya tidak direkomendasikan, tetapi bisa saja dibutuhkan pada
beberapa kasus. Kalau dokter memberikan dua obat secara bersamaan, biasanya dosis salah satu
obat diubah atau frekuensi penggunaannya yang diubah, supaya kedua obat bisa bekerja dengan
baik.
Interaksi Makanan
Triamsinolon mempengaruhi absorpsi kalsium
Interaksi Obat
Banyak obat dapat berinteraksi dan meningkatkan efek triamsinolon, yang dapat
menyebabkan sedasi berat. Sebaliknya, klirens triamsinolon dapat ditingkatkan oleh siklosporin,
karbamazepin, fenitoin, senyawa-senyawa barbiturat, dan rifampisin. Triamsinolon menurunkan
absorpsi salisilat, meningkatkan risiko terjadinya perdarahan pada penggunaan NSAID,
menurunkan efek hipoglikemik dari obat-obat antidiabetik, meningkatkan risiko terjadinya
hiperkalaemia pada penggunaan amfoterisin B, β agonists, β-blockers, dan diuretika.
Triamsinolon juga berinteraksi dengan obat-obat jantung, hormon-hormon seks perempuan
termasuk kontraseptif oral, dan lain-lain.
2.2.5. Methylprednisolone
Bentuk sediaan
Tablet : 2 mg, 4 mg, 8 mg, 16 mg dan 32 mg
Suspensi injeksi : 20mg/mL, 40mg/mL, dan 80mg/mL
Serbuk untuk injeksi : 40 mg, 125 mg, 500 mg, 1 g dan 2 g
Indikasi
Metilprednisolon diindikasikan untuk penekanan inflamasi dan kelainan hipersensitivitas,
inflamasi bowel parah, edema serebral disertai dengan keganasan, rematik, dan inflamasi kulit.
Kontraindikasi
Kontraindikasi methylprednisolone antara lain adalah:
Alergi terhadap methylprednisolone
Infeksi fungal sistemik
Dosis
Dosis methylprednisolone berbeda untuk tiap penderita, tergantung pada kondisi penderita
dan respons tubuh terhadap pengobatan. Berikut ini adalah dosis methylprednisolone yang dibagi
berdasarkan tujuan pengobatannya:
2.2.6. Prednisolone
Bentuk sediaan
1. Larutan oral Prednisolon natrium fosfat (Pediapred)
2. Suspensi oral Prednisolon asetat (Flo-Pred)
3. Tablet Prednisolon (Millipred)
4. Tablet terdisintegrasi cepat Prednisolon natrium fosfat (Orapred)
Bentuk sediaan tersebut tersedia di Amerika serikat. Sementara itu ada juga dalam
bentuk obat tetes mata, tablet, dan krim/salep.
Indikasi
Sebagai obat antiinflamasi prednison dapat digunakan pada pengobatan beberapa
penyakit berikut ini:
Reaksi inflamasi akut,
Penyakit rematoid artitis,
Penyakit asma bronchial
Penyakit lupus eritematosus
Penyakit pada kulit karena peradangan atau alergi
Penyakit pada mata karena peradangan atau alergi
Penyakit keganasan sistem limfatik neoplastic
Sindroma adrenogenital
Kontraindikasi
Obat prednison tidak boleh digunakan pada penderita yang memiliki beberapa kondisi
berikut :
mempunyai penyakit tuberculosis aktif
mempunyai penyakit infeksi akut
mempunyai penyakit infeksi jamur
mempunyai penyakit herpes simpleks mata
mempunyai penyakit ulkus peptikum
mempunyai penyakit hipertensi
mengalami osteoporosis
mengalami psikosis maupun psikoneurosis berat
sedang menerima vaksin hidup
sedang dalam kehamilan trimester pertama
Dosis
Dosis prednisolone berbeda-beda untuk setiap pasien. Berikut ini adalah dosis umum
penggunaan prednisolone untuk beberapa kondisi:
Kondisi: Konjungtivitis
Obat tetes mata
Dewasa: 1-2 tetes pada mata yang sakit, 2-4 kali sehari. Evaluasi ulang jika kondisi
tidak membaik setelah 2 hari pengobatan.
Kondisi: Multiple sclerosis
Tablet
Dewasa: 200 mg per hari untuk 1 minggu, dilanjutkan 80 mg per hari, selama 1
bulan.
Kondisi: Infantile spasm
Tablet
Anak usia 1 bulan hingga 2 tahun: Dosis awal 10 mg, 4 kali sehari, selama 14 hari.
Jika kejang masih berlanjut setelah 7 hari, dosis bisa ditingkatkan menjadi 20 mg, 3
kali sehari, selama 7 hari. Kurangi dosis secara bertahap dalam 15 hari, lalu hentikan
pengobatan.
Kondisi: Alergi dan radang
Tablet
Dewasa: 5-60 mg per hari, yang dibagi ke dalam 2-4 jadwal konsumsi.
Anak usia 1 bulan hingga 18 tahun: Untuk gangguan autoimun: Dosis awal 1-2
mg/kgBB, 1 kali per hari. Setelah beberapa hari, dosis bisa dikurangi secara bertahap
bila perlu. Dosis maksimal 60 mg per hari.
Kondisi: Hepatitis autoimun
Tablet
Anak usia 1 bulan hingga 18 tahun: Dosis awal adalah 2 mg/kgBB, 1 kali sehari,
lalu kurangi ke dosis minimum. Dosis maksimal 40 mg per hari.
Kondisi: Asma sedang hingga berat
Tablet
Dewasa: Untuk penderita asma yang mengalami serangan 2 kali dalam setahun: 40-
60 mg per hari, yang dapat dibagi ke dalam 1-2 jadwal konsumsi.
Anak-anak: Untuk anak-anak usia 4 tahun ke bawah dengan serangan 3 kali dalam
setahun, dan anak usia 5-11 tahun dengan serangan 2 kali dalam setahun: 1-2
mg/kgBB per hari, selama 3-5 hari. Obat bisa diberikan sekali sehari atau dibagi
menjadi beberapa jadwal konsumsi. Dosis maksimal 60 mg per hari.
Kondisi: Sindrom nefrotik
Tablet
Anak usia 1 bulan hingga 18 tahun: Dosis awal 60 mg/m2 luas permukaan tubuh
(LPT), 1 kali per hari, selama 4 minggu hingga urine bebas protein. Dilanjutkan 40
mg/m2 LPT per hari, selama 4 minggu, lalu kurangi dosis secara bertahap. Untuk
mencegah kekambuhan, 0,5-1 mg/kgBB, 1 kali sehari, selama 3-6 bulan.
Kondisi: Rheumatoid arthritis
Krim/salep
Dewasa: Oleskan pada area yang sakit.
Tablet
Dewasa: Dosis awal 5-7,5 mg per hari.
Lansia: 5 mg per hari.
Kondisi: Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP)
Tablet
Anak usia 1-10 tahun: 1-2 mg/kgBB per hari, maksimal selama 14 hari, atau 4
mg/kgBB per hari, maksimal selama 4 hari.
14. Meningkatkan risiko hipokalemia (kadar kalium rendah dalam tubuh) dengan
amphotericin B.
Obat-obatan tertentu tidak boleh digunakan pada saat makan atau saat makan
makanan tertentu karena interaksi obat dapat terjadi. Mengonsumsi alkohol atau
tembakau dengan obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan interaksi terjadi.
Diskusikan penggunaan obat Anda dengan makanan, alkohol, atau tembakau dengan
penyedia layanan kesehatan.
2.2.7. Tramadol
Obat Tramadol adalah salah satu obat pereda sakit kuat untuk meredakan rasa sakit atau nyeri
akut yang dirasakan oleh seseorang, baik nyeri ringan atau berat (contohnya nyeri setelah
operasi). Obat ini mirip dengan alagestik narkotika, sehingga obat Tramadol memungkinkan
Anda memiliki rasa kecanduaan, terutama jika sudah digunakan dengan rutin dalam jangka
waktu panjang dan tanpa pengawasan dari dokter.
Mekanisme kerja obat
Tramadol bekerja dengan dua mekanisme:
Pertama dengan mengikat secara stereospesifik reseptor μ-opioid di sistem saraf pusat
untuk memblok sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri (inflamasi).
Kedua menghambat pelepasan neurotransmitter, serotonin dan norepinephrine dari sistem
saraf aferen yang sensitif terhadap stimulus yang berakibat terhambatnya impuls nyeri.
Bentuk sediaan
Tablet: 50mg
Suspensi: 10 mg/mL
Kapsul, rilis diperpanjang
100mg (ConZip, Ultram ER)
150mg (ConZip)
200mg (ConZip, Ultram ER)
300mg (ConZip, Ultram ER)
Indikasi
Kegunaan tramadol adalah untuk mengobati nyeri sedang sampai berat, baik nyeri akut
maupun kronis misalnya nyeri pasca operasi. The European League Against Rheumatism
merekomendasikan penggunaan tramadol untuk pengobatan fibromyalgia, suatu kondisi nyeri
yang terjadi hampir di seluruh tubuh, terutama jika ditekan pada bagian tubuh.
Kontraindikasi
Jangan diberikan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada tramadol atau opioid
analgetik lainnya.
Tidak boleh diberikan kepada penderita yang sedang diterapi dengan obat-obat monoamine
oxidase (MAO) inhibitors, obat-obat yang berefek hipnotik dan sedative, analgetik dan obat-
obat lain yang mempengaruhi sistem saraf pusat lainnya.
Sebaiknya jangan menggunakan obat ini pada pengguna alcohol
Pasien yang menderita depresi pernapasan yang signifikan, harus hati-hati jika menggunakan
obat ini
Obat ini juga kontraindikasi pada penderita asma akut atau asma bronchial berat.
Dosis
Dosis tramadol untuk indikasi dewasa
Untuk Nyeri Sedang hingga berat
Rilis cepat
a. Nyeri Kronis: 25 mg PO setiap pagi awalnya; meningkat sebesar 25-50 mg/hari
setiap 3 hari sampai dengan 50-100 mg PO setiap 4-6 jam PRN (pro re nata, bila
diperlukan); tidak melebihi 400 mg/hari
b. Nyeri Akut: 50-100 mg PO setiap 4-6 jam PRN; tidak melebihi 400 mg/hari
Rilis diperpanjang
c. 100 mg PO sekali sehari awalnya; meningkat sebesar 100 mg / hari setiap 5 hari;
tidak melebihi 300 mg/hari
d. Konversi dari rilis segera ke rilis diperpanjang: buat dosis total harian sekitar 100
mg
e. Jangan dikunyah, dihancurkan atau dilarutkan
Pertimbangan Dosis Tramadol
Kapsul/tablet rilis diperpanjang jangan dikunyah, dihancurkan, atau dilarutkan
Juga diberikan dalam kombinasi dengan acetaminophen
Modifikasi dosis
Gangguan ginjal berat (CrCl <30 mL/min): rilis Segera, 50-100 mg PO setiap 12 jam;
rilis diperpanjang tidak dianjurkan
Gangguan hati berat: rilis Segera, 50 mg PO setiap 12 jam; rilis diperpanjang tidak
dianjurkan
Dosis Tramadol dan Indikasi Anak
Untuk Nyeri Sedang hingga berat
Rilis cepat
o Usia <17 tahun: Keamanan dan efektivitas tidak diketahui
o Usia >17 tahun (akut): 50-100 mg PO setiap 4-6 jam PRN; tidak melebihi
400 mg/hari
o Usia >17 tahun (kronis): 25 mg PO setiap pagi awalnya; meningkat sebesar
25-50 mg/hari setiap 3 hari sebagai dosis terpisah hingga 50-100 mg PO
setiap 4-6 jam PRN; tidak melebihi 400 mg/hari
Rilis diperpanjang
o Usia <18 tahun: Keamanan dan efektivitas tidak didirikan.
Efek samping
Beberapa efek samping tramadol yang pernah dilaporkan terjadi:
Seperti obat analgetik yang bekerja di sistem saraf pusat lainnya, efek samping tramadol yang
umum misalnya mual, muntah, pusing, sedasi, rasa lelah, sakit kepala, berkeringat, pruritis,
kulit kemerahan, mulut kering, dyspepsia dan sembelit.
Meskipun obat ini bekerja drngan cara mengikat secara stereospesifik reseptor μ-opioid di
sistem saraf pusat, efek samping berupa ketergantungan obat sampai sekarang relative jarang
terjadi
Interaksi dengan obat lain
Tramadol berinteraksi dengan obat-obat berikut:
Obat-obat yang bekerja di sistem saraf pusat seperti tranquiliser, hipnotik, dan sedative
meningkatkan efek analgetik dan sedative tramadol
Carbamazepine mengurangi efek analgesic tramadol. Penggunaan bersama kedua obat ini
tidak dianjurkan.
Tramadol bisa menyebabkan kejang,oleh karena itu hindari penggunaan bersamaan dengan
obat-obat selective serotonine reuptake inhibitors, anoretic, anti depresan trisiklik, senyawa
opioid lain, MAO inhibitors, atau obat lain yang menurunkan ambang kejang lainnya.
Penghambat enzim CYP2D6 (amitriptyline, quinidine, fluoxetine, paroxetine) dan
penghambat enzim CYP3A4 (ketokonazole, erythromycin),mengurangi klirens tramadol dari
ginjal sehingga beresiko meningkatkan efek samping yang serius.
2.2.8. Hydrocortisone
Hydrocortisone adalah salah satu obat kortikosteroid yang berfungsi untuk meredakan
peradangan (inflamasi). Obat ini dapat digunakan untuk mengatasi alergi, kelainan kulit, kolitis
ulseratif, artritis, lupus, psoriasis, dan gangguan pernapasan.
Karena hydrocortisone termasuk golongan kortikosteroid, obat ini dapat melemahkan
sistem imun sehingga penggunanya lebih mudah terkena infeksi baru atau memperburuk infeksi
yang sudah terjadi. Untuk menghindari hal tersebut, pengguna hydrocortisone dianjurkan untuk
menghindari kontak dengan orang sakit atau penderita infeksi.
Dosis
Berikut adalah dosis dan tujuan penggunaan hydrocortisone:
Bentuk: Obat topical
Mengobati dermatosis
Dewasa: Gunakan krim 0,1-2,5 % pada daerah yang terkena dermatosis
Bentuk: Obat suntik
Penanganan peradangan jaringan lunak
Dewasa: Suntik intravena, 100-200 mg dilarutkan di dalam larutan natrium fosfat atau
natrium suksinat.
Mengobati radang sendi
Dewasa: Injeksi intra-artikular, 5-50 mg tergantung ukuran sendi yang mengalami
peradangan, kemudian dilarutkan dalam larutan asam asetat.
Suplemen kelenjar adrenal selama pembedahan minor pada anestesi general
Dewasa: Suntik intravena, dosis awal 25-50 mg, kemudian dilanjutkan dengan
kortikosteroid oral setelah pembedahan
Suplemen kelenjar adrenal selama pembedahan sedang atau mayor pada anestesi general
Dewasa: Suntik intravena, dosis awal 25-50 mg, kemudian dilanjutkan dengan
hydrocortisone sesuai dosis sebelumnya sebanyak tiga kali sehari selama 24 jam untuk
pembedahan sedang, dan selama 48-72 jam untuk pembedahan mayor. Pengobatan
dengan kortikosteroid oral dilanjutkan setelah dosis hydrocortisone injeksi selesai
diberikan
Mengatasi kekurangan hormon adrenal korteks akut
Dewasa: Suntik intravena 100-500 mg 3-4 kali sehari, selama 24 jam tergantung kepada
tingkat keparahan penyakit
Anak usia < 1 tahun: Suntik intravena, dosis 25 mg
Anak usia 1-5 tahun: Suntik intravena, dosis 50 mg
Anak usia 6-12 tahun: Suntik intravena, dosis 100 mg
Bentuk: Obat oral
Terapi pengganti kekurangan hormon adrenal korteks
Dewasa: 20-30 mg/hari dibagi menjadi 2 dosis.
Anak-anak: 400-800 mkg/hari dibagi menjadi 2-3 dosis.
Efek samping
Beberapa efek samping salpe hidrokortison yang bisa terjadi adalah:
Kulit terasa panas atau seperti terbakar
Terasa gatal dikulit
Kulit mengalami kekeringan
Atrofi kulit (penipisan dan pengerutan kulit)
Infeksi sekunder
Stretch mark
Kulit lebam
Perubahan warna kulit
Munculnya pembuluh darah halus dipermukaan kulit