Anda di halaman 1dari 11

FARMAKOLOGI

“Obat Kortiksteroid”

Disusun oleh :

Nama : Fathiyyatusholihah

NPM : F0H020031

Tingkat : IA

Semester : II (Dua)

Dosen pengampuh :
Nurlaili, S.Sos.,M.Kes

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
A. Pengertian

Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di kulit


kelenjar adrenal. Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh,
misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan
inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta
tingkah laku.
Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok, yakni glukokortikoid (contohnya kortisol)
yang berperan mengendalikan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat
anti inflamasi dengan cara menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat pula
menurunkan kinerja eosinofil. Kelompok lain dari kortikosteroid adalah
mineralokortikoid (contohnya aldosteron), yang berfungsi mengatur kadar elektrolit dan
air, dengan cara penahanan garam di ginjal.
Pemberian kortikosteroid dosis tinggi dapat menyebabkan sindrom Cushing dengan
gejala-gejala moon face, berat badan naik, otot lemah terutama bahu dan pinggul, dll, ,
striae dan acne yang dapat pulih (reversibel) bila terapi dihentikan, tetapi cara
menghentikan terapi harus dengan menurunkan dosis secara bertahap (tappering-off)
untuk menghindari terjadinya insufisiensi adrenal akut. Pada anak, penggunaan
kortikosteroid dapat menghambat pertumbuhan dan dapat mempengaruhi perkembangan
pubertas. Oleh karena itu penting untuk menggunakan dosis efektif terendah, pemberian
secara berselang sehari dapat membatasi efek penurunan perkembangan anak.

B. Mekanisme kerja Kortikosteroid

Kortikosteroid yang dibentuk secara alami, hidrokortison (Cortef) dan kortison,


diproduksi oleh bagian terluar dari kelenjar adrenal yang dikenal sebagai korteks
(sehingga disebut kortikosteroid). Kortikosteroid diklasifikasikan sebagai:

1. Glukokortikoid
Glukokortikoid mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak serta
aktivitas sel darah dan otot. Kortisol, glukokortikoid utama, memiliki efek
antiinflamasi, antialegi dan anti stress. Glukokortikoid dipakai untuk mengobati
banyak penyakit dan masalah kesehatan.
Efek samping glukokortikoid antara lain diabetes dan osteoporosis, yang berbahaya,
terutama pada lanjut usia, dapat terjadi fraktur osteoporotik pada tulang pinggul dan
tulang belakang. Selain itu, pemberian dosis tinggi dapat mengakibatkan nekrosis
avaskular pada kepala femur.

Obat Kortikosteroid
a. Prednisone
Obat Prednisone adalah obat yang digunakan untuk mengatasi peradangan akibat
kondisi gangguan kesehatan tertentu, misalnya seperti kondisi gangguan darah,
kondisi gangguan sistem kekebalan tubuh, penyakit arthritis, bahkan untuk
penderita kaker

Fungsi Prednisone :
untuk mengurangi terjadinya peradangan atau pembengkakan yang disebabkan
karena berbagai gangguan kesehatan seperti yang telah disebutkan. Dengan
adanya pengurangan radang atau pembengkakan, diharapkan penderita tidak
mengalami rasa sakit yang berlebihan akibat adanya kondisi gangguan kesehatan
yang diderita

contoh obat:
Eltazone, Etacortin, Ifison, Inflason, Lexacort, Pehacort, Prednison, Remacort,
Trifacort
dosis :
a) Kondisi:Alergi
Tablet
Dewasa: 30 mg pada hari ke-1 pengobatan, lalu dilanjutkan pemberian dosis 5
mg pada hari seterusnya sampai tablet ke-21.
b) Kondisi: Rheumatoid arthritis
Tablet
Dewasa: Hingga 10 mg per hari tergantung beranya penyakit.
c) Kondisi: Asma
Tablet
Dewasa: 40-60 mg per hari, dibagi menjadi 1-2 kali pemberian selama tiga
hari atau lebih.
Bayi baru lahir sampai anak usia 11 tahun: 1-2 mg/kgBB per hari selama 3
hari atau lebih. Dosis maksimal adalah 60 mg per hari.
Pertimbangan pemakaian :
Antiinflamasi atau imunosupresif. Glukokortikoid oral, merupakan obat pilihan.
Perhatian khusus pada kondisi : Tukak lambung, hipertensi aktif,, gangguan
neurologic, gangguan hati & ginjal, DM..

b. Dexamethasone

Dexamethasone adalah obat untuk mengatasi peradangan, reaksi alergi, dan dan


penyakit autoimun. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg, sirup, suntikan
(injeksi), dan tetes mata.

contoh obat:
Carbidu, Bufacaryl, Dexamethasone, Dextamine, Molacort.
Dosis :
a) Kondisi: Peradangan
Tablet dan Sirop
Dewasa: 0,75-9 mg per hari dibagi menjadi 2-4 kali pemberian.
Anak-anak (mulai usia 1 bulan): 10-100 mcg/kgBB per hari dibagi menjadi 1-
2 kali pemberian tergantung dari respons pasien terhadap obat. Dosis
maksimal 300 mcg/kgBB per hari.
b) Kondisi: Peradangan mata
Tetes mata, salep mata
Dewasa: Larutan 0,1% teteskan 1-2 kali pada mata yang meradang sebanyak
4-6 kali per hari atau per jam jika kondisi tergolong parah. Untuk salep mata
0,05%, ambil salep secukupnya seukuran ujung jari dan oleskan pada lipatan
bawah mata maksimal empat kali sehari. Dosis bisa dikurangi jika kondisi
telah membaik.
c) Kondisi: Peradangan sendi
Cairan suntik
Dewasa: 0,8-4 mg tergantung dari ukuran daerah sendi yang meradang.
Kemudian, untuk suntik jaringan lunak sebanyak 2-6 mg dan bisa diulang tiap
3 hari - 3 minggu.

Pertimbangan pemakaian :
antiinflamasi yang kuat. Untuk gangguan alergi akut, serangan asma, udema
serebral, shock dan chusing syndrome.
Efek samping : Retensi cairan & elektrolit, meningkatkan kemungkinan infeksi

c. Metilprednisolon
Methylprednisolone adalah obat yang cukup sering diresepkan oleh dokter untuk
mengatasi berbagai macam penyakit, mulai dari radang tenggorokan hingga
rematik. Sebab, methylprednisolone adalah obat golongan kortikosteroid yang
memang dianggap efektif untuk mengatasi kondisi peradangan

contoh obat:

Advantan, Intidrol Medixon, Metilgen 8, Methylprednisolone, Medrol,


Nichomedson, Ometilson 8, Rhemafar, Solumedrol, Somerol, Stenirol-8.

Dosis :
a) Kondisi: Alergi
Tablet
Dewasa: 24 mg pada hari ke-1, 20 mg pada hari ke-2, 16 mg pada hari ke-3,
12 mg pada hari ke-4, 8 mg pada hari ke-5, dan 4 mg pada hari ke-6.
b) Kondisi: Mengatasi peradangan atau sebagai obat imunosupresif
Suntik
Dewasa: 2-60 mg per hari dibagi 1-4 kali dosis tergantung dari penyakit yang
sedang diobati.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per hari.
Serbuk suntik
Dewasa: 10-500 mg per hari melalui suntik pembuluh darah.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per hari melalui suntik pembuluh darah.
c) Kondisi: Peradangan kulit
Krim
Dewasa: Dosis krim methylprednisolone 0,1% adalah ambil secukupnya
dengan ujung jari lalu oleskan 1 kali pada kulit yang ingin diobati, maksimal
selama 12 minggu.
Anak-anak: Dosis krim methylprednisolone 0,1% adalah ambil krim
secukupnya dengan ujung jari lalu oleskan 1 kali pada kulit yang ingin diobati,
maksimal selama 4 minggu.

d. Triamsinolon
Triamcinolone adalah obat untuk meredakan peradangan. Obat ini juga bisa
digunakan untuk mengurangi keluhan akibat alergi. Triamcinolone memiliki
berbagai bentuk sediaan yang bisa digunakan untuk meredakan peradangan pada
hidung, kulit, sendi, atau pun rongga mulut

.
contoh obat:
Cincort, Flamicort, Kenalog In Orabase,  Sinocort, Triamcinolone, Tremacort,
Triacilon, Trilac
Dosis:
a) Kondisi: Luka di mulut
Pasta
Dosis: Untuk luka yang tidak terlalu luas, gunakan pasta kurang dari 1 cm ke
daerah yang luka tanpa menggosoknya, hingga membentuk lapisan tipis.
Gunakan secukupnya setelah makan dan sebelum tidur malam. Temui dokter
jika luka tidak kunjung sembuh setelah 7 hari pemakaian.
b) Kondisi: Radang kulit
Krim dan salep
Dosis: Ambil krim secukupnya dengan ujung jari, lalu oleskan 2-4 kali sehari
pada daerah yang meradang.
Cairan suntik
Dosis: 1-3 mg langsung pada kulit yang meradang, maksimal 30 mg untuk
sejumlah area suntik
c) Kondisi: Rinitis alergi
Semprot hidung
Dewasa: 2 kali semprot per hari (110 mikrogram) untuk masing-masing
lubang hidung. Dosis dikurangi menjadi 1 kali semprot per hari (55
mikrogram) untuk masing-masing lubang hidung.
Anak-anak usia 2-12 tahun: Sekali semprot per hari untuk masing-masing
lubang hidung. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 2 kali semprot per hari untuk
masing-masing hidung jika gejala makin parah.

Pertimbangan pemakaian pada:


Antiinflamasi atau imunosupresif. Preparat dapat disuntikkan pada sendi dan
jaringan lunak.

e. Prednisolone
Prednisolone adalah obat untuk mengatasi berbagai kondisi peradangan, termasuk
radang sendi, radang pada konjungtiva (konjungtivitis), atau asma. Obat ini tidak
boleh digunakan sembarangan dan harus sesuai resep dokter
Contoh obat :

Borraginol-S, Cendo Cetapred, Chloramfecort-H, CP Krim, Colipred, Klorfeson,


Lupred 5, P-Pred, Predxol

a) Kondisi: Alergi, peradangan, penyakit autoimun


Tablet
Dewasa: 5-60 mg per hari dibagi menjadi 2-4 kali pemberian. Dosis
pemeliharaan adalah 2,5-15 mg per hari.
Anak-anak (mulai usia usia 1 bulan): Dosis awal adalah 1-2 mg/kgBB, satu
kali per hari. Dosis bisa diturunkan secara bertahap setelah beberapa hari jika
diperlukan. Dosis maksimal adalah 60 mg per hari.
b) Kondisi: Rheumatoid arthritis
Tablet
Dewasa: Dosis awal adalah 5-7,5 mg per hari disesuaikan dengan kebutuhan.
Lansia: 5 mg per hari.
Krim salep
Dewasa: ambil secukupnya dengan ujung jari, lalu oleskan secara merata ke
daerah yang ingin diobati.
c) Kondisi: Konjungtivitis
Tetes mata
Dewasa: Tersedia dalam larutan 0,12% atau 1%, 1-2 tetes pada mata yang
meradangi, 2-4 kali per hari. Frekuensi penetasan dapat dilakukan cukup
sering pada 24-48 jam pertama, jika diperlukan. Jika setelah dua hari, kondisi
belum kunjung membaik, segera temui dokter.
f. Betametason

Betametason adalah obat untuk meredakan gejala peradangan akibat sejumlah


kondisi, seperti reaksi alergi, radang sendi, lupus, sarkoidosis, kolitis
ulseratif, asma, gangguan tiroid, atau multiple sklerosis. Selain itu, betametason
juga bisa digunakan sebagai terapi untuk hiperplasia adrenal kongenital.
Betametason

Contoh obat :
Betason-N, Fobancort, Celestamine, Cortamine, Zestam.

a) Kondisi: Peradangan atau alergi


Tablet dan sirop (oral)
Dewasa: Dosis betametason adalah 0,5-5 mg per hari dibagi menjadi beberapa
kali pemberian, tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan respons pasien
terhadap obat.
Anak-anak:
Anak usia 1-6 tahun: 25% dari dosis orang dewasa.
Anak usia 7-11 tahun: 50% dari dosis orang dewasa.
Anak usia 12 tahun atau lebih: 75% dari dosis orang dewasa.
Obat Suntik
Dewasa: 4-20 mg per hari.
Anak-anak:
Anak usia 1 tahun atau kurang: 1 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau sesuai
kebutuhan.
Anak usia 2-5 tahun: 2 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau sesuai
kebutuhan.
Anak usia 6-12 tahun: 4 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau sesuai
kebutuhan.
b) Kondisi: Rheumatoid arthritis
Tablet dan sirop (oral)
Dewasa: 0,5-2 mg per hari.
c) Kondisi: Peradangan kulit
Krim, salep, dan gel (topikal)
Dewasa: Betametason tersedia dalam konsentrasi 0,025%, 0,05%, atau 0,1%.
Pemberian pada masing-masing konsentrasi akan disesuaikan dengan kondisi
pasien. Oleskan betametason 1-3 kali per hari selama 2-4 minggu atau hingga
kondisi membaik.
d) Kondisi: Psoriasis
Krim, salep, dan gel (topikal)
Dewasa: Betametason 0,05% dioleskan secukupnya, 2 kali sehari, selama 4
minggu.
e) Kondisi: Alergi dan peradangan pada mata
Tetes mata
Dewasa: Dosis awal sebanyak 1-2 tetes pada mata meradang tiap dua jam, lalu
frekuensi pemberian tetes mata akan dikurangi jika kondisi mata telah
berangsur membaik

Beberapa glukokortikoid juga digunakan sebagai anti radang, memiliki sifat penahan
garam tetapi kebanyakan digunakan untuk efek anti-inflamasi. Fludrocortisone
(Florinef), mineralokortikoid sintetis memiliki efek penahan garam yang kuat dengan
efek anti-radang yang signifikan, dan digunakan sebagian besar untuk menjaga
keseimbangan garam dan air di dalam tubuh.

2. Minerallokortikoid
Mineralokortikoid merupakan type kedua kortikosteroid, mensekresi aldosteron.
Hormon ini mempertahankan keseimbangan cairan dengan meningkatkan penyerapan
natrium dari tubulus ginjal. Natrium menarik air , menyebabkan retensi air. Jika
terjadi hipovolemia, sekresi aldosteron akan ditingkatkan. Dengan reabsorbsi natrium,
kalium akan dikeluarkan dan mengakibatkan terjadinya hipokalemia. Defisiensi
minerallo kortikoid biasanya terjadi dengan defisiensi glukokortikoid, seringkali
disebut defisiensi kortikosteroid. Fludokortison merupakan suatu minerallokortikoid
oral yang dapat diberikan bersamaan dengan glukokortikoid. Obat ini dapat
menyebabkan suatu keseimbangan negative nitrogen, sehingga biasanya diperlukan
diet tinggi protein. Karena pemakaian minerallo dan glukokortikoid terjadi ekskresi
kalium, maka kadar kalium harus dipantau

C. Manfaat kortikosteroid

Kortikosteroid yang termasuk golongan glukokortikoid mempengaruhi sistem tubuh


dengan beberapa cara. Tetapi sebagian besar berfungsi sebagai anti radang yang kuat dan
dalam kondisi

Manfaat bagi sistem kekebalan tubuh seperti:


a. Arthritis/ rematik (misalnya, rheumatoid arthritis)
b. Kolitis (kolitis ulserativa, dan penyakit Crohn)
c. Asma
d. Bronkitis
e. Beberapa situasi yang melibatkan ruam kulit
f. Kondisi alergi atau peradangan yang melibatkan hidung dan mata
Kortikosteroid golongan glukokortikoid digunakan untuk mengobati:
a. lupus sistemik
b. Psoriasis berat
c. Leukemia
d. Limfoma
e. Purpura thrombocytopenic idiopatik
f. Anemia hemolitik autoimun

Kortikosteroid digunakan untuk menekan sistem kekebalan dan mencegah penolakan


pada orang yang menjalani transplantasi organ serta kondisi lainnya. Fludrocortisone
(Florinef), kortikosteroid golongan mineralokortikoid oral yang poten dan sistemik
digunakan untuk mengobati penyakit Addison yang menyebabkan hilangnya garam
seperti pada hiperplasia adrenal kongenital. Fludrocortisone juga digunakan secara umum
untuk mengobati kondisi tekanan darah rendah (hipotensi) meskipun hal ini belum
direkomendasikan oleh badan pengolahan obat dan makanan di Amerika.

Anda mungkin juga menyukai