Anda di halaman 1dari 16

Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang berguna untuk
menambah hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan, dan meredakan peradangan
atau inflamasi, serta menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.
Kortikosteroid, seperti cortisone atau hydrocortisone, diproduksi secara alami di
kelenjar adrenal bagian terluar atau korteks. Sementara itu, kortikosteroid dalam
bentuk obat disebut kortikosteroid sintetis dengan cara kerja dan manfaat yang
sama dengan kortikosteroid alami.
Contoh-contoh kortikosteroid sintetis adalah:

 Betametason
 Dexamethasone
 Methylprednisolone
 Prednison
 Prednisolone
 Triamcinolone.

Berikut ini sejumlah kegunaan kortikosteroid dalam menangani kondisi-kondisi


seperti:

 Asma
 Rheumatoid arthritis
 Bronkitis
 Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn
 Reaksi alergi pada kulit, mata, atau hidung.

Obat ini bekerja dengan cara masuk ke dinding sistem sel imun untuk mematikan zat
yang bisa melepaskan senyawa-senyawa yang menjadi pemicu peradangan.

Peringatan:

 Ibu hamil, ibu menyusui, atau wanita yang sedang merencanakan untuk
hamil, disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter sebelum menggunakan
obat kortikosteroid.
 Harap berhati-hati dalam menggunakan kortikosteroid jika menderita penyakit
jantung, gangguan fungsi hati, tukak lambung atau ulkus usus dua belas jari
(duodenum), gangguan kesehatan mental, pengeroposan tulang atau
osteoporosis, katarak, diabetes, epilepsi, atau mengalami gangguan pada
kulit seperti infeksi kulit, jerawat, luka terbuka, hingga rosacea.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obat lain, termasuk
suplemen atau herba, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan interaksi
obat yang tidak diinginkan. Diskusikan kepada dokter mengenai pemakaian
kortikosteroid bersama dengan obat-obat berikut ini: obat antiinflamasi
nonsteroid/OAINS (seperti: diclofenac, ibuprofen, atau naproxen), vaksin
(seperti:  MMR, BCG), digoxin, diuretik, warfarin, salbutamol, serta obat untuk
diabetes, epilepsi, dan obat HIV/AIDS.
 Jika telah digunakan untuk jangka panjang, obat jangan dihentikan secara
tiba-tiba. Konsutasikan kembali dengan dokter untuk menghentikan obat
secara bertahap.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Efek Samping Kortikosteroid


Efek samping biasanya terjadi pada penggunaan kortikosteroid untuk jangka
panjang, yaitu lebih dari 2-3 bulan. Sejumlah efek samping yang bisa ditimbulkan
setelah menggunakan obat kortikosteroid adalah:

 Penumpukan lemak di pipi (moon face)


 Rentan terkena infeksi
 Meningkatnya tekanan darah atau hipertensi
 Meningkatnya kadar gula darah
 Mempercepat timbulnya katarak
 Tukak (ulkus) pada lambung atau duodenum
 Masalah kulit
 Pelemahan fungsi otot
 Perubahan mood dan perilaku.

Jenis-Jenis, Merek Dagang, dan Dosis Kortikosteroid


Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang termasuk ke dalam golongan
kortikosteroid. Untuk mendapatkan penjelasan secara rinci mengenai efek samping,
peringatan, atau interaksi dari masing-masing obat kortikosteroid, silahkan lihat
pada Obat A-Z.

Betametason
Merek dagang: Betam-opthal, Betametason Valerate, Beprosone, Canedrylskin,
Celestik, Diprosone OV, Hufabethamin, Meclovel Nilacelin, Ocuson.
Kondisi: Peradangan atau alergi

 Tablet dan sirop (oral)


Dewasa: Dosis betametason adalah 0,5-5 mg per hari dibagi menjadi
beberapa kali pemberian, tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan
respons pasien terhadap obat.
Anak-anak:
Anak usia 1-6 tahun: 25% dari dosis orang dewasa.
Anak usia 7-11 tahun: 50% dari dosis orang dewasa.
Anak usia 12 tahun atau lebih: 75% dari dosis orang dewasa.

 Obat Suntik
Dewasa: 4-20 mg per hari.
Anak-anak:
Anak usia 1 tahun atau kurang: 1 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau
sesuai kebutuhan.
Anak usia 2-5 tahun: 2 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau sesuai
kebutuhan.
Anak usia 6-12 tahun: 4 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau sesuai
kebutuhan.

Kondisi: Rheumatoid arthritis

 Tablet dan sirop (oral)


Dewasa: 0,5-2 mg per hari.

Kondisi: Peradangan kulit

 Krim, salep, dan gel (topikal)


Dewasa: Betametason tersedia dalam konsentrasi 0,025%, 0,05%, atau
0,1%. Pemberian pada masing-masing konsentrasi akan disesuaikan dengan
kondisi pasien. Oleskan betametason 1-3 kali per hari selama 2-4 minggu
atau hingga kondisi membaik.

Kondisi: Psoriasis

 Krim, salep, dan gel (topikal)


Dewasa: Betametason 0,05% dioleskan secukupnya, 2 kali sehari, selama 4
minggu.

Kondisi: Alergi dan peradangan pada mata

 Tetes mata
Dewasa: Dosis awal sebanyak 1-2 tetes pada mata meradang tiap dua jam,
lalu frekuensi pemberian tetes mata akan dikurangi jika kondisi mata telah
berangsur membaik.

Dexamethasone
Merek dagang dexamethasone: Alletrol Compositum, Dexamethasone, 
Dexaharsen, Dextamine, Etadexta, Kalmethasone, Mexon, Oradexon, Tobroson.
Kondisi: Peradangan

 Tablet dan Sirop


Dewasa: 0,75-9 mg per hari dibagi menjadi 2-4 kali pemberian.
Anak-anak (mulai usia 1 bulan): 10-100 mcg/kgBB per hari dibagi menjadi
1-2 kali pemberian tergantung dari  respons pasien terhadap obat. Dosis
maksimal 300 mcg/kgBB per hari.

Kondisi: Peradangan mata

 Tetes mata, salep mata


Dewasa: Larutan 0,1% teteskan 1-2 kali pada mata yang meradang
sebanyak 4-6 kali per hari atau per jam jika kondisi tergolong parah. Untuk
salep mata 0,05%, ambil salep secukupnya seukuran ujung jari dan oleskan
pada lipatan bawah mata maksimal empat kali sehari. Dosis bisa dikurangi
jika kondisi telah membaik.

Kondisi: Peradangan sendi

 Cairan suntik
Dewasa: 0,8-4 mg tergantung dari ukuran daerah sendi yang meradang.
Kemudian, untuk suntik jaringan lunak sebanyak 2-6 mg dan bisa diulang tiap
3 hari - 3 minggu.

Methylprednisolone
Merek dagang methylprednisolone: Advantan, Intidrol Medixon, Metilgen 8,
Methylprednisolone, Medrol, Nichomedson, Ometilson 8, Rhemafar, Solumedrol,
Somerol, Stenirol-8.
Kondisi: Alergi

 Tablet
Dewasa: 24 mg pada hari ke-1, 20 mg pada hari ke-2, 16 mg pada hari ke-3,
12 mg pada hari ke-4, 8 mg pada hari ke-5, dan 4 mg pada hari ke-6.

Kondisi: Mengatasi peradangan atau sebagai obat imunosupresif

 Tablet
Dewasa: 2-60 mg per hari dibagi 1-4 kali dosis tergantung dari penyakit yang
sedang diobati.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per hari.

 Serbuk suntik
Dewasa: 10-500 mg per hari melalui suntik pembuluh darah.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per hari melalui suntik pembuluh darah.

Kondisi: Peradangan kulit

 Krim
Dewasa: Dosis krim methylprednisolone 0,1% adalah ambil secukupnya
dengan ujung jari lalu oleskan 1 kali pada kulit yang ingin diobati, maksimal
selama 12 minggu.
Anak-anak: Dosis krim methylprednisolone 0,1% adalah ambil krim
secukupnya dengan ujung jari lalu oleskan 1 kali pada kulit yang ingin diobati,
maksimal selama 4 minggu.

Prednison
Merek dagang prednison: Eltazone, Etacortin, Ifison, Inflason, Lexacort, Pehacort,
Prednison, Remacort, Trifacort.
Kondisi:Alergi

 Tablet
Dewasa: 30 mg pada hari ke-1 pengobatan, lalu dilanjutkan pemberian dosis
5 mg pada hari seterusnya sampai tablet ke-21.

Kondisi: Rheumatoid arthritis

 Tablet
Dewasa: Hingga 10 mg per hari tergantung beranya penyakit.

Kondisi: Asma

 Tablet
Dewasa: 40-60 mg per hari, dibagi menjadi 1-2 kali pemberian selama tiga
hari atau lebih.
Bayi baru lahir sampai anak usia 11 tahun: 1-2 mg/kgBB per hari selama 3
hari atau lebih. Dosis maksimal adalah 60 mg per hari.

Prednisolone
Merek dagang prednisolone: Borraginol-S, Cendo Cetapred, Chloramfecort-H, CP
Krim, Colipred, Klorfeson, Lupred 5, P-Pred, Predxol.
Kondisi: Alergi, peradangan, penyakit autoimun

 Tablet
Dewasa: 5-60 mg per hari dibagi menjadi 2-4 kali pemberian. Dosis
pemeliharaan adalah 2,5-15 mg per hari.
Anak-anak (mulai usia usia 1 bulan): Dosis awal adalah 1-2 mg/kgBB, satu
kali per hari. Dosis bisa diturunkan secara bertahap setelah beberapa hari jika
diperlukan. Dosis maksimal adalah 60 mg per hari.

Kondisi: Rheumatoid arthritis

 Tablet
Dewasa: Dosis awal adalah 5-7,5 mg per hari disesuaikan dengan
kebutuhan.
Lansia: 5 mg per hari.

 Krim salep
Dewasa: ambil secukupnya dengan ujung jari, lalu oleskan secara merata ke
daerah yang ingin diobati.

Kondisi: Konjungtivitis

 Tetes mata
Dewasa: Tersedia dalam larutan 0,12% atau 1%, 1-2 tetes pada mata yang
meradangi, 2-4 kali per hari. Frekuensi penetasan dapat dilakukan cukup
sering pada 24-48 jam pertama, jika diperlukan. Jika setelah dua hari, kondisi
belum kunjung membaik, segera temui dokter.

Triamcinolone
Merek dagang triamcinolone: Cincort, Flamicort, Kenalog In Orabase,  Sinocort,
Triamcinolone, Tremacort, Triacilon, Trilac. Tanyakan kepada dokter mengenai
kegunaan dan dosis triamcinolone tablet
Kondisi: Luka di mulut

 Pasta
Dosis: Untuk luka yang tidak terlalu luas, gunakan pasta kurang dari 1 cm ke
daerah yang luka tanpa menggosoknya, hingga membentuk lapisan tipis.
Gunakan secukupnya setelah makan dan sebelum tidur malam. Temui dokter
jika luka tidak kunjung sembuh setelah 7 hari pemakaian.

Kondisi: Radang kulit

 Krim dan salep


Dosis: Ambil krim secukupnya dengan ujung jari, lalu oleskan 2-4 kali sehari
pada daerah yang meradang.

 Cairan suntik
Dosis: 1-3 mg langsung pada kulit yang meradang, maksimal 30 mg untuk
sejumlah area suntik

Kondisi: Rinitis alergi

 Semprot hidung
Dewasa: 2 kali semprot per hari (110 mikrogram) untuk masing-masing
lubang hidung. Dosis dikurangi menjadi 1 kali semprot per hari (55
mikrogram) untuk masing-masing lubang hidung.
Anak-anak usia 2-12 tahun: Sekali semprot per hari untuk masing-masing
lubang hidung. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 2 kali semprot per hari untuk
masing-masing hidung jika gejala makin parah.
Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs)
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAIDs) adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi
peradangan, sehingga meredakan nyeri dan menurunkan
demam. NSAIDs sering dikonsumsi untuk mengatasi sakit kepala, nyeri
menstruasi, keseleo, atau nyeri sendi.
NSAIDs tersedia dalam bentuk kapsul, tablet, krim, gel, suppositoria (obat yang
langsung dimasukkan ke dalam anus), dan suntik. Dalam mengatasi nyeri, NSAIDs
atau OAINS bekerja dengan cara menghambat hormon pemicu peradangan, yaitu
hormon prostaglandin. Dengan berkurangnya peradangan, rasa nyeri juga akan
berkurang dan demam akan turun.

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs


(NSAIDs)

 Diskusikan dengan dokter jika Anda pernah menderita asma, tukak lambung,


penyakit asam lambung, serta gangguan jantung, ginjal, hati, atau
pencernaan.
 Jika Anda berusia di atas 65 tahun, disarankan untuk berkonsultasi dulu
dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan jenis ini.
 Konsultasi ke dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat golongan ini
jika Anda sedang menyusui, hamil, atau memiliki rencana kehamilan.
 Sampaikan kepada dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat untuk
mengatasi hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung, juga bila Anda sedang
mengonsumsi vitamin atau obat herbal.
 Konsultasikan kepada dokter sebelum menggunakan obat ini jika Anda akan
menjalani prosedur tertentu, seperti operasi, dalam waktu dekat.
 Beri tahu dokter bila Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan
golongan antiinflamasi nonsteroid.

Efek Samping Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs)


NSAIDs atau obat antiinflamasi nonsteroid termasuk golongan obat yang paling
sering digunakan. Namun, perlu diingat bahwa golongan obat-obat ini juga dapat
menimbulkan beberapa efek samping. Berikut adalah efek samping NSAIDs yang
paling sering terjadi:

 Mual
 Mutah
 Konstipasi
 Diare
 Penurunan nafsu makan
 Sakit kepala
 Pusing
 Ruam kulit

Selain itu, ada juga efek samping lainnya yang lebih serius, yaitu:

 Masalah pencernaan
 Tekanan darah tinggi
 Perdarahan saluran cerna
 Gangguan hati dan ginjal
 Gangguan jantung

Jenis dan Merek Dagang Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs)


Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang termasuk ke dalam golongan NSAIDs atau
OAINS:

 Ibuprofen
Merek dagang: Aknil, Alaxan FR, Anafen, Arbupon, Arfen, Arthrifen, Axofen,
Bimacyl, Bodrex, Bodrexin IBP.
 Aspirin
Merek dagang: Aspirin, Aspilets, Cardio aspirin, Farmasal, Miniaspi 80,
Thrombo
 Naproxen
Merek dagang: Xenifar, Alif 500
 Diclofenac
Merek dagang: Aclonac, Anuva, Araclof, Atranac, Bufaflam, Cataflam,
Catanac, Deflamat, Diclofam, Diclofenac.
 Celecoxib
Merek dagang: Celebrex, Novexib.
 Etoricoxib
Merek dagang: Arcoxia, Coxiron, Etoricoxib, Etorvel, Orinox.
 Indomethacin
Merek dagang: Dialon
 Asam mefenamat
Merek dagang: Allogon, Altran, Amistan, Analspec, Anastan Forte, Argesid,
Asmef, Asam Mefenamat, Asimat.
 Piroxicam
Merek dagang: Feldene, Scandene
 Meloxicam
Merek dagang: Movi-cox, Mecox
 Ketoprofen
Merek dagang: Profenid, Noflam
 Dexketoprofen
Merek dagang: Ketesse

Antibiotik
Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah
infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri
berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi
infeksi akibat virus, seperti flu.
Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya,
sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi bakteri yang
diderita tidak kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik. Selain
keparahan kondisi, terdapat juga beberapa pertimbangan lain sebelum akhirnya
pasien diberikan antibiotik, yakni:

 Infeksi yang diderita adalah infeksi menular.


 Terasa mengganggu dan diduga membutuhkan waktu lama untuk sembuh
dengan sendirinya.
 Terdapat risiko tinggi menyebabkan komplikasi.

Penggunaan antibiotik harus dengan anjuran dokter. Dokter akan menyesuaikan


dosis dengan kondisi pasien, memberitahukan hal-hal yang harus diperhatikan
sebelum dan saat menggunakan obat, serta efek samping yang dapat terjadi atas
penggunaan antibiotik.
Hindari penggunaan antibiotik tanpa anjuran dokter, terutama bagi:

 Ibu hamil dan menyusui.


 Tengah dalam pengobatan lain.
 Memiliki riwayat alergi antibiotik.

Antibiotik juga dapat diberikan sebagai langkah pencegahan infeksi bakteri atau
dalam dunia medis dikenal sebagai profilaksis. Orang-orang yang diberikan antibiotik
untuk profilaksis adalah orang yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi bakteri,
seperti ketika orang tersebut menjalani operasi glaukoma atau operasi penggantian
sendi.

Jenis-jenis Antibiotik
Antibiotik terbagi menjadi beberapa jenis, dan masing-masing digunakan untuk
mengatasi kondisi yang berbeda. Jenis-jenis antibiotik meliputi:

Penisilin
Penisilin digunakan untuk banyak kondisi akibat adanya infeksi bakteri, beberapa di
antaranya adalah infeksi  Streptococcus, meningitis, gonore, faringitis, dan juga
untuk pencegahan endocarditis. Terutama pada penderita atau memiliki riwayat
gangguan ginjal, akan lebih baik penggunaan penisilin melalui anjuran dan
pengawasan dokter.
Penisilin tersedia dalam berbagai bentuk, seperti kaplet, sirop kering, dan suntikan.
Masing-masing bentuk obat dapat digunakan untuk kondisi yang berbeda. Baca
keterangan yang ada di kemasan dan konsultasikan penggunaan obat dengan
dokter.
Berikut adalah jenis-jenis antibiotik penisilin:

 Amoxicillin
 Ampicillin
 Oxacillin
 Penicillin G

Sefalosporin
Sefalosforin tersedia dalam bentuk suntik, tablet, dan sirop kering. Konsultasikan
dengan dokter terkait cara penggunaan obat, karena beda bentuk obat dapat
berbeda pula kondisi yang ditangani.
Beberapa kondisi yang diobati menggunakan sefalosporin, di antaranya adalah
infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih. Obat ini
berpotensi menimbulkan efek samping berupa sakit kepala, nyeri pada dada,
bahkan syok. Penggunaan sefalosporin harus dengan anjuran dan pengawasan
dokter.
Jenis-jenis sefalosporin meliputi:
 Cefadroxil
 Cefuroxime
 Cefixime
 Cefotaxim
 Cefotiam
 Cefepime
 Ceftarolin

Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi banyak penyakit
infeksi bakteri, seperti otitis eksterna, infeksi kulit, dan peritonitis. Penggunaan
aminoglikosida harus dengan anjuran serta pengawasan dokter, karena obat ini
berpotensi menimbulkan efek samping berupa gangguan kesadaran.
Aminoglikosida tersedia dalam banyak bentuk, di antaranya adalah salep, tetes
mata, dan suntik. Masing-masing bentuk obat dapat diresepkan untuk kondisi yang
berbeda. Sebelum menggunakan obat, pasien disarankan untuk membaca
keterangan cara penggunaan yang ada di kemasan obat.
Jenis-jenis aminoglikosida meliputi:

 Paromomycin
 Tobramycin
 Gentamicin
 Amikacin
 Kanamycin
 Neomycin

Tetrasiklin
Tetrasiklin tersedia dalam berbagai macam bentuk obat, yakni salep, salep mata,
kapsul, dan suntik.
Tetrasiklin digunakan untuk mengobati berbagai macam kondisi yang muncul akibat
adanya infeksi bakteri. Beberapa di antaranya adalah sifilis, anthrax, tifus,
brucellosis, dan jerawat. Tetrasiklin tertentu tidak dapat digunakan pada anak usia di
bawah 12 tahun. Jangan menggunakan tetrasiklin tanpa anjuran dokter.
Jenis-jenis tetrasiklin meliputi:

 Doxycycline
 Minocycline
 Tetracycline
 Oxytetracycline
 Tigecycline

Makrolid
Beberapa kondisi yang diobati menggunakan antibiotik makrolid adalah bronkitis,
servisitis, penyakit Lyme, pemfigus, dan sinusitis. Makrolid sendiri tersedia dalam
banyak bentuk, yakni tablet, kaplet, sirop kering, dan suntik.
Beberapa jenis makrolid tidak dapat digunakan bersamaan dengan obat
seperti cisapride. Dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
sebelum menggunakan makrolid atau mengombinasikannya dengan obat lain.
Jenis-jenis makrolid meliputi:

 Erythromycin
 Azithromycin
 Clarithromycin

Quinolone
Quinolone memiliki bentuk yang berbeda, dan dengan indikasi yang berbeda.
Bentuk obat ini, di antaranya adalah tablet, suntik, dan kaplet.
Quinolone digunakan untuk mengatasi banyak kondisi yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Beberapa di antaranya adalah infeksi tulang, cystitis, servisitis, dan infeksi
kulit. Penggunaan quinolone dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan
pada sistem saraf pusat. Maka dari itu, jangan gunakan obat ini tanpa anjuran
dokter.
Jenis-jenis quinolone meliputi:

 Ciprofloxacin
 Levofloxacin
 Moxifloxacin
 Norfloxacin

Efek Samping Antibiotik dari yang Ringan Hingga


Berbahaya
Meski berfungsi sebagai obat yang membantu penyembuhan penyakit, bukan berarti
antibiotik selalu aman digunakan. Ada efek samping antibiotik yang mungkin terjadi
pada sebagian orang yang mengonsumsinya.
Ada berbagai jenis antibiotik, yaitu antibiotik oral, berupa obat yang diminum, bisa
dalam bentuk sirup, kapsul, atau tablet. Ada pula antibiotik yang diberikan dengan
cara disuntik. Selain itu, antibiotik ada juga yang dioleskan pada kulit berupa losion
atau krim.

Pentingnya Penggunaan yang Tepat


Yang perlu diingat, jenis antibiotik hanya efektif pada infeksi yang disebabkan oleh
bakteri. Beberapa jenis infeksi yang umum menggunakan terapi dengan antibiotik
misalnya infeksi saluran kemih, bronkitis dan pneumonia. Selain itu, antibiotik juga
dimanfaatkan untuk mengatasi kondisi penyakit akibat beberapa jenis parasit.
Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
virus, seperti flu dan pilek. Maupun kondisi yang disebabkan oleh jamur, seperti
infeksi jamur pada kulit atau vagina.
Antibiotik sendiri memiliki banyak tipe dan golongan. Masing-masing dari tipe dan
golongan antibiotik kemungkinan menimbulkan efek samping pada sebagian orang.
Sebagian efek samping yang ditimbulkan lebih umum terjadi di tipe atau golongan
antibiotik tertentu dibandingkan dengan jenis atau golongan antibiotik lainnya.
Wanita dan pria tidak memiliki perbedaan risiko terhadap timbulnya efek samping ini.
Beberapa efek samping antibiotik yang umum terjadi, seperti :

 Demam, umum terjadi pada jenis antibiotik apapun. Tetapi lebih sering terjadi
pada golongan sulfonamide, beta lactam, cepfalexin dan minosiklin.
 Sakit perut, atau gangguan pada saluran cerna seperti diare, mual dan
muntah umum terjadi pada antibiotik golongan penisilin, cephalosporin dan
fluorokuinolon.
 Sensitif terhadap sinar matahari, umum terjadi setelah mengonsumsi
antibiotik golongan tetrasiklin.

Jika Anda mengalami gangguan perut sebagai efek samping antibiotik, sebaiknya
makan terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya. Namun, tanyakan dahulu pada
dokter atau apoteker, karena ada jenis antibiotik yang harus dikonsumsi sebelum
makan.
Selain itu, ada pula efek samping antibiotik yang lebih berbahaya :

 Tendonitis atau peradangan pada tendon.


 Kejang
 Gangguan jantung

 Reaksi alergi seperti sesak napas, lidah, wajah, atau bibir mengalami
bengkak, gatal-gatal pada tubuh. Meskipun jarang terjadi, tidak menutup
kemungkinan dapat menyebabkan kematian jika reaksi tersebut parah.

Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti di atas setelah mengonsumsi antibiotik,


disarankan untuk segera menghubungi dokter.
Hydroquinone
 Hydroquinone adalah obat yang digunakan untuk menangani hiperpigmentasi yang
terjadi pada kulit. Hiperpigmentasi adalah penggelapan bagian-bagian kulit yang
umumnya terjadi setelah peradangan, misalnya bekas jerawat, bekas luka, atau flek
hitam karena paparan sinar matahari. Selain peradangan, penggelapan kulit ini juga
dapat terjadi karena pengaruh hormon pada ibu hamil, pemakaian pil KB, terapi
hormon, atau cedera kulit.
Obat ini bekerja dengan menghambat suatu enzim yang bernama tyrosinase, enzim
penghasil pigmen di kulit. Dengan dihambatnya enzim tersebut, penumpukan
pigmen (melanosom) di dalam sel, yang membuat kulit menjadi lebih gelap, dapat
dicegah dan dihancurkan.
Merek dagang: Bioquin, Eqinon, Interquin, Mediquin, Melanox, Skinox, Vitaquin
 
Tentang Hydroquinone

Golongan Obat pencerah kulit


Kategori Obat resep
Untuk mencerahkan bagian kulit yang gelap karena hiperpigmentasi
Manfaat
kulit, seperti muncul flek hitam.
Digunakan oleh Dewasa dan remaja berusia 12 tahun ke atas
Kategori kehamilan Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya
dan menyusui efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada
wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat
yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap
janin.Hydroquinone belum diketahui apakah diserap ke dalam ASI
atau tidak. Bagi ibu menyusui sebaiknya berkonsultasi kepada dokter
sebelum menggunakan obat ini.
Bentuk Krim (obat oles/topikal)

Peringatan:

 Wanita hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan disarankan


berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter sebelum menggunakan
hydroquinone.
 Jangan berikan hydroquinone untuk anak berusia di bawah 12 tahun.
 Hydroquinone tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami kulit
sensitif, kulit terbakar karena sinar matahari, atau sedang menggunakan obat
penghilang rambut (hair removal).
 Hindari paparan sinar matahari saat menggunakan hydroquinone.
 Harap berhati-hati bagi penderita asma, gangguan hati, gangguan ginjal, dan
penyakit kulit, seperti eksim atau psoriasis.

Dosis Hydroquinone
Oleskan dan ratakan krim hydroquinone secukupnya pada daerah kulit yang
mengalami hiperpigmentasi. Lakukan 2 kali sehari, pada pagi dan malam hari,
secara teratur. Konsultasikan kepada dokter apabila dalam waktu dua bulan tidak
ada perbaikan atau perubahan pada kulit yang sedang ditangani.
Menggunakan Hydroquinone dengan Benar
Gunakan hydroquinone sesuai anjuran dokter atau keterangan pada kemasan.
Hydroquinone hanya boleh digunakan sebagai pada kulit sebagai obat luar. Hindari
pemakaian obat di daerah sensitif seperti kulit di sekitar mata, hidung, atau mulut,
serta pada kulit yang sedang mengalami luka atau iritasi. Jika ini terjadi, segera
siram dengan air mengalir sampai bersih.
Perlu diingat, untuk selalu mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan
sesudah menggunakan obat ini. Bersihkan dan keringkan daerah kulit yang ingin
diolesi hydroquinone.
Ambil hydroquinone secukupnya dan ratakan dengan lembut di daerah kulit yang
gelap. Jangan menutup daerah kulit yang telah diolesi hydroquinone dengan perban
atau makeup, kecuali disarankan oleh dokter. Bagian kulit yang diolesi hydroquinone
akan menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari. Oleh karena itu, sebisa mungkin
hindari paparan sinar matahari langsung. Untuk menghindari paparan sinar matahari
langsung, disarankan memakai baju yang agak tebal dan tabir surya yang
mengandung sun protection factor (SPF) 30 atau lebih tinggi, sewaktu berada di luar
ruangan.
Hindari penyimpanan hydroquinone di tempat yang terkena sinar matahari secara
langsung dan jauhi obat dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Obat
Pemakaian hydroquinone bersama dengan benzoyl peroxide, dapat menimbulkan
noda pada kulit. Noda ini biasanya dapat dengan mudah dihilangkan dengan air
bersih dan sabun. Hindari pemakaian produk-produk seperti sabun, sampo, pewarna
rambut, pencukur rambut, serta pembersih kulit yang mengandung tambahan
alkohol, karena dapat memicu iritasi kulit.
Kenali Efek Samping dan Bahaya Hydroquinone
Hydroquione merupakan obat dan tidak boleh digunakan sebagai produk kosmetik
pemutih kulit. Karena penggunaan hydroquinone jangka panjang, yang biasanya
terlihat dalam 6 bulan, dapat mengakibatkan iritasi kulit dengan keluhan rasa
kesemutan, terbakar, merah, dan kering pada kulit, serta perubahan warna kulit
menjadi kehitaman yang permanen (ochronosis). Namun, hydroquinone yang
digunakan sebagai obat umumnya aman, selama dosis dan cara penggunaannya
sesuai dengan anjuran dokter.
Segera hentikan pemakaian obat dan temui dokter jika Anda mengalami iritasi pada
kulit atau mengalami reaksi alergi, seperti pusing, muncul ruam pada kulit, bengkak
dan gatal terutama di daerah wajah, lidah, atau tenggorokan, hingga kesulitan
bernapas.

Anda mungkin juga menyukai