Anda di halaman 1dari 11

Terapi Plasma Konvalesen Sebagai Salah Satu Solusi

Penyembuhan Pasien Covid 19 di Kalimantan Timur

Eddy Suharmanto, Vivi Trisnowati


Program Sarjana Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda
email : eddysuharmanto@gmail.com
email : vtrisnowati70@gmail.com

Abstract
The spread of COVID-19 sufferers in East Borneo expanded to five other cities and
districts on March 25, 2020. The spread of COVID-19 has reached areas far from
airports and major ports such as West Kutai and Paser. Convalent Plasma Therapy
(TPK) is a therapy that involves the administration of plasma from a donor of a
recovering COVID-19 patient to a COVID-19 patient who is still suffering. The US
Food and Drug Administration (FDA) has issued a decree permitting the use of
convalescent plasma as a treatment for sufferers of COVID-19. The application of
conventional plasma therapy must ensure the availability of facilities and
infrastructure including human resources and equipment completeness, infection
control procedures and data interpretation.
Keywords : Covid - 19, East Borneo, Convalescent Plasma Therapy

Abstrak
Penyebaran penderita COVID-19 di Kalimantan Timur semakin meluas ke lima
kota dan kabupaten lainnya pada tanggal 25 Maret 2020. Penyebaran COVID-19
telah mencapai wilayah-wilayah yang jauh dari bandara dan pelabuhan utama
seperti Kutai Barat dan Paser. Terapi Plasma Konvalesen (TPK) merupakan terapi
yang melibatkan pemberian plasma dari donor pasien COVID-19 yang sembuh
kepada pasien COVID-19 yang masih menderita. Food and Drug Administration
(FDA) AS sudah mengeluarkan keputusan yang mengijinkan penggunaan plasma
konvalesen sebagai salah satu terapi bagi penderita COVID-19. Penerapan terapi
plasma konvalesen harus memastikan ketersediaan sarana dan prasarana termasuk
sumber daya manusia dan kelengkapan alat, prosedur pengaturan infeksi dan
interpretasi data.
Kata kunci : Covid – 19, Kalimantan Timur, Terapi Plasma Konvalesen

1. PENDAHULUAN
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di China
setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020.
Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar, kemudian
bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh China (Wu Z, McGoogan
JM, 2020).
Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi COVID-19
di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan,
Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab
Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan
Jerman (WHO Situation Report, 2020).
COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah dua kasus (WHO Situation Report, 2020).
Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528
kasus dan 136 kasus kematian (Kementrian Kesehatan Indonesia, 2020)
Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan
yang tertinggi di Asia Tenggara (Tim Penanganan Kasus pasien dengan Penyakit
Infeksi New Emerging dan Re-emerging Disease (PINERE) RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo, 2020 ).
Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh
dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan
kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat
pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru
sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan
6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu
11,3% (WHO Situation Report, 2020).
Penyebaran penderita COVID-19 Kalimantan Timur pertama kali dikonfirmasi
di kota Samarinda pada tanggal 18 Maret 2020. Penyebaran penderita COVID-19
terkonfirmasi semakin meluas ke lima kota dan kabupaten lainnya pada tanggal 25
Maret 2020. Penajam Paser Utara dan Berau mencatatkan pasien positif COVID-
19 sebanyak 11% dan 3% dari total kasus terkonfirmasi di Kalimantan Timur pada
tanggal 10 April 2020. Jumlah terkonfirmasi COVID-19 meningkat menjadi 54
kasus, 11 diantaranya dinyatakan sembuh sebagaimana dilaporkan pada tanggal 18
April 2020. Akan tetapi, penyebaran COVID-19 telah mencapai wilayah-wilayah
yang jauh dari bandara dan pelabuhan utama seperti Kutai Barat dan Paser.
Peningkatan pasien terkonfirmasi COVID-19 terbanyak adalah di Penajam Paser
Utara (Paramita S dkk, 2020).
Salah satu terapi yang menjanjikan dalam kondisi saat ini adalah Terapi Plasma
Konvalesen (TPK), merupakan terapi yang melibatkan pemberian plasma dari
donor pasien COVID-19 yang sembuh kepada pasien COVID-19 yang masih
menderita penyakit tersebut. Terapi Plasma Konvalesen sebelumnya sudah
diterapkan dalam mengatasi penyakit akibat Virus Ebola dan merupakan terapi
yang direkomendasikan oleh WHO pada tahun 2014. Terapi ini juga diterapkan di
Hongkong saat ada wabah SARS-CoV-1 pada tahun 2003, H1N1 pada tahun 2009-
2010 dan MERS-CoV pada tahun 2012. Saat ini TPK sudah dilakukan di Wuhan
Cina dan sementara berlangsung di New York Amerika Serikat (AS). Food and
Drug Administration (FDA) AS sudah mengeluarkan keputusan yang mengijinkan
penggunaan plasma konvalesen sebagai salah satu terapi bagi penderita COVID-19
(Tim TPK COVID-19 Indonesia, 2020).
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguraikan Terapi Plasma Konvalesen
untuk diterapkan di Rumah Sakit sebagai salah satu terapi pada pasien COVID-19
di Kalimantan Timur.
2. METODE
Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode kajian pustaka dimana
penulis mencari berbagai sumber-sumber literatur seperti buku, internet, jurnal dan
lainnya untuk mencari suatu permasalahan dan menyusun pemecahan masalahnya.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis berusaha mencari sumber-
sumber pustaka yang relevan, mempelajarinya, dan menuangkannya dalam tinjauan
pustaka. Dokumentasi yang dilakukan di sini adalah dengan menghimpun berbagai
dokumen yang ada dalam surat kabar, internet, jurnal pendidikan, maupun buku
referensi yang kemudian dihimpun berdasarkan prioritas manfaat sebagai landasan
permasalahan.
Kegiatan analisis dilakukan dengan penelaahan terhadap buku-buku hasil
penelitian, naskah, dan sumber-sumber lain yang relevan dengan permasalahan
yang diangkat. Secara ringkas tahapan analisis yang dimaksud adalah sebagai
berikut. Reduksi data yang dilakukan adalah dengan penyeleksian,
menyederhanakan, dan mengabstraksikan data-data dari sumber pustaka. Reduksi
data ini berfungsi untuk mempertegas, memperpendek, dan memfokuskan diri
dengan membuang data-data yang tidak penting agar simpulan dapat diambil.
Sajian data yang dilakukan adalah dengan membuat susunan informasi yang
lengkap baik dari data yang diperoleh melalui studi pustaka maupun dari
dokumentasi yang telah dianalisis dengan kategori dalam permasalahan yang ada
guna memperoleh sajian data yang jelas dan sistematis. Data yang telah teroganisasi
ini kemudian dijabarkan secara deskriptif kualitatif baik dalam bentuk data tulisan
maupun gambar.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien COVID-19,
termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat dilakukan adalah terapi
simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal napas dapat dilakukan ventilasi mekanik
(Cascella M, dkk, 2020).
Plasma Konvalesen, Plasma dari pasien yang telah sembuh COVID-19 diduga
memiliki efek terapeutik karena memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2. Shen C,
dkk. melaporkan lima serial kasus pasien COVID-19 kritis yang mendapatkan
terapi plasma ini. Seluruh pasien mengalami perbaikan klinis, tiga diantaranya telah
dipulangkan. Biarpun studi masih skala kecil dan tanpa control. plasma konvalesen
telah disetujui FDA untuk terapi COVID-19 yang kritis. Donor plasma harus sudah
bebas gejala selama 14 hari, negatif pada tes deteksi SARS-CoV-2, dan tidak ada
kontraindikasi donor darah (Tanne J, 2020).
A. Pengambilan Plasma Konvalesen
Berdasarkan pengalaman, penggunaan empiris plasma konvalesen (PK) dapat
berguna sebagai pengobatan untuk COVID-19. Penilaian risiko yang terperinci
diperlukan guna memastikan bahwa pengambilan, pemrosesan, dan penyimpanan
komponen-komponen darah ini dapat dilakukan dengan aman dengan cara yang
terjamin mutu. WHO sudah pernah memberikan panduan sementara tentang
penggunaan PK yang diambil dari pasien yang sembuh dari Penyakit Virus Ebola
(WHO, 2014).
Selain itu, WHO Blood Regulators Network Position Paper on Use of
Convalescent Plasma, Serum or Immune Globulin Concentrates as an Element in
Response to an Emerging Virus (Pernyataan Sikap Jaringan Regulator Darah WHO
tentang Penggunaan Konsentrat Plasma, Serum, atau Konsentrat Globulin Imun
Konvalesen sebagai Unsur dalam Respons terhadap Virus Emerging) (2017)
memberikan pertimbangan pertimbangan yang membantu (WHO Blood
Regulators, 2017).
B. Pedoman Pemilihan Donor, Skrining, Donasi Dan Perlakuan Terhadap
Plasma Donor
1) Identifikasi Plasma Donor Yang Sesuai Dari Pasien COVID-19 Yang Telah
Sembuh.
Donor yang sesuai harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Sebelumnya telah didiagnosis positif COVID-19 melalui hasil
pemeriksaan laboratorium.
b. Resolusi gejala secara menyeluruh minimal 14 hari sebelum donasi
plasma.
c. Donor wanita harus negatif terhadap antibodi HLA (jika tidak tersedia
pemeriksaan antibodi HLA dapat dari wanita yang belum pernah hamil)
atau donor pria.
d. Hasil negatif COVID-19 baik dari satu atau lebih apusan nasofaring dan
orofaring.
e. Menentukan titer antibodi netralisasi SARS-CoV-2, bila pemeriksaan
bisa dilakukan (titer optimal antibodi lebih besar dari 1:320).
2) Informasi, Penjelasan Dan Seleksi Donor
Bila seseorang sudah diidentifikasi sebagai calon donor maka harus
diberikan penjelasan mengenai kenapa plasmanya diperlukan sebagai terapi
penderita COVID-19. Calon donor harus diberitahu bahwa tidak ada
imbalan ataupun pembayaran terhadap donasi plasma yang diberikan.
Bila calon donor setuju untuk memberikan plasmanya maka calon
donor tersebut harus melewati proses skrining kesehatan meliputi kriteria
umum seperti berat dan tinggi badan, riwayat medis dan riwayat sosial
(seperti faktor risiko tingkah laku), pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan
hemoglobin (mengacu PMK No 91 Th 2015).
Persetujuan tertulis dari donor untuk donasi 1 unit whole blood untuk
diproses menjadi plasma, atau 1 unit plasmaferesis untuk TPK dilakukan
secara mandiri tanpa paksaan. Proses pengambilan darah donor, pengujian,
pengolahan, dan penyimpanan dilakukan di Unit Transfusi Darah (UTD)
berdasarkan otorisasi Kementerian Kesehatan atau Badan POM. Rumah
sakit yang sebelumnya merawat memberikan data calon donor berupa usia,
jenis kelamin, komorbid, waktu perawatan, riwayat klinis (sebelum terapi,
saat dipulangkan, komplikasi, lama rawat) dan data lain terkait secara
konfidensial kepada UTD untuk kepentingan seleksi donor.
3) Penggolongan Darah Donor, Skrining Infeksi Menular Lewat Transfusi
Darah (IMLTD) Dan Pemeriksaan Lain
Calon donor yang memenuhi kriteria, yang telah memberikan
persetujuan tertulis kemudian menjalani pemeriksaan sebelum donasi
sebagai berikut:
a. Identifikasi golongan darah ABO dan Rhesus (RhD)
b. Skrining darah terhadap HIV, HBV, HCV, Sifilis dan atau infeksi
lainnya yang dianggap perlu menggunakan metode immunoassay dan
atau NAT jika memungkinkan
c. Pemeriksaan kadar hemoglobin
d. Bila memungkinkan, titrasi antibodi total COVID-19 dan antibodi
netralisasi COVID-19 yang dapat membantu kualifikasi donor,
terutama bila donor menginginkan untuk memberikan plasmanya
secara kontinyu
e. Pemeriksaan skrining antibodi eritrosit, jika memungkinkan
Tergantung dari pemeriksaan yang akan dilakukan, serum atau plasma
dapat digunakan untuk pemeriksaan ini. Dua sampel darah masing-masing
sebanyak 5 mL diambil, satu dengan tabung EDTA untuk sampel plasma
dan satu lagi dalam tabung tanpa antikoagulan untuk sampel serum. Sisa
dari kedua sampel darah tersebut disimpan dalam alikuot untuk tes antibodi
retrospektif atau tes lain bila dibutuhkan.
4) Pengambilan Darah, Pemrosesan Plasma Dan Penanganan Donor
Calon donor yang dipilih harus memberikan hasil negatif terhadap
IMLTD dan memenuhi semua persyaratan donor lainnya. Bila waktu dari
tes pradonasi dan donasi melebihi 48 jam maka pemeriksaan IMLTD harus
diulang saat donasi.
Donasi dalam bentuk whole blood harus diambil menggunakan kantung
darah double untuk dilakukan pemisahan plasma menggunakan metode
sentrifugasi. Plasma konvalesen juga dapat diambil melalui proses
plasmaferesis. Plasmaferesis merupakan metode pilihan karena
memungkinkan pengambilan dan penyimpanan plasma dalam volume
lebih besar sehingga dapat digunakan untuk lebih dari 1 pasien. Pada kedua
metode pemrosesan plasma konvalesen tersebut, sangat disarankan
menggunakan prosedur leukoreduction. Penanganan plasma konvalesen
untuk mengurangi risiko IMLTD melalui prosedur Pathogen Inactivation
juga sangat direkomendasikan apabila fasilitas memungkinkan.
Donor harus ditangani dengan baik sebelum, selama dan setelah donasi.
Reaksi/efek samping yang timbul pada donor harus segera ditangani
dengan adekuat. Interval minimal donasi whole blood untuk donor
selanjutnya adalah 60 hari bagi donor pria dan 90 hari bagi donor wanita,
sedangkan interval minimal donasi plasmaferesis adalah 14 hari.
Calon donor dengan hasil pemeriksaan IMLTD positif harus ditangani
dengan baik untuk mendapatkan penanganan selanjutnya.
5) Penyimpanan, Pelabelan Dan Transportasi Plasma
Plasma konvalesen baik yang diproses dari donasi whole blood maupun
dari plasmaferesis dapat disimpan pada suhu 2-6oC dalam blood refrigerator
sampai 40 hari dan bila disimpan pada suhu -18oC dalam bentuk Fresh
Frozen Plasma (FFP) di dalam plasma refrigerator dapat bertahan sampai 12
bulan.
Bila tidak terdapat fasilitas untuk memisahkan plasma dengan
sentrifugasi, maka plasma dapat dipisahkan dari sel darah merah melalui
kantung ganda. Satu unit whole blood dapat disimpan vertikal selama 24
jam pada suhu 2-6oC dan supernatan plasma dapat dipisahkan ke kantung
ke dua.
Pelabelan secara standar harus dipenuhi untuk donasi plasma ini
termasuk golongan darah ABO dan RhD, waktu pengambilan serta
pemberian label COVID 19 untuk menjaga keamanan plasma konvalesen.
Transportasi plasma harus dilakukan dalam suhu 2-6 oC dan tercatat sesuai
standar.
C. Pedoman Transfusi Plasma Konvalesen
1) Seleksi Pasien COVID-19 Sebagai Resipien
Pasien COVID-19 sebagai penerima atau resipien plasma harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Memiliki hasil pemeriksaan laboratorium positif COVID-19
b. Mengalami COVID-19 Berat atau Kritis.
• COVID-19 Berat; mengalami setidaknya salah satu keadaan
berikut:
o Sesak napas
o Frekuensi napas > 30 kali/menit
o Saturasi oksigen darah < 93%
o Rasio tekanan parsial oksigen arteri terhadap fraksi oksigen
inspirasi < dari 300 dan/atau
o Infiltrat paru > 50% dalam 24 sampai 48 jam
• COVID-19 Kritis; mengalami setidaknya salah satu keadaan
berikut:
o Gagal napas (Rasio tekanan parsial oksigen arteri terhadap
fraksi oksigen inspirasi < dari 200)
o Syok septik dan/atau
o Disfungsi atau gagal organ multipel
c. Dapat diberikan segera pada pasien yang dirawat yang mengeluh sesak
nafas.
d. Tidak diindikasikan pada pasien COVID-19 Ringan (tanpa gejala sesak
nafas, tidak memenuhi kriteria COVID-19 Berat atau Kritis).
e. Informed Consent
2) Informed Consent
Informed Consent bagi resipien diperoleh dari pasiennya sendiri atau
keluarga pasien sesuai dengan kondisi pasien.
3) Koleksi Sampel Darah Pasien Untuk Pemeriksaan Laboratorium
Pasien harus diidentifikasi secara tepat. Dua sampel darah vena masing-
masing 5 mL diambil dari pasien sebelum transfusi, satu disimpan di
dalam tabung EDTA untuk sampel plasma, satu lagi disimpan di dalam
tabung tanpa antikoagulan untuk sampel serum. Kedua sampel ini untuk
pemeriksaan golongan darah ABO dan RhD, uji silang serasi dan baseline
viral load assay.
Satu sampel sebanyak 5 mL darah harus diambil ke dalam tabung
kosong tanpa antikoagulan untuk sampel serumm pada keesokan
harinya/sehari setelah transfusi untuk menentukan viral load dan untuk tes
lain apabila diperlukan.
Sebelum pasien yang sembuh pulang, dua sampel darah vena tambahan
masing-masing 5 mL keduanya di dalam tabung polos tanpa antikoagulan
dibutuhkan untuk pemeriksaan viral load. Sisa serum dari sampel darah
tersebut harus disimpan di dalam alikuot untuk tes retrospektif atau tes lain
bila diperlukan.
4) Seleksi Plasma Konvalesen Untuk Transfusi
Pemilihan plasma konvalesen yang akan digunakan sebagai terapi
dilakukan dengan mempertimbangkan hal berikut:
a. Memiliki golongan darah sistem ABO yang sama, atau jika tidak
memungkinkan dapat menggunakan plasma konvalesen dari donor
dengan golongan darah AB.
b. Memiliki hasil skrining infeksi HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, dan
Sifilis nonreaktif
c. Diutamakan (jika fasilitas pemeriksaan tersedia) yang memiliki hasil
skrining antibodi eritrosit negatif
d. Memiliki hasil pemeriksaan uji silang serasi (minor) kompatibel
5) Transfusi Plasma Konvalesen
Plasma konvalesen harus ditransfusikan ke pasien COVID-19
menggunakan perlengkapan transfusi standar. Satu atau 2 unit plasma
konvalesen (lebih kurang total 400 mL) dapat diberikan dalam 1 atau 2
hari kepada pasien dewasa sesuai kondisi. Pasien anak diberikan plasma
konvalesen dengan dosis 10 mL/ kg BB.
Transfusi plasma konvalesen diberikan dengan kecepatan lambat dan
pasien harus dimonitor selama pemberian plasma untuk deteksi dini bila
ada reaksi transfusi atau efek samping lain terutama dalam 15-20 menit
pertama. Proses transfusi diselesaikan dalam waktu 1-4 jam.
Plasma konvalesen yang disimpan beku maka apabila akan
ditransfusikan harus dicairkan terlebih dahulu di dalam water bath bersuhu
30-37oC atau alat penghangat lain sesuai standar sebelum digunakan dan
langsung ditransfusikan segera setelah mencair.
Kebutuhan transfusi plasma konvalesen berikutnya ditentukan sesuai
dengan kondisi dan respon klinik resipien, dan bila memungkinkan dari
level antibodi neutralisasi COVID-19 pada donor dan resipien.
6) Monitor Pasien
Penerima atau resipien plasma konvalesen harus dimonitor secara ketat
untuk mengamati adanya kemungkinan efek samping yang tidak
diinginkan serta untuk menilai efektivitas terapi. Selain monitor klinis,
pemeriksaan viral load dan level antibodi juga dapat dilakukan jika
memungkinkan.

Pasien sembuh dari COVID-19

Informed consent / pernyataan persetujuan

Skrining sampel darah calon donor

Donor memenuhi kriteria

Pengambilan plasma melalui aferesis

Plasma langsung Plasma disimpan :


diberikan pada Pada suhu -20 oC
pasien s/d -39oC

Gambar 1. Alur Donasi Plasma Konvalesen


(Tim TPK COVID-19 Indonesia, 2020)
D. Pertimbangan Lain
Penerapan terapi plasma konvalesen harus memastikan ketersediaan sarana
dan prasarana termasuk sumber daya manusia dan kelengkapan alat, prosedur
pengaturan infeksi dan interpretasi data.
1) Sumber daya manusia dan kelengkapan peralatan
Petugas transfusi merupakan petugas yang terlatih dan memastikan
pengambilan darah dari donor sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Peralatan untuk pengambilan darah/ plasma donor, pemrosesan plasma
konvalesen, penyimpanan, dan transportasi plasma harus diperhatikan.
2) Pencegahan infeksi
Plasma konvalesen harus diperlakukan sesuai dengan ketentuan yang
telah disebutkan, mulai dari identifikasi golongan darah ABO dan RhD, dan
pemeriksaan IMLTD.
3) Koleksi, analisis dan interpretasi data
Data donor dan resipien harus dikumpulkan menggunakan formulir
pengumpulan data di lampiran 3 terutama untuk tujuan statistik kesehatan
dan juga penilaian respon resipien tanpa menghambat waktu pemberian
terapi (Tim TPK COVID-19 Indonesia, 2020).
4. KESIMPULAN
Terapi Plasma Konvalesen (TPK) Salah satu terapi yang menjanjikan dalam
kondisi saat ini. Terapi Plasma Konvalesen sebelumnya sudah diterapkan
dalam mengatasi penyakit akibat Virus Ebola dan merupakan terapi yang
direkomendasikan oleh WHO pada tahun 2014. Food and Drug Administration
(FDA) AS sudah mengeluarkan keputusan yang mengijinkan penggunaan
plasma konvalesen sebagai salah satu terapi bagi penderita COVID-19.
Dalam merealisasi gagasan ini dibutuhkan suatu teknik implementasi yang
matang, tidak hanya untuk jangka pendek melainkan jangka panjang. Dalam
hal ini dibutuhkan dukungan dari setiap kalangan. Dengan cara sosialisasi yang
menyeluruh dan intensif pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pada
umumnya dan pada Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur pada
kususnya. Penerapan terapi plasma konvalesen harus memastikan ketersediaan
sarana dan prasarana termasuk sumber daya manusia dan kelengkapan alat,
prosedur pengaturan infeksi dan interpretasi data.
Rencana ini memerlukan kerja sama dari berbagai pihak seperti pemerintah,
masyarakat, investor, ahli kesehatan, sehingga dapat tercapai tingkat
keberhasilan yang tinggi dalam mengimplementasikannya, karena kondisi
peningkatan jumlah pasien COVID-19 yang sampai sekarang masih terus
meningkat di Kalimantan Timur.
5. REFERENSI
1. Casadevall A, Pirofski L. The convalescent sera option for containing
COVID-19. J Clin Invest. 2020. https://doi.org/10.1172/JCI138003.
2. Cascella M, Rajnik M, Cuomo A, Dulebohn SC, Di Napoli R. Features,
Evaluation and Treatment Coronavirus (COVID-19). StatPearls. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
3. Cheng Y, et al. Use of convalescent plasma therapy in SARS patients in
Hong Kong. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. 2005: 24; 44–46. DOI
10.1007/s10096-004-1271-9.
4. Convalescent plasma as a potential therapy for COVID-19. The Lancet:
Infection. https://doi.org/10.1016/S1473-3099(20)30141-9.
5. http://www.fda.gov/vaccines-blood-biologics/investigational-new-drug-
indor-device-exemption-ide-process-cber/investigational-covid-
19convalescent-plasma-emergency-inds
6. http://www.fda.gov/vaccines-blood-biologics/investigational-new-drug-
indor-device-exemption-ide-process-cber/investigational-covid-
19convalescent-plasma-emergency-inds
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Info Infeksi Emerging
Kementerian Kesehatan RI [Internet]. 2020 [updated 2020 March 30; cited
2020 March 31]. Available from: https:// infeksiemerging.kemkes.go.id/.
8. Paramita S, Ronny Isnuwardana R dan Rahmadi A. 2020. Linimasa Satu
Bulan Perkembangan Kasus COVID-19 di Kalimantan Timur.
9. Shen C, Wang Z, Zhao F, Yang Y, Li J, Yuan J, et al. Treatment of 5
Critically Ill Patients With COVID-19 With Convalescent Plasma. JAMA.
2020; published online March 27. DOI: 10.1001/ jama.2020.4783
10. Shen C., Wang Z., Zhao F. et al. Treatment of 5 Critically Ill Patients With
Covid 19 With Convalescent Plasma.
https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2763983
11. Tanne J. Covid-19: FDA approves use of convalescent plasma to treat
critically ill patients [Internet]. BMJ; 2020 [updated 2020 March 26; cited
2020 March 30]. Available from: https://www.
bmj.com/content/368/bmj.m1256.
12. The feasibility of convalescent plasma therapy in severe COVID-19
patients: a pilot study. https://doi.org/10.1101/2020.03.16.20036145
13. Tim Penanganan Kasus pasien dengan Penyakit Infeksi New Emerging dan
Re-emerging Disease (PINERE) RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, 2020.
Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RSUPN dr.
Cipto Mangunkusumo, Jakarta
14. Tim TPK COVID-19 Indonesia. 2020. Penatalaksanaan Terapi Plasma
konvalesen Bagi Pasien Covid – 19.
15. Use of convalescent whole blood or plasma collected from patients
recovered from Ebola Virus Disease for Transfusion, as an empirical
treatment during outbreaks – interim guidance for national health authorities
and blood transfusion services. World Health Organization. (2014).
Tersedia di https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/13
5591/WHO_HIS_SDS_2014.8_eng.pdf?sequence= 1.
16. WHO Blood Regulators Network Position Paper on Use of Convalescent
Plasma, Serum or Immune Globulin Concentrates as an Element in
Response to an Emerging Virus (2017). Tersedia di
https://www.who.int/bloodproducts/brn/2017_BRN
_PositionPaper_ConvalescentPlasma.pdf?ua=1
17. World Health Organization 2020. Tatalaksana klinis infeksi saluran
pernapasan akut berat (SARI) suspek penyakit COVID-19. Menjaga
persediaan darah yang aman dan memadai selama pandemi penyakit
coronavirus (COVID-19) Panduan sementara 20 Maret 2020
18. World Health Organization. Coronavirus disease 2019 (COVID-19)
Situation Report – 70 [Internet]. WHO; 2020 [updated 2020 March 30; cited
2020 March 31]. Available from: https://www.who.int/ docs/default-
source/coronaviruse/situation-reports/20200330sitrep-70-covid-
19.pdf?sfvrsn=7e0fe3f8_2
19. World Health Organization. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation
Report - 54 [Internet]. WHO; 2020 [updated 2020 March 15; cited 2020
March 30]. Available from: https://www.who.int/ docs/default-
source/coronaviruse/situation-reports/20200314sitrep-54-covid-
19.pdf?sfvrsn=dcd46351_2.
20. World Health Organization. Situation Report – 10 [Internet]. 2020 [updated
2020 January 30; cited 2020 March 15]. Available from:
https://www.who.int/docs/default-source/ coronaviruse/situation-
reports/20200130-sitrep-10-ncov. pdf?sfvrsn=d0b2e480_2.
21. World Health Organization. Situation Report – 42 [Internet]. 2020 [updated
2020 March 02; cited 2020 March 15]. Available from:
https://www.who.int/docs/default-source/ coronaviruse/situation-
reports/20200302-sitrep-42-covid-19. pdf?sfvrsn=224c1add_2.
22. Wu Z, McGoogan JM. Characteristics of and Important Lessons From the
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Outbreak in China: Summary of a
Report of 72314 Cases From the Chinese Center for Disease Control and
Prevention. JAMA. 2020; published online February 24. DOI:
10.1001/jama.2020.2648.

Anda mungkin juga menyukai