PSEUDOALERGI
Dosen Pengampu : apt. Dr. Priyanto, M.Biomed
Kelas : 36B
Kelompok 7 :
Adilla Novianda Rany 2104026002
Agustina Emilia 2104026003
Astried Geovanny 2104026011
Lusi Andani 2104026054
Neneng Hanifah Hambali 2104026068
Ninik Setiyawati 2104026070
Oktaditami Prima Winanda 2104026078
Oktaviani Mandayanti 2104026079
Vini Fatika Dewi 2104026117
Pokok Pembahasan
Definisi
Patofisiologi
Drug of Choice
Terapi Pengobatan
Perbedaan
Alergi Pseudoalergi
1. Perlu sensitasi 1. Tidak perlu sensitasi
2. Reaksi setelah paparan berulang 2. Reaksi pada paparan pertama
3. Jarang (<5%) 3. Sering (>5%)
4. Gejala klinis khas 4. Gejala tidak khas
5. Dosis pemicu kecil 5. Tergantung dosis (tergantung kecepatan
6. Ada kemungkinan riwayat keluarga pemberian infuse)
7. Pengaruh fisiologi sedang 6. Tidak ada riwayat keluarga (kecuali efek
enzim)
7. Pengaruh fisiologi kuat
Definisi
Alergi dan Pseudoalergi
Alergi Pseudoalergi
Merupakan respon imun, yang disertai Merupakan salah satu karakteristik reaksi
kerusakan jaringan sendiri dimana anafilaksis non-imun yang didefinisikan
disebabkan oleh alergen (alergen memiliki dengan reaksi hipersensitivitas yang
semua sifat antigen (makromolekul, diperantai penyebab non-imunologis.
terutama sifat protein, asing untuk
organisme tertentu)
Patofisiologi
Alergi dan Pseudoalergi
Patofisiologi Alergi
dan Pseudoalergi
Penatalaksanaan
Non farmakologi Farmakologi
Efek samping umum yang bisa dirasakan seperti Tidak memiliki efek penenang. Ketika
mengantuk, pusing, konstipasi, mulut kering, diminum, efek mengantuk tidak akan sebesar
gangguan dalam berpikir, penglihatan buram, obat generasi pertama. Antihistamin generasi
dan sulit mengosongkan kandung kemih. kedua memiliki efek samping yang lebih
Contoh obat: sedikit ketimbang generasi pertama, misalnya
clemastine, alimemazine, chlorphenamine, cypr mulut kering, sakit kepala, hidung kering, dan
oheptadine, hydroxyzine, ketotifen, mual.
dimethindene maleat, dan promethazine. Contoh obat:
fexofenadine
, levocetirizine, loratadine, mizolastine acriva
stine, cetirizine, dan desloratadine.
Dekongestan
Dalam kasus bronkospasme refrakter atau hipotensi yang tidak berespons terhadap epinefrin karena
penghambat -adrenergik mempersulit manajemen, glukagon 1-5 mg IV (20–30 mcg/kg; maksimum, 1 mg
pada anak-anak) diberikan secara IV selama 5 menit mungkin berguna. Infus glukagon terus menerus, 5-
15 mcg / menit dapat diberikan jika diperlukan.
Pertimbangkan akses intraosseous baik untuk orang dewasa atau anak-anak jika upaya akses IV gagal.
Hasil Evaluasi
Untuk keberhasilan pengobatan pasien dengan alergi obat atau pseudoalergi beberapa
tujuan harus dilakukan:
Identifikasi dan dengan cepat mengatasi reaksi jika terjadi.
Mengedukasi pasien tentang reaksi.
Hindari semua obat penyebab kontraindikasi jika memungkinkan.
Pastikan pasien menerima obat yang mereka butuhkan atau alternatif yang sesuai.
Alternatif yang cocok dapat menjadi desensitisasi obat.
Pantau pasien untuk reaksi samping obat
THANK YOU!