Anda di halaman 1dari 51

INDEKS KEAMANAN OBAT PADA

KEHAMILAN
Bagi ibu-ibu dan teman-teman yang sedang hamil, info ini mungkin bisa membantu agar kita tau
apakah obat-obat yang kita dapatkan pada saat kehamilan masih dalam kategori aman atau tidak.
Yang pasti ketika dokter memberikan obat, dokter pasti akan mempertimbangkan manfaat yang
lebih kita butuhkan dari obat tersebut...semoga bermanfaat.....
FDA mengkategorikan obat pada kehamilan menjadi 5 kategori yaitu kategori A, B, C, D, X
1. Kategori A
Obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai kenaikan frekuensi
malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya. Misalnya parasetamol, penisilin, eritromisin,
digoksin, isoniazid, dan asam folat
2. Kategori B
Obat-obat yang pengalaman pemakaiannya pada wanita hamil masih terbatas, tetapi tidak
terbukti
meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh buruk lainnya pada janin. Kategori B dibagi
lagi
berdasarkan temuan-temuan pada studi toksikologi pada hewan, yaitu :
a. B1 : dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin
contoh :
cimetidin
b. B2 : data dari penelitian pada hewan belum memadai tetapi ada petunjuk tidak
meningkatnya
kejadiaan kerusakan janin. Contoh : amfoterisin, dopamin
c. B3 : penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin, tetapi
belum
tentu bermakna pada manusia. Contoh : carbamazepin, griseofulvin
3. Kategori C
Obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi anatomic
semata-mata karena efek farmakologiknya. Efeknya bersifat reversibel. Contoh : rifampisin,
aspirin
4. Kategori D
Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatkannya kejadian malformasi janin pada
manusia
atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat ireversibel. Obat-obat dalam kategori ini juga
mempunyai efek farmakologik yang merugikan terhadap janin. Contoh : penitoin, asam
valproat
5. Kategori X
Kategori obat yang telah terbukti mempunyai resiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang
menetap
(ireversibel) pada janin jika diminum pada masa kehamilan. Obat dalam kategori ini
merupakan
kontraindikasi mutlak selama kehamilan. Misalnya talidomid
KLASIFIKASI OBAT UNTUK IBU HAMIL GOLONGAN C
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya para ibu hamil akan memberitahu dokter saat berobat bahwa dirinya hamil sekian
bulan. Demikian pula jika berobat saat menyusui (ASI bayinya. Informasi tersebut diberikan si ibu dengan
harapan dokter akan memberikan obat yang aman bagi janin yang dikandungnya. Itupun tak jarang si ibu
masih mananyakan kepada dokter apakah obat yang digunakan benar-benar aman. Hal ini sangat wajar
dan kita patut menghargainya.

Di sisi lain, ketika seorang ibu hamil sakit adakalanya enggan ke dokter lantaran takut menggunakan
obat. Alhasil keluhannya makin bertambah dan akhirnya datang juga ke dokter untuk berobat.

Seorang dokter tentu sangat paham bahwa saat memberikan(meresepkan) obat bagi wanita hamil
akan dipilihkan obat yang aman, baik dalam hal jenis obat (berdasarkan indeks keamanan obat), dosis
maupun lamanya penggunaan. Selain itu akan dipertimbangkan pula aspek-aspek lain berdasarkan
penyakitnya, misalnya: resiko penularan kepada anggota keluarga lain, dan pertimbangan lain terkait
kondisi janin maupun si ibu sendiri.

Pun manakala seorang dokter dihadapkan pada 2 pilihan sulit yang menyangkut life saving, aspek
manfaat akan dikedepankan dibanding resiko yang bakal dihadapi baik bagi janin maupun ibunya.

Sebagai contoh, seorang ibu hamil yang kebetulan menderita asma, justru seyogyanya segera
berobat agar tidak mengalami sesak berkepanjangan yang justru tidak baik bagi janin karena beresiko
terjadinya hipoksia (kekurangan oksigen) yang akan mempengaruhi pasokan oksigen bagi janin.
Adapun batasan keamanan obat bagi ibu hamil disusun dalam 5 kategori yaitu golongan ( A, B, C, D
dan X ).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis obat untuk ibu hamil yang golongan C
Untuk mengetahui indikasi obat golongan C untuk ibu hamil
Untuk mengetahui kontraindikasi obat golongan C untuk ibu hamil
Untuk mengetahui dosis obat golongan C untuk ibu hamil
Untuk mengetahui efek samping obat golongan C untuk ibu hamil
Untuk mengetahui interaksi obat golongan C untuk ibu hamil

BAB II
PEMBAHASAN

1. Nama generik : Allopurinol

Nama dagang : Tylonic, Allonat, Llanol, Reucid, Uroquad, Zyloric

Sediaan : Tablet

Kelompok obat : Antipirai (Gout)

sme kerja : Menghambat xantin oksidase sehingga

menyebabkan menurunnya produksi asam urat

i : Pirai atritis atau tofaseus kronis, pirai sekunder

karena tumor, batu ginjal urat.

aindikasi : Penyakit hati, supresi sumsum tulang, wanita

hamil dan menyusui.


Efek samping : Mual, muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala,

pusing.

Interaksi obat :Memperngaruhi efek antikoagulan. Diuretik

menurunkan efeknya. Penggunaan yang lama tidak

diperkenankan.

Dosis : Dewasa: 200-500 mg/hari

Anak < 6 tahun: 150 mg/hari

Anak > 6 tahun: 300 mg/hari

2. Nama generik : Aminophylline

Nama dagang : Bufasma, Euphyllin, Phyllocortin

Sediaan : Tablet, supositoria, injeksi

Kelompok obat : Antiasma

Mekanisme kerja : Bekerja pada otot polos jalan nafas dan pembuluh

darah paru, sehingga terjadi dilatasi serta

merangsang kontraksi diafragma.

Indikasi : Asma ringan-berat, sesak nafas karena bronkitis

kronis, emfisema, mencegah kelahiran prematur.

Kontraindikasi : Hypersensitifitas, ulkus peptikum dan kejang.

Hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati,

ginjal, jantung.

Efek samping : Sakit kepala, pusing, gugup, insomnia, mual,


muntah, nyeri epigastrum.

Interaksi obat : Allopurinol, simetidin, kontrasepsi oral,

fluorokuinolon menurunkan waktu paruhnya.

Metil xantin mempengaruhi metabolisme obat ini

Dosis : Serangan asma akut, per oral

Dewasa: Dosis awal: 5 mg/kgbb, diteruskan

dengan dosis pemeliharaan 4 x 3-4mg/kgbb/hari

3. Nama generik : Amitriptylline

Nama dagang : Trilin

Sediaan : Tablet

Kelompok obat : Antidepresan trisiklik

Mekanisme kerja : Tidak diketahui dengan jelas, diduga menghambat

reuptake norepinefrin dan serotonin pada saraf

terminal SSP.

Indikasi : Depresi, gangguan distimik, depresi atipikal, skizo

prenia depresi.

Kontraindikasi : Koma atau depresi SSP, rusaknya area

subarakhnoid, gangguan darah atau depresi

sumsum tulang, MCI.

Efek samping : Diaforesis, mulut kering, pandangan kabur

takikardia, mengantuk, kontipasi, hipotensi. Hati


hati pada penderita tua, kejang, gangguan jantung.

Interaksi obat : Hipnotik dan antiansietas, analgesik apioid,

antipsikotik, antidepresan lain, alkohol,

antihistamin meningkatkan efek sedasi. Tidak

boleh diberikan bersama MAO.

Dosis : Dosis awal : 100 mg/hari dalam beberapa dosis,

dapat ditingkatkan sampai dengan 200 mg sesuai

dengan kebutuhan.

4. Nama generik : Antazolin

Nama dagang : Antistine, Delastine, Antrifine

Sediaan : Tablet, Sirup, obat tetes.

Kelompok obat : Antihistamin atau anti alergi

Mekanisme kerja : Menempati reseptor histamion pada sel secara

reversibel dan Menghambat kerja histamin pada

organ.

Indikasi : Penyakit alergi pada kulit, hidung, dan

konjungtivitis alergika.

Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, asma, bayi prematur

dan neonatus.

Efek samping : Iritasi lokal, meningkatnya tekanan bola mata.

Interaksi obat : Antiansietas dan hipnotik, antidepresan, alkohol,


analgesi apionid, antipsikotik meningkatkan efek

sedasi antizolin.

Dosis : 2x1 tablet/ hari

5. Nama generik : Asetazolamid

Nama dagang : Diamox, Glaucon

Sediaan : Tablet

Kelompok obat : diuretika

Mekanisme kerja : mengurangi ion H dan bikarbonat dalam sel epitel

tubuli

Indikasi : glaucoma sudut terbuka, epilepsi, acute mountain

sickness

Kontraindikasi : sirosis hepatis, batu ginjal, wanita hamil

Efek samping : demam, reaksi kulit, disorientasi, parestesia

Interaksi obat : menimbulkan reaksi alergi berat bila

diberikanbersama sulfanomid. Efek tachypnea

akan bertambah bila diberikan bersama aspirin

dalam dosis besar

Dosis : dewasa : 250-500 mg/ hari

6. Nama generik : Bacitracin

Nama dagang : basitrane, cicatrin, dactrol, nebacetin, neocitrin,


netracin, dsb

Sediaan : krim atau salep, obat tetes

Kelompok obat : antibiotika topikal

Mekanisme kerja : menghambat sintesa dinding sel bakteri

Indikasi : infeksi kulit dan mata yang disebabkan

streptococus, E colli, H influenza, Neisseria sp,

termasuk infeksi oftalmia neonaturum

Kontraindikasi : infeksi mikrobakterium dan jamur dimat,

hipersensitivitas, pada penyakit glaukoma

Efek samping : iritasi lokal, infeksi sekunder

Interaksi obat :-

Dosis : 2-3X / hari

7. Nama generik : Beclometasone

Nama dagang : Beconace, Becotide

Sediaan : Tablet, Spray (inhaler), semprot

Kelompok obat : kortikosteroid topical

Mekanisme kerja : Tidak diketahui secara jelas, tetapi diduga karena

efek vasokonstriksinya, dan menurunkan

sensitivitas reseptor terhadap iritan

Indikasi : Rinitis alergika, asma kronis, bronkitis non

asmatikus
Kontraindikasi : Serangan asma akut atau status assmatikus,

luberkolosis, infeksi jamur atau virus, wanita hamil

terutama pada penggunaan yang lama,

hipersensitivitas

Efek samping : Rasa terbakar, gatal, keringnya mukosa, sakit

kepala, perdarahan dari hidung

Interaksi obat : Peningkatan eksaserbasi bila diberikan bersama

kortikosteroid lain terutama pada penderita asma

Dosis : 2-4X sedotan / hari

8. Nama generik : Dextromethorphan

Nama dagang : Benmar, bufamet, decadryl, anadex, decold,

methor, abtugon,dsb

Sediaan : Tablet, Kapsul, Suspensi, Sirup

Kelompok obat : Antitusif

Mekanisme kerja : Meningkatkan ambang rangsang batuk secara

central

Indikasi : Batuk kronis atau akut

Kontraindikasi : Hipertensi berat, penyakit arteri koroner, wanita

hamil, hipersensitivitas

Efek samping : Mual, pusing, depresi pernafasan

Interaksi obat : Tidak boleh diberikan bersamaan MAO karena


menimbulkan depresi pernafasan berat

Dosis : dewasa : 4X30mg/hari

Anak : 1mg / kg BB /hari dibagi 3 4 dosis

9. Nama generik : Desonida

Nama dagang : Apolar, Apolar-N

Sediaan : Salep atau krim

Kelompok obat : Kortikosteroid topical

Mekanisme kerja : Tidak diketahui dengan jelas, diduga karena efek

vasokonstriksinya dan mempercepat sintesa

protein.

Indikasi : Dermatosis yang disertai peradangan atau pruritus

Kontraindikasi : Hipersensitivitas, wanita hamil terutama pada

penggunaan yang lama

Efek samping : Rasa terbakar, gatal, iritasi, kulit kering, folikulitis,

miliaria

Interaksi obat :-

Dosis : 2-4 X pemberian / hari

10. Nama generik : Diltiazem

Nama dagang : Farmabes, herbeser, diltikor

Sediaan : Tablet, Kapsul


Kelompok obat : Anti hipertensi (kalsium antagonis).

Mekanisme kerja : Menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium

melalui slow channel calcium

Indikasi : Hipertensi, angina pektoris, MCI, penyakit

vaskuler perifer

Kontraindikasi : Wanita hamil dan menyusui, dan gagal jantung

Efek samping : Bradycardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan

saluran cerna

Interaksi obat : Menurunkan denyut jantung bila diberikan

bersama beta bloker, efek terhadap konduksi

jantung dipengaruhi bila diberikan bersama

amiodaron dan digoxin. Simitidin meningkatkan

efeknya

Dosis : Hipertensi : 3X30 mg / hari sebelum makan

Angina : 3x30 60 mg / hari sebelum makan

11. Nama generik : Fluocinolone

Nama dagang : Synalar, bravoderm, cinolon, fasolon,fluocort,

kalcinol, neosinol dsb

Sediaan : Salep atau krim

Kelompok obat : Kortikosteroid topical

Mekanisme kerja : Tidak diketahui secara jelas diduga karena efek

vasokonstriksinya
Indikasi : Peradangan atau pruritus pada dermatosis,

dermatosis karena infeksi sekunder

Kontraindikasi : Hipersensitivitas tidak digunakan untuk daerah

telinga, wanita hamil pada penggunaan lama

Efek samping : Rasa terbakar, gatal, kulit kering, folikulitis,

miliaria

Interaksi obat :-

Dosis : 2-4x pemberian / hari

12. Nama generik : Furosimide

Nama dagang : Cetasix, farsix, furocetic, impugan, kutrix, lasix,

salurix, uresix dsb

Sediaan : Tablet, Kapsul dan Injeksi

Kelompok obat : Diuretika kuat

Mekanisme kerja : Mengurangi reabsorpsi aktif NaCl dalam lumen

tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb

of Henle

Indikasi : Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit

jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik

syndrome, hipertensi

Kontraindikasi : Wanita hamil dan menyusui

Efek samping : Pusing, lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare


Interaksi obat : Indometacin menurunkan efek diuretiknya. Efek

otoksik meningkat bila diberikan bersama

aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama

asam etakrina. Toksisitas salisilat meningkat bila

diberikan bersamaan. Mengantagonis tubokurarin

dan meningkatkan efek suksinilcolin dan obat

antihipertensi

Dosis : Dewasa : 40 mg / hari

Anak : 2-6 mg / kg BB /hari

13. Nama generik : Gemfibrozil

Nama dagang : Lifibron, Lipozil, Lipoid, Progenzal.

Sediaan : Tablet dan kapsul

Kelompok obat : Antilipidemik

Mekanisme kerja : Menurunkan inkorporasi asam lemak rantai

panjang ke dalam trigliserid plasma, sehingga

menurunkan produksi VLDL hati.

Indikasi : Hipertrigliserid berat ( tipe III, IV, V )

Kontraindikasi : Penyakit hati, ginjal, dan kantung empedu , wanita

hamil dan menyusui.

Efek samping : Mual, muntah, diare, erupsi kulit

Interaksi obat : Kejadian rabdomiolisis meningkat bila diberikan


bersama lovostatin. Pemberian bersama

antikoagulan harus hati-hati

Dosis : 2X600 mg/ hari, 30 menit sebelum makan

14. Nama generik : Gentamicin

Nama dagang : Colircusi gentamicin, danigen, garamycin, gentacyl,


gentafilm, gentamerck, digenta.

Sediaan : Salep, injeksi, dan obat tetes

Kelompok obat : Antibiotika ( aminoglikosid)

Mekanisme kerja : Menghambat sintesa protein mikroba dengan


mengikat sub unit ribosom 30S

Indikasi : Infeksi serius pada saluran nafas bawah, intra

abdominal, jaringan lunak, tulang, saluran kemih,

dan maningitis yang disebabkan basil garam negatif seperti E. Coli, Ps. Aeroginosa, staphilococcus,
profilaksis endokarditis.

Kontraindikasi : Hipersensitivitas. Hati-hati pemberian pada wanita

hamil dan penyakit gagal ginjal.

Efek samping :Neurotoksik dan nefrotoksik, anemia, gatal-gatal,

urtikaria, mual-muntah, diare

Interaksi obat : Tidak boleh diberikan bersama aminoglikosid lain,

sefaloridin, viomisin, polimiksin, kolistin,

sisplatin, vankomisin, asam etakrinat, furosemid.

Penisilin menurunkan efektivitas obat ini.


Dosis : Dewasa: 3 x 3-5 mg/kgbb/hari

Anak: 6-7,5 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis

15. Nama generik : Glibenclamide

Nama dagang : Daonil, Euglucon

Sediaan : Tablet

Kelompok obat : Antidiabetes (sulfonilurea)

Mekanisme kerja : Bekerja dengan merangsang hormon insulin di

pankreas

Indikasi : Diabetes Melitus

Kontraindikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil, penderita

glikosuria renal non-diabetes, hipersensitivitas.

Efek samping : Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung,

ataksia, reaksi alergi

Interaksi obat : Glukokortikoid, hormon tiroid, diuretika, estrogen

menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam

darah bila diberikan bersamaan. Dosis obat ini

harus ditingkatkan bila diberikan bersama fenitoin,

rifampin, klorpromazin. Meningkatkan resiko

hipoglikemia bila diberikan bersama alkohol,

fenformin, sulfonamid, kaptopril, simetidin,

antikoagulan, kloramfenikol, penghambat MAO


dan anabolik steroid, klofibrat serta fenfluramin,

salisilat.

Dosis : 1-2 x 5-20 mg/hari

16. Nama generik : Glipizide

Nama dagang : Minidiab

Sediaan : Tablet

Kelompok obat : Antidiabetes (sulfonilurea)

Mekanisme kerja : Bekerja dengan merangsang sekresi insulin di

pankreas

Indikasi : Diabetes melitus

Kontraindikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil, glikosuria

renal non diabetes, diabetes berat (ketoasidosis),

hipersensitivitas.

Efek samping : Gangguan saluran cerna seperti mual, muntah,

kulit kemerahan.

Interaksi obat : Glukokortikoid, hormon tiroid, diuretik, estrogen

meningkatkan kadar glukosa dalam darah.

Rifampin. Fenitoin, fenobarbital, klorpromazin

menyebabkan metabolisme obat ini meningkat

sehingga perlu dosis yang besar bila diberi

bersama. Resiko hipoglikemia meningkat bila


diberikan bersama salisilat, alkohol, fenformin,

fenilbutazon, kaptopril, simetidin, anti koagulan,

kloramfenikol, penghambat MAO, anabolik steroid

serta fenfluramin, dan klofibrat

Dosis : 5 mg, 30 menit sebelum makan

17. Nama generik : Hydrocortisone

Nama dagang : Silacort, actinac, bufacort, brentan, bufaform,

dermacort, cotimmycin, protocedyl

Sediaan : Salep atu krim, obat tetes, supositeria, injeksi

Kelompok obat : kortikosteroid

Mekanisme kerja :Mempengaruhi kecepatan sintesa protein dan

karena efek vasokonstriksinya

Indikasi : Syok, radang pada kulit, mata dan telinga, asma

bronchial, reumatoid artritis, pirai

Kontraindikasi : Infeksi jamur sisstemik, wanita hamil dan

menyusui, hipersensitivitas.

Efek samping : Demam, mual,artralgia, malaise, rasa terbakar,

gatral, hipopigmentasi, miliaria.

Interaksi obat : Fenitoin, fenobarbital, efedrin, rifampin

meningkatkan bersihan hidrokortison.

Hipokalemia timbul bila diberikan bersama


diuretik hematkalium. Hati-hati bila diberikan

bersama antikoagulan

Dosis : Rectal : 2x1, supositoria / hari (pagi dan malam),

Salep / krim : 2x pemberian / hari

*reumatoid artritis : sendi lutut : 25mg

Biasanya 5-75 mg tergantung luas kerusakan.

18. Nama generik : Ketotifen fumarate

Nama dagang : Intifen, nortifen, tehatifen, prevas, astiven,

provilas, dsb

Sediaan : Tablet, sirup

Kelompok obat : Antihistamin

Mekanisme kerja : Menghambat reseptor histamin sehingga pelepasan

histamin dan leukotrin dari sel mast terganggu.

Indikasi : Profilaksis asma, penyakit alergi lain

Kontraindikasi : Hipersensitivitas

Efek samping : Sakit kepala, mengantuk, pusing, mual, muntah

Interaksi obat : Pembertian bersama obat despresi SSP dan alkohol

meningkatkan efek sedasinya

Dosis : Profilaksis asma : dewasa : 2x1,38-2,76 mg / hari

selama 121 bulan


19. Nama generik : Methyl prednisolone

Nama dagang : Lameson, urbason, dsb

Sediaan : Tablet, suspensi, injeksi, salep / krim

Kelompok obat : Kortikosteroid

Mekanisme kerja : Menyebabkan efek metabolik yang bervariasi dan

merubah respon imun tubuh terhadap rangsangan.

Indikasi : Insufisiensi adrenal primer dan sekunder.

Reumateroid artritis, pirai, bursitis, penyakit

kolagen, penyakit kolagen seperti dermatitis

eksfoliativa, kolitis ulsirativ, edema, konjungtivitis

alergika

Kontraindikasi : Infeksi jamur sistemik, bayi prematur,

hipersensitivitas, hati-hati pada penderita ulkus

peptikum, herpes simpleks

Efek samping : Retensi cairan, osteoporosis, gangguan saluran

cerna, penyembuhan luka yang lambat, glaukoma.

Interaksi obat : Tidak boleh diberikan bersama vaksin terutama

vaksin smallpox. Kejang dapat terjadi bila

diberikan bersama siklosporin. Hati-hati bila

diberikan bersama aspirin.

Dosis : Adrenal insufiensi : 40 mg setiap 2 jam

Reumatoid artritis 40 -120 mg / hari


20. Nama generik : Cisapride

Nama dagang : Prepulsid

Sediaan :Tablet

Kelompok obat :Prokinetik (antiemetik)

Mekanisme kerja : Bekerja dengan membebaskan asetikolin dari

fleksus mesenterikus sehingga meningkatkan

aktivitas peristaltik dan tonus sfingter esofagus

inferior ; memperbaiki kontraktilitas lambung dan

duodenum ; memperbaiki motilitas usus halus dan

kolon

Indikasi : Refluks esofagitis, dispepsia non ulkus,

gastrofaresis

Kontraindikasi : Wanita hamil terutama trimester 1 dan wanita

menyususi

Efek samping : Diare, kejang perut, borborigma

Interaksi obat : Tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada hati-hati

pemberian bersama dengan penghambat MAO

Dosis : Refluks esofagitis : 3x5-10 mg / hari sebelum

makan selama 2 minggu.


BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Hingga kini kita di Indonesia masih menggunakan kriteria keamanan obat bagi ibu hamil yang
dilansir oleh FDA (Food and Drug Administration) sebagai pedoman dalam memberikan obat pada ibu
hamil.

Kategori-kategori tersebut dibuat berdasarkan ada tidaknya (besar kecilnya) resiko terhadap sistem
reproduksi, efek samping dan manfaat yag diharapkan.

Obat Kategori C adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi binatang
percobaan menunjukkan adanya efek samping bagi janin. Sedangkan pada wanita hamil belum ada study
terkontrol. Obat golongan ini hanya dapat dipergunakan jika manfaatnya lebih besar ketimbang resiko
yang mungkin terjadi pada janin

KLASIFIKASI OBAT UNTUK IBU HAMIL GOLONGAN C


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya para ibu hamil akan memberitahu dokter saat berobat bahwa dirinya hamil sekian
bulan. Demikian pula jika berobat saat menyusui (ASI bayinya. Informasi tersebut diberikan si ibu dengan
harapan dokter akan memberikan obat yang aman bagi janin yang dikandungnya. Itupun tak jarang si ibu
masih mananyakan kepada dokter apakah obat yang digunakan benar-benar aman. Hal ini sangat wajar
dan kita patut menghargainya.

Di sisi lain, ketika seorang ibu hamil sakit adakalanya enggan ke dokter lantaran takut menggunakan
obat. Alhasil keluhannya makin bertambah dan akhirnya datang juga ke dokter untuk berobat.

Seorang dokter tentu sangat paham bahwa saat memberikan(meresepkan) obat bagi wanita hamil
akan dipilihkan obat yang aman, baik dalam hal jenis obat (berdasarkan indeks keamanan obat), dosis
maupun lamanya penggunaan. Selain itu akan dipertimbangkan pula aspek-aspek lain berdasarkan
penyakitnya, misalnya: resiko penularan kepada anggota keluarga lain, dan pertimbangan lain terkait
kondisi janin maupun si ibu sendiri.

Pun manakala seorang dokter dihadapkan pada 2 pilihan sulit yang menyangkut life saving, aspek
manfaat akan dikedepankan dibanding resiko yang bakal dihadapi baik bagi janin maupun ibunya.

Sebagai contoh, seorang ibu hamil yang kebetulan menderita asma, justru seyogyanya segera
berobat agar tidak mengalami sesak berkepanjangan yang justru tidak baik bagi janin karena beresiko
terjadinya hipoksia (kekurangan oksigen) yang akan mempengaruhi pasokan oksigen bagi janin.
Adapun batasan keamanan obat bagi ibu hamil disusun dalam 5 kategori yaitu golongan ( A, B, C, D
dan X ).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis obat untuk ibu hamil yang golongan C
Untuk mengetahui indikasi obat golongan C untuk ibu hamil
Untuk mengetahui kontraindikasi obat golongan C untuk ibu hamil
Untuk mengetahui dosis obat golongan C untuk ibu hamil
Untuk mengetahui efek samping obat golongan C untuk ibu hamil
Untuk mengetahui interaksi obat golongan C untuk ibu hamil

BAB II
PEMBAHASAN

1. Nama generik : Allopurinol

Nama dagang : Tylonic, Allonat, Llanol, Reucid, Uroquad, Zyloric

Sediaan : Tablet

Kelompok obat : Antipirai (Gout)

sme kerja : Menghambat xantin oksidase sehingga

menyebabkan menurunnya produksi asam urat

i : Pirai atritis atau tofaseus kronis, pirai sekunder

karena tumor, batu ginjal urat.

aindikasi : Penyakit hati, supresi sumsum tulang, wanita

hamil dan menyusui.


Efek samping : Mual, muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala,

pusing.

Interaksi obat :Memperngaruhi efek antikoagulan. Diuretik

menurunkan efeknya. Penggunaan yang lama tidak

diperkenankan.

Dosis : Dewasa: 200-500 mg/hari

Anak < 6 tahun: 150 mg/hari

Anak > 6 tahun: 300 mg/hari

2. Nama generik : Aminophylline

Nama dagang : Bufasma, Euphyllin, Phyllocortin

Sediaan : Tablet, supositoria, injeksi

Kelompok obat : Antiasma

Mekanisme kerja : Bekerja pada otot polos jalan nafas dan pembuluh

darah paru, sehingga terjadi dilatasi serta

merangsang kontraksi diafragma.

Indikasi : Asma ringan-berat, sesak nafas karena bronkitis

kronis, emfisema, mencegah kelahiran prematur.

Kontraindikasi : Hypersensitifitas, ulkus peptikum dan kejang.

Hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati,

ginjal, jantung.

Efek samping : Sakit kepala, pusing, gugup, insomnia, mual,


muntah, nyeri epigastrum.

Interaksi obat : Allopurinol, simetidin, kontrasepsi oral,

fluorokuinolon menurunkan waktu paruhnya.

Metil xantin mempengaruhi metabolisme obat ini

Dosis : Serangan asma akut, per oral

Dewasa: Dosis awal: 5 mg/kgbb, diteruskan

dengan dosis pemeliharaan 4 x 3-4mg/kgbb/hari

3. Nama generik : Amitriptylline

Nama dagang : Trilin

Sediaan : Tablet

Kelompok obat : Antidepresan trisiklik

Mekanisme kerja : Tidak diketahui dengan jelas, diduga menghambat

reuptake norepinefrin dan serotonin pada saraf

terminal SSP.

Indikasi : Depresi, gangguan distimik, depresi atipikal, skizo

prenia depresi.

Kontraindikasi : Koma atau depresi SSP, rusaknya area

subarakhnoid, gangguan darah atau depresi

sumsum tulang, MCI.

Efek samping : Diaforesis, mulut kering, pandangan kabur

takikardia, mengantuk, kontipasi, hipotensi. Hati


hati pada penderita tua, kejang, gangguan jantung.

Interaksi obat : Hipnotik dan antiansietas, analgesik apioid,

antipsikotik, antidepresan lain, alkohol,

antihistamin meningkatkan efek sedasi. Tidak

boleh diberikan bersama MAO.

Dosis : Dosis awal : 100 mg/hari dalam beberapa dosis,

dapat ditingkatkan sampai dengan 200 mg sesuai

dengan kebutuhan.

4. Nama generik : Antazolin

Nama dagang : Antistine, Delastine, Antrifine

Sediaan : Tablet, Sirup, obat tetes.

Kelompok obat : Antihistamin atau anti alergi

Mekanisme kerja : Menempati reseptor histamion pada sel secara

reversibel dan Menghambat kerja histamin pada

organ.

Indikasi : Penyakit alergi pada kulit, hidung, dan

konjungtivitis alergika.

Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, asma, bayi prematur

dan neonatus.

Efek samping : Iritasi lokal, meningkatnya tekanan bola mata.

Interaksi obat : Antiansietas dan hipnotik, antidepresan, alkohol,


analgesi apionid, antipsikotik meningkatkan efek

sedasi antizolin.

Dosis : 2x1 tablet/ hari

5. Nama generik : Asetazolamid

Nama dagang : Diamox, Glaucon

Sediaan : Tablet

Kelompok obat : diuretika

Mekanisme kerja : mengurangi ion H dan bikarbonat dalam sel epitel

tubuli

Indikasi : glaucoma sudut terbuka, epilepsi, acute mountain

sickness

Kontraindikasi : sirosis hepatis, batu ginjal, wanita hamil

Efek samping : demam, reaksi kulit, disorientasi, parestesia

Interaksi obat : menimbulkan reaksi alergi berat bila

diberikanbersama sulfanomid. Efek tachypnea

akan bertambah bila diberikan bersama aspirin

dalam dosis besar

Dosis : dewasa : 250-500 mg/ hari

6. Nama generik : Bacitracin

Nama dagang : basitrane, cicatrin, dactrol, nebacetin, neocitrin,


netracin, dsb

Sediaan : krim atau salep, obat tetes

Kelompok obat : antibiotika topikal

Mekanisme kerja : menghambat sintesa dinding sel bakteri

Indikasi : infeksi kulit dan mata yang disebabkan

streptococus, E colli, H influenza, Neisseria sp,

termasuk infeksi oftalmia neonaturum

Kontraindikasi : infeksi mikrobakterium dan jamur dimat,

hipersensitivitas, pada penyakit glaukoma

Efek samping : iritasi lokal, infeksi sekunder

Interaksi obat :-

Dosis : 2-3X / hari

7. Nama generik : Beclometasone

Nama dagang : Beconace, Becotide

Sediaan : Tablet, Spray (inhaler), semprot

Kelompok obat : kortikosteroid topical

Mekanisme kerja : Tidak diketahui secara jelas, tetapi diduga karena

efek vasokonstriksinya, dan menurunkan

sensitivitas reseptor terhadap iritan

Indikasi : Rinitis alergika, asma kronis, bronkitis non

asmatikus
Kontraindikasi : Serangan asma akut atau status assmatikus,

luberkolosis, infeksi jamur atau virus, wanita hamil

terutama pada penggunaan yang lama,

hipersensitivitas

Efek samping : Rasa terbakar, gatal, keringnya mukosa, sakit

kepala, perdarahan dari hidung

Interaksi obat : Peningkatan eksaserbasi bila diberikan bersama

kortikosteroid lain terutama pada penderita asma

Dosis : 2-4X sedotan / hari

8. Nama generik : Dextromethorphan

Nama dagang : Benmar, bufamet, decadryl, anadex, decold,

methor, abtugon,dsb

Sediaan : Tablet, Kapsul, Suspensi, Sirup

Kelompok obat : Antitusif

Mekanisme kerja : Meningkatkan ambang rangsang batuk secara

central

Indikasi : Batuk kronis atau akut

Kontraindikasi : Hipertensi berat, penyakit arteri koroner, wanita

hamil, hipersensitivitas

Efek samping : Mual, pusing, depresi pernafasan

Interaksi obat : Tidak boleh diberikan bersamaan MAO karena


menimbulkan depresi pernafasan berat

Dosis : dewasa : 4X30mg/hari

Anak : 1mg / kg BB /hari dibagi 3 4 dosis

9. Nama generik : Desonida

Nama dagang : Apolar, Apolar-N

Sediaan : Salep atau krim

Kelompok obat : Kortikosteroid topical

Mekanisme kerja : Tidak diketahui dengan jelas, diduga karena efek

vasokonstriksinya dan mempercepat sintesa

protein.

Indikasi : Dermatosis yang disertai peradangan atau pruritus

Kontraindikasi : Hipersensitivitas, wanita hamil terutama pada

penggunaan yang lama

Efek samping : Rasa terbakar, gatal, iritasi, kulit kering, folikulitis,

miliaria

Interaksi obat :-

Dosis : 2-4 X pemberian / hari

10. Nama generik : Diltiazem

Nama dagang : Farmabes, herbeser, diltikor

Sediaan : Tablet, Kapsul


Kelompok obat : Anti hipertensi (kalsium antagonis).

Mekanisme kerja : Menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium

melalui slow channel calcium

Indikasi : Hipertensi, angina pektoris, MCI, penyakit

vaskuler perifer

Kontraindikasi : Wanita hamil dan menyusui, dan gagal jantung

Efek samping : Bradycardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan

saluran cerna

Interaksi obat : Menurunkan denyut jantung bila diberikan

bersama beta bloker, efek terhadap konduksi

jantung dipengaruhi bila diberikan bersama

amiodaron dan digoxin. Simitidin meningkatkan

efeknya

Dosis : Hipertensi : 3X30 mg / hari sebelum makan

Angina : 3x30 60 mg / hari sebelum makan

11. Nama generik : Fluocinolone

Nama dagang : Synalar, bravoderm, cinolon, fasolon,fluocort,

kalcinol, neosinol dsb

Sediaan : Salep atau krim

Kelompok obat : Kortikosteroid topical

Mekanisme kerja : Tidak diketahui secara jelas diduga karena efek

vasokonstriksinya
Indikasi : Peradangan atau pruritus pada dermatosis,

dermatosis karena infeksi sekunder

Kontraindikasi : Hipersensitivitas tidak digunakan untuk daerah

telinga, wanita hamil pada penggunaan lama

Efek samping : Rasa terbakar, gatal, kulit kering, folikulitis,

miliaria

Interaksi obat :-

Dosis : 2-4x pemberian / hari

12. Nama generik : Furosimide

Nama dagang : Cetasix, farsix, furocetic, impugan, kutrix, lasix,

salurix, uresix dsb

Sediaan : Tablet, Kapsul dan Injeksi

Kelompok obat : Diuretika kuat

Mekanisme kerja : Mengurangi reabsorpsi aktif NaCl dalam lumen

tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb

of Henle

Indikasi : Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit

jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik

syndrome, hipertensi

Kontraindikasi : Wanita hamil dan menyusui

Efek samping : Pusing, lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare


Interaksi obat : Indometacin menurunkan efek diuretiknya. Efek

otoksik meningkat bila diberikan bersama

aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama

asam etakrina. Toksisitas salisilat meningkat bila

diberikan bersamaan. Mengantagonis tubokurarin

dan meningkatkan efek suksinilcolin dan obat

antihipertensi

Dosis : Dewasa : 40 mg / hari

Anak : 2-6 mg / kg BB /hari

13. Nama generik : Gemfibrozil

Nama dagang : Lifibron, Lipozil, Lipoid, Progenzal.

Sediaan : Tablet dan kapsul

Kelompok obat : Antilipidemik

Mekanisme kerja : Menurunkan inkorporasi asam lemak rantai

panjang ke dalam trigliserid plasma, sehingga

menurunkan produksi VLDL hati.

Indikasi : Hipertrigliserid berat ( tipe III, IV, V )

Kontraindikasi : Penyakit hati, ginjal, dan kantung empedu , wanita

hamil dan menyusui.

Efek samping : Mual, muntah, diare, erupsi kulit

Interaksi obat : Kejadian rabdomiolisis meningkat bila diberikan


bersama lovostatin. Pemberian bersama

antikoagulan harus hati-hati

Dosis : 2X600 mg/ hari, 30 menit sebelum makan

14. Nama generik : Gentamicin

Nama dagang : Colircusi gentamicin, danigen, garamycin, gentacyl,


gentafilm, gentamerck, digenta.

Sediaan : Salep, injeksi, dan obat tetes

Kelompok obat : Antibiotika ( aminoglikosid)

Mekanisme kerja : Menghambat sintesa protein mikroba dengan


mengikat sub unit ribosom 30S

Indikasi : Infeksi serius pada saluran nafas bawah, intra

abdominal, jaringan lunak, tulang, saluran kemih,

dan maningitis yang disebabkan basil garam negatif seperti E. Coli, Ps. Aeroginosa, staphilococcus,
profilaksis endokarditis.

Kontraindikasi : Hipersensitivitas. Hati-hati pemberian pada wanita

hamil dan penyakit gagal ginjal.

Efek samping :Neurotoksik dan nefrotoksik, anemia, gatal-gatal,

urtikaria, mual-muntah, diare

Interaksi obat : Tidak boleh diberikan bersama aminoglikosid lain,

sefaloridin, viomisin, polimiksin, kolistin,

sisplatin, vankomisin, asam etakrinat, furosemid.

Penisilin menurunkan efektivitas obat ini.


Dosis : Dewasa: 3 x 3-5 mg/kgbb/hari

Anak: 6-7,5 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis

15. Nama generik : Glibenclamide

Nama dagang : Daonil, Euglucon

Sediaan : Tablet

Kelompok obat : Antidiabetes (sulfonilurea)

Mekanisme kerja : Bekerja dengan merangsang hormon insulin di

pankreas

Indikasi : Diabetes Melitus

Kontraindikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil, penderita

glikosuria renal non-diabetes, hipersensitivitas.

Efek samping : Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung,

ataksia, reaksi alergi

Interaksi obat : Glukokortikoid, hormon tiroid, diuretika, estrogen

menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam

darah bila diberikan bersamaan. Dosis obat ini

harus ditingkatkan bila diberikan bersama fenitoin,

rifampin, klorpromazin. Meningkatkan resiko

hipoglikemia bila diberikan bersama alkohol,

fenformin, sulfonamid, kaptopril, simetidin,

antikoagulan, kloramfenikol, penghambat MAO


dan anabolik steroid, klofibrat serta fenfluramin,

salisilat.

Dosis : 1-2 x 5-20 mg/hari

16. Nama generik : Glipizide

Nama dagang : Minidiab

Sediaan : Tablet

Kelompok obat : Antidiabetes (sulfonilurea)

Mekanisme kerja : Bekerja dengan merangsang sekresi insulin di

pankreas

Indikasi : Diabetes melitus

Kontraindikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil, glikosuria

renal non diabetes, diabetes berat (ketoasidosis),

hipersensitivitas.

Efek samping : Gangguan saluran cerna seperti mual, muntah,

kulit kemerahan.

Interaksi obat : Glukokortikoid, hormon tiroid, diuretik, estrogen

meningkatkan kadar glukosa dalam darah.

Rifampin. Fenitoin, fenobarbital, klorpromazin

menyebabkan metabolisme obat ini meningkat

sehingga perlu dosis yang besar bila diberi

bersama. Resiko hipoglikemia meningkat bila


diberikan bersama salisilat, alkohol, fenformin,

fenilbutazon, kaptopril, simetidin, anti koagulan,

kloramfenikol, penghambat MAO, anabolik steroid

serta fenfluramin, dan klofibrat

Dosis : 5 mg, 30 menit sebelum makan

17. Nama generik : Hydrocortisone

Nama dagang : Silacort, actinac, bufacort, brentan, bufaform,

dermacort, cotimmycin, protocedyl

Sediaan : Salep atu krim, obat tetes, supositeria, injeksi

Kelompok obat : kortikosteroid

Mekanisme kerja :Mempengaruhi kecepatan sintesa protein dan

karena efek vasokonstriksinya

Indikasi : Syok, radang pada kulit, mata dan telinga, asma

bronchial, reumatoid artritis, pirai

Kontraindikasi : Infeksi jamur sisstemik, wanita hamil dan

menyusui, hipersensitivitas.

Efek samping : Demam, mual,artralgia, malaise, rasa terbakar,

gatral, hipopigmentasi, miliaria.

Interaksi obat : Fenitoin, fenobarbital, efedrin, rifampin

meningkatkan bersihan hidrokortison.

Hipokalemia timbul bila diberikan bersama


diuretik hematkalium. Hati-hati bila diberikan

bersama antikoagulan

Dosis : Rectal : 2x1, supositoria / hari (pagi dan malam),

Salep / krim : 2x pemberian / hari

*reumatoid artritis : sendi lutut : 25mg

Biasanya 5-75 mg tergantung luas kerusakan.

18. Nama generik : Ketotifen fumarate

Nama dagang : Intifen, nortifen, tehatifen, prevas, astiven,

provilas, dsb

Sediaan : Tablet, sirup

Kelompok obat : Antihistamin

Mekanisme kerja : Menghambat reseptor histamin sehingga pelepasan

histamin dan leukotrin dari sel mast terganggu.

Indikasi : Profilaksis asma, penyakit alergi lain

Kontraindikasi : Hipersensitivitas

Efek samping : Sakit kepala, mengantuk, pusing, mual, muntah

Interaksi obat : Pembertian bersama obat despresi SSP dan alkohol

meningkatkan efek sedasinya

Dosis : Profilaksis asma : dewasa : 2x1,38-2,76 mg / hari

selama 121 bulan


19. Nama generik : Methyl prednisolone

Nama dagang : Lameson, urbason, dsb

Sediaan : Tablet, suspensi, injeksi, salep / krim

Kelompok obat : Kortikosteroid

Mekanisme kerja : Menyebabkan efek metabolik yang bervariasi dan

merubah respon imun tubuh terhadap rangsangan.

Indikasi : Insufisiensi adrenal primer dan sekunder.

Reumateroid artritis, pirai, bursitis, penyakit

kolagen, penyakit kolagen seperti dermatitis

eksfoliativa, kolitis ulsirativ, edema, konjungtivitis

alergika

Kontraindikasi : Infeksi jamur sistemik, bayi prematur,

hipersensitivitas, hati-hati pada penderita ulkus

peptikum, herpes simpleks

Efek samping : Retensi cairan, osteoporosis, gangguan saluran

cerna, penyembuhan luka yang lambat, glaukoma.

Interaksi obat : Tidak boleh diberikan bersama vaksin terutama

vaksin smallpox. Kejang dapat terjadi bila

diberikan bersama siklosporin. Hati-hati bila

diberikan bersama aspirin.

Dosis : Adrenal insufiensi : 40 mg setiap 2 jam

Reumatoid artritis 40 -120 mg / hari


20. Nama generik : Cisapride

Nama dagang : Prepulsid

Sediaan :Tablet

Kelompok obat :Prokinetik (antiemetik)

Mekanisme kerja : Bekerja dengan membebaskan asetikolin dari

fleksus mesenterikus sehingga meningkatkan

aktivitas peristaltik dan tonus sfingter esofagus

inferior ; memperbaiki kontraktilitas lambung dan

duodenum ; memperbaiki motilitas usus halus dan

kolon

Indikasi : Refluks esofagitis, dispepsia non ulkus,

gastrofaresis

Kontraindikasi : Wanita hamil terutama trimester 1 dan wanita

menyususi

Efek samping : Diare, kejang perut, borborigma

Interaksi obat : Tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada hati-hati

pemberian bersama dengan penghambat MAO

Dosis : Refluks esofagitis : 3x5-10 mg / hari sebelum

makan selama 2 minggu.


BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Hingga kini kita di Indonesia masih menggunakan kriteria keamanan obat bagi ibu hamil yang
dilansir oleh FDA (Food and Drug Administration) sebagai pedoman dalam memberikan obat pada ibu
hamil.

Kategori-kategori tersebut dibuat berdasarkan ada tidaknya (besar kecilnya) resiko terhadap sistem
reproduksi, efek samping dan manfaat yag diharapkan.

Obat Kategori C adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi binatang
percobaan menunjukkan adanya efek samping bagi janin. Sedangkan pada wanita hamil belum ada study
terkontrol. Obat golongan ini hanya dapat dipergunakan jika manfaatnya lebih besar ketimbang resiko
yang mungkin terjadi pada janin

KATEGORI OBAT-OBATAN ANTIKONVULSAN


Mencegah kambuhnya kejang dan mengakhiri aktivitas klinik dan elektrik kejang.
1. Magnesium sulfat.
Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa magnesium sulfat merupakan drug of choice untuk
mengobati kejang eklamptik (dibandingkan dengan diazepam dan fenitoin). Merupakan antikonvulsan
yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuhan dan mempertahankan aliran darah ke uterus
dan aliran darah ke fetus. Magnesium sulfat berhasil mengontrol kejang eklamptik pada >95% kasus.
Selain itu zat ini memberikan keuntungan fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan aliran darah ke
uterus. Mekanisme kerja magnesium sulfat adalah menekan pengeluaran asetilkolin pada motor
endplate. Magnesium sebagai kompetisi antagonis kalsium juga memberikan efek yang baik untuk otot
skelet.

Magnesium sulfat dikeluarkan secara eksklusif oleh ginjal dan mempunyai efek antihipertensi. Dapat
diberikan dengan dua cara, yaitu IV dan IM. Rute intravena lebih disukai karena dapat dikontrol lebih
mudah dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat terapetik lebih singkat. Rute intramuskular
cenderung lebih nyeri dan kurang nyaman, digunakan jika akses IV atau pengawasan ketat pasien tidak
mungkin. Pemberian magnesium sulfat harus diikuti dengan pengawasan ketat atas pasien dan fetus.
Tujuan terapi magnesium adalah mengakhiri kejang yang sedang berlangsung dan mencegah kejang
berkelanjutan. Pasien harus dievaluasi bahwa refleks tendon dalam masih ada, pernafasan sekurangnya
12 kali per menit dan urine output sedikitnya 100 ml dalam 4 jam. Terapi magnesium biasanya
dilanjutkan 12-24 jam setelah bayi lahir ; dapat dihentikan jika tekanan darah membaik serta diuresis
yang adekuat. Kadar magnesium harus diawasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, pada level 6-
8 mg/dl. Pasien dengan urine output yang meningkat memerlukan dosis rumatan untuk
mempertahankan magnesium pada level terapetiknya. Pasien diawasi apakah ada tanda-tanda
perburukan atau adanya keracunan magnesium.

Protokol pemberian magnesium menurut The Parkland Memorial Hospital, Baltimore, adalah sebagai
berikut :
4 g. magnesium sulfat IV dalam 5 menit, dilanjutkan dengan 10 g. magnesium sulfat dicampur dengan 1
ml lidokain 2% IM dibagi pada kedua bokong. Bila kejang masih menetap setelah 15 menit lanjutkan
dengan pemberian 2 g. magnesium sulfat IV dalam 3-5 menit. Sebagai dosis rumatan, 4 jam kemudian
berikan 5 g. magnesium sulfat IM, kecuali jika refleks patella tidak ada, terdapat depresi pernafasan, atau
urine output <100 ml dalam 4 jam tersebut. Atau dapat diberikan magnesium sulfat 2-4 g/jam IV. Bila
kadar magnesium >10 mg/dl dalam waktu 4 jam setelah pemberian bolus maka dosis rumatan dapat
diturunkan. Level terapetik adalah 4,8-8,4 mg/dl. Dengan protokol di atas, biasanya serum magnesium
akan mencapai 4-7 mg/dl pada pasien dengan distribusi volume normal dan fungsi ginjal yang normal.
Pengawasan aktual serum magnesium hanya dilakukan pada pasien dengan gejala keracunan
magnesium atau pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pasien dapat mengalami kejang ketika
mendapat magnesium sulfat. Bila kejang timbul dalam 20 menit pertama setelah menerima loading
dose, kejang biasanya pendek dan tidak memerlukan pengobatan tambahan.

Bila kejang timbul >20 menit setelah pemberian loading dose, berikan tambahan 2-4 gram magnesium.
dosis: inisial: 4-6 g. IV bolus dalam 15-20 menit; bila kejang timbul setelah pemberian bolus, dapat
ditambahkan 2 g. IV dalam 3-5 menit. Kurang lebih 10-15% pasien mengalami kejang lagi setelah
pemberian loading dosis. Dosis rumatan: 2-4 g./jam IV per drip. Bila kadar magnesium > 10 mg/dl dalam
waktu 4 jam setelah pemberian per bolus maka dosis rumatan dapat diturunkan. Pada Magpie Study,
untuk keamanan, dosis magnesium dibatasi. Dosis awal terbatas pada 4 g. bolus IV, dilanjutkan dengan
dosis rumatan 1 g./jam. Jika diberikan IM, dosisnya 10 g. dilanjutkan 5 g. setiap 4 jam. Terapi diteruskan
hingga 24 jam kontraindikasi : Hipersensitif terhadap magnesium, adanya blok pada jantung, penyakit
Addison, kerusakan otot jantung, hepatitis berat, atau myasthenia gravis.
Interaksi : Penggunaan bersamaan dengan nifedipin dapat menyebabkan hipotensi dan blokade
neuromuskular. Dapat meningkatkan terjadinya blokade neuromuskular bila digunakan dengan
aminoglikosida, potensial terjadi blokade neuromuskular bila digunakan kersamaan dengan tubokurarin,
venkuronium dan suksinilkolin. Dapat meningkatkan efek SSP dan toksisitas dari depresan SSP,
betametason dan kardiotoksisitas dari ritodrine.

Kategori keamanan pada kehamilan : A aman pada ehamilan.(Fugate SR dkk), Peringatan : Selalu
monitor adanya refleks yang hilang, depresi nafas dan penurunan urine output: Pemberian harus
dihentikan bila terdapat hipermagnesia dan pasien mungkin membutuhkan bantuan ventilasi. Depresi
SSP dapat terjadi pada kadar serum 6-8 mg/dl, hilangnya refleks tendon pada kadar 8-10 mg/dl, depresi
pernafasan pada kadar 12-17 mg/dl, koma pada kadar 13-17 mg/dl dan henti jantung pada kadar 19-20
mg/dl. Bila terdapat tanda keracunan magnesium, dapat diberikan kalsium glukonat 1 g. IV secara
perlahan. Magnesium sulfat harus dipikirkan untuk wanita hamil dengan eklampsia karena harganya
murah, cocok digunakan di negara yang pendapatannya rendah. Pemberian intravena lebih disukai
karena efek sampingnya lebih rendah dan masalah yang disebabkan oleh tempat penyuntikan lebih
sedikit. Lamanya pengobatan umumnya tidak lebih dari 24 jam, dan bila rute intravena digunakan untuk
terapi rumatan maka dosisnya jangan melebihi 1 g/jam.Pemberian dan pengawasan klinik selama
pemberian magnesium sulfat dapat dilakukan oleh staf medik, bidan dan perawat yang sudah terlatih.

2. Fenitoin
Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik, namun diduga menyebabkan
bradikardi dan hipotensi. Fenitoin bekerja menstabilkan aktivitas neuron dengan menurunkan flux ion di
seberang membran depolarisasi. Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan secara oral untuk
beberapa hari sampai risiko kejang eklamtik berkurang. Fenitoin juga memiliki kadar terapetik yang
mudah diukur dan penggunaannya dalam jangka pendek sampai sejauh ini tidak memberikan efek
samping yang buruk pada neonatus.
Dosis awal: 10 mg/kgbb. IV per drip dengan kecepatan < 50 mg/min, diikuti dengan dosis rumatan 5
mg/kgbb. 2 jam kemudian. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap fenitoin, blok sinoatrial, AV blok
tingkat kedua dan ketiga, sinus bradikardi, sindrom Adams-Stokes. Interaksi : Amiodaron, benzodiazepin,
kloramfenikol, simetidin, flukonazol, isoniazid, metronidazol, miconazol, fenilbutazon, suksinimid,
sulfonamid, omeprazol, fenasemid, disulfiram, etanol (tertelan secara akut), trimethoprim dan asam
valproat dapat meningkatkan toksisitas fenitoin. Efektivitas fenitoin dapat berkurang bila digunakan
bersamaan dengan obat golongan barbiturat, diazoksid, etanol, rifampisin, antasid, charcoal,
karbamazepin, teofilin, dan sukralfat. Fenitoin dapat menurunkan efektifitas asetaminofen,
kortikosteroid, dikumarol,disopiramid, doksisiklin, estrogen, haloperidol, amiodaron, karbamazepin,
glikosida jantung, kuinidin, teofilin, methadon, metirapon, mexiletin, kontrasepsi oral, dan asam
valproat.
Kategori keamanan pada kehamilan: D-Tidak aman untuk kehamilan. Peringatan: Diperlukan
pemeriksaan hitung jenis dan analisis urin saat terapi dimulai untuk mengetahui adanya diskrasia darah.
Hentikan penggunaan bila terdapat skin rash, kulit mengelupas, bulla dan purpura pada kulit. Infus yang
cepat dapat menyebabkan kematian karena henti jantung, ditandai oleh melebarnya QRS. Hati-hati pada
porfiria intermiten akut dan diabetes (karena meningkatkan kadar gula darah). Hentikan penggunaan
bila terdapat disfungsi hati.
3. Diazepam

Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang eklamptik. Mempunyai
waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang signifikan. Dosis : 5 mg IV. Kontraindikasi:
Hipersensitif pada diazepam, narrowangle glaucoma. Interaksi: Pemberian bersama fenotiazin,
barbiturat, alkohol dan MAOI meningkatkan toksisitas benzodiazepin pada SSP.Kategori keamanan pada
kehamilan: D-tidak aman digunakan pada wanita hamil. Peringatan : Dapat menyebabkan flebitis dan
trombosis vena, jangan diberikan bila IV line tidak aman; Dapat menyebabkan apnea pada ibu dan henti
jantung bila diberikan terlalu cepat. Pada neonatus dapat menyebabkandepresi nafas, hipotonia dan
nafsu makan yang buruk. Sodium benzoat berkompetisi dengan bilirubin untuk pengikatan albumin,
sehingga merupakan faktor predisposisi kernikterus pada bayi.

ANTIHIPERTENSI

Hipertensi yang berasosiasi dengan eklampsia dapat dikontrol dengan adekuat dengan menghentikan
kejang. Antihipertensi digunakan bila tekanan diastolik >110 mmHg. untuk mempertahankan tekanan
diastolik pada kisaran 90-100 mmHg. Antihipertensi mempunyai 2 tujuan utama: (1) menurunkan angka
kematian maternal dan kematian yang berhubungan dengan kejang, stroke dan emboli paru dan (2)
menurunkan angka kematian fetus dan kematian yang disebabkan oleh IUGR, placental abruption dan
infark. Bila tekanan darah diturunkan terlalu cepat akan menyebabkan hipoperfusi uterus. Pembuluh
darah uterus biasanya mengalami vasodilatasi maksimal dan penurunan tekanan darah ibu akan
menyebabkan penurunan perfusi uteroplasenta. Walaupun cairan tubuh total pada pasien eklampsia
berlebihan, volume intravaskular mengalami penyusutan dan wanita dengan eklampsia sangat sensitif
pada perubahan volume cairan tubuh. Hipovolemia menyebabkan penurunan perfusi uterus sehingga
penggunaan diuretik dan zat-zat hiperosmotik harus dihindari. Obat-obatan yang biasa digunakan untuk
wanita hamil dengan hipertensi adalah hidralazin dan labetalol. Nifedipin telah lama digunakan tetapi
masih kurang dapat diterima.

1. Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takikardi dan peningkatan cardiac output.
Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke uterus dan mencegah hipotensi. Hidralazin
dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol hipertensi pada 95% pasien dengan eklampsia. Dosis: 5 mg IV
ulangi 15-20 menit kemudian sampai tekanan darah <110 mmHg. Aksi obat mulai dalam 15 menit,
puncaknya 30-60 menit, durasi kerja 4-6 jam. Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap hidralazin, penyakit
rematik katup mitral jantung. Interaksi: MAOI dan beta-bloker dapat meningkatkan toksisitas hidralazin
dan efek farmakologi hidralazin dapat berkurang bila berinteraksi dengan indometasin. Kategori
keamanan pada kehamilan: C keamanan penggunaanya pada wanita hamil belum pernah ditetapkan.
Peringatan: Pasien dengan infark miokard, memiliki penyakit jantung koroner; Efek sampingnya
kemerahan, sakit kepala, pusing-pusing, palpitasi, angina dan sindrom seperti idiosinkratik lupus.
(biasanya pada penggunaan kronik).

2. Labetalol
Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan per oral. Digunakan sebagai
pengobatan alternatif dari hidralazin pada penderita eklampsia. Aliran darah ke uteroplasenta tidak
dipengaruhi oleh pemberian labetalol IV. Dosis: Dosis awal 20 mg, dosis kedua ditingkatkan hingga 40
mg, dosis berikutnya hingga 80 mg sampai dosis kumulatif maksimal 300 mg; Dapat diberikan secara
konstan melalui infus; Aksi obat dimulai setelah 5 menit, efek puncak pada 10-20 menit, durasi kerja
obat 45 menit sampai 6 jam. Kontraindikasi: Hipersensitif pada labetalol, shock kardiogenik, edema paru,
bradikardi, blok atrioventrikular, gagal jantung kongestif yang tidak terkompensasi; penyakit saluran
nafas reaktif, bradikardi berat. Interaksi: Menurunkan efek diuretik dan meningkatkan toksisitas dari
metotreksat, litium, dan salisilat. Menghilangkan refleks takikardi yang disebabkan oleh penggunaan
nitrogliserin tanpa efek hipotensi. Simetidin dapat meningkatkan kadar labetalol dalam gula darah.
Glutetimid dapat menurunkan efek labetalol dengan cara menginduksi enzim mikrosomal. Kategori
keamanan pada kehamilan : C-keamanan penggunaanya pada wanita hamil belum ditetapkan.
Peringatan: Hati-hati bila digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Hentikan penggunaan bila
terdapat tanda disfungsi hati. Pada pasien yang berumur dapat terjadi keracunan ataupun respons yang
rendah.

3. Nifedipin:
Merupakan Calcium Channel Blocker yang mempunyai efek vasodilatasi kuat arteriolar. Hanya tersedia
dalam bentuk preparat oral. Dosis: 10 mg per oral, dapat ditingkatkan sampai dosis maksimal 120 mg/
hari. Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap nifedipin. Interaksi: Hati-hati pada penggunaan bersamaan
dengan obat lain yang berefek menurunkan tekanan darah, termasuk beta blocker dan opiat; H2 bloker
(simetidin) dapat meningkatkan toksisitas. Kategori keamanan pada kehamilan: C Keamanan
penggunaannya pada wanita hamil belum ditetapkan. Peringatan: Dapat menyebabkan edema
ekstremitas bawah, jarang namun dapat terjadi hepatitis karena alergi. Masalah utama penggunaan
nifedipin adalah hipotensi. Hipotensi biasanya terjadi bila mengkonsumsi kalsium. Sebaiknya dihindari
pada kehamilan dengan IUGR dan pada pasien dengan fetus yang terlacak memiliki detak jantung
abnormal.

4. Klonidin
Merupakan agonis selektif reseptor 2 ( 2-agonis). Obat ini merangsang adrenoreseptor 2 di SSP dan
perifer, tetapi efek antihipertensinya terutama akibat perangsangan reseptor 2 di SSP. Dosis: dimulai
dengan 0.1 mg dua kali sehari; dapat ditingkatkan 0.1-0.2 mg/hari sampai 2.4 mg/hari. Penggunaan
klonidin menurunkan tekanan darah sebesar 30-60 mmHg, dengan efek puncak 2-4 jam dan durasi kerja
6-8 jam. Efek samping yang sering terjadi adalah mulut kering dan sedasi, gejala ortostatik kadang
terjadi. Penghentian mendadak dapat menimbulkan reaksi putus obat. Kontraindikasi: Sick-sinus
syndrome, blok artrioventrikular derajat dua atau tiga. Interaksi: Diuretik, vasodilator, -bloker dapat
meningkatkan efek antihipertensi. Pemberian bersamaan dengan bloker dan atau glikosida jantung
dapat menurunkan denyut jantung dan disritmia. Pemberian bersamaan dengan antidepresan trisiklik
dapat menurunkan kemampuan klonidin dalam menurunkan tekanan darah.
Kategori keamanan pada kehamilan: C keamanan penggunaannya pada wanita hamil belum
ditetapkan. Peringatan: Hati-hati pada pasien dengan kelainan ritme jantung, kelainan sistem konduksi
AV jantung, gagal ginjal, gangguan perfusi SSP ataupun perifer, depresi, polineuropati, konstipasi. Dapat
menurunkan kemampuan mengendarai mobil ataupun mengoperasikan mesin.
KESIMPULAN

Mengingat angka kejadian eklampsia dan komplikasinya yang serius hingga menyebabkan kematian,
farmakoterapi adalah mutlak untuk menurunkan angka kematian, mencegah komplikasi dan
memperbaiki eklampsia. Obat-obatan yang dipakai mulai dari antikonvulsan dan beberapa anti
hipertensi. Akhir-akhir ini magnesium sulfat disebut sebagai drug of choice. Didukung oleh keamanan
penggunaannya dalam kehamilan dan harganya yang murah, penggunaan magnesium sulfat memang
harus dipikirkan untuk terapi eklampsia.

YANG PERLU PERHATIAN KHUSUS atau TIDAK BOLEH DIMINUM UNTUK IBU
HAMIL dan MENYUSUI :

Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya), seperti amikacin


sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin sulfate, kanamycin sulfate, dan
netilmicin sulfate.

Golongan Sefalosporin, seperti : cefuroxime acetyl, cefotiam diHCl, cefotaxime Na,


cefoperazone Na, ceftriaxone Na, cefazolin Na, cefaclor dan turunan garam
monohydrate-nya, cephadrine, dan ceftizoxime Na.

Golongan Chloramfenicol, seperti : chloramfenicol, dan thiamfenicol.

Golongan Makrolid, seperti : clarithomycin, roxirhromycin, erythromycin, spiramycin,


dan azithromycin.

Golongan Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya.

Golongan Kuinolon, seperti : ciprofloxacin dan turunan garam HCl-nya, ofloxacin,


sparfloxacin dan norfloxacin.

Golongan Tetracyclin, seperti : doxycycline, tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh
untuk wanita hamil), dan oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil).

Obat Aman Bagi Kehamilan

Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama kehamilan:

Amoxicillin
Ampicillin

Clindamycin

Erythromycin

Penicillin

Daftar Obat Antibiotik yang Aman dan Berbahaya untuk Ibu Hamil/Kehamilan &
Menyusui :

Lactation Risk Categories Pregnancy Risk Categories

L1 (safest) A (controlled studies show no risk)

L2 (safer) B (no evidence of risk in humans)

L3 (moderately safe) C (risk cannot be ruled out)

L4 (possibly hazardous) D (positive evidence of risk)

L5 (contraindicated) X (contraindicated in pregnancy)

Antibiotika [contents]

Amoxicillin Larotid, Amoxil Approved B L1

Aztreonam Azactam Approved B L2

Cefadroxil Ultracef, Duricef Approved B L1

Cefazolin Ancef, Kefzol Approved B L1


Cefotaxime Claforan Approved B L2

Cefoxitin Mefoxin Approved B L1

Cefprozil Cefzil Approved C L1

Ceftazidime,
Ceftazidime Approved B L1
Fortaz, Taxidime

Ceftriaxone Rocephin Approved B L2

Ciprofloxacin Cipro Approved C L3

Clindamycin Cleocin Approved B L3

L1
E-Mycin, Ery-tab,
Erythromycin Approved B L3 early
ERYC, Ilosone
postnatal

Fleroxacin - Approved - NR

Gentamicin Garamycin Approved C L2

Kanamycin Kebecil, Kantrex Approved D L2

Moxalactam Moxam Approved - NR

Nitrofurantoin Macrobid Approved B L2

Ofloxacin Floxin Approved C L2


Penicillin - Approved B L1

Streptomycin Streptomycin Approved D L3

Sulbactam - Approved - NR

Gantrisin, Azo-
Sulfisoxazole Approved C L2
Gantrisin
Achromycin,
Tetracycline Sumycin, Approved D L2
Terramycin
Ticarcillin, Ticar,
Ticarcillin Approved B L1
Timentin

Proloprim,
Trimethoprim/sulfamethoxazole Approved C L3
Trimpex

Anda mungkin juga menyukai