Anda di halaman 1dari 6

DOMPERIDONE OGB HJ

Komposisi:
Domperidone 10 mg dan 5 mg/5mL.

Bentuk Sediaan:
Tablet dan sirup.

Farmakologi:
Efek anti emetik dapat disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastrokinetik)
dengan antagonis terhadap reseptor dopamine di kemoreseptor “ trigger zone” yang
terletak di luar sawar darah otak di area postrema.

Indikasi:
Untuk mual dan muntah akut, mual dan muntah yang disebabkan oleh pemberian
levodopa dan bromokriptin lebih dari 12 minggu, pengobatan gejala dispepsia
fungsional.
Anak-anak :untuk mual dan muntah pada kemoterapi kanker dan radioterapi.

Dosis:
Dispepsia fungsional :
Dewasa : 10 - 20 mg 3 kali sehari dan 10 – 20 mg sekali sebelum tidur malam
tergantung respons klinik. Pengobatan jangan melebihi 12 minggu
Mual dan muntah (termasuk yang disebabkan oleh levodopa dan bromokriptin) :
Dewasa (termasuk usia lanjut) : 10 – 20 mg sehari, interval waktu 4 - 8 jam.
Anak-anak (sehubungan kemoterapi kanker dan radioterapi) : 0,2 - 0,4 mg/kg berat
badan sehari, dengan interval waktu 4 - 8 jam.
Obat diminum 15 - 30 menit sebelum makan dan sebelum tidur malam.

Kontraindikasi:
Penderita hipersensitif terhadap domperidone.
Anak-anak (kecuali untuk mencegah mual dan muntah sehubungan kemoterapi
kanker dan radioterapi).
Penderita dengan prolaktinoma tumor hipofise yang mengeluarkan prolaktin.

Peringatan dan Perhatian:


Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.
Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang.
Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal.

Efek Samping:
Jarang dilaporkan : sedasi, reaksi ekstrapiramidal, distonik parkinson, tardive
dyskinesia (pada pasien dewasa dan usia lanjut) dan dapat diatasi dengan obat
antiparkinson.
Peningkatan prolaktin serum sehingga menyebabkan galaktore dan ginekomastia.
Mulut kering, sakit kepala, diare, rash kulit, rasa haus, cemas, gatal.
Diphenhydramine :

Adidryl (inj); Camidryl (inj); Novadryl (inj); Paradryl (inj); Recodryl (inj)

KOMPOSISI:
Difenhidramin HCl

SEDIAAN:
Ampul 1 ml (10 mg/ml); vial 15 ml (10 mg/ml)

INDIKASI:
Reaksi alergi, Rhinitis alergika, konjungtivitis alergika, mabuk perjalanan, parkinsonisme.

KONTRAINDIKASI:
Hipersensitifitas thd difenhidramin, ggn sal napas bagian bawah (termasuk asma) pengobatan
bersama MAO-inhibitor.

EFEK SAMPING:
Hipotensi, sakit kepala, takikardi, anemia hemolitik, ggn penglihatan, mual, diare,
pengentalan sekresi bronkial

DOSIS :
Oral: Dewasa : 50 mg atau 20 mg, 3-4 x/hr; Anak : 5 mg/kg BB/hr (maks 300 mg/hr)
Parenteral : Dewasa : 10-50 mg ,IM atau IV (maks 400 mg/hr0); Anak : 5 mg / kg BB/ hr atau
150 mg/ hr ,IM atau IV terbagi 4 dosis ( maks 300 mg/ hr).

Betahistine
Betahistine adalah obat yang digunakan sebagai obat anti vertigo, tinitus dan gangguan
pendengaran yang terkait dengan penyakit meniere. Obat ini adalah obat yang termasuk
antagonis reseptor histamin H3 sekaligus agonis reseptor histamin H1.

Betahistine bekerja dengan dua mekanisme. Pertama, obat ini merangsang reseptor histamin
H1 yang terletak pada pembuluh darah di telinga bagian dalam. Rangsangan ini
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas sehingga bisa
mengurangi tekanan endolimfatik. Kedua, sebagai antagonis reseptor histamin H3 yang
sangat kuat, obat ini meningkatkan kadar neurotransmiter histamin, asetilkolin, norepinefrin,
serotonin, dan GABA yang dilepaskan dari ujung saraf. Peningkatan kadar histmain dapat
menyebabkan efek vasodilatasi di telinga bagian dalam.

Di pasaran, obat ini tersedia dalam beberapa merk yang mengandung betahistine
dihydrochloride atau betahistine mesylate 8 mg, 16, dan 24 mg.

golongan

Harus dengan resep dokter


Indikasi

Kegunaan betahistine adalah untuk mengobati penyakit meniere. Penyakit ini biasanya
ditunjukkan dengan gejala seperti :

 gangguan keseimbangan
 vertigo
 tinitus dan gangguan pendengaran yang lainnya akibat peningkatan tekanan di telinga
bagin dalam.
 Biasanya gejala seperti mual dan muntah juga terjadi.

Kontra indikasi

 Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap


betahistine.
 Hindarkan juga pemakaian obat ini untuk penderita pheochromocytoma, penyakit
asma bronkial, dan orang-orang yang memiliki riwayat ulkus peptik.

Efek Samping

Berikut adalah beberapa efek samping betahistine yang mungkin terjadi :

 efek samping yang sering dilaporkan akibat pemakian obat ini adalah terjadinya
gangguan pada saluran pencernaan seperti sakit perut, mual, muntah, dan keram perut.
Efek samping ini biasanya ringan, tetapi jika gejalanya berat dosis bisa diturunkan
dan menggunakan obat ini bersama makanan.
 Efek samping yang lebih jarang adalah terjadinya ruam kulit, pruritus, dan urtikaria.
 Pada penderita yang lebih peka obat ini kadang menimbulkan reaksi alergi ruam di
sebagian area tubuh, rasa gatal, pembengkakan pada wajah, lidah dan mulut.
 Reaksi alergi lain bisa berupa kesemutan, mati rasa, sensasi seperti terbakar, dan sesak
napas.

Penggunaan oleh wanita hamil

Keamanan penggunaan obat ini oleh wanita hamil belum dibuktikan, oleh karena itu
penggunaan selama masa hamil sebaiknya hanya jika keuntungan terapi diketahui lebih besar
dari risiko yang mungkin timbul.

perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan obat ini, adalah sebagai berikut :

 Hati-hati menggunakan obat ini untuk orang-orang yang menderita gastric ulcer,
active digestive ulcer, asma bronkial dan urtikaria.
 Gunakan obat ini bersamaan dengan makanan untuk meminimalisir efek obat ini
terhadap saluran pencernaan.
 Gunakan obat ini sesuai dengan durasi yang diresepkan dokter. Peningkatan
penyembuhan terkadang dapat dilihat setelah beberapa bulan pemakaian.
 Obat ini sebaiknya tidak digunakan untuk pasien anak-anak atau remaja usia < 18
tahun.

interaksi obat

Obat-obat yang termasuk golongan antihistamin memberikan efek antagonis terhadap efek
betahistine.

Dosis betahistine

Dosis betahistine disesuaikan dengan usia pasien dan terutama keadaan penyakitnya. Berikut
adalah dosis yang lazim digunakan :

 Dosis awal : 3 x sehari 8-16 mg, bersamaan dengan makanan.


 Selanjutnya dosis disesuaikan berdasarkan respon penderita terhadap penggunaan
obat. Lazimnya adalah antara 24-48 mg/ hari dibagi dalam 3 x dosis pemberian.
 Penggunaan untuk anak < 18 tahun tidak direkomendasikan.

Terkait

 Merk-merk obat dengan kandungan betahistine

Dalam pemilihan obat, manfaat yang diperoleh harus dipastikan lebih besar daripada risiko
yang mungkin dialami pasien. Oleh karena itu, penggunaan betahistine harus sesuai dengan
yang dianjurkan.

Neurobat A
 Indikasi & kontraindikasi
 Efek samping
 Dosis

INDIKASI &
KONTRAINDIKASI
Neurobat A adalah obat yang mengandung beberapa jenis vitamin terutama vitamin B
kompleks. Vitamin yang terdapat di dalam Neurobat A yaitu metampiron, vitamin B1
(tiamin), vitamin B6 (piridoksin), dan juga vitamin B12 (sianocobalamin).

Vitamin-vitamin yang terdapat di dalam Neurobat A berfungsi sebagai pelindung dari sel-sel
saraf. Neurobat A sering digunakan pada pasien yang mengalami nyeri neuritik (nyeri akibat
gangguan sel saraf). Nyeri neuritik dirasakan sebagai rasa nyeri yang tertusuk-tusuk,
kesemutan, atau rasa tersetrum yang menjalar. Umumnya sering dirasakan pada ujung-ujung
tubuh seperti tangan dan kaki. Adapula nyeri yang dirasakan dari bokong dan menjalar
sampai ujung kaki yang dikenal dengan ischialgia.

Vitamin B, terutama vitamin B12, diperlukan dalam proses pembentukan dan pematangan sel
darah merah. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kekurangan darah atau anemia
yang disebut dengan anemia pernisiosa. Vitamin B bermanfaat dalam menjaga fungsi hati
sehingga dapat digunakan pada penyakit hepatitis (peradangan hati) dan sirosis (kegagalan
fungsi hati).

Gangguan perdarahan, dan riwayat alergi terhadap komponen Neurobat A merupakan kondisi
yang dilarang untuk menggunakan obat Neurobat A. Neurobat A dapat digunakan pada
wanita hamil dan menyusui sesuai instruksi dengan dokter.

EFEK SAMPING
Beberapa gejala efek samping yang dapat timbul dari penggunaan Neurobat A antara lain:

 Reaksi alergi, berupa biduran di seluruh tubuh yang gatal;


 Perdarahan terutaman perdarahan pada saluran pencernaan;
 Berdebar-debar, dan nyeri pada dada.

Pemakaian Neurobat A dengan obat lain dapat mengganggu penyerapan dari vitamin dalam
Neurobat A. Beberapa obat yang dapat mengganggu penyerapan dari Neurobat A, antara lain
obat anti kejang, obat penurun asam lambung (sakit maag), dan kalium. Bila memang
menggunakan obat-obatan diatas dan juga Neurobat A, sebaiknya diberikan interval waktu 2-
3 jam antar keduanya.

DOSIS
Neurobat A yang beredar di Indonesia tersedia dalam sediaan oral. Neurobat A mengandung
metampiron 250 mg, vitamin B1 50 mg, vitamin B6 100 mg, dan vitamin vitamin B12 100
mcg. Dosis yang disarankan adalah 3 x 1-2 tablet. Durasi penggunaan Neurobat A bervariasi
tergantung dari gejala dan respon perbaikan dari setiap individu.

Anda mungkin juga menyukai