Anda di halaman 1dari 9

KASUS KESEHATAN DI APOTEK SUGIH WARAS BALAMOA TEGAL DENGAN

METODE SOAP ( Subjektif, Objektif, Assasment, Plan)

Disusun Oleh :

Krisma Salmadea E0016063

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

SEMESTER VII

2019/2020
1. Kasus 1
a. Data Dasar
Tuan A usia 80 tahun dengan pekerjaan pensiunan, memiliki berat badan 51 kg
dan tinggi badan 160 cm. Pasien sudah 2 tahun mengeluh sering nyeri pada jari,
terkadang sembuh dan sering kambuh. Akhir-akhir ini pasien merasakan nyeri
tidak seperti biasanya. Pasien memiliki kadar asam urat terukur 8,3 mg/dL. Selain
itu pasien mengeluh sakit pada tengkuk kepala.
b. Metode Pemecahan Farmasi Klinik (SOAP)
1) Subjektif
- Keluhan pasien sering nyeri pada jari sudah selama 2 tahun terakhir.
- Keluhan nyeri pada sendi terkadang sembuh dan kemudian kambuh
kembali.
- Pasien mengeluh nyeri yang tidak biasa akhir-akhir ini.
- Pasien mengeluh sakit pada tengkuk kepala.
2) Objektif
- Umur pasien 80 tahun.
- Berat badan pasien 51 kg.
- Kadar asam urat terukur 8,3 mg/dL.
3) Assasment
- Dengan kadar terukur asam urat pasien sebesar 8,3 mg/dL, dapat dikatakan
kadar asam urat tersebut tinggi karna batas normal kadar asam urat pria
adalah 7,5 mg/dL. Sedangkan untuk pria lansia > 40 tahun 8,5 mg/dL.
Namun pasien tetap membutuhkan terapi antihiperurisemia untuk
mengurangi kadar asam uratnya.
- Pasien mengeluhkan nyeri yang tidak biasa akhir-akhir ini pada jarinya
sehingga pasien membutuhkan terapi rheumatoid arthritis golongan
OAINS.
- Pasien mengeluhkan sakit pada tengkuk kepala sehingga untuk meredakan
gejala tersebut pasien membutuhkan terapi tambahan multivitamin.
4) Plan
a. Terapi Farmakologi
1. Alluric 100mg (Allopurinol 100mg)
a) Mekanisme kerja obat
Allopurinol 100mg bekerja dengan cara menghambat enzim
xanthine oksidase. Sehingga mengurangi pembentukan asam urat
dan juga dapat menghambat sintesis purin. Enzim xanthine
oksidase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk oksidasi
hypoxanthine dan xanthine yang dimana hal ini adalah suatu
rangkaian proses metabolism purin dalam tubuh manusia yang
menghasilkan asam urat.
b) Indikasi
Hiperurisemia seperti artritis gout, tofus, nefrolitiasis, kondisi
maligna yang menyebabkan produksi asam urat berlebih, batu
ginjal akibat hiperurikosuria yang tidak teratasi dengan cairan,
diet/terapi lain.
c) Kontra indikasi
Hipersensitivitas, serangan gout akut (ketika sudah memakai
allopurinol dan terjadi serangan akut teruskan terapi dan atasi
serangan secara khusus), kehamilan, meyusui.
d) Peringatan
Berikan colchicine profilaktik atau OAINS (bukan asetosal atau
asam salisilat) hingga minimal 1 bulan setelah hiperurisemia
dikoreksi. Hati-hati pada gagal ginjal dan hati. Bila timbul ruam
ringan, gunakan kembali dengan hati-hati namun hentikan bila
reaksi kulit timbul kembali. Pada terapi neoplastic, pengobatan
allopurinol harus diambil sebelum pengobatan sitotoksik,
e) Efak samping
Ruam, gamgguan saluran cerna, hepatotoksik, parestesia,
neuropati, gangguan darah.
f) Dosis
Dewasa dosis awal 100mg sebagai dosis tunggal. Dosis
pemeliharaan 200-300mg sehari.
Diberikan dosis 100mg diminum 2 kali sehari setelah makan.
g) Lama terapi
Diberikan pengobatan untuk 3 hari dengan melakukan monitoring
terhadap kadar asam urat. Jika sudah menurun maka pengobatan
dihentikan.
h) Interaksi Obat
Allopurinol meningkatkan toksisitas cyclophosphamide dan
sitotoksik, menghambat metabolism warfarin di hati, meningkatkan
resiko hipoglikemia. Efek allopurinol dikurangi oleh salisilat dan
urikosurik.
i) Sediaan
Tablet 100mg : Alluric, Benoxuric, Isoric, Linogra, Nilapur,
Ponuric, Pritanol, Reucid, Rinolic, Sinoric, Tylonic, Urica, Zyloric.
2. Cameloc 7,5mg (Meloxicam 7,5mg)
a) Mekanisme kerja obat
Meloxicam bekerja dengan menghambat enzim yang memproduksi
prostaglandin, yaitu hormon yang menimbulkan peradangan dan
rasa sakit. Dengan menghambat produksi prostaglandin, rasa sakit
dan peradangan akan berkurang. Lebih banyak menghambat kerja
enzim COX-2 & sedikit menghambat COX-1 pada sintesa
prostaglandin. Menghambat sintesa prostaglandin dengan
menghambat kerja isoenzim COX-1 & COX-2 (lebih banyak ke
arah COX-2). Menghambat COX-2 sampai tingkat yang lebih
besar daripada COX-1, selektivitas meloxicam pada COX-2
bergantung dosis dan berkurang pada dosis tinggi,
b) Indikasi
Nyeri dan radang pada penyakit reumatik, osteoarthritis yang
memburuk (jangka pendek), ankilosing sponditis.
c) Kontra indikasi
Pasien riwayat hipersensitivitas terhadap meloxicam atau OAINS
lain, tukak peptic aktif, gangguan hati berat, gangguan ginjal berat,
anak dan remaja < 15 tahun, hamil, laktasi, perdarahn
gastrointestinal, perdarahan serebrovaskular, atau perdarahan
lainnya.
d) Peringatan
Riwayat perdarahan, gastrointestinal, penyakit ginjal, terapi
bersama dengan antikoagulan, pasien lanjut usia, kondisi lemah.
e) Efak samping
Dyspepsia, mual, muntah, nyeri perut, konstipasi, kembung, diare,
anemia, pruritus, ruam kulit, sakit kepala, edema, peningkatan
transaminase atau bilirubin serum.
f) Dosis
Rheumatoid arthritis 1 x 15 mg sehari bersama makan, dapat
dikurangi hingga 7,5mg sehari. Lansia 7,5mg sehari.
Diberikan dosis 7,5mg diminum 2 kali sehari bersamaan dengan
makan atau setelah makan bila nyeri. Bila nyeri mereda dapat
diminum 1 x sehari.
g) Lama terapi
Diberikan pengobatan untuk 3 hari.
h) Sediaan
Tablet 7,5mg : Cameloc, Flasicox, Futamel, Loxinic, Mecox,
Meflam, Melogra, Meloxicam OGB Dexa, Meloxin, Mevilox,
Mexpharm, Mevicox, Movix, Moxam, Moxic, Nulox, Ostelox,
Remelox, Velcox.
3. Hufaneuron
a) Komposisi
Vitamin B1 100mg
Vitamin B6 200mg
Vitamin B12 200mcg
b) Mekanisme kerja obat
Vitamin B1 atau tiamin adalah vitamin B yang memiliki peran
utama sebagai koenzim pada proses dekarboksilasi asam alfa - keto
dan berperan dalam proses metabolisme karbohidrat. Vitamin B6
atau piridoksin adalah vitamin B yang memiliki peran utama
membantu dalam proses metabolisme protein dan asam empedu.
Vitamin B12 atau kobalamin adalah vitamin B yang memiliki
peran utama dalam sintesa asam nukleat yang berpengaruh pada
pematangan sel dan pemeliharaan integritas jaringan saraf.
c) Indikasi
- Gangguan pada sistem saraf tepi yang ditandai dengan kebas
dan kesemuatan pada anggota gerak.
- Penderita pegal - pegal otot.
- Pengobatan berbagai kelainan akibat kekurangan vitamin B
seperti penyakit beri-beri, gangguan saraf otak, sariawan,
infeksi mata, hingga penurunan kesadaran. Suplementasi
pada pasien anemia atau kekurangan darah merah akibat
defisisensi vitamin B, dengan keluhan lemas, pucat, pusing, dan
lain-lain.
d) Kontra indikasi
Hufaneuron tidak boleh digunakan oleh penderita yang diketahui
memiliki riwayat hipersensitif atau alergi terhadap vitamin B
kompleks atau komponen vitamin B1, vitamin B6, atau vitamin
B12 dan komponen lain dari obat. Tidak diperkenankan juga pada
orang dengan gangguan pembekuan darah.
e) Peringatan
Hufaneuron tidak boleh digunakan untuk anak-anak, karena
mengandung vitamin B dosis tinggi. Hindari penggunaan pada
pasien yang sedang menerima terapi levodopa.
Waspadai penggunaan vitamin B6 dosis tinggi dalam jangka waktu
yang lama karena dapat menyebabkan terjadinya
sindroma neuropati. Jangan melebihi dosis yang dianjurkan tanpa
berkonsultasi dengan dokter.
f) Efek samping
Sebagai vitamin atau suplemen makanan, obat hufaneuron pada
umumnya relatif aman dan tidak menimbulkan efek samping.
Sejumlah efek samping yang pernah dilaporkan terkait dengan
penggunaannya yang berlebihan antara lain: reaksi alergi, gatal
kulit, bentol-bentol, bengkak kulit, sensasi rasa hangat, berkeringat
berlebih, kebiruan, rasa lelah, mual, muntah, kulit mati rasa, urine
berwarna oranye
g) Dosis
Diminum 2 kali sehari setelah makan
h) Lama terapi
Diberikan pengobatan selama 3 hari
b. Terapi Non Farmakologi
- Mengurangi makanan yang tinggi purin seperti daging dan ayam,
kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang
tanah, beberapa macam sayuran contohnya, bayam, kangkung, buncis,
kembang kol, daun serta biji melinjo.
- Mengatur pola makan yang teratur setiap hari.
- Tidak melakukan olahraga secara rutin.
- Banyak mengkonsumsi air putih.
- Tidak mandi malam hari diatas jam 6 malam.
2. Kasus 2
a. Data Dasar
Nyonya B datang ke apotek dengan keluhan, selama 3 hari mengalami diare.
Pasien juga mengeluh sakit pada perut disertai mual. Pasien apabila minum
paramex langsung mengalami gatal-gatal. Dan pasien memiliki riwayat hipertensi.
Lodia/loperamide 2mg 2x sehari, grafazol/metronidazole 500 mg 3x sehari 7 hari,
dolo-neurobion 2xsehari
b. Metode Pemecahan Farmasi Klinik (SOAP)
1) Subjektif
- Keluhan pasien sudah mengalami diare selama 3 hari.
- Pasien mengeluh sakit pada perut disertai mual
- Pasien mengalami gatal-gatal setelah menggunakan paramex.
2) Objektif
- Pasien mengalami riwayat hipertensi.
3) Assasmet
- Keluhan pasien diare selama 3 hari, maka pasien membutuhkan antibiotic.
- Untuk menghentikan diare pasien membutuhkan terapi antimotilitas.
- Untuk mengurangi kram perut atau sakit perut yang dikeluhkan pasien
membutuhkan terapi antispasmodic
- Untuk mengurangi mual pasien cukup dengan terapi non farmakologis.
4) Plan
a. Terapi farmakologi
1. Lodia (Loperamide 2mg)
a) Mekanisme kerja obat
Loperamid berada dalam kelas obat yang disebut agen antidiare.
Mekanisme kerja loperamid dengan cara mengurangi aliran cairan
dan elektrolit ke dalam usus dan dengan memperlambat gerakan
usus untuk mengurangi jumlah buang air besar.
b) Indikasi
Pengobatan simptomatik diare akut sebagai tambahan terapi
rehidrasi pada dewasa dengan diare akut.
c) Kontra indikasi
Hipersensitivitas, diare bercampur darah, diare disertai demam
tinggi, diare disertai infeksi, usia < 2 tahun.
d) Peringatan
Hentikan penggunaan bila diare tidak membaik dalam 48 jam.
Hentikan bila terjadi konstipasi, nyeri perut, distensi abdomen,
ileus.
e) Efek samping
Kembung, nyeri perut, konstipasi, nausea, lemas, mulut kering,
ruam, flatus.
f) Dosis
Dewasa dosis awal 4mg, dilanjutkan 2mg setiap BAB. Dosis
maksimal 16mg/hari.
Diberikan dosis 2mg diminum 2 kali sehari
g) Lama terapi
Pengobatan diberikan selama 3 hari
h) Interaksi obat
Cotrimoxazole dapat meningkatkan kadar loperamide.
i) Sediaan
Tablet 2mg : amerol, lodia, inamid, diadium, diasec, renamid,
imosa, Imodium.
2. Grafazol (Metronidazole 500mg)
a) Mekanisme kerja obat
Merupakan antimikroba dengan aktivitas yang sangat baik terhadap
bakteri anarob dan protozoa. Merupakan obat antiamuba yang
bekerja pada lumen usus dan jaringan.
b) Indikasi
Terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasus dan infeksi
bakteri anaerob.
c) Kontra indikasi
Hipersensitivitas, kehamilan trimester 1, menyusui, riwayat
penyakit darah, gangguan ssp.
d) Peringatan
Pemberian > 7 hari hendaknya disertai dengan pemeriksaan
leukosit secara berkala. Bila ditemukan ataksia, kejang, atau gejala
ssp lainnya maka harus dihentikan. Dosis perlu dikurangi pada
pasien dengan penyakit obstruksi hati berat, sirosi hati, gangguan
fungsi ginjal berat.
e) Efek samping
Sakit kepala, mual, mulut kering.
f) Dosis
Dewasa 3 kali sehari 500-700mg selama 5-10 hari.
Diberikan dosis 500mg diminum 3 kali sehari
g) Lama terapi
Pengobatan diberikan semala 5 hari dan harus dihabiskan
h) Interaksi obat
Obat phenobarbital, prednisone dan rifampicin karena dapat
meningkatkan metabolism oksidatif metronidazole.
i) Sediaan
Tablet/kaplet 500mg : grafazol, diatron 500, fladex, vagizol,
molazol 500.
3. Scopma plus
a) Komposisi
Hoisin n-butil bromide 10mg, paracetamol 500mg
b) Mekanisme kerja obat
Menghambat produksi senyawa prostaglandin dalam tubuh.
c) Indikasi
Digunakan untuk nyeri paroksimal pada lambung atau usus halus
nyeri spastik pada fraktus biliaris, faktus urinarius dan organ
genital wanita.
d) Kontra indikasi
Takikardia, glaukoma, hipertrofi prostat dengan retensi urin,
stenosis mekanis pada saluran cerna, megakolon, porfiria,
gangguan fungsi hati, hipersensitif.
e) Peringatan
Gangguan ginjal, sidrom Gilbert.Hamil dan laktasi, usia lanjut,
gangguan jantung, kolitis ulseratif, ileus paralitik, stenosis pilorik,
alkohol.
f) Efek samping
- Obat yang mengandung paracetamol bisa
menyebabkan kerusakan hati terutama jika penggunaanya
melebihi dosis yang dianjurkan. Potensi efek samping ini
meningkat pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol.
- Efek samping ringan pada
saluran pencernaan misalnya mual dan muntah.
Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi diketahui
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung.
- Efek samping yang lebih serius dapat berupa diare,
hematemesis (muntah darah), hematuria (darah dalam
urin), penglihatan kabur, ruam kulit, gatal dan bengkak.
- Efek samping pada ginjal relatif jarang. Namun pada
penggunaan jangka panjang, dapat meningkatkan resiko
kerusakan ginjal termasuk gagal ginjal akut.
- Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat
jarang, namun jika terjadi pertolongan medis harus segera
diberikan karena bisa menyebabkan syok anafilaksis yang
berakibat fatal.
- Penggunaan hyoscine-N-butylbromide bisa menimbulkan efek
samping antikolinergik berupa xerostomia, dishidrosis,
takikardi, dan retensi urin.
- hyoscine-N-butylbromide juga bisa menyebabkan hilangnya
daya penglihatan untuk sementara waktu. Namun kejadian ini
relatif jarang.
g) Dosis
Dewasa sehari 3 x 1-2 kaplet. Tidak boleh lebih dari 6 kaplet sehari
Diberikan dosis diminum 3 kali sehari sebelum atau sesudah
makan.
h) Lama terapi
Pengobatan diberikan selama 3 hari.
i) Interaksi obat
- Metoclopramide : meningkatkan efek analgetic paracetamol.
- Carbamazepine, fenobarbital dan fenitoin : meningkatkan
potensi kerusakan hati.
- Kolestiramin dan lixisenatide : mengurangi efek farmakologis
paracetamol.
- Antikoagulan misalnya warfarin dan kumarin : paracetamol
meningkatkan efek koagulansi obat ini sehingga meningkatkan
potensi resiko terjadinya perdarahan
b. Terapi non farmakologi
- Hindari makanan pedas
- Hindari makanan dan minuman yang tidak bersih
- Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih setelah buang air besar
dan sebelum atau sesudah makan.
- Banyak minum air putih
- Konsumsi makanan yang mudah dicerna
- Banyak istirahat untuk mengurangi mual
- Hindari makanan yang digoreng, makanan pedas, kopi dan minuman
bersoda untuk mengurangi mual.

Anda mungkin juga menyukai