Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMAKOLOGI

“Obat Artritis Gout/Osteo Artritis dan Artritis Rematoid”

Oleh :

1. Ana Amalia Safitri (P17431213035)


2. Ajeng Winarsih (P17431213036)
3. Musdalifah P (P17431213044)
4. Nurvita Yuni Sasmita (P17431213048)
D IV GIZI Semester IV

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


Jl. Wolter Monginsidi 115, Pedurungan-Semarang Telp. (024) 6710378
Tahun Ajaran 2014/2015
1. GOLONGAN OBAT INHIBITOR
 Febuxostat/Uloric
a. Farmakologi
Febuxostat adalah alternative lain dari Allopurinol untuk menurunkan kadar asam
urat dalam darah paska pengobatan asam urat akut atau Gouty Arthritis. Obat yang
diproduksi dibawah beberapa merk dagang ini telah disetujui oleh US Food and Drug
Administration (FDA) untuk pengelolaan kronis Hyperuricemia dari gout pada tahun
2009.
Berbeda dengan Allopurinol yang dimetabolisme ginjal, Febuxostat dimetabolisme
melalui hati, mengalami konjugasi oleh glukoroniltransferase uridine difosfat dan
oksidasi oleh enzim CYP dan Non-CYPP450. Karena itu febuxostat memiliki
keunggulan jika digunakan untuk penderita gangguan fungsi ginjal ringan tanpa
melakukan penyesuaian dosis, tetapi sebelum menggunakan febuxsostat, penderita
harus melakukan tes fungsi hati.
b. Indikasi
Febuxostat atau Uloric adalah obat yang dipakai untuk pengelolaan kronis
hyperuricemia pada penderita asam urat. Febuxostat menurunkan kadar asam urat
serum dengan menghambat xantin oksidase, yaitu enzyme yang bertanggung jawab
memproduksi asam urat.
c. Kontra indikasi
Febuxostat tidak boleh digunakan oleh penderita yang juga menggunakan obat
Azthioprine, Mercaptopurin atau Teofilin. Karena Febuxostat menghambat
metabolism obat-obatan tersebut.
d. Dosis
Dewasa: Pada awalnya 40 mg sekali sehari. Dokter mungkin meningkatkan dosis jika
diperlukan. Namun dosis biasanya tidak lebih dari 80 mg per hari.
Anak-anak: Dosis dan penggunaan harus ditentukan oleh dokter.
e. Efek samping
 Perut kepenuhan atau nyeri
 Nyeri pada lengan, punggung, atau rahang
 Kotoran berwarna hitam
 Hidung berdarah
 Penglihatan kabur
 Nyeri atau ketidaknyamanan pada dada
 Kedinginan
 Kebingungan
 Batuk
 Urine berwarna gelap, dll.
f. Peringatan dan perhatian
Febuxostat merupakan obat selective xanthine oxidase inhibitor, non-purin, yang
dapat digunakan untuk mengobati gout kronis. Febuxostat dapat dijadikan sebagai
profilaksis terjadinya radang akibat gout setelah lebih dari 6 bulan terapi. Tidak
diperlukan adanya penyesuaian dosis pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronis
memberikan keuntungan lebih dari pemberian Febuxostat dibandingkan dengan
allopurinol.
g. Interaksi obat (obat dengan obat atau obat dengan makanan)
a. Makanan tertentu yang dapat meningkatkan kadar asam urat seperti banyak
makan hati, ikan sarden, ekstrak ragi, atau kerang.
b.Beberapa jenis obat juga bias meningkatkan kadar asam urat misalnya : diuretic
(tablet air/pelancar kemih) seperti bendroflumethiazide, aspirin (dosis tinggi) dan
beberapa obat-obat kemoterapi (obat kanker).
c. Keadaan tertentu seperti Obesitas (kegemukan), tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus, gangguan sumsum tulang, gangguan lipid (terutama
hipertrigliseridemia), penyakit pembuluh darah, cacat enzim seperti defisiensi
hipoksantin guanine fosforibosiltransferase (HGPRT) dan defisiensi glukosa-6
fosfat dehidogenase (G6PD)

2. GOLONGAN OBAT XANTIN


 Allopurinol
a. Farmakologi
Allopurinol dan metabolitnya oxipurinol (alloxanthine) dapat menurunkan
produksi asam urat dengan menghambat xantin-oksidase yaitu enzim yang dapat
mengubah hipoxantin menjadi xantin dan mengubah xantin menjadi asam urat.
Dengan menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah dan urin, allopurinol
mencegah atu menurunkan endapan urat sehingga mencegah terjadinya gout arthritis.
b. Indikasi
 Hipeurisima primer : gout.
 Hipeurisima sekunder : mencegah pengendapan asam urat dan kalsium oksalat.
Produksi berlebihan asam urat antara lain pada keganasan, polisitemia, terapi
sitostatik.
c. Kontra indikasi
 Penderita yang hipersensitif tehadap allopurinol
 Keadaan serangan akut gout
d. Dosis
1. Dewasa :
 Dosis awal : 100-300 mg sehari.
 Dosis pemeliharaan : 200-600 mg sehari.
 Dosis tunggal maksimum : 300 mg.
 Untuk kondisi ringan : 2-10 mg/kg BB sehari atau 100-200 mg sehari.
 Kondisi sedang : 300-600 mg sehari.
 Kondisi berat : 700-900 mg sehari.
2. Anak-anak : 10-20 mg/kg BB sehari atau 100-400 mg sehari. Penggunaan pada
anak-anak khususnya pada keadaan maligna terutama leukemia serta kelainan
enzim tertentu, misalnya sindrom Lesch-Nyhan.
3. Penderita gangguan fungsi ginjal
Jumlah dan interval pemberian perludikurangi disesuaikan dengan hasil
pemantauan kadar asam urat dalam serum. Untuk pasien dewasa berlaku dosis
sebagai berikut:
Bersihan keratinin : 2-10 ml/menit, Dosis : 100 mg sehari atau dengan interval
lebih panjang
Bersihan kreatinin : 10-20 ml/menit, Dosis : 100-200 mg sehari
Bersihan kreatinin : > 20 ml/menit, Dosis : dosis normal
Dosis yang dianjurkan pada penderita dialisa : allopurinol dan metabolitnya
dikeluarkan dengan dialysis ginjal. Jika dialysis perlu dilakukan lebih sering,
dapat dipertimbangkan pemberian allopurinol dengan dosis alternative 300-400
mg segera aetelah dialisa tanpa pemberian lagi diantara interval waktu.
e. Efek samping
1. Gejala hipersensitifitas seperti ekspoliatif, demam, eosinolia.
2. Reaksi kulit : pruritis makulopapular.
3. Gangguan gastrointestinal, mual, diare.
4. Sakit kepala, vertigo, mengantuk, gangguan mata dan rasa.
5. Gangguan darah : leukopenia, trombositopenia, anemia aplastik dan anemia
hemolitik.
f. Peringatan dan perhatian
1. Sesuaikan konsumsi dengan dosis yang telah diberikan oleh dokter, terutama bagi ibu
hamil dan menyusui maupun bagi anda yang sedang merencanakan kehamilan
2. Apabila anak-anak anda akan mengkonsumsi Allopurinol, maka mintalah resep
kepada dokter
3. Bagi anda yang mengalami gangguan pada organ hati dan juga ginjal sebaiknya
berhati-hati dalam mengkonsumsi Allopurinol
4. Segera hubungi atau temui dokter apabila anda mengalami overdosis dan alergi
setelah mengkonsumsi Allopurinol
Efek Allopurinol dapat diturunkan oleh golongan salisilat dan urikosurik, seperti
probenesid. Hentikan penggunaan bila timbul gejala kemerahan pada kulit atau gejala
alergi. Hindari penggunaan pada penderita kelainan fungsi ginjal atau penderita
hiperurisemia asimptomatik. Pada penderita kerusakan fungsi hati, dianjurkan untuk
melakukan tes fungsi hati berkala selama tahap awal perawatan. Keuntungan dan
resiko penggunaan allopurinol pada ibu hamil dan menyusui harus dipertimbangkan
terhadap janin, bayi atau ibunya. Allopurinol dapat menyebabkan kantuk. Hati-hati
penggunaan pada penderita yang harus bekerja dengan konsentrasi penuh termasuk
mengemudi dan menjalankan mesin. Sebaiknya allopurinol diminum setelah makan
untuk mengurangi iritasi lambung. Dianjurkan untuk meningkatkan pemberian cairan
selama penggunaan allopurinol untuk menghindari terjadinya batu ginjal. Bila terjadi
gatal-gatal, anoreksia, serta berkurangnya berat badan, harus dilakukan pemeriksaan
fungsi hati.
g. Interaksi obat (obat dengan obat atau obat dengan makanan)
Allopurinol dapat meningkatkan toksisitas siklofosfamid dan sitotoksik lain.
Allopurinol dapat menghambat metabolism obat di hati, misalnya warfarin.
Allopurinol dapat meningkatkan efek dari azathioprine dan merkaptopurin, sehingga
dosis perhari dari obat-obat tersebut harus dikurangi sebelum dilakukan pengobatan
dengan allopurinol. Allopurinol dapat memperpanjang waktu paruh klorpropamid dan
meningkatkan risiko hipoglikemia, terutama pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal. Efek allopurinol dapat diturunkan oleh golongan salisilat dan urikosurik,
seperti probenesid.

3. GOLONGAN OBAT URIKOSURIA


 Probenesid
a. Farmakologi
1. Menghambat reabsorpsi tubulus ginjal terhadap asam urat, sehingga
meningkatkan ekskresinya oleh ginjal
2. Efek terapeutik : Penurunan kadar asam urat serum
b. Indikasi
Probenesid merupakan obat urikosurik yang berefek untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi pada penyakit gout, tidak efektif
untuk mengatasi serangan akut. Probenesid berguna untuk pengobatan hiperuricemia
sekunder, untuk mengobati asam urat atau encok arthritis kronis. Encok arthritis
ditandai dengan serangan yang rasa sakit parah dengan tiba-tiba, kemerahan dan nyeri
di sendi, seringkali sendi di pangkal jempol kaki. Kondisi ini disebabkan oleh asam
urat terlalu banyak dalam darah. Obat ini bekerja dengan menghilangkan asam urat
berlebih dari tubuh. Probenesid tidak menyembuhkan asam urat, tapi setelah
digunakan selama beberapa bulan akan membantu mencegah serangan encok. Obat
ini akan membantu mencegah serangan encok hanya selama digunakan.
juga digunakan untuk mencegah atau mengobati masalah medis lainnya yang
mungkin terjadi jika kandungan asam urat terlalu banyak dalam tubuh.
Probenesid kadang-kadang digunakan dengan beberapa jenis antibiotik agar lebih
efektif dalam pengobatan infeksi. Probenesid hanya tersedia dengan resep dokter.
Produk ini tersedia dalam bentuk sediaan tablet.
c. Kontra indikasi
Dikontraindikasikan pada :
 Hipersensitivitas
 Terapi salisilat kronik dosis tinggi
Gunakan secara hati-hati pada :
 Ulkus peptikum
 Diskrasia darah
 Batu ginjal asam urat
 Kehamilan (telah digunakan secara aman)
 Kerusakan ginjal (dianjurkan untuk mengurangi dosis). Tidak efektif bila GFRL
30 ml/menit atau kurang.
d. Dosis
Dosis obat berbeda untuk pasien sesuai perintah dokter atau petunjuk pada
label. Informasi berikut hanya mencakup rata-rata dosis obat. Jika dosis berbeda,
jangan mengubahnya kecuali atas saran dokter. Jumlah obat yang dipakai tergantung
pada kekuatan obat. Jumlah dosis yang diambil setiap hari, waktu yang diberikan
antara dosis, dan panjang waktu minum obat tergantung pada masalah medis yang
diderita.
1. Untuk mengobati asam urat atau menghapus asam urat dari tubuh:
Dewasa: 250 mg (satu-setengah dari 500 mg tablet) dua kali sehari selama
sekitar satu minggu, kemudian 500 mg (satu tablet) dua kali sehari selama
beberapa minggu. Setelah itu, dosis akan tergantung pada jumlah asam urat
dalam darah atau urin. Kebanyakan orang memerlukan 2, 3, atau 4 tablet
sehari, tetapi beberapa orang mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.
Probenesid tidak diperlukan untuk mengobati asam urat atau menghilangkan
asam urat dari tubuh pada anak-anak. Jika seorang anak membutuhkan obat
ini, namun, dosis harus ditentukan oleh dokter.
2. Untuk membantu antibiotik bekerja lebih baik:
Dewasa: Jumlah probenesid akan tergantung pada kondisi yang sedang
dirawat. Kadang-kadang, hanya satu dosis 2 tablet diperlukan. Lain kali, dosis
tersebut menjadi 1 tablet empat kali sehari.
3. Anak-anak : Dosis harus ditentukan oleh dokter. Tergantung pada berat badan
anak, serta pada kondisi yang sedang dirawat. Anak-anak dan remaja mungkin
memerlukan jumlah yang sama seperti orang dewasa.
e. Efek samping
1. Sakit kepala
2. Bersama nyeri, kemerahan, atau bengkak
3. Kehilangan nafsu makan
4. Mual atau muntah (ringan)
5. Periksa dengan dokter segera jika salah satu efek samping berikut terjadi:
Sangat jarang ditemui :
1. Nafas cepat atau tidak teratur
2. Pembengkakan pada kelopak mata atau sekitar mata
3. Sesak napas, pernapasan terganggu, sesak di dada, atau mengi
4. Perubahan warna kulit wajah yang terjadi bersama dengan salah satu efek
samping lain yang tercantum di sini
5. Ruam kulit, gatal-gatal, atau gatal yang terjadi bersama dengan salah satu efek
samping lain yang tercantum di sini
6. Urin keruh
7. Batuk atau suara serak
8. Demam
9. Nyeri di punggung dan / atau tulang rusuk
10. Luka, borok, atau bintik-bintik putih pada bibir atau di mulut
11. Sakit tenggorokan dan demam dengan atau tanpa menggigil
12. Penurunan jumlah urin dengan mendadak
13. Pembengkakan wajah, jari, kaki, dan / atau kaki bagian bawah
14. Kelenjar bengkak dan / atau sakit
15. Perdarahan atau memar yang tidak biasa
16. kelelahan atau kelemahan yamh tidak biasa
17. Mata atau kulit kuning
18. Berat badan naik
Periksa dengan dokter Anda secepat mungkin jika salah satu dari efek samping
berikut terjadi:
1. Kurang umum
2. Kencing berdarah
3. Sulit atau sakit ketika buang air kecil
4. Punggung bawah atau samping nyeri
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi yang biasanya tidak perlu perhatian
medis. Efek samping ini dapat hilang selama pengobatan karena tubuh menyesuaikan
diri dengan obat. Perawat kesehatan profesional dapat memberitahu tentang cara
untuk mencegah atau mengurangi beberapa efek samping
f. Peringatan dan perhatian
Bagi pasien yang memakai probenesid untuk encok atau membantu
menghilangkan asam urat dari tubuh, mengkonsumsi aspirin atau salisilat lainnya
dapat mengurangi efek probenesid. Hal ini akan tergantung pada dosis aspirin atau
salisilat lainnya yang diambil, dan seberapa sering digunakan.
Minum alkohol terlalu banyak dapat meningkatkan jumlah asam urat dalam
darah dan mengurangi efek dari obat ini. Untuk pasien diabetes, Probenesid dapat
menyebabkan hasil tes urin menjadi tidak valid.
g. Interaksi obat (obat dengan obat atau obat dengan makanan)
Obat-obat :
1. Meningkatkan kadar darah penisilin, sefalosporin dan fluoroquinolon
2. Menghambat ekskresi dan mungkin meningkatkan toksisitas atau efektivitas
agens anti inflasi nonsteroid, asiklovir IV, metotreksat, dan nitrofurantoin
3. Dosis tinggi aspirin dapat mengurangi aktivitas urikosurik
4. Dapat dapat memperkuat efek barbiturat, benzodiazepin, klofibrat, dapson,
penisilamin, sulfonilurea, zidovudin atau heparin.

4. GOLONGAN OBAT ANTIRADANG


 Methylprednisolone / Metilprednisolon(Kortikosteroid)
a. Farmakologi
Methylprednisolone adalah suatu glukokortikoid alamiah (memiliki sifat
menahan garam /salt retaining properties), digunakan sebagai terapi pengganti pada
defisiensi adrenokortikal. Analog sintetisnya terutama digunakan sebagai anti-
inflamasi pada system organ yang mengalami gangguan. Glukokortikoid
menimbulkan efek metabolism yang besar dan bervariasi. Glukokortikoid merubah
respon kekebalan tubuh terhadap berbagai rangsangan
b. Indikasi
1. Kelainan end Adrenokortikal (hydrocortisone atau cortisone merupakan pilihan
pertama, kombinasi methylprednisolone dengan mineralokortikoid dapat
digunakan). Adrenal hyperplasia kongenital, tiroid non-supuratif, hyperkalemia
yang berhubungan dengan penyakit kanker.
2. Penyakit reumatik : sebagai terapi tambahan dengan pemberian jangka pendek
pada arthritis sporiatik. Arthritis rheumatoid, ankylosing spondylitis, bursitis akut
dan subakut, non spesifik tenosynovitis akut, gouty arthritis akut, osteoarthritis
post-trauma dan epikondilitis.
3. Penyakit kolagen : systemik lupus eritematosus, karditis rheumatic akut, dan
systemic dermatomitosis (polymitosis).
4. Penyakit kulit : pemphigus,bullous dermatitis herpetiformis, eritema multiforme
yang berat (stevens Johnson sindrom), eksfollatif dermatitis, mikosis fungoides,
psorlaris, dan dermatitis seboroik.
5. Alergi : seasonal atau perennial rhinitis alergi, penyakit serum, asma bronchial,
reaksi hipersentitiv terhadap obat, dermatitis kontak dan dermatitis atopic.
6. Penyakit mata : corneal marginal alergi, herpes zoster opthalmikus, konjungtivitis,
alergi, keratitis, chorioretinitis, neuritis optic, iritis, dan iridosiklitis.
7. Penyakit pernafasan : simtomatik, pulmonary tuberculosis, pulminan atau
diseminasi.
8. Kelainan darah : idiopatik purpura trombositopenia, trombositopenia sekunder
pada orang dewasa, anemia hemolitik, eritoblastopenia, hipoplastik anemia
kongenital.
9. Penyakit kanker (Neoplastic disease) : untuk terapi paliatif pada leukemia dan
lymphoma pada orang dewasa, dan leukemia akut pada anak.
10. Edema : menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada syndrome nefrotik.
11. Gangguan saluran pencernaan : colitis ulseratif dan regional skelorosis.
12. Lain-lain : meningitis tuberkulosa.
c. Kontra indikasi
1. Methylprednisolone dikontraindikasikan pada infeksi jamur sistemik dan pasien
yang hypersensitive terhadap komponen obat.
2. Menyusui
d. Dosis
1. Dosis awal berkisar antara 4-48 mg sehari.
2. Terapi dosis tinggi : 160 mg/hari selama 1 minggu dilanjutkan dengan 64 mg
setiap dua hari sekali (selang sehari) selama 1 bulan.
e. Efek samping
1. Gangguan cairan & elektrolit
2. kelemahan otot
3. osteonekrosis aseptik
4. osteoporosis
5. ulkus peptikum dengan perlubangan
6. perdarahan, peregangan perut, gangguan penyembuhan luka,
7. peningkatan tekanan dalam mata
8. keadaan Cushingoid
9. pertumbuhan terhambat, haid tidak teratur
10. katarak subkapsular posterior
f. Peringatan dan perhatian
1. Pemberian obat dalam jangka lama dapat menyebabkan katarak subkapsular,
glaucoma, dan sekunder infeksi ocular yang berhubungan dengan jamur dan virus
2. Pemberian methylprednisolone dosis tinggi dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah, retensi garam dan air, peningkatan ekskresi kalium dan kalsium,
peningkatan menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi jamur, bakteri, dan
virus
3. Penderita yang mengkonsumsi methylprednisolone jangan diberi vaksinasi cacar.
Vaksinasi lain hendaknya tidak diberikan terutama pada pasien yang mendapat
terapi methylprednisolone dosis tinggu karena adanya kemungkinan bahaya dari
komplikasi neurologic dan berkurangnya respon antibody
4. Permberian obat pada pasien tuberkulosa laten atau reaktivitas tuberculin, harus
disertai observasi lanjutan karena kemungkinan terjadi reaktifitas dari penyakit
tersebut. Selama terapi jangkla panjang, pasien harus diberi khemoprofilaksis
5. Pemberian pada wanita hamil dan menyusui harus mempertimbangkan besarnya
manfaat dibandingkan resikonya
6. Penggunaan pada penderita sirosis dan hipotiroid dapat meningkatkan efek
kortikosteroid
g. Interaksi obat (obat dengan obat atau obat dengan makanan)
 Pemberian methylprednisolone bersama siklosporin meningkatkan efek
penghambatan metabolism dan terjadinya konvulsi pernah dilaporkan
 Obat-obat yang menginduksi enzim hepatic seperti phenobarbital, phenytoin,
rifampicin, rifabutin, karbamazepin, primidon, dan aminogluthetimid dapat
meningkatkan klirens methylprednisolone sehingga untuk mendapatkan respon
obat yang diharapkan diperlukan peningkatan dosis
 Menghambat metabolism methylprednisolone, sekaligus menghambat klirensnya,
akan tetapi pengukuran terhadap dosis harus dilakukan untuk menghindari
toksisitas steroid
 Methylprednisolone dapat meningkatkan klirens kronik aspirin dosis tinggi,
sehingga menurunkan kadar serum salisat
 Pemberian aspirin bersama kortikosteroid harus diawasi pada pasien
hipoprothrombin
 Efek antikoagulan bervariasi, umumnya dapat menurunkan efek dari antikoagulan
 Pernah dilaporkan steroid berinteraksi dengan bloking agen neuromuscular seperti
pankuronium dengan reverse parsial dari blok neuromuscular
 Steroid dapat antikolinesterase pada myasthenia gravis. Efek yang diharapkan dari
senyawa hipoglikemik (termasuk insulin), antihipertensi dan diuretic antagonis
dengan kortikosteroid dan efek hipoglikemia dari acetazolamide, loop diuretic.
Thiazide diuretic dan carbenoxolone menjadi meningkat

5. GOLONGAN OBAT ANTI-INFLAMASI NON-STEROID


 Ibuprofen atau Indometasin
a. Farmakologi
Ibuprofen adalah golongan obat anti inflamasi non-steroid yang merupakan
turunan dari asam propionat yang berkhasiat anti-inflamasi, analgetik, dan
antipiretika. Serta bekerja menghambat sintesis prostaglandin.
b. Indikasi
Meringankan nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada nyeri haid
(dismenore primer), nyeri pada sakit gigi, sakit kepala dan menurunkan demam.
c. Kontra indikasi
1. Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap ibuprofen.
2. Penderita dengan ulkus peptikum yang berat dan aktif.
3. Kehamilan tiga bulan terakhir.
d. Dosis
 Dewasa danhun diatas 12 tahun : 1-2 tablet 3 kali sehari.
 Anak-anak 6-12 tahun : ½ -1 tablet 3 kali sehari.
Diminum sesudah makan atau menurut petunjuk dokter.
e. Efek samping
1. Gangguan saluran cerna termasuk mual, muntah, nyeri lambung, diare, konstipasi,
dan pendarahan lambung.
2. Juga pernah dilaporkan kemerahan pada kulit, trombositopenia.
3. Penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat terjadi.
f. Peringatan dan perhatian
1. Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
2. Sebelum menggunakan obat ini agar dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
dokter.
g. Interaksi obat (obat dengan obat atau obat dengan makanan)
 Menurunkan efek dari antihipertensi, beta bloker, diuretic, dan hidralazin.
 Meningkatkan konsentrasi digoksin dalam serum, metotreksat , juga
meningkatkan level Litium karena penurunan kliren litium pada ginjal. Mungkin
menyebabkan pendarahan pada GI. Dan dapat meningkatkan resiko pendarahan
setelah pemberian antikoagulan.
DAFTAR PUSTAKA

 http://dietasetceteras.blogspot.com/2014/07/obat-asam-urat-febuxostat.html
 http://asam-urat.dekhe.com/2014/02/obat-asam-urat.html?m=1
 http://m.detik.com/health/read/2011/11/17/064332/176901/769/febuxostat-obati-asam-
urat-tinggi
 https://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/gout-update-farmakoterapi.pdf
 http://nasehatkesehatan.com/tag/febuxostat-uloric/
 file:///G:/MajalahKesehatan.com%20%E2%80%93%20Obat-
Obatan%20untuk%20Penyakit%20Asam%20Urat.htm
 http://itablewblewew.blogspot.com/2012/10/obat-analgetik-antipiretika.html
 http://www.medkes.com/2013/05/gejala-pengobatan-dan-pencegahan-asam-
urat.html?m=1
 http://carasehat.net/obat-allopurinol-manfaat-dosis-dan-efek-sampingnya-untuk-
kesehatan/
 http://www.hexpharmjaya.com/page/allopurinol.aspx
 http://www.hexpharmjaya.com/page/methylprednisolone.aspx
 http://evilprincekyu.wordpress.com/2013/04/25/farmakologi-ibuprofen-meloxicam-
amoxicilin-isoniazid/

Anda mungkin juga menyukai