Efek samping/efek obat yang tidak diinginkan adalah efek yang muncul baik yang sudah
diprediksi maupun yang tidak terprediksi dalam pemakaian obat sesuai dosis. Berbeda
dengan efek toksik yang muncul saat pemakaian obat melebihi dosis terapeutik.
Efek samping TIDAK BISA DIHINDARI, beda kaya interaksi obat yang bisa dihindari.
1) Golongan Antibiotik
a) Penicillin
Obat-obat seperti Amoxicillin, Ampicillin, dan Oxacillin.
- Amoxicillin
Efek Samping:
→ Reaksi Alergi: kesulitan bernapas, pembengkakan pada wajah dan
tenggorokan, detak jantung yang cepat, dan penurunan tekanan darah.
→ Gastrointestinal Distress: mual, muntah, diare, dan tidak nyaman perut.
→ Infeksi Jamur: Dapat mengganggu keseimbangan bakteri dalam tubuh,
berpotensi menyebabkan pertumbuhan jamur berlebih, terutama di
mulut (oral thrush) atau di area genital (infeksi jamur vagina).
→ Masalah Ginjal: Dalam kondisi langka, dapat membuat berkurangnya
produksi urin.
→ Gangguan Darah: Dalam kasus langka, dapat mempengaruhi produksi
sel darah, menyebabkan kondisi seperti anemia atau jumlah trombosit
yang rendah.
→ Gejala Neurologis: Dalam kondisi langka, pemberian dosis tinggi
menyebabkan efek samping neurologis seperti kejang.
→ Masalah Hati: Terkadang dapat menyebabkan peningkatan enzim hati.
b) Cephalosporins
Obat-obat seperti Cefuroxime, Cefotaxime, dan Ceftriaxone. Obat ini
kebanyakan diberikan dalam bentuk injeksi, karena banyak gangguan
GI makanya diberikan injeksi bukan oral.
- Ceftriaxone
Efek Samping:
→ Reaksi alergi, gangguan gastrointestinal, dan perubahan pada fungsi
hati. Penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi berpotensi
menyebabkan efek buruk pada fungsi ginjal dan pembekuan darah.
- Cefotaxime
Efek Samping:
→ Gangguan gastrointestinal, perubahan fungsi hati, dan reaksi alergi.
c) Makrolida
Obat-obat seperti Eritromisin, Azitromisin, dan Klaritromisin. Semua
golongan makrolid mengiritasi lambung, cara menghindarinya ya terpaksa
diberikan sesudah makan. Tapi kadang makrolid yang oral harus diberikan
dalam perut kosong supaya absropsi maksimal, ya memang benar tapi terpaksa
dikorbankan absropsinya sedikit supaya lambungnya tidak iritasi. Makanya
kadang2 eritromisin dikasi 4x sehari karena absropsinya kurang (setelah
makan).
- Eritromisin
Efek Samping:
→ Gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare. Eritromisin
dapat menyebabkan perpanjangan interval QT pada elektrokardiogram
(EKG), yang dapat meningkatkan risiko aritmia jantung yang serius,
terutama bila diminum dalam dosis tinggi atau dengan obat lain yang
juga mempengaruhi interval QT.
- Azitromisin
Efek Samping:
→ Gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare.
d) Tetrasiklin
Obat-obat seperti Doksisiklin, Tetrasiklin, dan Minosiklin. Pada semua orang
terjadi (mual muntah utama), perubahan warna gigi yang ireversibel dan
pertumbuhan hanya terjadi pada anak sehingga dikontraiindikasikan pada
wanit ahamil dan anak anak <12 tahun-18 tahun.
- Doksisiklin
Efek Samping:
→ Efek samping yang umum dapat berupa mual, muntah, diare, dan kulit
menjadi sensitif terhadap sinar matahari.
- Tetrasiklin
Efek Samping:
→ Gangguan gastrointestinal, seperti mual, muntah, dan diare. Dapat
menyebabkan perubahan warna gigi dan mempengaruhi pertumbuhan
tulang pada anak-anak jika dikonsumsi selama periode perkembangan
gigi atau kehamilan.
e) Fluoroquinolones
Obat-obat seperti Ciprofloxacin dan Levofloxacin. Selain mengiritasi lambung
juga mengganggu pertumbuhan tulang. Baru boleh dikasi pada anak usia >18
tahun.
- Ciprofloxacin
Efek Samping:
→ Ciprofloxacin dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti mual,
diare, dan muntah. Dapat menyebabkan fotosensitivitas, dan pada
kasus langka, ciprofloxacin dapat menyebabkan efek samping serius,
seperti ruptur tendon dan kerusakan saraf.
f) Sulfonamide
Obat-obat seperti Sulfametoksazol dan Trimethoprim.
- Efek Samping:
→ Sulfonamide dapat memiliki efek samping seperti gangguan
gastrointestinal (mual, muntah, diare), dan reaksi kulit.
g) Aminoglikosida
Obat-obat seperti Gentamisin, Amikasin, dan Tobramycin.
- Efek Samping
→ Berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal (nefrotoksisitas) dan gangguan
pendengaran (ototoksisitas), terutama bila diberikan dalam dosis tinggi atau
dalam waktu lama.
5) Golongan NSAID
Mekanismenya adalah menghambat COX-1 (memang sudah ada di mukosa
lambung untuk protektif lambung) dan COX-2 (baru muncul Setelah trauma). Kalau
dua duanya diblok otomatis prostaglandin tidak dibentuk (pada non selektif) sehingga
mengiritasi lambung juga. Efek samping yang umum dari penggunaan NSAID adalah
gangguan saluran pencernaan, meliputi dispepsia, ulcer, perdarahan saluran cerna,
hingga terjadinya perforasi. Risiko relatif terhadap ulcer bersifat rendah oleh
ibuprofen; sedang diklofenak, dan ketoprofen; resiko tinggi oleh naproxen,
indometasin,diflunisal, dan yang paling tinggi adalah piroxicam dan ketorolak.
Strategi yang digunakan untuk menurunkan toksisitas saluran pencernaan (dyspepsia,
perdarahan, dan ulcer) adalah penggunaan NSAID dengan misoprostol, H2-Blocker
atau PPI dan/atau penggunaan NSAID selektif (COX-2 selektif inhibitor).
Penggunaan NSAID bersama dengan obat gastroprotektif sangat bermanfaat dalam
mencegah efek samping pada saluran pencernaan terutama pada pasien lanjut usia.
Selain itu pada NSAID non selektif tidak diberikan jangka panjang supaya efek
samping yang timbul tidak mengiritasi, atau pada beberapa pabrik obat tersebut
disalut sehingga iritasinya tidak langsung terjadi (1-2 hari kemudian). Diberikan
sesudah makan juga.
a) NSAID-COX Non Selektif
- Aspirin
Efek samping utama aspirin pada dosis antitrombosis adalah gangguan
lambung (intoleransi) serta tukak lambung dan duodenum.
Hepatotoksisitas, asma, ruam, perdarahan saluran cerna, dan toksisitas
ginjal jarang terjadi pada dosis antitrombosis. Efek antitrombosit
aspirin menyebabkan pemakaiannya dikontraindikasikan pada pasien
dengan hemofilia.
- Natrium diklofenak
Jarang menyebabkan gangguan saluran cerna namun diklofenak 150
mg/hari, tampaknya mengganggu aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus. Peningkatan aminotransferase serum lebih sering terjadi
pada obat ini dari pada NSAID lain.
b) NSAID COX Selektif
Tidak boleh diberikan >1 minggu karena muncul efek samping pada
pembuluh darah
c) COX-3
Paracetamol. Sebenarnya bukan antiinflamasi, cuman analgesik dan
antipiretik. Sebenarnya aman pada pasien yang livernya normal. Kalau pasien
ada gangguan hepar seperti HCC, sirosis, dan anak-anak yang lahirnya kurang
bulan maka harus berhati-hati karena hepatotoksik (ada di blok di
farmakokinetik). Solusinya ganti ibu profen aja
Efek samping yaitu sakit perut, rasa panas di dada (heartburn), sakit
kepala, gangguan tidur, nafsu makan meningkat
b) Mineralokortikoid
- Aldosteron
Efek samping yaitu gangguan saluran cerna, impotensi,
ginekomastia, menstruasi tidak teratur, letargi, sakit kepala, bingung;
ruam kulit, hiperkalemia, hiponatremia, hepatotoksisitas, osteomalasia,
dan gangguan darah dilaporkan.
- Fluorokortison
Efek samping yaitu kardiomegali, gagal jantung kongestif,
hipertensi, sindrom hipokalemia, seperti denyut jantung ireguler,
kehilangan nafsu makan, keram atau nyeri otot, mual, muntah dan
kelemahan lengan dan kaki
- Desoksikortikosteron asetat
Efek samping yaitu kenaikan berat badan,tekanan darah tinggi,
hipokalemia, sakit kepala, kelemah otot, buffalo hump “pembengkakan
seperti punuk di punggung atas”, moon face “pembengkakan di wajah
sehingga wajah tampak lebih bulat”, penipisan kulit, mudah memar,
luka sulit sembuh, tukak lambung atau ulkus duodenum dan siklus
menstruasi tidak teratur
b. Kortikosteroid Inhalasi
- Budenoside
Efek samping yaitu iritasi ringan di tenggorokan, batuk, suara serak,
infeksi kandida di orofaring, urtikaria, ruam, dermatitis, dan angioedema.
c. Antagonis Reseptor Leukotrien
- Montelukast
Efek samping yaitu infeksi saluran napas atas, diare, mual, muntah,
peningkatan kadar transminase serum (ALT,AST); ruam kulit, dan pireksia.
d. Anti muskarinik
- Ipratropium Bromida
Efek samping yaitu gangguan motilitas saluran cerna, mulut kering, sakit
kepala, takikardi, palpitasi, fibrilasi atrial, gangguan mata, mual, retensi urin,
batuk, dan reaksi alergi.
e. Anti Ig E Reseptor
- Omalizumab
Efek samping yaitu sakit kepala, reaksi pada tempat injeksi seperti nyeri,
eritema, pruritus, dan bengkak; nyeri perut dan demam.
f. Golongan Metyl Xanthine
- Teofilin
Efek samping yaitu takikardi, mual, sakit kepala, insomnia, aritmia, dan
konvulsi. Pada dosis aman (yang direkomendasikan) efek samping hanya sikit
g. Phospodiesterase 4 Inhibitor
- Roflumilast
Efek samping yaitu penurunan BB dan nafsu makan; insomnia; sakit kepala;
diare, mual, dan sakit perut.
9) Golongan Lainnya