Anda di halaman 1dari 26

Implikasi Keperawatan Pemberian Obat

Golongan Obat Diuretika

Kelompok 12
Nama Anggota :

• Istiariningsih(202303101050)
• Silfiyah (202303101092)
• Cici Yulia (202303101099)
• Yesi Aprilia (202303101118)
Konsep Golongan Obat Deuretik
*Deskripsi Obat

Diuretik ialah obat yang dapat menambah


kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama
menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi yang kedua menunjukkan jumlah
pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air
(Gunawan, 2007).
Penggolongan Diuretik
A. Diuretik Kuat/ loop diuretics.
Diuretik kuat (High-ceiling diuretics) mencakup sekelompok diuretic yang
efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretic lain. Tempat kerja
utamanya dibagian epitel tebal ansa Henle bagian asenden, karena itu
kelompok ini disebut juga kelompok loop diuretics.
• Mekanisme kerja :

Diuretik loop bekerjadengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan 9 kalium pada
segmen tebal ujung asenden ansaHenle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida.
Obat ini termasukasam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan untuk
pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal
ginjal.Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat
ini.
Farmakokinetik
Ketika obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang
berbeda beda. Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid
hamper100%. Diuretic kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif,
sehinggatidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui
system transport asam organic di tubuli proksimal.
• Efek samping :

Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas :


1. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
sering terjadi.
2. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang
terjadi.
Contoh efek samping:
 Gangguan saluran cerna (lebih sering terjadi dengan asam etakrinat
daripada furosemid. )
 Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap.
• Indikasi
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan
saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif
untuk pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal.

• Peringatan
Hati-hati pemberian terapi furosemide pada pasien dengan penyakit penyerta berikut:
1. Sirosis dengan ensefalopati hepatik : Koreksi terlebih dulu kadar elektrolit
dan asam basa ketika pasien dalam kondisi koma hepatik sebelum
memberikan terapi furosemide.
2. Diabetes : Terapi furosemide dapat mempengaruhi kadar gula darah
3. Lupus eritematosus sistemik: Eksaserbasi SLE dapat dipicu oleh pemberian
furosemide
4. Insufisiensi adrenal : Pada pasien hipertensi akibat insufisiensi adrenal
sebaiknya berikan terapi glukokortikoid/mineralokortikoid dan/atau disertai
pemberian terapi antihipertensi selain diuretik.
• Sediaan/Dosis :

 1. Furosemid.
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparatsuntikan. Umunya
pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. Dosis anak2mg/kgBB, bila perlu dapat
ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.
2. Asam etakrinat.
Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg perhari. Sediaan IV berupa
Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB.
3. Bumetanid.
Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0.5-2mgsehari. Dosis
maksimal per hari 10 mg. Obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi dengan
dosis IV atau IM dosis awal antara 0,5-1 mg, dosisdiulang 2-3 jam maksimum
10mg/kg.
B. Diuretik Derifat Tiasid
Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan. Diuretik tiazid,
seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagianawal tubulus distal (nefron).
Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan
ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu,kalium hilang dan kalsium
ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal jantung
ringan, edema, dan pada diabetes insipidusnefrogenik.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah
klorotiazid,hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid,
politiazid, benztiazid,siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon,
kuinetazon, dan indapamid.
• Mekanisme kerja :
  Bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan
menghambat kotransporter Na+/Cl-pada membran lumen.
Farmakokinetik :
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampaksetelah
1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewatisawar uri. Dengan
proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal kedalam cairan tubuli. Biasanya
dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari badan

• Efek samping
1. Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertaifotosensitivitas dan
kelainan darah.
2. Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada
penderitadiabetes yang laten.
3. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, karena tiazid langsung
megurangi aliran darah ginjal.
• Indikasi
1. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah jantung
ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretikhemat kalium
pada penderita yang juga mendapat pengobatan digitalis unrukmencegah timbulnya
hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasidigitalis.
2. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagaiobat
tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.
3. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan hiperkalsiuria
pada penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.
Sediaan / Dosis

Obat Sediaan Dosis  Lama Kerja(jam)


Klorotiazid Tablet 250mg dan 50 500-2000 6-12
0mg
Hidroklortiazid Tablet 25mg dan 50 25-100 6-12
mg
Hidroflumetiazid Tablet 50mg 25-200 6-12
Bendroflumetiazid Tablet 2,5 ; 5 dan 10  5-20 6-12
mg
Politiazid  Tablet 1; 2 dan 4 mg 1-4 24-48
Benztiazid Tablet 50 mg 50-200 6-12
Siklotiazid tablet 2 mg 1-2 18-24
Peringatan

• Peringatan Hidroklortiazid
Hydrochlorothiazide harus secara hati-hati digunakan pada pasien dengan beberapa
kondisi atau risiko, seperti glaukoma, diabetes, dan keganasan kulit.
C. Diuretik Hemat Kalium

Diuretik Hemat Kalium Diuretik yang mempertahankan


kalium menyebabkan diuresis tanpakehilangan kalium
dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara
lain Aldosteron, traimteren dan amilorid.
*Mekanisme kerja
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus
renalisrektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K + dan
sekresi H+
*Farmakokinetik
70% spironolakton oral diserap di saluran cerna,
mengalami sirkulasienterohepatik dan
metabolisme lintas pertama. Metabolit
utamanyakankrenon. Kankrenon mengalami
interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang
tidak aktif
Efek samping
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton
adalah hiperkalemia yangsering terjadi bila obat ini
diberikan bersama-sama dengan asupan kalium
yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula
terjadi bila dosis yang biasadiberikan bersama
dengan tiazid pada penderita dengan gangguan
fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih
ringan dan reversible diantranya ginekomastia, dan
gejala saluran cerna
*Indikasi
Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi
danudem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain
denganmaksud mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar
diuresis.

*Sediaan
Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis
dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata
100mg dalamdosis tunggal atau terbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi
tetap antaraspironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara
spironolakton 25mg dan tiabutazid 2,5 mg.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
PEMBERIAN OBAT GOLONGAN DEURETIK

Pengkajian :
1. Kaji apakah klien sedang menyusui

Rasional : furosemide dapat masuk ke ASI, apabila ibu yang sedang menyusui memerlukan

furosemide maka ibu harus memutuskan apakah akan menghentikan menyusui bayinya atau

menghentikan penggunaan obat.

2. Kaji tekanan darah dan denyut jantung klien

Rasional : furosemide dapat menyebabkan penurunan tekanan darah; jika volume cairan menurun

banyak, denyut jantung akan meningkat untuk mengkompensasi kehilangan cairan.

3. Kaji apakah klien mempunyai alergi

Rasional : penggunaan bersama agens lain dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas.

4. Kaji apakah klien penderita diabetes

Rasional : Penggunaan furosemide dalam jangka panjang dapat menyebabkan hyperglikemi karena

efek diuretik pada kadar glukosa darah


Pengkajian :
5. Kaji apakah klien menggunakan sulfonamid

Rasional : Penggunaan bersamaan bisa menyebabkan hipersensitivitas.

6. Kaji apakah klien menggunakan obat antihipertensi

Rasional : Penggunaan furosemide akan memperberat hipotensi

8. Kaji apakah klien menggunakan alcohol dan nitrat

Rasional : Penggunaan furosemide akan memperberat hipotensi

9. Pantau nilai elektrolit Kalium dan Natrium darah

Rasional: Pemberian furosemide yang terus menerus bisa menyebabkan hypokalemi atau

hypnatremi

10. Kaji berat badan pasien

Rasional: Pengukuran berat badan sebagai data dasar dari pemantauan kelebihan cairan

11. Kaji haluaran urin

Rasional: Pemeriksaan haluaran urin sebagai data dasar tentang fungsi ginjal

 
Pemeriksaan fisik :

1. Neurologis : Orientasi, refleks, kekuatan


2. Kulit : Warna, tekstur, edema
3. Tanda vital : Tekanan darah, denyut nadi, auskultasi jantung
4. GI : Evaluasi hati
5. Laboratorium : Hematologi, elektrolit serum, glukosa, asam
urat, fungsi hati
Diagnosa Keperawatan :

1. Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan efek diuretik


2. Resiko defisiensi volume cairan yang berhubungan dengan efek
diuretik
3. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan
Intervensi Keperawatan :

1. Pastikan pasien tidak mengkonsumsi lebih dari satu


diuretik sekaligus kecuali memang dalam kasus tertentu
2. Pastikan tidak mengkonsumsi obat jenis loop diuretik jika
sedang menggunakan obat tikosyn (Defetilide)
3. Monitor kadar kalium jika menggunakan diuretik thiazide
dan loop ataupun obat lain(Digoxin)
4. Berikan obat oral bersama makanan sebagai penyeimbang
efek obat terhadap lapisan lambung jika pasien mengalami
gangguan GI
5. Pertahankan nutrisi, kurangi garam, tingkatkan makanan
kaya Kalium
6. Bila diberikan secara intravena, berikan obat secara
perlahan
Implementasi Keperawatan :

1. Pastikan obat tidak digunakan lebih dari waktu yang disarankan untuk
mencegah efek serius yang dapat merugikan pasien serta mencegah adanya
peningkatan masalah saluran pernapasan.
2. Periksa secara berkala dan teliti sebelum obat akan di berikan pada
pasien
3. Berikan penyuluhan secara menyeluruh kepada pasien mengenai nama
dan dosis obat, tindakan untuk menghindari efek merugikan, tanda bahaya
adanya masalah, pentingnya masalah dan evalusi secara periodik. Hal ini
bertujuan agar dapat meningkatkan pengetahuan pasien mengenai terapi
obat dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan program
pengobatan tersebut;
4. Berikan dukungan dan semangat untuk membantu pasien menghadapi
penyakit dan program pengobatan; dan Atur evaluasi medis lebih lanjut
perkembangan pasien seusai diberikan nya obat diuretik
5. Mengkaji faktor pemberat penurunan curah jantung
6. Memberi posisi nyaman pada klien
7. Memantau tekanan darah
8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Evaluasi Keperawatan :

1. Evaluasi efek obat: haluaran urine, perubahan berat badan, status


edema, perubahan tekanan darah
2. Pantau adanya efek merugikan obat: hipotensi, hipokalemia,
hiperglikemia, peningkatan kadar asam urat
3. Pantau klien dalam meminum furosemide
4. Evaluasi keefektifan program penyuluhan bagi pasien
5. Evaluasi keefektifan tindakan yang meningkatkan kenyamanan
dan keamanan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai