1. Furosemide
Obat Furosemid bekerja pada glomerulus ginjal untuk menghambat penyerapan kembali zat natrium
oleh sel tubulus ginjal. Furosemid akan meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, dan kalium
tanpa mempengaruhi tekanan darah normal. Setelah pemakaian oral furosemid akan diabsorpsi
sebagian secara cepat dengan awal kerja obat terjadi dalam sampai 1 jam, dengan lama kerja yang
pendek berkisar 6 sampai 8 jam, kemudian akan diekskresikan bersama dengan urin dan feses.
Dengan cara kerjanya tersebut obat furosemid dapat digunakan untuk membuang cairan yang
berlebihan dari di dalam tubuh.
Indikasi :
Sebagai obat lini pertama pada keadaan edema yang disebabkan oleh penyakit gagal jantung
kongestif, penyakit sirosis hati, dan penyakit ginjal serta sindrom nefrotik.
Sebagai terapi tambahan pada keadaan edema serebral atau edema paru yang memerlukan
diuresis cepat termasuk juga pengobatan hiperkalsemia.
Sebagai terapi hipertensi dapat digunakan secara tunggal maupun kombinasi dengan diuretik
lain seperti spironolakton
Kontraindikasi :
Penderita yang diketahui memiliki riwayat alergi atau hipersensitif terhadap furosemid.
Penderita yang sedang mengalami anuria atau tidak bisa buang air kecil
Pederita yang sedang hamil karena dapat memberikan efek buruk pada janin
Dosis :
Obat furosemide tersedia dalam bentuk furosemide 40 mg tablet dan furosemide 20 mg injeksi.
Adapun dosis furosemid yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
Dosis dewasa yang digunakan untuk pengobatan edema gagal jantung kongestif, gagal ginjal,
asites, hipertensi, oliguria nonobstruktif, dan edema paru adalah furosemid tablet dengan
dosis awal 20 mg hingga 80 mg, untuk dosis pemeliharaan dapat ditingkatkan secara
bertahap 20 hingga 40 mg per dosis setiap 6 hingga 8 jam dengan dosis maksimum sehari
600 mg.
Untuk pengobatan secara suntikan Intravena atau intramuskular dosis yang digunakan adalah
furosemid injeksi 10 mg hingga 20 mg yang dapat diulangi dalam waktu 2 jam apabila
respon diuresis tidak memadai.
Untuk pegobatan secara infus Intravena dosis yang digunakan adalah 0.1 mg per kg berat
badan sebagai dosis awal, kemudian tingkatkan dua kali lipat setiap 2 jam sekali sampai dosis
maksimal 0.4 mg per kg per jam.
Untuk pengobatan hiperkalsemia dosis yang digunakan adalah furosemid tablet 10 mg
hingga 40 mg yang diberikan sebanyak 4 kali dalam sehari dan furosemid Intravena dengan
dosis 20 mg hingga 100 mg setiap 1 sampai 2 jam.
Efek Samping :
Sama seperti loop diuretik lain furosemide dapat menyebabkan hipokalemia, hal ini dapat
diatasi dengan mengkombinasikan obat dengan produk kalium.
Furosemide juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam urat dan kadar gula
darah.
Pada saluran pencernaan dapat menimbulkan mual, muntah, nafsu makan menurun, iritasi
pada mulut dan lambung, dan diare.
Efek samping lainnya yang juga dapat timbul antara lain gangguan pendengaran, sakit
kepala, pusing dan penglihatan kabur.
Efek samping yang berat antara lain anemia aplastik, anemia hemolitik, trombositopenia,
leukopenia, agranulositosis,dan eosinofilia.
Captopril bekerja dengan cara mencegah konversi angiotensin I menjadi angiotensin II, suatu zat
vasokonstriktor endogen. Penghambatan ini menyebabkan kadar angiotensin II menurun. Penurunan
juga terjadi pada kadar hormon-hormon simpatis seperti noradrenalin dan adrenalin. Di sisi lain
terjadi peningkatan bradikinin, prostaglandin, dan nitrit oksida. Kedua hal ini menyebabkan
terjadinya vasodilatasi terutama pada arteri perifer, sehingga tekanan darah sistemik menurun, beban
afterload jantung berkurang, dan peningkatan aliran darah ke organ-organ penting seperti jantung dan
ginjal. Pada pasien gagal jantung, ACE inhibitor juga menyebabkan dilatasi vena.
Indikasi :
Untuk mengobati hipertensi dan kelainan-kelainan pada organ jantung seperti : gagal jantung
kongestif dan disfungsi ventrikel kiri setelah infark miokardial.
Digunakan juga untuk pemeliharaan fungsi ginjal pada penderita nefropati diabetik.
Kontraindikasi :
Jangan menggunakan obat ini pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap
captopril atau obat-obat yang termasuk ACE inhibitor.
Kontraindikasi untuk pasien angioedema yang terkait dengan penggunaan ACE inhibitor.
Kontraindikasi untuk pasien hereditary atau idiopathic angioneurotic oedema.
Tidak boleh digunakan bersamaan dengan aliskiren pada pasien diabetes.
Jangan menggunakan obat ini pada penderita stenosis arteri renalis bilateral.
Tidak boleh digunakan oleh wanita hamil.
Dosis :
Efek Samping :
Efek samping yang paling umum adalah batuk, yang terjadi karena peningkatan kadar
bradikinin.
Efek samping lainnya adalah hipotensi dan gagal ginjal akut. Hentikan pemakaian obat ini
bila tekanan darah sistolik turun menjadi < 90 mm Hg, atau kalium meningkat > 6 mmol/l,
atau kreatinin meningkat 50% atau > 3 mg/dl.
Obat ini juga bisa menyebabkan hiperkalemia yang terjadi terjadi karena penurunan kadar
aldosteron, hormon steroid yang berfungsi menahan natrium dan mengekskresi kalium.
Efek samping yang jarang tetapi sangat berbahaya akibat pemakaian captopril adalah
angioneurotik edema, yang biasanya timbul pada bulan pertama pemakaian.
Obat-obat ACE inhibitors diketahui bersifat teratogenik sehingga tidak boleh diberikan pada
wanita hamil.
Efek samping lainnya adalah : gatal, sakit kepala, takikardia (detak jantung yang melebihi
tingkat istirahat normal), palpitasi (kelainan detak jantung misalnya denyut tidak teratur,
keras dan cepat), nyeri dada, ruam, kadang-kadang disertai demam, artralgia, dan eosinofilia.
Obat Amlodipine merupakan penghambat kanal kalsium yang termasuk golongan dihidropiridin.
Obat ini bekerja dengan menghambat masuknya ion kalsium melalui membran sel ke dalam sel otot
polos vaskular dan sel otot jantung yang akan mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan
kontraksi otot jantung. obat ini menghambat masuknya ion kalsium secara selektif lebih ke otot polos
vaskular dibandingkan dengan otot jantung.
Indikasi :
Untuk pengobatan hipertensi, baik terapi tunggal maupun kombinasi dengan diuretik tiazid,
beta adrenoreseptor blocker, atau ACE inhibitor.
Digunakan juga untuk pengobatan iskema miokardia termasuk angina pektoris dan atau
vasospasmus / vasokonstriksi vaskulator koroner.
Obat ini juga dipakai dalam terapi penyakit arteri koroner.
Kontraindikasi :
Penderita yang memiliki riwayat hipersensitif atau riwayat alergi terhadap amlodipine atau
calcium channel blockers lain.
Penderita yang mengalami syok kardiogenik, stenosis aorta, atau angina pektoris yang tidak
stabil.
Penderita yang tekanan darah rendah yaitu kurag dari 90/60 mmHg). penderita yang sedang
hamil dan menyusui.
Dosis :
Amlodipine di apotik tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, atau kapsul dengan komposisi 5 mg dan 10
mg. Adapun dosis amlodipine yang dianjurkan yaitu :
Dosis awal pengobatan dengan amlodipine adalah 2.5 mg satu kali sehari, kemudian dapat
ditingkatkan menjadi 5 mg satu kali sehari.
Dosis maksimum adalah 10 mg satu kali sehari.
Efek Samping :
Efek samping amlodipine yang sering terjadi : sakit kepala, kelelahan, pusing, mengantuk,
mual, nyeri perut, kulit memerah, palpitasi, somnolensi, termasuk edema perifer.
Efek samping seperti kelainan pada darah, impotensi, depresi, insomnia, takikardia, dan
penyakit kuning terjadi sangat jarang namun akan berakibat fatal bila terjadi. Oleh karena itu
pemakaian obat ini harus dengan pengawasan dokter.
4. Nifedipine
Nifedipine bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion kalsium masuk ke dalam
otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos tergantung pada ion kalsium ekstra seluler,
maka dengan adanya antagonis kalsium dapat menimbulkan efek inotropik negatif. Demikian juga
dengan Nodus Sino Atrial (SA) dan Atrio Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik negatif
dan perlambatan konduksi AV. Nifedipine merupakan antagonis kalsium (calcium channel blocker)
yang berefek mengurangi konsumsi oksigen jantung, memperbaiki toleransi latihan pada pasien
angina pektoris, mengurangi kebutuhan nitrogliserin dan mengurangi perubahan iskemik jantung saat
beristirahat dan beraktivitas. Pada percobaan terhadap hewan, menunjukkan perbaikan perfusi pada
miokardium yang iskemik.
Nifedipine cocok untuk terapi hipertensi ringan, sedang dan berat. Terapi dapat dikombinasi dengan
betha-bloker, diuretik, metildopa atau klonidin. Pada kasus resistensi pada betha-bloker atau terapi
kombinasi betha-bloker dan diuretik, respon positif dapat diperoleh dengan penambahan nifedipine
dalam terapi.
Penambahan nifedipine secara oral pada krisis hipertensi akan menurunkan tekanan darah dengan
cepat dan efektif. Nifedipine juga digunakan untuk terapi hipertensi nefrogenik, hiperaldosteronisme
dan feokromositoma. Berbeda dengan betha-bloker, nifedipine dapat digunakan untuk pasien
penderita asma karena tidak meningkatkan disposisi obstruksi bronkial, juga tidak mengganggu
sirkulasi prifer tetapi sebaliknya memiliki aksi vasodilatasi. Nifedipine juga cocok digunakan untuk
pasien dengan klaudikasi atau sindrom Renaud yang diperburuk oleh betha-bloker. Nifedipine tidak
memberi efek ntiaritmia. Pemberian nifedipine secara oral akan diabsorbsi dengan baik, 92 - 98%
terikat oleh protein plasma dan diekskresi dalam bentuk metabolit tidak aktif melalui urin. Nifedipine
dalam dosis tunggal diekskresi sebesar 80% dalam waktu 24 jam. Insufisiensi ginjal tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap farmakokinetik nifedipine.
Indikasi :
Indikasi Nifedipine adalah untuk pengobatan dan pencegahan insufiensi koroner terutama angina
pektoris, hipertensi kronik dan hipertensi urgensi
Kontraindikasi :
Dosis :
Efek Samping :
Clonidine menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi kadar kimia tertentu dalam darah. Hal
ini membuat pembuluh darah mengendur dan jantung berdetak dengan lebih lambat dan mudah. Obat
ini dapat digunakan bersamaan dengan obat tekanan darah lainnya.
Kontraindikasi :
Jangan mengonsumsi minuman beralkohol saat dalam pengaruh clonidine karena dapat
meningkatkan efek samping.
Jangan mengemudi dan mengoperasikan peralatan mesin karena clonidine dapat mengurangi
kemampuan dan respons tubuh.
Jangan menghentikan konsumsi clonidine secara tiba-tiba. Jika diperlukan, dokter akan
mengurangi dosis secara perlahan-lahan.
Bagi wanita hamil dan yang sedang berusaha memiliki anak, sesuaikan dengan anjuran
dokter tentang pemakaian obat ini.
Bagi ibu yang sedang menyusui tidak disarankan untuk mengonsumsi obat ini.
Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, jantung, sirkulasi darah konstipasi,
sindrom Raynaud, depresi, gangguan pembuluh darah di otak, penyakit arteri perifer, dan
gangguan saraf.
Dosis :
Efek CNS (keadaan mengantuk, kepeningan, sakit kepala, depresi, kecemasan, kelelahan,
gangguan tidur, impotensi); Efek GI (mulut kering, konstipasi, mabuk, anoreksia); Efek GU
(sulit buang air kecil, incontinece); Efek CV (hipotensi ortostatik, penyimpanan cairan).
Efek lainnya yang tidak umum: Bradycardia, gangguan ECG, gagal jantung, halusinasi, dan
lain-lain.