Spironolakton
Tidak boleh digunakan pada penderita Diabetes, karena obat ini dapat
menutupi gejala hipoglikemik atau menyembunyikan keadaan hipoglikemik.
Penanganan DRP
Penggunaan Spironolakton mempunyai interaksi dengan Ramipril yang dapat
menimbulkan efek samping Hyperkalemia, selain itu spironolakton dapat
menutupi gejala hipoglikemik atau menyembunyikan keadaan hipoglikemik.
Sehingga penggunaan Spironolakton ini perlu dihentikan untuk mencegah
terjadinya efek samping dan interaksi obat yang merugikan. Selain itu pasien
sudah mendapat terapi furosemide sebagai diuretic yang mempunyai
indikasi yang sama dengan spironolakton.
Hal ini direkomendasikan bahwa jika Anda mengambil ramipril Anda harus
dianjurkan untuk menghindari asupan makanan kalium (Ramiprin dapat
menyebabkan hyperkalemia) cukup tinggi. Hal ini dapat menyebabkan
tingginya kadar kalium dalam darah. Jangan gunakan pengganti garam atau
suplemen
kalium
saat
mengambil
ramipril,
kecuali
dokter
telah
memberitahukan sebelumnya.
INFORMASI OBAT
Levemir
Brand::
Novo Nordisk
Komposisi:
Insulin detemir
Indikasi:
Diabetes Melitus
Dosis:
Pemberian Obat:
Diberikan sebelum atau sesudah makan. Untuk pasien yang diterapi denga rejimen 1
x/hari, berikan bersama dengan makan malam atau menjelang tidur. Untuk pasien yang
memerlukan pemberian dosis 2 x/hari, dosis malam dapat diberikan bersama makan
malam atau menjelang tidur atau 12 jam sesudah pemberian dosis pagi.
Perhatian:
Efek Samping:
Kontraindikasi :
Hipersensitifitas
Interaksi Obat:
Obat antidiabetik oral, MAOI, penyekat non selektif, ACE inhibitor, salisilat, alkohol, tiazid,
glukokortoid, hormon tiroid, simpatomimetik , hormon pertumbuhan, danazol,
oktreotid/lanreotid dapat meningkatkan atau menurunkan efeknya.
Bentuk sediaan :
Kemasan:
Price:
Rp. 245,825
Spironolaktone
Obat ini berfungsi mengatasi penimbunan cairan atau edema, gangguan ginjal, gagal jantung,
aldosteronisme primer, hipertensi, penyakit hati, dan sindrom nefrotik. Spironolactone juga
berfungsi mencegah penimbunan cairan dalam tubuh dengan meningkatkan jumlah urine yang
diproduksi oleh ginjal
Nama Generik: Spironolakton Golongan: Diuretik Indikasi: Edema yang berhubungan dengan
ekskresi aldosteron berlebihan, hipertensi, gagal jantung kongestif, hiperaldosteronism primer,
hipokalemia, penanganan hipersutism, sirosis hati yang diikuti dengan edema atau asites. Kontra
Indikasi: Hipersensitif terhadap spironolakton atau komponen lain dalam sediaan, anure, insufisiensi
ginjal akut, gangguan fungsi ekskresi ginjal yang signifikan, hiperkalemia, kehamilan (hipertensi
yang diinduksi kehamilan) Dosis dan Cara Pemakaian: Untuk menghilangkan penundaan
munculnya efek, dapat diberikan 2-3 kali dosis harian lazim pada terapi hari pertama. Pemberian
Oral: Anak-anak 1-17 tahun: diuretik, hipertensi :dosis awal: 1 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap
12-24 jam, dosis maksimum: 3.3 mg/kg/hari. Hiperaldosteronism primer: 125-375 mg/m2/hari dalam
dosis terbagi. Dewasa: Edema, hipokalemia: 25-200 mg/hari dalam 1-2 dosis terbagi. Hipertensi:
25-50 mg/hari dalam 1-2 dosis terbagi. Aldosteronism primer: 100-400 mg/hari dalam 1-2 dosis
terbagi. Jerawat (pada wanita): 25-2200 mg sekali sehari. Hirsutism: 50-200 mg/hari dalam 1-2 dosis
terbagi Gagal jantung kongestif parah (dengan inhibitor ACE dan diuretik loop + digoksin): 12.5-25
mg/hari, dosis harian maksimum: 50 mg (dosis lebih tinggi umum digunakan). Jika kalium > 5.4
mEq/L, dosis diturunkan. Pasien lanjut usia: dosis awal: 25-50 mg/hari dalam 1-2 dosis terbagi,
ditingkatkan menjadi 25-50 mg setiap 5 hari, sesuai kebutuhan. Catatan: Interval dosis untuk
kerusakan ginjal: Clcr 10-50 mL/menit: pemberian hanya setiap 12-24 jam. Clcr <10 mL/menit:
hindari penggunaan spironolakton. Efek Samping: Edema, gangguan SSP seperti mengantuk,
lethargi, sakit kepala, kebingungan, demam, ataksia, makulopopular, erupsi eritematosus, urtikaria,
http://pionas.pom.go.id/monografi/spironolakton
RAMIPRIL
Kemasan
Obat ini biasanya dipasarkan berupa Ramipril 2.5 mg, 5 mg, dan 10 mg.
INDIKASI
KONTRA INDIKASI
Obat ini juga bisa menyebabkan hiperkalemia yang terjadi terjadi karena
penurunan kadar aldosteron, hormon steroid yang berfungsi menahan
natrium dan mengekskresi kalium.
Efek samping yang jarang tetapi sangat berbahaya akibat pemakaian
obat yang mengandung Ramipril adalah angioneurotik edema, yang
biasanya timbul pada bulan pertama pemakaian.
Obat-obat ACE inhibitors diketahui bersifat teratogenik sehingga tidak
boleh diberikan pada wanita hamil.
Efek samping lainnya adalah : Sakit kepala, kelelahan, nyeri perut dan
dada, pusing, mual, muntah, diare, infeksi saluran pernafasan atas,
asthenia, dan ruam.
PERHATIAN
Segera hentikan pemakaian obat jika anda positif hamil, karena obat-obat
yang termasuk ACE inhibitor dapat menyebabkan cedera dan kematian pada
janin.
Obat ini disekresi dalam ASI dan tidak direkomendasikan untuk digunakan
saat menyusui.
Keamanan dan efektivitas obat ini pada pasien anak belum ditetapkan.
Penggunaan pada anak-anak bisa dilakukan jika pengendalian tekanan
darah dengan cara lain tidak efektif.
Ramipril hanya digunakan dalam pengawasan dokter, terutama pada
permulaan terapi untuk antisipasi terjadinya penurunan tekanan darah yang
drastis. Penurunan tekanan darah secara drastis bisa menyebabkan pusing,
sakit kepala dan penurunan kewaspadaan. Jangan mengemudi dan
mengoperasikan mesin yang membutuhakn kewaspadaan tinggi.
Jika mengalami tanda-tanda atau gejala angioedema seperti :
pembengkakan wajah, mata, bibir, lidah, laring dan ekstremitas, kesulitan
dalam menelan atau bernapas, suara serak segera hubungi dokter anda.
Segera hubungi dokter jika mengalami infeksi (misalnya, sakit
tenggorokan, demam) yang bisa saja merupakan tanda terjadinya
neutropenia atau edema progresif yang berhubungan dengan proteinuria
dan sindrom nefrotik.
Sebaiknya jangan menggunakan obat diuretik hemat kalium atau
suplemen yang mengandung kalium atau pengganti garam kalium selama
menggunakan Ramipril, karena ada potensi hiperkalemia.
RAMIPRIL Kaplet
KOMPOSISI:
RAMIPRIL 2,5
Tiap kaplet mengandung:
Ramipril 2,5 mg
RAMIPRIL 5
Tiap kaplet mengandung:
Ramipril 5 mg
Farmakologi:
Farmakodinamik
Ramipril merupakan penghambat angiotensin converting enzyme (ACE) generasi kedua. Metabolit
aktifnya, ramiprilat, berikatan secara kompetitif dengan ACE yang pada awalnya membentuk suatu
kompleks enzim-inhibitor yang kemudian mengalami isomerisasi menghasilkan penghambatan yang
menyeluruh.
Mekanisme aksi ACE adalah mengatalisis konversi angiotensin I menjadi senyawa vasokonstriksi,
angiotensin II. Angiotensin II menstimulasi pelepasan aldosteron dari korteks adrenal, dan juga
menyebabkan perubahan trophic pada jantung dan pembuluh darah.
Ramipril menghambat pembentukan angiotensin II sehingga menyebabkan:
Penurunan efek trophic dari angiotensin II pada jantung dan pembuluh darah.
ACE juga bertanggung jawab terhadap degradasi kinin, dan dengan adanya penghambatan ACE,
konsentrasi bradikinin meningkat. Pengurangan angiotensin II dan penghambatan degradasi
bradikinin menyebabkan vasodilatasi. Peningkatan aktivitas bradikinin berperan dalam efek
cardioprotective dan endothelioprotective. Adanya penghambatan oleh ACE juga mengurangi
iskemia dan pengurangan luas infark.
Farmakokinetik
Ramipril diabsorbsi lebih dari 55% pada dosis oral dan bioavailabilitasnya tidak dipengaruhi oleh
makanan.
Setelah diabsorbsi ramipril mengalami deesterifikasi menjadi metabolit aktif, yaitu ramiprilat..
Konsentrasi plasma puncak dari ramipril dan ramiprilat masing-masing dicapai dalam waktu sekitar
1 dan 3 jam.
Ramipril, ramiprilat dan metabolitnya terutama dieliminasi melalui ginjal. Kira-kira 60% dosis oral
tunggal ramipril ditemukan di urine, 40% ditemukan di feses termasuk ekskresi melalui empedu.
Konsentrasi plasma ramiprilat meningkat pada pasien usia lanjut dan pasien gagal ginjal atau
jantung, sementara ramipril terpotensiasi pada pasien dengan gangguan hati. Dengan demikian,
dosis awal yang rendah dan/atau pengurangan dosis ramipril diperlukan pada pasien-pasien di atas.
Indikasi:
1. Hipertensi, dapat digunakan tunggal atau dikombinasikan dengan diuretik tipe tiazid.
2. Gagal jantung kongestif pada beberapa hari setelah menderita infark miokardia akut.
3. Menurunkan risiko terjadinya infark miokardia, stroke, cardiovascular death dan kebutuhan untuk
prosedur revaskularisasi pada pasien dengan risiko tinggi penyakit kardiovaskular.
4. Nefropati glomerulus nondiabetik (bersihan kreatinin 20-70 ml.menit) dan proteinuria >3g/24 jam.
5. Nefropati insipiens pada pasien dengan diabetes tipe 2 normotensif.
Kontraindikasi:
- Hipersensitif terhadap obat ini.
- Pasien dengan riwayat angioedema terkait dengan pengobatan sebelumnya dengan
menggunakan penghambat ACE.
Dosis dan cara pemberian:
Hipertensi
Dosis awal tanpa pemakaian diuretik: 2,5 mg, sekali sehari. Dosis disesuaikan dengan respon
tekanan darah. Dosis pemeliharaan pada orang dewasa: 2,5-20 mg per hari, 1 atau 2 kali sehari.
Jika respon tekanan darah berkurang dengan pemberian sekali sehari pada akhir interval pemberian
obat, dosis ditingkatkan atau pemberian obat dibagi menjadi 2 kali sehari. Bila tekanan darah tidak
dapat terkontrol hanya dengan ramipril, dapat ditambahkan diuretik.
Gagal jantung setelah infark miokardia
Pada pasien dewasa setelah infark miokardia yang secara klinis menunjukkan gagal jantung
kongestif, terapi ramipril dimulai 2 hari setelah infark miokardia. Dosis awal: 2,5 mg, 2 kali sehari,
jika terjadi hipotensi dosis dikurangi menjadi 1,25 mg, 2 kali sehari.
Dosis ditingkatkan hingga 5 mg, 2 kali sehari.Setelah pemberian dosis awal ramipril, pasien harus
diawasi selama paling sedikit 2 jam, sampai tekanan darah telah stabil selama paling sedikit 1 jam
berikutnya. Jika memungkinkan, dosis diuretik yang digunakan bersamaan harus dikurangi untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya hipotensi. Hipotensi setelah pemberian dosis awal tidak
menghalangi penyesuaian dosis, setelah hipotensi dapat diatasi.
Nefropati glomerulus
Dosis awal yang direkomendasikan adalah 1,25 mg satu kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan
tergantung respon tekanan darah dan toleransi pasien, dianjurkan untuk meningkatkan dosis
menjadi dua kali lipat dalam interval waktu 2-3 minggu, maksimum 10 mg perhari. Fungsi ginjal
harus diperhitungkan.
Dosis pada pasien gangguan ginjal
Pasien dengan bersihan kreatinin <40 ml/menit/1,73 m2 (serum kreatinin >2,5 mg/dl), dosis
diberikan 25% dari dosis normal.
Pasien hipertensi dengan gangguan ginjal
Dosis awal 1,25 mg, sekali sehari. Kemudian dosis ditingkatkan tergantung toleransi individual dan
respon tekanan darah hingga dosis maksimum 5 mg per hari.
Pasien gagal jantung dengan gangguan ginjal
Dosis awal 1,25 mg, sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 1,25 mg, 2 kali sehari hingga
mencapai dosis maksimum 2,5 mg, 2 kali sehari tergantung pada respon klinis dan toleransi pasien.
Peringatan dan perhatian:
Pasien dengan riwayat angioedema yang tidak berkaitan dengan penggunaan penghambat
ACE memungkinkan terjadinya peningkatan risiko angioedema saat menerima penghambat ACE.
Reaksi anafilaktoid dilaporkan terjadi pada pasien dialisis dengan membran high-flux dan
pengobatan bersamaan dengan penghambat ACE.
Ramipril dapat menyebabkan hipotensi simtomatik, setelah dosis awal atau pada
peningkatan dosis.
Penghambat ACE dapat menyebabkan sindrom yang diawali dengan cholestatic jaundice
dan fulminant hepatic necrosis dan kadang-kadang kematian.
Penghambat ACE lain dapat menyebabkan agranulositosis dan depresi sumsum tulang,
lebih sering terjadi pada pasien dengan penyakit vaskular kolagen seperti lupus eritematosus
sistemik atau skleroderma dan pasien dengan gangguan ginjal.
Penghambat ACE dapat menyebabkan morbiditas dan kematian pada fetal dan neonatal bila
diberikan pada wanita hamil, jika diketahui hamil maka penggunaan penghambat ACE segera
dihentikan.
Pasien gagal jantung kongestif berat dengan fungsi ginjal yang tergantung pada aktivitas
sistem renin-angiotensin-aldosteron, pengobatan dengan penghambat ACE, termasuk ramipril dapat
menyebabkan oliguria dan/atau azotemia yang progresif dan (jarang terjadi) gagal ginjal akut
dan/atau kematian.
Hiperkalemia (serum K >5,7 mEq/l) terjadi kira-kira 1% pada pasien hipertensi yang
menggunakan ramipril.
Pernah dilaporkan penghambat ACE dapat menyebabkan batuk tidak produktif, batuk akan
hilang bila pengobatan dengan ramipril dihentikan.
Pasien dengan kerusakan fungsi hati dapat meningkatkan kadar ramipril dalam plasma.
Bila obat ini harus diberikan pada wanita sedang menyusui, maka pemberian ASI harus
dihentikan.
Keamanan dan efektivitas penggunaan pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.
Efek samping:
Batuk: batuk yang gatal, kering, menetap dan nonproduktif dilaporkan terjadi dengan
penggunaan penghambat ACE. Batuk akan hilang segera setelah menghentikan pengobatan.
Lain-lain: kompleks gejala yang pernah dilaporkan, meliputi: antinuclear antibodies (ANA)
positif, peningkatan kecepatan sedimentasi eritrosit, artritis/artralgia, mialgia, demam, vaskulitis,
eosinofilia, fotosensitivitas, ruam dan manifestasi dermatologi lainnya. Terjadinya eosinophilic
pneumonitis juga pernah dilaporkan.
Interaksi obat:
Overdosis:
Overdosis dapat menyebabkan vasodilatasi perifer yang berlebihan (ditandai oleh hipotensi, syok),
bradikardia, perubahan elektrolit, dan gangguan ginjal.
Furosemide
Indikasi Obat furosemid dapat digunakan pada keadaan berikut : Sebagai obat lini
pertama pada keadaan edema yang disebabkan oleh penyakit gagal jantung
kongestif, penyakit sirosis hati, dan penyakit ginjal serta sindrom nefrotik. Sebagai
terapi tambahan pada keadaan edema serebral atau edema paru yang memerlukan
diuresis cepat termasuk juga pengobatan hiperkalsemia. Sebagai terapi hipertensi
dapat digunakan secara tunggal maupun kombinasi dengan diuretik lain seperti
spironolakton Kontraindikasi Obat furosemid tidak boleh digunakan pada keaadan
berikut : Penderita yang diketahui memiliki riwayat alergi atau hipersensitif
terhadap furosemid. Penderita yang sedang mengalami anuria atau tidak bisa
buang air kecil Pederita yang sedang hamil karena dapat memberikan efek buruk
pada janin Dosis Obat furosemide tersedia dalam bentuk furosemide 40 mg tablet
dan furosemide 20 mg injeksi. Adapun dosis furosemid yang dianjurkan adalah
sebagai berikut
Dosis dewasa yang digunakan untuk pengobatan edema gagal jantung kongestif,
gagal ginjal, asites, hipertensi, oliguria nonobstruktif, dan edema paru adalah
furosemid tablet dengan dosis awal 20 mg hingga 80 mg, untuk dosis pemeliharaan
dapat ditingkatkan secara bertahap 20 hingga 40 mg per dosis setiap 6 hingga 8
jam dengan dosis maksimum sehari 600 mg Untuk pengobatan secara suntikan
Intravena atau intramuskular dosis yang digunakan adalah furosemid injeksi 10 mg
hingga 20 mg yang dapat diulangi dalam waktu 2 jam apabila respon diuresis tidak
memadai. Untuk pegobatan secara infus Intravena dosis yang digunakan adalah 0.1
mg per kg berat badan sebagai dosis awal, kemudian tingkatkan dua kali lipat
setiap 2 jam sekali sampai dosis maksimal 0.4 mg per kg per jam. Untuk
INDIKASI FUROSEMIDE
Sebagai terapi tambahan untuk edema serebral atau paru saat diuresis
cepat diperlukan juga pengobatan hiperkalsemia.
Furosemide digunakan juga untuk pengobatan hipertensi, baik tunggal
maupun dikombinasikan dengan obat diuretik lain, seperti triamtene atau
spironolactone.
KONTRA INDIKASI
PERHATIAN
INTERAKSI OBAT
DOSIS FUROSEMIDE
INSULIN
Preparat insulin
Golongan
Obat resep
Manfaat
Dikonsumsi oleh
Bentuk
Suntik
Harap berhati-hati bagi yang sedang menderita gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi
hati, efek samping hipoglikemia, hipokalemia, stres, infeksi, alergi terhadap insulin atau sedang
mengonsumsi obat lain.
Hindari konsumsi minuman beralkohol, karena dapat memengaruhi kadar gula darah.
Ikuti petunjuk dokter atau perawat untuk cara menyuntikkan insulin sendiri. Biasanya
insulin disuntikkan pada lengan bagian atas, paha, pantat atau perut.
Usahakan untuk menyuntikkan insulin pada bagian tubuh yang berbeda dan jangan
menyuntikkan pada otot, luka atau jaringan parut, atau tahi lalat. Sebaiknya tidak
mengocok botol insulin, karena gelembung akan muncul yang bisa menyebabkan
pengukuran dosis menjadi tidak tepat.
Dokter akan menentukan kapan waktu yang tepat untuk menyuntikkan dosis insulin
yang sesuai. Dosis biasa ditentukan berdasarkan kecepatan kerja jenis insulin yang
digunakan dan kadar gula darah penderita. Berbagai jenis insulin diberikan pada waktu
yang berbeda-beda terkait dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Dan beberapa jenis
dosis insulin perlu digabungkan dengan jenis lainnya.
Jangan memperpanjang atau mengurangi durasi pengobatan tanpa izin dokter. Bagi
pasien yang lupa menyuntikkan insulin, disarankan untuk segera menyuntikkan begitu
teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis
insulin pada jadwal berikutnya untuk menggantikan dosis yang terlewat.
Konstipasi.
Segera periksakan ke dokter bila Anda mengalami sesak napas, mengi (napas berbunyi),
pandangan kabur, kesulitan menelan, dan pembengkakan tangan, kaki, serta kaki bagian
bawah.
PCT
Indikasi Paracetamol Indikasi utama paracetamol yaitu digunakan sebagai obat
penurun panas (analgesik) dan dapat digunakan sebagi obat penghilang rasa sakit
dari segala jenis seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri pasca operasi, nyeri
sehubungan dengan pilek, nyeri otot pasca-trauma, dll. Sakit kepala migrain,
dismenore dan nyeri sendi juga dapat diringankan dengan obat parasetamol ini.
Pada pasien kanker, parasetamol digunakan untuk mengatasi nyeri ringan atau
dapat diberikan dalam kombinasi dengan opioid (misalnya kodein). Paracetamol
telah dibandingkan dengan banyak analgesik lain dan dianggap kurang equipotent
jika dibandingkan dengan aspirin (asam asetilsalisilat). Dengan demikian, secara
umum, parasetamol kurang mujarab ketimbang salisilat dan agen antirematik
lainnya jika digunakan sebagai obat anti-inflamasi dan antinyeri. Kabar baiknya
paracetamol dapat digunakan pada anak-anak. Ini merupakan alternatif yang lebih
peningkatan risiko cacat bawaan pada bayi. Penelitian reproduksi hewan belum
dilakukan dengan acetaminophen, dan tidak diketahui apakah parasetamol IV
(infus) dapat menyebabkan kerusakan janin bila diberikan kepada ibu hamil. Obat
parasetamol diekskresikan ke dalam air susu ibu dalam konsentrasi kecil. Salah satu
kasus ruam telah dilaporkan pada bayi menyusui. Paracetamol dianggap aman
untuk ibu menyusui oleh American Academy of Pediatrics.
Bersumber dari: Paracetamol | Mediskus