Anda di halaman 1dari 8

Ramipril Deskripsi - Nama & Struktur kimia : (2S,3aS,6aS),-1-{N-(S)-ethoxycarbonyl-3phenylpropil]-L-alanyl]} perhydrocyclopenta-2-carboxylic acid.

C23H32N2O5 Sifat Fisikokimia : Serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih. Larut sebagian dalam air, larut baik dalam metil alkohol.

Golongan/Kelas Terapi Obat Kardiovaskuler Nama Dagang Cardace Tenapril Hyperil Triatec - ramipril OGB dexa - altace - ramixal

Indikasi Untuk terapi hipertensi, baik digunakan sendiri atau kombinasi dengan diuretik tiazida, pengobatan disfungsi ventrikel kiri setelah infark miokardiak, untuk menurunkan risiko serangan jantung, stroke dan kematian pada pasien dengan risiko yang meningkat untuk masalah ini.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Dosis Oral Dewasa : Hipertensi : 2,5-5 mg satu kali sehari maks 20 mg/hari.

Penurunan risiko infark miokardiak, stroke dan kematian karena penyakit jantung:dosis awal : 2.5 mg satu kali sehari selama seminggu, kemudian 5 mg satu kali sehari untuk 3 minggu selanjutnya, dosis dititrasi sampai mencapai 10 mg (dapat diberikan dalam dosis terbagi). Gagal jantung setelah infark miokard: dosis awal 2,5 mg dua kali sehari ditingkatkan sedikit-sedikit jika mungkin sampai 5 mg dua kali sehari Gagal jantung (unlabeled use) : dosis awal :1.25-2.5 mg, satu kali sehari. Target dosis :10 mg sekali sehari. Catatan: dosis dari duretik yang menyertai harus dikurangi, jika terapi diuretik tidak bisa dihentikan, awali terapi dengan dosis 1,25 mg, setelah dosis awal pasien harus dimonitor dengan baik (hati-hati) sampai tekanan darah stabil. Penyesuaian dosis pada gangguan renal: CL cr < 40 ml/menit : administrasi 25% dari dosis normal. Gagal ginjal dan hipertensi : 1,25 mg satu kali, titrasi jika mungkin. Gagal ginjal dan gagal jantung : 1.25 mg, satu kali sehari,tingkatkan menjadi 1.25 mg dua kali sampai 2.5 mg dua kali sehari bila dapat ditoleransi.

Farmakokinetik Onset kerja : 1-2 jam. Absorbsi: Diabsorbsi dengan baik di saluran pencernaan (50%-60%). Distribusi : Kadar plasma menurun mungkin model trifasik, penurunan dengan cepat merupakan fase distribusi ke kompartemen perifer, protein plasma dan jaringan (T : 2-4 jam), fase kedua adalah fase eliminasi menunjukkan fase klirens dari ramiprilat bebas (T = 9-18 jam) dan fase terakhir adalah fase

eliminasi yang menunjukan fase equilibrum (keseimbangan) antara peningkatan jaringan dan dissosiasi (t1/2 = > 50 jam). Metabolisme : di hati menjadi bentuk aktif ramiprilat. T: Ramiprilat > 50 jam. Waktu mencapai kadar puncak : 1 jam. Eliminasi : Ramipril dan metabolitnya dieliminasi pertama lewat ginjal (60%) dan feses (40%). Stabilitas Penyimpanan Simpan pada suhu kamar. Kontraindikasi Hipersensitifitas pada ramipril/ramiprilat/komponen lain dalam sediaan, mempunyai sejarah angioedema terhadap inhibitor ACE lain, stenosis arteri ginjal bilateral, kehamilan trimester kedua dan ketiga. Efek Samping > 10%: pernafasan (batuk 12%) 1-10%: Kardiovaskuler : hipotensi, hipotensi postural, syncope. SSP: sakit kepala, pusing, insomia, depresi, demam, vertigo, amnesia dan kejang. Dermatologik: gatal, alopecia, fotosensitifitas, angioedema dan dermatitis Endrokin dan metabolik: Hiperkalemia (sedikit peningkatan pada disfungsi renal). Gastrointestinal: Nyeri abdomal (jarang terjadi tetapi dapat terjadi dengan adanya perubahan enzim dengan dugaan pankreatitis), mual, muntah, diare,

disgensia, anoreksia, kontipasi, dispepsia, dyspnagia, salivasi meningkat, penambahan berat badan. Genitourinaria: Impotensi. Hematologi: Neutropenia, eosinofilia, penurunan HB (jarang). Neuromaskular dan Skeletal: kram otot, myalgia, arthritis, athralgia, kesemutan, tremor, neuralgin, neuropathy. Otic (telinga): Tinitus. Ginjal (renal): proteinuria, peningkatan serum kreatinin.

Interaksi - Dengan Obat Lain : Peningkatan efek/ Toksisitas : suplemen kalium, kotrimoksazole (dosis tinggi), antagonis reseptor angiotensin II (kandesartan, losartan, ibesartan, dll), diuretik hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamterene) akan menaikkan kadar kalium bila dikombinasikan dengan lisinopril, efek inhibitor ACE mungkin meningkat dengan penggunaan fenotiazin atau probenesid (peningkatan kadar kaptopril), efek inhibitor ACE mungkin meningkatkan kadar/ efek litium. Diuretik mempunyai potensi aditif dengan inhibitor ACE, hipovolemia meningkatkan potensi terjadinya efek samping pada ginjal dari inhibitor ACE. Pada pasien dengan kemampuan fungsi ginjal terbatas, pemberian anti inflamasi non steroid dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal. Penggunaan bersama alopurinol dan inhibitor ACE dapat mengakibatkan risiko terjadinya reaksi hipersensitifitas. Penurunan efek : aspirin dosis tinggi dapat mengurangi efek terapi inhibitor ACE. Pada dosis rendah, hal ini tidak muncul secara signifikan. Rifampisin mungkin dapat mengurangi efek inhibitor ACE. Antasid mungkin dapat menurunkan bioavailibilitas inhibitor ACE (lebih sering terjadi dibanding kaptopril).

Pemberian diberi selang waktu selam 1-2 jam. Obat inflamasi non steroid khususnya indometasin dapat mengurangi efek hipotensi dari inhibitor ACE Inhibitor, lebih sering terjadi pada pasien dengan kadar renin yang rendah atau pasien hipertensi tergantung pada volume - Dengan Makanan : Hindari dong quai jika menggunakan anti hipertensi (karena mempunyai efek estrogen). Hindari efedra, yohimbe, ginseng (dapat memperparah hipertensi). Hindari bawang putih (dapat meningkatkan efek antihipertensi) Pengaruh - Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : C (untuk kehamilan trimester pertama); D (untuk kehamilan trimester 2 dan 3) - Terhadap Ibu Menyusui : Ramipril didistribusikan ke dalam air susu, tidak direkomendasikan - Terhadap Hasil Laboratorium : Mungkin dapat menyebabkan positif palsu pada determinasi aseton pada urin menggunakan reagen natrium nitroprusid sehingga menyebabkan kenaikan kadar kalium dan serum kreatinin. Parameter Monitoring Peningkatan BUN, kreatinin, kalium, Coombs's positif, penurunan kolesterol. Bentuk Sediaan Kapsul 1,25 mg, 2,5 mg, 5 mg, 10 mg Peringatan Gunakan dengan hati-hati dan modifikasi dosis pada pasien dengan gangguan renal (terutama stenosis arteri renal), gagal jantung kongestif berat, hipotensi berat dapat terjadi pada geriatri dan pasien dengan penurunan volume Na berikan dosis yang lebih rendah dan monitoring dengan seksama ketika mengawali terapi pada pasien-pasien ini, harus dihentikan jika stridon atau angioedema pada wajah, lidah dan glottis terjadi.

Informasi Pasien Awasi pasien jika terjadi muntah, diare, berkeringat berlebih, atau dehidrasi dapat terjadi, tenggorokan sakit, panas (demam), muka, lidah, dan bibir bengkak, kesulitan bernafas, batuk persisten menetap, dapat menyebabkan light headedress (kepala terasa ringan) selama terapi beberapa hari pertama. Jika batuk meningkat dan mengganggu, konsultasi dengan dokter. Sebelum menggunakan obat; perhatikan kondisi yang mempengaruhi penggunaan,khususnya sensitifitas terhadap ACE inhibitor, kehamilan (ACE inhibitor dapat menembus plasenta; hipotensi janin karena ACE inhibitor, oliguria, dan kematian dilaporkan terjadi pada manusia, fetotoksisitas ditemukan pada binatang. Masalah kesehatan lain, khususnya angioedema yang berhubungan dengan terapi ACE inhibitor sebelumnya, hiperkalemia, stenosis arteri ginjal,tranplantasi ginjal, gangguan fungsi ginjal maupun pengurangan volume dan natrium. Kesesuaian penggunaan obat; biasakan untuk menggunakan obat pada waktu yang sama setiap hari untuk membantu meningkatkan kepatuhan. Tepat dosis: lupa meminum obat: diminum sesegera mungkin, tidak perlu diminum bila mendekati jadwal untuk meminum obat selanjutnya, jangan menggandakan dosis. Kesesuaian penyimpanan obat. Pasien mungkin tidak mengetahui/mengalami gejala dari hipertensi, penting untuk tetap menggunakan obat walaupun sudah merasa sehat. Tidak menyembuhkan, tetapi membantu mengontrol hipertensi. Mungkin memerlukan terapi seumur hidup, periksa ke dokter sebelum menghentikan pengobatan. Konsekuensi serius dari hipertensi yang tidak dirawat. Perhatian selama menggunakan obat ini; Kunjungi dokter secara berkala untuk mengetahui perkembangan penyakit. Hati-hati saat mengemudi atau melakukan pekerjaan yang membutuhkan kesadaran, karena adanya kemungkinan pusing khususnya setelah pemberian awal inhibitor ACE pada pasien yang juga menggunakan diuretik. Untuk mencegah dehidrasi dan hipotensi, periksa ke dokter bila gangguan mual, muntah atau diare timbul dan berkelanjutan. Hati-hati saat

berolahraga atau saat cuaca panas karena adanya resiko dehidrasi danhipotensi yang menyebabkan penurunan volume cairan tubuh. Hati-hati bila memerlukan/mengalami pembedahan (termasuk pembedahan gigi) maupun perawatan darurat. Untuk penggunaan sebagai antihipertensi: tidak menggunakan obat lain khususnya simpatomimetik tanpa resep kecuali atas ijin dokter Mekanisme Aksi Ramipril adalah inhibitor kompetitif Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang mengubah Angiotensin I menjadi Angiotensin II, selain itu dapat menurunkan Angiotensin II karena penurunan aktivitas plasma renin dan penurunan sekresi aldosteron. Mekanisme SSP kemungkinan terlibat dalam menghasilkan efek hipotensif. Inhibitor ACE kemungkinan akan merubah kallikriens vasoaktif menjadi bentuk bentuk aktifnya (hormon) sehingga akan menurunkan tekanan darah. Monitoring Penggunaan Obat Pengukuran tekanan darah ( dianjurkan dilakukan secara berkala pada pasien yang sedang dirawat karena hipertensi, pasien tertentu mungkin dapat dilatih untuk mengukur tekanan darah sendiri di rumah dan melaporkan hasilnya secara teratur pada dokter). Determinasi jumlah leukosit, total dan diferensial (terutama dianjurkan pada awal terapi ACE inhibitor dan secara berkala setelahnya. Dianjurkan setiap bulan untuk terapi 3 sampai 6 bulan pertama dan secara berkala setelahnya untuk jangka waktu sampai diatas 1 tahun pada pasien dengan peningkatan risiko terjadinya neutropenia (misal pada gagal fungsi ginjal atau penyakit kolagen vaskular) atau menerima dosis tinggi, juga direkomendasikan pada gejala awal infeksi. Telah direkomendasikan menghentikan terapi dengan inhibitor ACE bila terjadi neutropenia/neutropil < 1x109/L. Determinasi fungsi renal (dianjurkan secara berkala, khususnya pada pasien dengan pengurangan natrium sebagai akibat dari terapi dengan diuretik atau pada pasien gagal jantung kongestif). Penentuan protein urin terutama pada terapi awal dan secara berkala setelah penggunaan diatas 1 tahun pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau pada pasien yang menerima dosis captopril

lebih besar dari 150 mg per hari, bila timbul peningkatan proteinuria, dianjurkan untuk mengevaluasi ulang pemberian ACE inhibitor.

Anda mungkin juga menyukai