Anda di halaman 1dari 75

Panduan Belajar

KETERAMPILAN MEDIK
TERAPI INHALASI DAN MENGENALI
BENTUK SEDIAAN OBAT
Untuk Mahasiswa Kedokteran
Edisi 1
Tahun 2021

KetuaTim Penyusun:
dr. Isna Kusuma Nintyastuti, SpM, MSc.

Anggota dan Kontributor:


• dr. A.A.A. Niti Wedayani, M.Sc • dr. M. Galvan Sahidu, Sp.N
• dr. Dedianto Hidajat, Sp.KK • dr. Nurhidayati, M.Kes
• dr. Marie Yuni A, Sp.M • dr. Dinie R. K, Sp.KK
• dr. Ardiana Ekawanti, M.Kes • dr. Agustine Mahardika, Sp.KJ
• dr. Dian Puspita Sari, M.Med.Ed • dr. I G Wirabuana Yudha, Sp.And
• dr. Ni Putu Suwitasari

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Panduan Belajar
KETERAMPILAN MEDIK
TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BENTUK SEDIAAN OBAT
Untuk Mahasiswa Kedokteran
Edisi 1

KetuaTim Penyusun:
dr. Isna Kusuma Nintyastuti, SpM, MSc.

Anggota dan Kontributor:


• dr. A.A.A. Niti Wedayani, M.Sc • dr. M. Galvan Sahidu, Sp.N
• dr. Dedianto Hidajat, Sp.KK • dr. Nurhidayati, M.Kes
• dr. Marie Yuni A, Sp.M • dr. Dinie R. K, Sp.KK
• dr. Ardiana Ekawanti, M.Kes • dr. Agustine Mahardika, Sp.KJ
• dr. Dian Puspita Sari, M.Med.Ed • dr. I G Wirabuana Yudha, Sp.And
• dr. Ni Putu Suwitasari

Cetakan I: Maret 2021

Hak Cipta © 2021 dilindungi oleh Undang – Undang


All right reserved
Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
Jalan Pendidikan 37 Mataram Telp. (0370) 640874

Sebagian besar gambar dan ilustrasi pada langkah prosedur merupakan hak milik Laboratorium
Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Buku ini di setting dengan bentuk huruf Calibri Light


KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

PENULIS
Ketua Tim Penyusun:
dr. Isna Kusuma Nintyastuti, SpM, MSc.
Anggota dan Kontributor:
• dr. A.A.A. Niti Wedayani, M.Sc • dr. M. Galvan Sahidu, Sp.N
• dr. Dedianto Hidajat, Sp.KK • dr. Nurhidayati, M.Kes
• dr. Marie Yuni A, Sp.M • dr. Dinie R. K, Sp.KK
• dr. Ardiana Ekawanti, M.Kes • dr. Agustine Mahardika, Sp.KJ
• dr. Dian Puspita Sari, M.Med.Ed • dr. I G Wirabuana Yudha, Sp.And
• dr. Ni Putu Suwitasari

EDITOR

dr. Isna Kusuma Nintyastuti, Sp.M, M.Sc Bagian


Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram Nusa Tenggara Barat

dr. Monalisa Nasrul, Sp.M


Bagian Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM ii
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Hak Cipta i
Halaman Penulis ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Pustaka
Daftar Gambar v
Daftar Istilah dan Singkatan vi
vii
Pendahuluan
Kata Pengantar 1
Skenario 2
Tujuan Pembelajaran 3
Piramida Pembelajaran 4

Rencana Pembelajaran
Alokasi Waktu 5
Tata Tertib 6

Materi
Definisi dan Latar Belakang
Memilih BSO
BSO Ora
BSP Nasal
BSO Topikal
BSO Khusus

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM iii
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode 3
Pembelajaran dan Metode Penilaian untuk setiap tingkat
kemampuan
Tabel 2.1 Tabel Rencana Alokasi Waktu 5
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM iv
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

DAFTAR GAMBAR

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM v
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN


DPI Dry powdered inhaler
Dragee Pil yang berlapis gula
Emulsi Preparat satu cairan yang disebarkan dalam bentuk globul-
globul kecil dalam keseluruhan cairan lain
Flask Flask Wadah seperti bejana gelas berleher sempit untuk
menampung cairan
Guttae Tetes
Injeksi Larutan obat yang sesuai untuk suntikan
Kapsul Struktur suatu benda yang dibungkus seperti suatu kontainer
dari bahan yang sesuai, dapat larut, keras atau lunak, untuk
membungkus sejumlah dosis obat
Krim Suatu emulsi semisolid dari jenis minyak dam air atau air
dalam minyak, yang biasanya digunakan secara topikal

MDI Metered dose inhaler


Oculenta Salep mata
Pasta Preparat semisolid, biasanya untuk pemakaian luar, dengan
dasar lemak, viskus atau musilaginosa atau campran pati dan
petrolum
Salep Unguentum; preparat semipadat untuk pemakaian luar
tubuh dan biasanya mengandung substansi obat
Solutio Larutan
Suspensi Preparat obat yang terbagi menjadi sangat halus yang
masukkan (disuspensikan) ke vehikulum cairan yang sesuai
sebelum obat ini digunakan, atau sudah dicampurkan ke
dalam cairan seperti itu
Tablet Bentuk dosis padat dengan berbagai berat, ukuran, dan
bentuk yang dapat dicetak atau dipadatkan dan mengandung
bahan obat dalam bentuk murni atau pengenceran
Vial Botol kecil

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM vi
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji hanya bagi Allah SWT, pemilik dan penguasa alam semesta, yang
memungkinkan semua cita-cita baik dan kerja keras menjadi kenyataan. Selawat teriring
salam dikirimkan kepada Rasulullah SAW, pendidik dan teladan segala sisi kehidupan.
Beranjak dari kebutuhan dan kesadaran diperlukannya buku panduan
keterampilan medik yang sederhana, informatif, praktis, updated dan handy, kami
mengadakan revisi mayor untuk seluruh buku panduan keterampilan medik FK Unram.
Buku ini tampil dengan wajah baru, menampilkan banyak gambar dan lebih padat
berisikan detil langkah-langkah pelaksanaan yang lebih sistematik disertai dengan
ilustrasi dan foto terbaru yang dibuat sendiri oleh tim laboratorium keterampilan medik
FK Unram. Kemajuan ilmu pengetahuan yang dinamis kami akomodir dengan
memberikan saran bacaan yang relevan sehingga mahasiswa mengetahui variasi teknik
pemeriksaan yang mungkin dipakai di senter pendidikan lain.
Kami menyadari bahwa keterampilan medis merupakan kompetensi inti yang
harus dimiliki oleh mahasiswa FK Unram sehingga diharapkan buku panduan
keterampilan medik ini dapat digunakan dari level akademik sampai tahap profesi
sebagai pendamping text book yang sudah ada.
Kami berterima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terlibat.
Kepada para kontributor yang telah turut bekerja keras menyumbangkan keahlian dan
pemikirannya dalam penyusunan buku ini. Kepada tim editor atas kreativitas dan
ketekunannya dan kepada tim Laboratorium Keterampilan Medik FK Unram atas
kerjasama dan kekompakannya. Semoga buku ini bermanfaat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mataram, Februari 2021


Ketua Lab. Keterampilan Medik

dr. Isna Kusuma Nintyastuti , Sp.M

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 1
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

SKENARIO

Anda adalah dokter yang bertugas di klinik pratama. Pasien adalah seorang wanita
usia 27 tahun dengan keluhan demam mendadak tinggi selama 3 hari. Setelah
melakukan anmnesis dan pemeriksaan fisik, anda menyimpulkan bahwa pasien tersebut
mengalami rhinofaringitis akut ec suspek viral. Anda memutuskan memberikan pasien
paracetamol untuk mengurangi demam dan nyeri.
• Bentuk sediaan obat apa yang sesuai dengan kondisi pasien serta jenis obat
yang akan diberikan?
• Apa alasan anda memilih bentuk sediaan obat tersebut?
• Apa kelebihan dan kekurangan bentuk sediaan tersebut?
• Apa alternatif bentuk sediaan obat dan kekuatannya selain yang anda
rencanakan?

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

TUJUAN PEMBELAJARAN
• TARGET KOMPETENSI
• Mahasiswa mampu melakukan terapi nebulisasi.
• Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan bentuk sediaan obat.
• Mahasiswa mampu memilih bentuk sediaan obat.
• Mahasiswa mengetahui macam-macam bentuk sediaan obat.
• Mahasiswa mengetahui macam-macam kadar sediaan obat.
• Mahasiswa mengetahui kelebihan dan kekurangan bentuk sediaan obat.
• Mahasiswa mengetahui indikasi dan kontraindikasi penggunaan bentuk
sediaan obat.
• Mahasiswa mengetahui arti kode obat.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 3
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

• KATEGORI KOMPETENSI
Kategori keterampilan klinis dokter berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
tahun 2012 adalah :
Tingkat kompetensi 4 (Does) : Mampu melakukan secara mandiri
§ 4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
§ 4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internship dan/ atau
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
• KETERAMPILAN KLINIS
Tingkat keterampilan klinis: 4, yaitu mampu melakukan secara mandiri
Tabel 1.1. Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode Pembelajaran dan Metode
Penilaian untuk setiap tingkat kemampuan1
KRITERIA Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4
Mampu
melakukan secara
Tingkat mandiri
Keterampilan Mampu melakukan di bawah
Klinis supervisi
Memahami clinical reasoning dan problem solving
Mengetahui teori keterampilan
Melakukan pada
pasien
Metode Mampu melakukan di bawah
Pembelajaran supervisi
Memahami clinical reasoning dan problem solving
Mengetahui teori keterampilan
Penyelesaian Objective Workbased
kasus secara Structured Asessment
Metode
Ujian Tulis tertulis dan / Clinical seperti mini – CEX
Penilaian
atau lisan (oral Examination , portofolio,
test) ( OSCE) logbook, dsb

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 4
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

PIRAMIDA PEMBELAJARAN

Kuliah

Membaca

Mendengar dan Melihat

Demontrasi

Diskusi Kelompok

Mengajar orang lain – Aplikasi langsung

Latihan Mandiri

Gambar 1. Learning Pyramid 2

!
INGAT !
§ Sesering mungkin latihan mandiri hingga dapat menguasai keterampilan
dengan kompetensi tingkat 3 dan 4

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 5
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

RENCANA PEMBELAJARAN

ALOKASI WAKTU

Tabel 2.1. Tabel Rencana Alokasi Waktu


Yang
No. Isi Ket.
Terlibat
1. Pertemuan ke-0 Video Seluruh
dosen
instruktur
dan
mahasiswa
2. Pertemuan I Demo instruktur Dosen 3 x 50
- Menit 0-30 : dosen instruktur melakukan instruktur menit
penyamaan persepsi di ruang tramed dan
- Menit 31-100 : pelaksanaan demo instruktur mahasiswa
(durasi tergantung banyaknya materi)
- Menit 101-150 : latihan terstruktur

3. Pertemuan II dan III Latihan terstruktur I dan II Mahasiswa 3 x 50


• Mahasiswa melakukan role play dan setelahnya didampingi menit
wajib diberikan umpan balik oleh dosen dosen
instruktur instruktur

4. Pertemuan IV Latihan mandiri Dosen 3 x 50


• Menit 0-50: mahasiswa melakukan sendiri instruktur menit
• Menit 51-90: feedback review oleh dosen dan
instruktur mahasiswa
• Menit 91-100 : pelaksanaan post-test

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 6
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

TATA TERTIB
1. Peserta wajib hadir tepat waktu dalam setiap kegiatan keterampilan medik bila
terlambat ≥ 15 menit peserta dilarang masuk.
2. Peserta harus berpakaian rapi dan sopan, dilarang memakai jeans, kaos oblong,
rok mini, legging/celana ketat.
3. Peserta wajib memakai jas laboratorium dan tanda pengenal sewaktu mengikuti
kegiatan keterampilan medik.
4. Peserta dilarang coret-coret di manekin, tembok, dan meja.
5. Peserta dilarang membuat gaduh sewaktu kegiatan keterampilan medik
berlangsung.
6. Peserta dilarang makan dan minum dalam kegiatan keterampilan medik.
7. Peserta wajib merapikan kembali alat-alat dan bahan-bahan yang telah digunakan.
8. Apabila peserta meminjam alat diharapkan dilakukan pengecekan terlebih dahulu
dan alat kembali dalam keadaan seperti semula.
9. Apabila terdapat kerusakan dalam peakaian alat dan bahan, peserta wajib
menggantinya.
10. Peserta dilarang memperbanyak buku dan checklist keterampilan medik tanpa
sepengetahuan laboratorium keterampilan medik.
11. Apabila berhalangan hadir segera menghubungi pengelola tramed untuk
menyelesaikan administrasi.
12. Syarat mengikuti ujian tertulis dan evaluasi praktek keterampilan medik:
• Absensi kehadiran minimal 80%, dibuktikan dengan lembar kehadiran
mahasiswa. Lembar kehadiran mahasiswa harus ditandatangani oleh
dosen/instruktur yang bersangkutan.
• Tidak ada tanggungan peminjaman alat.
• Tidak terdapat pelanggaran tata tertib keterampilan medik.
• Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian/evaluasi oleh koordinator keterampilan
medik.
13. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercantum dalam tata tertib ini akan diatur
kemudian.
14. Bila peserta melanggar tata tertib ini akan dikenai sanksi.

Mataram, Maret 2021


Ketua Lab Keterampilan Medik

dr. Isna Kusuma Nintyatuti, Sp.M, M.Sc

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 7
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

MATERI

DEFINISI DAN LATAR BELAKANG


Obat adalah unsur bahan aktif secara fisiologis, zat kimia, atau racun. Menurut
Permenkes RI No. 30/2014 dan Permenkes RI No. 35/2014, obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk memengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi,
untuk manusia.
Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai
dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang
digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat di
bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian
sediaan. Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan emulsi), bentuk sediaan
semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria), dan bentuk sediaan solida/padat
(tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk).
Kemampuan seorang dokter untuk memahami bentuk sediaan obat sangat
diperlukan dalam kemampuan klinik sehingga dokter mampu memilih bentuk sediaan
obat yang tepat dan tujuan dari pemberian obat tercapai.

GOLONGAN OBAT
No. Golongan Gambar/Lambang Keterangan.
1. Narkotika Merupakan obat atau zat yang
diperlukan dalam bidang pengobatan
dan ilmu pengetahuan yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan, ketagihan (adiksi) dan

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 8
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

dapat merugikan masyarakat serta


individu apabila digunakan tanpa
pembatasan dan tanpa pengawasan
dokter. Misalnya candu/opium, morfin,
petidin, metadon, dan kodein.
2. Psikotropika Merupakan zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Misalnya
golongan ekstasi, diazepam, dan
barbital/luminal.
3. Obat keras a. Obat Keras adalah obat yang hanya
(daftar G = dapat diperoleh dengan resep
geverlijk = dokter.
berbahaya) b. Memiliki takaran atau Dosis
Maksimum (DM) atau yang
tercantum dalam daftar obat keras
yang ditetapkan pemerintah.
c. Diberi tanda khusus lingkaran bulat
berwarna merah dengan garis tepi
hitam dan huruf “K” yang
menyentuh garis tepinya.
d. Semua obat baru, kecuali
dinyatakan oleh pemerintah
(Depkes RI) tidak membahayakan.
e. Semua sediaan
parenteral/injeksi/infus intravena
4. Obat bebas a. Obat bebas terbatas adalah obat
terbatas yang dijual bebas dan dapat dibeli
(daftar W = tanpa dengan resep dokter, tapi
waarschuwing disertai dengan tanda peringatan.
= peringatan) Tanda khusus untuk obat ini adalah
lingkaran berwarna biru dengan
garis tepi hitam.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 9
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

b. Khusus untuk obat bebas terbatas,


selain terdapat tanda khusus
lingkaran biru, diberi pula tanda
peringatan untuk aturan pakai
obat, karena hanya dengan takaran
dan kemasan tertentu, obat ini
aman dipergunakan untuk
pengobatan sendiri. Tanda
peringatan berupa empat persegi
panjang dengan huruf putih pada
dasar hitam yang terdiri dari 6
macam (P No.1 s/d P No. 6).

5. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dapat


dibeli secara bebas dan tidak
membahayakan pemakai apabila
digunakan dalam batas dosis yang
dianjurkan.
Obat bebas diberi tanda lingkatan bulat
berwarna hijau dengan garis tepi hitam.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 10
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN OBAT

Bentuk Sediaan Obat (BSO) diperlukan agar penggunaan senyawa obat/zat


berkhasiat dalam farmakoterapi secara aman, efisien, dan atau memberikan efek yang
optimal.
Umumnya BSO mengandung satu atau lebih senyawa obat/zat yang berkhasiat
dan bahan dasar/vehikulum yang diperlukan untuk formulasi tertentu.

TUJUAN BENTUK SEDIAAN OBAT


A. Melindungi obat dari faktor-faktor yang menimbulkan kerusakan baik di luar
tubuh maupun dalam tubuh
B. Menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan obat
C. Menyediakan kerja yang luas
D. Melengkapi kerja obat yang optimum (topikal, inhalasi)
E. Menyesuaikan sediaan yang cocok untuk:
a. obat yang tidak stabil dan tidak larut
b. setiap cara penggunaan
c. penyakit pada berbagai tubuh.
F. Membuat obat apat dikemas/dibentuk lebih menarik dan menyenangkan.

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERHATIKAN SAAT MEMILIH BENTUK SEDIAAN


OBAT
Dalam memilih BSO perlu memerhatikan sifat bahan obat, sifat sediaan,
kondisi penderita dan penyakitnya, harga, dan lain-lain. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan antara lain:
A. Umur penderita
• Anak balita sebaiknya diberikan per oral dalam bentuk sediaan cair (sirup,
elixir, suspensi, dan emulsi) karena lebih mudah diminum daripada bentuk
padat. Selain itu, bentuk sediaan padat yang masih dapat diberikan ialah
bentuk pulveres (puyer). Bentuk tablet atau kapsul sebaiknya dihindari bagi
anak berusia kurang dari lima tahun.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 11
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

• Orang dewasa lebih sering diberikan obat per oral dalam bentuk sediaan padat
(tablet/kapsul) daripada bentuk sediaan cair sebab bentuk sediaan padat
umumnya lebih stabil dalam penyimpanan.
• Geriatri yang mengalami kesulitan menelan sebaiknya diberikan bentuk
sediaan cair seperti pada anak-anak.
B. Keadaan umum penderita
• Penderita tidak sadar atau koma dipilihkan bentuk sediaan injeksi atau rektal.
C. Lokasi tubuh dimana obat harus bekerja
• Bersifat lokal pada bagian tubuh tertentu, bentuk sediaan dapat berupa
solutio/mixtura, suspensi/mixtura agitanda, dan unguentum/pasta. Bentuk
sediaan tersebut harus dibedakan menurut lokasi pemakaian seperti
penggunaan pada kulit berambut, kulit tidak berambut, kulit terluka, kulit utuh,
atau mukosa.
• Bersifat sistemik, bentuk sediaan dapat berupa sediaan cair atau padat. Jalur
pemberian dapat secara per oral, rektal, atau injeksi.
D. Kecepatan dan lama kerja obat yang dikehendaki
• Efek kerja cepat: Obat berbentuk sediaan injeksi lebih cepat diabsorpsi
daripada bentuk sediaan lain yang diberikan per oral atau per rektal.
• Efek kerja terkendali: Obat dengan bentuk sediaan tablet atau kapsul sustained
release dapat bekerja lebih lama daripada bentuk sediaan tablet atau kapsul
biasa sehingga pemberiaan obat cukup sekali atau dua kali sehari.
E. Bentuk terapeutik obat yang optimal dan efek samping yang minimal bagi penderita
Contoh:
• Emetin HCI, morphin HCI hanya dapat diberikan dalam bentuk sediaan injeksi,
tidak dalam bentuk oral.
• Zat Besi dalam bentuk sediaan cairan (oral) akan lebih mengiritasi saluran
pencernaan sehingga diberikan dalam bentuk sediaan tablet salut gula.
F. Bentuk sediaan yang paling sesuai bagi penderita
Contoh :
• Bahan oral yang sangat pahit (meskipun mudah larut dalam air) tidak diberikan
dalam bentuk sediaan cair tetapi akan lebih enak diberikan dalam bentuk
sediaan padat seperti tablet salut/kapsul. Obat semacam ini misalnya
kloramfenikol, kotrimoksazol, dan metronidazol.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 12
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

• Bahan obat yang berbau amis lebih dipilih dalam bentuk sediaan tablet
salut/kapsul dan lebih baik lagi bila dalam bentuk dragee (tablet bersalut gula).
Sebagai contoh, garam-garam Fe ( Ferosi Sulfat, Ferosi Klorida, dan Ferosi
Karbonas), apabila diberikan dalam bentuk sediaan cair maka akan terasa
seperti karat besi pada lidah dan sangat tidak menyenangkan.

JENIS BENTUK SEDIAAN OBAT


Bentuk sediaan obat (bentuk sediaan farmasi), obat dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Bentuk sediaan padat. Contohnya serbuk, tablet, kapsul, dan supositoria
2. Bentuk setengah padat. Contohnya salep (unguentum), krim, pasta, gel, dan salep
mata (occulenta)
3. Bentuk sediaan cair/larutan. Contohnya sirup, eliksir, suspensi, emulsi, obat tetes,
gargarisma, injeksi, dan infusa.
4. Bentuk sediaan gas. Contohnya inhalasi dan aerosol.

BENTUK SEDIAAN OBAT ORAL

BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO) PADAT

1. PULVIS dan PULVERES (Serbuk)


Sedian ini berisi bahan atau campuran obat yang homogen dengan atau
tanpa bahan tambahan, berbentuk serbuk dan relatif stabil serta kering. Serbuk ini
dapat digunakan untuk pemakaian oral (pulveres, dengan berat ideal 300 - 500 mg)
atau untuk pemakaian luar/topikal (pulvis adspersorius, serbuk tabur).
Sifat Pulveres :
• Cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk cairan
• Absorbsi obat lebih cepat dibanding dalam bentuk tablet
• Tidak cocok untuk obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan,
• Dirusak di lambung, iritatif, dan mempunyai dosis terapi yang rendah.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 13
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Sifat Pulvis adspersorius :


• Selain mengandung obat, juga mengandung bahan profilaksis atau pelicin
• Untuk luka terbuka sediaan harus steril
• Sebagai pelumas harus bebas dari organisme pathogen
• Bila menggunakan talk harus steril karena bahan-bahan tersebut sering
terkontaminasi spora dan kuman tetanus serta kuman penyebab gangren.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kefarmasian dan


tersedianya sediaan jadi dari pabrik farmasi maka penggunaan BSO pulveres dalam
preskripsi saat ini sudah terdesak oleh BSO lain (kapsul dan tablet). Namun untuk kondisi
tertentu (anak-anak dan lansia) atau tujuan tertentu (kecocokan dosis), BSO ini masih
tetap diperlukan dan lebih menguntungkan.
Preskripsi yang menggunakan BSO ini, kebanyakan formulanya disusun sendiri
oleh praktisi medik sehingga harus diketahui cara penulisannya yang benar. Sediaan jadi
bentuk pulveres yang diproduksi pabrik obat relatif sangat terbatas macam obatnya.
Kemasan sediaan jadi tersebut dalam bungkus (sachet) atau botol.

Gambar 2. Pulveres

2. TABULAE ( Compresio, Tablet)


Tablet merupakan sediaan padat yang kompak, dibuat secara kempa cetak,
berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung. Tablet mengandung
satu atau beberapa bahan obat dengan atau tanpa zat tambahan (berat tablet
normal antara 300-600 mg).
Sifat :
a. Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 14
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

b. Formulasi dan pabrikasi sediaan obat dapat memengaruhi bioavailaibilitas


bahan aktif.
c. Dengan teknik khusus dalam bentuk sediaan multiplayer, obat-obat yang dapat
berinteraksi secara fisik/kimia, interaksinya dapat dihindari
d. Tablet yang berbentuk silindris dalam perdagangan disebut Kaplet
Keuntungan bentuk sediaan tablet
a. Mempunyai ketepatan dosis yang lebih tinggi
b. Biaya pembuatan lebih murah dibanding bentuk sediaan oral lainnya
c. Mudah untuk dikemas
d. Mudah untuk ditelan
e. Dapat dibuat menjadi bentuk sustained released dengan menambahkan enteric
coating
f. Bau dan rasa dapat disembunyikan dengan teknik coating
g. Sesuai untuk produksi masal
h. Mempunyai kestabilan mikrobial kimia yang tinggi disbanding sediaan oral yang
lain
Kekurangan sediaan tablet
a. Tidak tepat untuk obat yang dapat dirusak oleh asam lambung dan enzim
pencernaan
b. Sulit ditelan oleh anak-anak atau pasien yang tidak sadarkan diri

Gambar 3. Tablet

Macam-macam tablet berdasarkan cara/metode pembuatan yang dikenal


A. TABLET HISAP ( LOZENGES )
Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan
bahan dasar beraroma dan manis yang dapat membuat tablet melarut atau hancur
perlahan dalam mulut.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 15
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Sifat lozenges:
• Tablet secara perlahan melarutkan dan melepaskan bahan aktif sehingga
absorbsi obat juga lambat dan obat berefek panjang.
• Untuk efek lokal, lamanya obat bekerja tergantung lamanya obat dapat tinggal
dalam rongga mulut.
• Merupakan bentuk sediaan pilihan, terutama untuk terapi lokal batuk dan
sumbatan nasal.
• Cocok untuk pasien yang mengalami kesulitan menelan dan cocok pula untuk
anak-anak

Gambar 4. Tablet Hisap


B. TROCHICI
Suatu sediaan tablet hisap yang dibuat dengan cara kempa, tablet ini disimpan
dalam suhu kamar 28° C.
Sifat trochici:
• Bentuk sediaan seperti donat untuk mencegah tersedak.
• Rasanya manis sehingga mudah diberikan pada anak-anak
• Mudah hancur dalam mulut dan beraksi langsung pada mukosa mulut, faring,
dan saluran nafas bagian atas.

Gambar 5. Trochici

C. TABLET SUBLINGUAL

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 16
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah sehingga zat
aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Sifat :
• Daya kerja cepat karena obat diabsorpsi di
mukosa mulut dan langsung masuk ke
sirkulasi sistemik
• Efek obat dapat bertahan lama untuk obat
yang mempunyai kelarutan tinggi.
• Obat tidak melalui metabolisme di hepar.
• Tidak cocok untuk obat yang rasanya pahit.
Gambar 6. Tablet
Sublingual
Cara pemakaian Obat:
1. Minum atau berkumurlah dengan sedikit air untuk melembabkan
2. Letakkan tablet di bawah lidah
3. Tutup mulut dan jangan menelan sampai tablet terdisolusi seluruhnya
4. Jangan makan, minum, atau merokok selama proses disolusi tablet
5. Jangan berkumur selama beberapa menit setelah tablet terdisolusi sempurna

Gambar 6. Pemberian tablet sublingual

D. TABLET KUNYAH ( CHEWABLE TABLET )


Tablet yang penggunaanya dengan dikunyah, memberikan residu dengan rasa
enak dalam rongga mulut, mudah ditelan, dan tidak meninggalkan rasa pahit. Tablet
ini umumnya menggunakan manitol, sorbitol, atau sukrosa sebagai pengikat dan
pengisi, serta mengandung bahan warna dan bahan aroma untuk meningkatkan
penampilan dan rasa.
Sifat :

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 17
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

• Tablet tidak mengandung bahan pemecah tablet sehingga perlu ketaatan


pemakaian agar efek optimal.
• Bahan aktif cepat dilepas oleh vehikulum sehingga obat cepat bekerja.
• enggunaannya dikunyah sehingga cocok untuk orang yang tidak bisa atau sulit
menelan dan orang tua yang tak bergigi.
• Cocok untuk obat golongan antasida
• Tidak cocok untuk bahan obat yang rasanya pahit

Gambar 7. Tablet Kunyah

E. TABLET EFFERVESCENT
Tablet effervescent selain mengandung zat aktif, juga mengandung campuran
asam (asam sitrat, asam tartat ) dan natrium bikarbonat sehingga bila dilarutkan dalam
air akan menghasilkan karbondioksida yang akan memberikan rasa segar.
Sifat:
• Memberikan rasa manis dan segar seperti limun
• Bahan aktif obat cepat terabsorbsi dan dapat mengurangi iritasi lambung
• Harga relatif mahal karena biaya produksi tinggi.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 18
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 8. Tablet Effervescent

F. TABLET SALUT
Tablet yang diberi sebuah selaput yang menutupi seluruh
permukaannya disebut tablet salut. Terdapat beberapa jenis tablet salut yang
tersedia di pasaran, yaitu antara lain:
1. Tablet salut gula
2. Tablet salut film
3. Tablet salut enterik
Tujuan penyalutan tablet:
1. Melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, atau cahaya.
2. Menutupi rasa dan bau tidak enak.
3. Membuat penampilan lebih baik dan mengatur tempat pelepasan obat
dalam saluran cerna.

1. Tablet Salut Gula (TSG)


Tablet disalut dengan gula dalam bentuk suspensi dalam air dan
mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 19
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

titanium dioksida, gom akasia atau gelatin sehingga berat tablet bertambah 30-
50%.
Sifat:
• Mudah ditelan dibanding tablet biasa
• Aktif lebih stabil dibanding tablet biasa
• Cocok untuk obat yang rasa dan bau tidak menyenangkan
• Dengan penyalutan memperlambat tersedianya obat diabsorbsi karena
terlambatnya sediaan pecah.

2. Tablet Salut Film (TSF)


Sediaan ini merupakan tablet kempa cetak yang disalut dengan bahan
yang merupakan derivat cellulose ( film ) yang tipis/transparan dan hanya
menambah berat tablet 2-3%
Sifat:
• Bahan aktif lebih stabil dibanding tablet biasa.
• Cocok untuk bahan obat yang rasa dan bau tidak menyenangkan.

3. Tablet Salut Enterik (TSE)


Sediaan ini disalut dengan tujuan untuk menunda pelepasan obat
sampai tablet melewati lambung, kemudian tablet pecah dan melarutkan obat
di usus.
Sifat:
• Absorbsi obat baru terjadi didalam usus
• Bentuk ini tepat untuk bahan obat yang iritatif terhadap lambung, dirusak
oleh asam lambung dan enzim pencernaan.
• Tidak tepat untuk bahan campuran pulveres atau potio serta pemberian
yang dalam bentuk tidak utuh.

Gambar 9. Tablet Salut

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 20
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

G. TABLET MULTILAYER
Bahan obat dicetak menjadi tablet kemudian ditambah granulasi
diatas tablet yang dilakukan berulang-ulang sehingga terbentuk tablet
multiplayer.

Gambar 10. Tablet Multilayer

H. TABLET PELEPASAN TERKENDALI


Tablet ini dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif tersedia selama
jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Sediaan ini ditelan secara utuh,
tidak boleh dikunyah atau digerus. Ada sediaan pelepasan terkendali yang
devide dose artinya bisa dipotong menjadi beberapa bagian dan tetap
berfungsi sebagai sediaan pelepasan terkendali (contoh: Quibron-TSR)
Sifat:
• Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan
• Pelepasan bahan aktif dari sediaan pelepasan terkendali dapat melalui
difusi, dilusi, osmotic pressure, atau ion exchange.
• Mempertahankan efek terapi untuk batas waktu yang lama
• Mengurangi frekuensi pemberian sehingga ketaatan pasien bertambah.
• Harga lebih mahal.
Istilah efek diperpanjang (prolong action), efek pengulangan (repeat
action), dan pelepasan lambat (sustained action) telah digunakan untuk
menyatakan sediaan pelepasan terkendali tersebut. Istilah yang sering
digunakan oleh pabrik obat antara lain retard, Time Release (TR), dan
Sustained Release (SR).

Gambar 11. Tablet Sustained Released


Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 21
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

3. KAPSUL
Sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah padat
dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus cangkang yang dapat larut setelah
masuk GIT. Bentuk kapsul bulat atau bulat panjang (lonjong) sehingga mudah ditelan
oleh karena itu disukai penderita.
Macam – macam kapsul berdasarkan bahan baku cangkang kapsul, yaitu:
a. Kapsul lunak
b. Kapsul keras

a. Kapsul lunak ( soft capsule ):


Berisi bahan obat berupa minyak atau larutan obat dalam minyak. Sifat:
• Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
• Dapat menutupi bau dan rasa yang tidak menyenangkan
• Absorbsi obat lebih baik daripada kapsul keras karena bentuk ini setelah
cangkangnya larut obat langsung dapat diabsorbsi.
• Sediaan ini tidak dapat diberikan dalam bentuk sediaan pulveres

Gambar 12. Kapsul Lunak

b. Kapsul keras ( hard capsule )


Berisi bahan obat yang kering dapat berupa serbuk atau granula, dengan atau
tanpa bahan tambahan.
Sifat:
• Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi Dapat menutupi bau
dan rasa yang tidak menyenangkan.
• Tepat untuk obat yang mudah teroksidasi, bersifat higroskopik, dan
mempunyai rasa dan bau yang tidak menyenangkan.
• Kapsul lebih mudah ditelan dibandingkan bentuk tablet.
• Setelah cangkang larut dilambung, bahan aktif terbehas serta terlarut dan
proses absorpsi baru terjadi.
• Berdasar formulasi bahan obat dan bahan tambahan, diperdagangan
dikenal pula sediaan kapsul yang larutnya dalam usus (enteric capsulae, EC)
dan sediaan lepas lambat (slow release capsulae, SRC)

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 22
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 13. Kapsul Keras

4. SUPPOSITORIA
Suatu bentuk sediaan obat yang cara penggunaanya dengan memasukkan ke
dalam salah satu rongga tubuh. Suppositoria yang dimasukkan rektum disebut
suppositoria rektal dan bertujuan untuk efek lokal atau sistemik. Suppositoria yang
dimasukkan vagina disebut ovula dan untuk tujuan efek lokal.
Untuk tujuan sistemik, bentuk suppositoria cocok untuk obat-obat yang:
a. mengiritasi dan toksik di gastrointestinal
b. tidak stabil pada pH gastrointestinal
c. dirusak oleh enzim di gastrointestinal
d. mempunyai rasa tidak menyenangkan.

Pemilihan bentuk suppositoria dalam preskripsi perlu diperhatikan tentang


a. Cara penggunaan dan waktunya, agar mendapatkan efek yang optimal
b. optimal ( pagi hari setelah defekasi
c. menjelang tidur, sambil tiduran ).
d. Absorbsi bahan aktif sering tidak sempurna.
e. Dapat menyebabkan proctitis
Sediaan ini cocok untuk pasien :
a. Mual, muntah ,post operasi, gangguan mental, atau tak sadar
b. Terlalu muda (bayi) atau terlalu tua (lansia)

Gambar 14. Suppositoria

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 23
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO) CAIR


1. SOLUTIO
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih bahan obat/zat kimia yang
terlarut (solute) dan bahan pembawa (solven) yaitu air, alkohol, atau pelarut lain dengan
atau tanpa bahan tambahan lain (pemanis, penambah kelarutan, dll).
Sifat:
- Obat homogen dan absorbsi obat cepat
- Untuk obat luar mudah pemakaiannya
- Cocok untuk penderita yang sukar menelan, anak-anak, dan manula
- Volume pemberian besar
- Tidak dapat diberikan untuk obat-obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan.
- Bagi obat yang rasanya pahit dan baunya tidak enak perlu bahan tambahan
pemanis (corrigen saporis)

2. SIRUP (Syrupus)
Penggunaan istilah Sirup digunakan untuk:
1. Bentuk sediaan cair yang mengandung saccharosa (sukrosa, gula pasir) atau
pemanis lain.
2. Larutan sukrosa dalam air dengan konsentrasi 64-66% hampir jenuh dengan air.
3. Sediaan sirup yang dibuat dengan pengental, termasuk suspensi oral (misal Sirup
Ampicillin)
Sifat:
- Homogen.
- Bentuk kental dan berasa manis.
- Cocok untuk anak-anak maupun dewasa.

Sirup Kering (Dry Syrup)


Suatu sediaan padat yang berupa serbuk atau granula yang terdiri dari bahan
obat, pemanis, perasa/aroma, stabilisator, dan bahan lainnya, kecuali pelarut. Apabila
akan digunakan ditambah pelarut (air) dan akan menjadi bentuk sediaan suspensi.
Sifat:
- Pada umumnya bahan obat adalah antimikroba atau bahan kimia lain yang tidak
larut dan tidak stabil dengan bentuk cairan dalam penyimpanan lama.
- Memberikan rasa enak sehingga cocok untuk bayi dan anak.
- Kecepatan absorbsi obat tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel.
- Apabila sudah ditambahkan aquadest, hanya bertahan ± 7 hari pada suhu kamar,
sedang pada lemari pendingin ± 14 hari.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 24
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 15. Sirup Kering


3. SUSPENSI
Sediaan cair yang mengandung bahan padat dalam bentuk halus yang tidak
larut tetapi terdispersi dalam cairan/vehiculum, umumnya mengandung stabilisator
untuk menjamin stabilitasnya, penggunaannya dikocok dulu sebelum dipakai.
Sifat:
- Cocok untuk penderita yang sukar menelan, anak-anak, dan manula
- Bisa ditambah pemanis dan perasa sehingga rasanya enak
- Volume pemberiannya besar
- Kecepatan absorbsi obat tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel yang
terdispersi

4. ELIXIR
Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven untuk mengurangi
jumlah etanol bisa juga ditambah kosolven lain seperti gliserin dan propilenglikol
tetapi etanol harus ada agar dapat dinyatakan sebagai elixir. Kadar alkohol antara 3-
75%, biasanya sekitar 3-15%, kegunaan alkohol selain sebagai pelarut, juga sebagai
pengawet atau korigen saporis.
Sifat:
- Cocok untuk penderita yang sukar menelan
- Karena mengandung alkohol, hati-hati untuk penderita yang tidak tahan terhadap
alkohol atau menderita penyakit tertentu
- Elixir kurang manis dan kurang kental dibandingkan bentuk sediaan sirup.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 25
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 16. Sirup Elixir


5. TINGTURA
Larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan
atau senyawa kimia.
Sifat:
- Homogen dan bahan obat lebih stabil
- Kadar alkohol yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
- Karena berisi beberapa komponen, adanya cahaya matahari dapat terjadi
perubahan fotosintesis

6. GARGARISMA
Sediaan cair yang cara pemakaiannya dengan dikumur sampai ke tenggorokan.
Cairan tersebut ada yang boleh ditelan dan ada yang tidak boleh ditelan sehingga perlu
diperhatikan kemasan dan aturan pemakaiannya.

Gambar 17. Gargarisma


7. GUTTAE (Tetes, drop)
Sediaan cair yang pemakaiannya dengan cara meneteskan.

Tetes Oral (Oral Drop)


Sifat:
- Volume pemberian kecil sehingga cocok untuk bayi dan anak-anak
- Pada umumnya ditambahkan pemanis, perasa, dan bahan lain yang sesuai dengan
bentuk sediaannya
- Bahan obatnya berkhasiat sebagai antimikroba, antipiretika, vitamin, antitusif, dan
dekongestan.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 26
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 18. Guttae

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 27
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

BENTUK SEDIAAN OBAT NASAL

BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO) YANG CARA PENGGUNAANNYA DENGAN DIHIRUP


SEDIAAN BENTUK GAS/AEROSOL
Bentuk sediaan obat gas/aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau
lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan, berisi propelan yang cukup untuk
memancarkan isinya hingga habis.
Cara penggunaanya dengan ditekan pada tutup botol sehingga memancarkan
cairan dan atau bahan padat dalam media gas. Produk aerosol dapat dirancang untuk
mendorong keluar isinya dalam bentuk kabut halus, kasar, semprotan basah, kering,
atau busa.

INHALASI
Sediaan obat dalam bentuk padat atau larutan yang diberikan lewat nasal atau
lewat mulut dengan cara dihirup dengan maksud untuk kerja setempat pada cabang-
cabang bronkus atau untuk efek sistemik melalui paru-paru.

SPRAY
Sediaan obat bentuk larutan air atau minyak dalam tetesan kasar atau sebagai
zat padat yang terbagi halus untuk digunakan secara topikal, melalui saluran hidung,
faring, atau kulit.
Sifat:
- Merupakan suatu sistem koloid lipofob, dapat berupa cairan ukuran partikel antara
2-6 mikron untuk pemakaian sistemik
- Bahaya kontaminasi dapat dihindari
- Dapat dipakai pada daerah yang dikehendaki
- Dapat digunakan sebagai obat dalam (inhalasi) maupun obat luar.
- Mudah cara penggunaanya
- Untuk topikal dapat dihindari efek iritatif
- Harganya mahal karena biaya produksi tinggi

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 28
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 19. Spray

PETUNJUK PENGGUNAAN OBAT INHALASI


Terdapat beberapa alat pemberian obat inhalasi, yaitu:
1. Nebulizer
2. Metered-dose inhaler (MDI)
3. Dry powdered inhaler (DPI)

Tabel 3.3 Panduan penggunaan tipe perangkat pemberian aerosol (aerosol delivery
device types)
Sistem Aerosol Rekomendasi Usia
Nebulizer ≤2 tahun
Metered-dose inhaler >5 tahun
MDI dengan spacer >4 tahun
MDI dengan spacer dan masker ≤4 tahun
Breath-actuated MDI (autohaler) >5 tahun
DPI ≥5 tahun

1. NEBULIZER
Nebulizer digunakan dengan cara menghirup larutan obat yang telah diubah
menjadi bentuk kabut. Pneumatic jet nebulizer merupakan generator aerosol tertua,
desain dan dasar serta cara kerjanya banyak mengalami perubahan dalam 30 tahun
terakhir. Terdapat jenis nebulizer lain yakni ultrasonic nebulizer yang menggunakan
energi listrik untuk mengubah cairan menjadi droplet-droplet yang dapat di hirup.
Generasi nebulizer yang terbaru menggunakan teknologi mesh12.
Bagian-bagian utama nebulizer:
1. Kompresor 3. Nebulizer cup
2. Mouthpiece 4. Selang

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 29
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

1
3

Gambar 20. Komponen nebulizer


Keterangan: (1) Kompresor, (2) Mouthpiece, (3) Nebulizer cup, (4) Selang

Langkah-langkah penggunaan nebulizer:


1. Letakkan kompresor pada tempat yang kokoh, lalu hubungkan dengan arus listrik
2. Susunlah bagian-bagian nebulizer secara tepat
3. Cucilah tangan dengan sabun dan keringkan
4. Jika obat tidak tersedia dalam satu ampul untuk sekali pakai maka ukur obat dengan
syringe
5. Bukalah nebulizer cup, masukkan obat yang akan digunakan ke dasar cup
6. Hubungkan nebulizer cup dengan mouthpiece
7. Pasang selang hingga terhubung dengan nebulizer cup dan kompresor
8. Duduklah tegak lurus
9. Jika menggunakan masker, pasanglah dengan benar hingga tidak ada udara keluar
10. Jika menggunakan mouthpiece, masukkan ke dalam mulut lalu katupkan bibir rapat-
rapat hingga tidak ada udara keluar
11. Hidupkan kompresor dengan menekan “on”. Setelah kompresor hidup, akan
terlihat kabut tipis keluar dari sisi mouthpiece
12. Bernapaslah melalui mulut secara perlahan dan dalam. Usahakan menahan 2-3
detik pada setiap tarikan. Lanjutkan sampai seluruh obat dalam cup habis (7-10
menit). Kocok cup untuk memastikan obat telah habis.
13. Matikan kompresor dan cuci nebulizer setelah digunakan.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 30
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

A. Memasukkan obat ke B. Sambungkan nebulizer


dalam nebulizer cup cup dengan mouthpiece

C. Sambungkan selang ke D. Pasangkan mouthpiece


dalam kompresor dengan rapat dan hirup obat

Gambar 21. Penggunaan nebulizer

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 31
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Mencuci Nebulizer
1. Setiap kali selesai menggunakan nebulizer, cucilah nebulizer cup dengan air hangat
dan keringkan.
2. Setelah penggunaan terakhir setiap harinya, cuci masker dan mouthpiece dengan
air hangat bersabun dan keringkan.
3. Tidak perlu membersihkan selang
4. Setiap 3 hari setelah alat-alat tersebut dicuci, cuci lagi dengan air cuka sebagai
desinfektan. Campur ½ gelas cuka dengan ½-1 gelas air. Rendam 30 menit lalu
dibilas dengan air mengalir kemudian dikeringkan.
5. Tutuplah kompresor dengan kain bersih ketika tidak digunakan dan jaga
kebersihannya.

2. METERED-DOSE INHALER (MDI)


Satu produk MDI mengandung 60 hingga 400 dosis (semprotan). Contoh
produk: Alupent®, Becotide®, Berotec®, Bricasma®, Seretide®, Ventolin®.

Langkah-langkah penggunaan MDI:


1. Bukalah tutup inhaler, lalu kocok inhaler
2. Buang napas perlahan sampai tidak ada udara yang
keluar lagi
3. Pegang inhaler 2,5-5 cm depan mulut
4. Mulai menarik napas melalui mulut perlahan dan
tekan inhaler satu kali
5. Tetap tarik napas perlahan melalui mulut sedalam
mungkin selama 3-5 detik
6. Tahan napas selama 10 detik supaya obat dapat
masuk ke paru-paru dengan sempurna
7. Ulangi langkah 2-6 jika diperlukan lebih dari satu kali Gambar 22. Cara
semprotan. Tunggu 1 menit sebelum semprotan penggunaan MDI
berikutnya

Cara membersihkan
Lihat ke dalam lubang keluar obat dari inhaler, jika terdapat residu maka
inhaler perlu dibersihkan. Lepaskan canister/tabung berisi obat dari mouthpiece, cuci
mouthpiece dan tutupnya saja dalam air hangat. Biarkan mengering selama 12 jam.
Setelah kering, masukkan canister dan tutup mouthpiece-nya.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 32
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Cara mengetahui dosis yang masih tersedia


Pada sediaan tertentu, MDI memiliki penghitung dosis sehingga jumlah dosis
yang masih tersis dapat dilihat dalam penghitung dosis yang sudah ada pada perangkat
MDI. Cara lain untuk mengetahui kapan harus mengganti canister adalah dengan
memperhatikan dosis total dalam MDI dengan banyaknya pemakaian/semprotan dalam
sehari. Sebagai contoh jika canister berisi obat untuk 200 semprot dan digunakan 8 kali
tiap hari maka canister dapat digunakan selama 25 hari.

MDI dengan SPACER


Spacer adalah alat bantu untuk lebih memudahkan penggunaan MDI. Spacer
berlaku sebagai tempat penahan obat agar tetap dalam bentuk aerosol setelah inhaler
ditekan sampai mulai dihirup. Bila menggunakan spacer maka hirupan dapat dilakukan
lebih pelan dan lebih lama, juga mengurangi kemungkinan obat hilang di permukaan
lidah dan kerongkongan.

Manfaat spacer adalah sebagai berikut:


• Memungkinkan penderita menghisap obat beberapa kali dari satu kali semprotan
MDI
• Memaksimalkan usaha agar seluruh obat masuk ke paru-paru
• Membantu penggunaan inhaler pada anak-anak (anda dapat membantu menekan
MDI)

Langkah-langkah menggunakan MDI dengan spacer


1. Pastikan spacer dalam kondisi baik/tidak rusak
2. Bukalah tutup MDI, lalu kocok MDI
3. Pasang spacer pada mouthpiece. Jika spacer
berbentuk mouthpiece, maka masukkan ke
dalam mulut dan katupkan bibir dengan rapat
pada spacer tersebut sampai tidak ada udara
yang bisa keluar. Jika spacer berbentuk masker
maka pasang masker pada wajah dengan rapat
Gambar 23. Cara penggunaan
4. Tekan MDI 1 kali
MDI dengan spacer
5. Tarik napas melalui mulut secara perlahan dan
dalam, tahan napas selama 10 detik
6. Ulangi langkah 2-6 jika diperlukan lebih dari satu kali semprotan. Tunggu 1 menit
sebelum semprotan berikutnya
7. Cuci spacer sesuai keterangan dari pabriknya

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 33
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

3. DRY POWDERED INHALER (DPI)


DPI adalah inhaler yang obatnya dalam bentuk serbuk kering. Keuntungan DPI
tidak perlu mengatur waktu penyemprotan obat yang harus bersamaan dengan saat
menghirupnya. Contoh : Pulmicort turbuhaler dan Spiriva Handihaler.

Tabel 3.4 Formulasi DPI aerosol


Desain Perangkat Obat Sistem Dosis
Unit Dose Aerolizer Formoterol Kapsul
Handihaler Tiotropium Kapsul
Salmeterol dan
Multidose Diskus flutikason, salmeterol Blister strip
Turbuhaler Budesonide Drug resevoir
Twisthaler Flutikason Drug reservoir

a. Aerolizer
Cara pemakaian:
1. Lepaskan penutup mouthpiece
2. Pegang basis inhaler dan putar mouthpiece ke arah berlawanan jarum jam
3. Lepaskan kapsul dari foil blister segera sebelum digunakan; jangan
menyimpan kapsul dalam aerolizer
4. Tempatkan kapsul pada chamber pada basis inhaler
5. Pegang basis inhaler dan putar searah jarum jam untuk menutupnya
6. Secara simultan, tekan tombol; hal ini akan menusuk kapsul
7. Jaga bagian atas (head) posisi tegak
8. Jangan menghembuskan napas ke dalam perangkat
9. Pegang perangkat secara horizontal dengan tombol pada kiri dan kanan
10. Tempatkan mouthpiece ke dalam mulut dan katupkan bibir pada sekitar
mouthpiece
11. Bernapas secepat dan sedalam mungkin
12. Lepas mouthpiece dari mulut dan tahan napas 10 detik (selama senyaman
mungkin)
13. Jangan hembuskan napas ke dalam perangkat
14. Buka chamber dan periksa kapsul; jika masih ada serbuk, ulangi proses
inhalasi
15. Setelah penggunaan, lepaskan dan buang kapsul
16. Tutup mouthpiece dan ganti penutupnya
17. Simpan di tempat sejuk dan kering

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 34
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 24. Aerolizer

B. Handihaler
Contoh: pada Spiriva handihaler.
Komponen-komponen handihaler
1. Dust cup (penutup)
2. Mouthpiece
3. Base (bagian dasar)
4. Piercing button (tombol)
5. Center chamber (tempat untuk memasukkan obat)

Gambar 25. Handihaler dan Komponennya

Cara penggunaan handihaler


6. Persiapkan obat terlebih dulu dengan membuka blister obat. Blister hanya boleh
dibuka sesaat sebelum digunakan.
7. Buka bagian tutup dengan menariknya ke atas kemudian mouthpiece juga ditarik
ke atas
8. Masukkan obat ke dalam center chamber
9. Tutuplah mouthpiece sampai bunyi “klik”
10. Pegang handihaler dengan mouthpiece berada di atas, tekan tombol sebanyak
satu kali kemudian lepaskan (gerakan ini bertujuan untuk membuat lubang pada
obat agar isi bisa terhirup)
11. Hembuskan napas, masukkan handihaler ke dalam mulut lalu katupkan bibir pada
mouthpiece. Tarik napas sampai terasa penuh, tahan sambil mengeluarkan
handihaler dari mulut. Ulangi langkah ini untuk memastikan semua dosis dalam
satu obat telah terhirup.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 35
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 26. penggunaan handihaler

Cara Membersihkan Handihaler


1. Setelah selesai buka dust cup dan mouthpiece
2. Buka bagian dasar (base) dengan menarik tombol ke atas, bersihkan dengan air
hangat. Jangan menggunakan deterjen atau cairan pembersih apapun
3. Keringkan selama 24 jam, biarkan bagian-bagian tersebut terbuka
4. Jangan menggunakan handihaler dalam keadaan basah

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 36
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

c. Diskus
Cara Pemakaian
1. Buka perangkat
2. Geser tuas dari kiri ke kanan
3. Bernapas normal; jangan hembuskan napas ke perangkat
4. Tempatkan mouthpiece ke mulut dan katupkan bibir rapat disekitar
mouthpiece
5. Jaga perangkat tetap horizontal selama menginhalasi dosis dengan cepat dan
stabil
6. Lepaskan mouthpiece dari mulut dan tahan napas selama 10 detik (selama
senyaman mungkin)
7. Pastikan tidak menghembuskan napas ke dalam perangkat
8. Simpan perangkat pada tempat yang sejuk.
9. Observasi penghitung dosis untuk mengetahui dosis yang masih tersedia dan
ganti di saat yang tepat.

Gambar 27. Penggunaan Diskus

d. Turbuhaler
Turbuhaler digunakan dengan cara mengisap satu dosis obat ke dalam mulut,
kemudian diteruskan ke paru-paru. Pasien tidak akan kesulitan menggunakan
turbuhaler karena tidak perlu menyemprotkan obat terlebih dahulu.
Satu produk turbuhaler mengandung 60 hingga 200 dosis. Terdapat indikator
dosis yang akan memberitahu pengguna jika obat hampir habis. Contoh produk:
Bricasma®, Pulmicort®, dan Symbicort®.
Dua langkah penggunaan Pulmicort turbuhaler yaitu penyiapan dosis dan
menghirup obat.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 37
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Penyiapan dosis obat:


1. Putar dan angkatlah penutupnya
2. Untuk memberikan dosis yang tepat, Pulmicort® turbuhaler harus dipegang tegak
dengan mouthpiece berada di atas
3. Putar pegangan bagian bawah ke kanan secara penuh, kemudian putar kembali
ke kiri sampai terdengar bunyi “klik”.

Menghirup Obat:
1. Buanglah napas sampai tidak ada lagi udara keluar tetapi jangan lakukan di
depan Pulmicort® turbuhaler yang sudah dipersiapkan
2. Pada saat menghirup, posisikan turbuhaler mendatar
3. Masukkan mouthpiece ke dalam mulut lalu katupkan bibir dengan rapat. Hirup
obat dari turbuhaler melalui mulut secara perlahan-lahan dan dalam
4. Lepaskan mouthpiece dari mulut. Tahan napas 5-10 detik, setelah itu
hembuskan perlahan
5. Jika diperlukan lebih dari satu dosis, tunggu 30 detik sebelum menghirup dosis
selanjutnya
6. Setelah selesai, pasang kembali tutupnya
7. Berkumurlah dengan air

Gambar 28. Penggunaan turbuhaler

e. Rotahaler
Rotahaler digunakan dengan cara yang mirip dengan turbuhaler.
Perbedaannya adalah setiap kali akan menghisap obat, rotahaler harus diisi dulu dengan
obat yang berbentuk kapsul (rotacap). Jadi rotahaler hanya berisi satu dosis obat.
Rotahaler sangat cocok untuk anak-anak dan usia lanjut. Contoh produk: Ventolin®
rotacap.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 38
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Langkah penggunaan rotahaler


1. Masukkan kapsul bagian transparan ke lubang
Rotahaler yang sudah disediakan

2. Pegang puncak Rotahaler dengan satu tangan


dan putar bagian dasar Rotahaler sampai kapsul
yang dimasukan tadi terbuka didalam

3. Bernapas melalui mulut. Tempatkan mouthpiece


antara gigi dan katupkan mulut, kemudian
bernapas dalam lewat mulut.

4. Lepaskan Rotahaler dari mulut tetapi jangan


buka mulut lebar. Tahan napas sampai 10 detik.

f. Twisthaler
Cara pemakaian
1. Pegang inhaler lurus dengan bagian merah muda (dasar) di bagian bawah.
2. Lepaskan tutup ketika sedang dalam posisi tegak untuk memastikan dosis yang
tepat dilepaskan.
3. Pegang dasar merah muda dan memutar tutup berlawanan arah jarum jam
untuk melepaskannya
4. Karena tutup diangkat, penghitung dosis (dose counter) akan dihitung mundur
1 (berkurang 1 dosis). Tindakan ini menyebabkan dosis siap hirup.
5. Pastikan panah menjorok terletak di bagian putih (di atas merah muda/bagian
dasar) menunjuk ke penghitung dosis (dose counter)

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 39
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

6. Hembuskan napas normal (tidak menghembuskan napas ke dalam perangkat).


7. Tempatkan mouthpiece ke dalam mulut dengan menghadap ke arah pasien,
dan menutup bibir rapat di sekitarnya.
8. Tarik napas dosis dengan aliran yang cepat dan mantap sambil memegang
Twisthaler secara horisontal.
9. Lepaskan mouthpiece dari mulut dan menahan napas selama 5 sampai 10
detik.(atau selama senyaman mungkin)
10. Pastikan untuk tidak menghembuskan napas ke dalam perangkat.
11. Segera ganti tutup, putar searah jarum jam, dan dengan lembut tekan ke
bawah sampai Anda mendengar bunyi klik.
12. Tutup Twisthaler untuk memastikan bahwa dosis berikutnya dimuat dengan
benar.
13. Pastikan bahwa panah sejalan dengan indikator dosis-counter.
14. Simpan perangkat di tempat kering yang sejuk.
15. penghitung dosis (dose counter) akan menampilkan jumlah dosis yang tersisa.
Ketika unit membaca 01, menunjukkan dosis yang tersisa. Ketika indikator
tertulis menunjukkan 00 maka perangkat dapat dibuang.

Gambar 29. Twisthaler

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 40
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

BENTUK SEDIAAN OBAT TOPIKAL

Definisi Topikal
Kata topikal berasal dari bahasa Yunani yaitu topikos yang artinya berkaitan
dengan daerah permukaan tertentu. Dalam literatur lain, kata topikal berasal dari kata
topos yang berarti lokasi atau tempat. Secara luas obat topikal didefinisikan sebagai
obat yang dipakai di tempat lesi.

Berbagai bentuk sediaan obat topikal


Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat
pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen yang memiliki efek
terapeutik, sedangkan zat pembawa (vehikulum) adalah bagian inaktif dari sediaan
topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan
kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi,
dan menyenangkan secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam zat
pembawa dan kemudian mudah dilepaskan.
Untuk mendapatkan sifat zat pembawa yang demikian maka ditambahkan
bahan atau unsur senyawa tertentu yang berperan dalam memaksimalkan fungsi dari
zat pembawa.

Farmakokinetik Umum Sediaan Obat Topikal


Farmakokinetik sediaan topikal secara umum menggambarkan perjalanan
bahan aktif dalam konsentrasi tertentu yang diaplikasikan pada kulit dan kemudian
diserap ke lapisan kulit, selanjutnya didistribusikan secara sistemik. Mekanisme ini
penting dipahami untuk membantu memilih sediaan topikal yang akan digunakan dalam
terapi.
Secara umum perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasikan melewati tiga
kompartemen yaitu permukaan kulit, stratum korneum, dan jaringan sehat. Stratum
korneum dapat berperan sebagai reservoir bagi vehikulum, tempat sejumlah unsur
pada obat masih berkontak dalam permukaan kulit namun belum berpenetrasi tetapi
tidak dapat dihilangkan dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian.
Unsur vehikulum sediaan topikal dapat mengalami evaporasi, selanjutnya zat
aktif berikatan pada lapisan yang dilewati seperti pada epidermis dan dermis. Pada
kondisi tertentu sediaan obat dapat membawa bahan aktif menembus hipodermis.
Sementara itu, zat aktif pada sediaan topikal akan diserap oleh vaskuler kulit pada
dermis dan hipodermis. Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, terjadi tiga
interaksi :
1. Solute vehicle interaction: interaksi bahan aktif terlarut dalam vehikulum.
Idealnya, zat aktif yang terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mudah
dilepaskan. Interaksi ini telah ada dalam sediaan.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 41
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

2. Vehicle skin interaction: merupakan interaksi vehikulum dengan kulit. Saat


awal aplikasi fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.
3. Solute skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit.

BAHAN DASAR (VEHIKULUM)


Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan
terpenting yang harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai
pegangan ialah pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang
cair/basah, misalnya kompres; dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar
padat/kering, misalnya salep.
Bahan dasar atau bahan pembawa yang banyak dipakai :
1. Lanolin
Disebut juga adeps lanae, merupakan lemak bulu domba. Banyak digunakan pada
produk kosmetik dan pelumas. Sebagai bahan dasar salep, lanolin bersifat
hipoalergik diserap oleh kulit, memfasilitasi bahan aktif obat yang dibawa.
2. Paraben
Paraben (para-hidroksibenzoat) banyak digunakan sebagai pengawet sediaan
topikal. Paraben dapat juga bersifat fungisid dan bakterisid lemah. Paraben banyak
dipakai pada shampoo, sediaan pelembab, gel, pelumas, dan pasta gigi.
3. Petrolatum
Merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari hidrokarbon (jumlah karbon lebih
dari 25). Petrolatum (vaselin), misalnya vaselin album, diperoleh dari minyak bumi.
Titik cair 10-50o C, dapat mengikat kira-kira 30% air.
4. Gliserin
Berupa senyawa cairan kental, tidak berwarna, dan tidak berbau. Gliserin memiliki
3 kelompok hidroksil hidrofilik yang berperan sebagai pelarut dalam air.

Berdasarkan komponen penyusunnya, vehikulum dapat digolongkan dalam


monofasik, bifasik, dan trifasik.
Yang termasuk vehikulum monofasik di antaranya adalah bedak, salep, dan cairan.
Bedak kocok, pasta, dan krim tergolong dalam vehikulum bifasik. Sementara pasta
pendingin merupakan contoh vehikulum trifasik. Selain ketiga kelompok besar
vehikulum di atas, terdapat vehikulum lain yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah
satu golongan tersebut, yaitu jel.
Pembagian lain vehikulum adalah berdasarkan kelarutannya dalam air, yaitu
vehikulum hidrofobik dan vehikulum hidrofilik. Vehikulum hidrofobik meliputi berbagai
hidrokarbon, silikon, alkohol, sterol, asam karboksilat, ester dan poliester, serta eter dan
polieter. Sementara vehikulum hidrofilik meliputi berbagai poliol dan poliglikol,
sebagian dari golongan ester dan poliester, serta beberapa macam eter dan polieter.
Berdasarkan konsistensinya, vehikulum dibagi menjadi cair, solid, dan semisolid.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 42
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 30. Formulasi vehikulum sediaan topikal

A. Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya
murni air disebut sebagai solusio. Solusio dibagi dalam : kompres; rendam (bath),
misalnya rendam kaki dan rendam tangan; mandi (full bath). Jika bahan pelarutnya
alkohol, eter, atau kloroform disebut tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan
antiseptic. Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya bersifat astringen dan
antimikroba. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.

Gambar 31. (A) Solusio Kalium Permanganat (KMnO4),


(B) Solusio Povidone Iodine 10%

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 43
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus,
krusta, dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai. Di samping itu
terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustula. Hasil akhir pengobatan ialah
keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga
mikroorganisme tidak dapat tumbuh, dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan
cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, dan
parestesi oleh bermacam-macam dermatosis.

Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit


menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti, apabila
keadaan sudah mulai kering maka pemakaiannya dikurangi dan bila perlu dihentikan
untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya. Cara kompres lebih disukai daripada
cara rendam dan mandi karena pada kompres terdapat pendinginan dengan adanya
penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi.

B. Bedak
Bedak merupakan vehikulum solid/padat yang memiliki efek mendinginkan,
menyerap cairan, serta mengurangi gesekan pada daerah aplikasi. Bedak sebagai
sediaan topikal berbentuk padat terdiri dari talcum venetum dan oxydum zincicum
dalam komposisi yang sama. Oxydum zincicum merupakan suatu bubuk halus berwarna
putih bersifat hidrofob. Talcum venetum merupakan suatu magnesium polisilikat murni,
sangat ringan. Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang
tidak melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali. Efek samping yang dapat timbul
pada penggunaan bedak antara lain inhalasi bedak ke dalam saluran napas,
penggumpalan bedak, iritasi, dan dapat memicu pembentukan granuloma. Aplikasi
bedak pada kulit yang iritasi juga dapat menghambat proses penyembuhan.

Gambar 32. Bedak Tabur


Efek bedak antara lain :
• Mendinginkan
• Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi
• Antipruritus lemah
• Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat
• Proteksi mekanis

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 44
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Biasanya bedak dicampur dengan
seng oksida sebab zat ini bersifat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik
lemah, dan antipruritus lemah.
Indikasi
1. Dermatosis yang kering dan superfisial
2. Mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pecah misalnya pada varisela dan
herpes zoster.
Kontraindikasi
1. Dermatitis yang basah terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.

C. Salep
Salep merupakan sediaan semisolid dengan bahan dasar lemak ditujukan
untuk kulit dan mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4
kelompok yaitu :
a. Dasar Salep Hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak seperti vaselin album
(petrolatum) dan paraffin liquidum. Vaselin album adalah golonganlemak mineral
diperoleh dari minyak bumi. Titik cair sekitar 10-50o C, mengikat 30%, tidak berbau,
transparan, dan konsistensi lunak.
Hanya sejumlah kecil komponen air dapat dicampurkan kedalamnya. Sifat dasar
salep hidrokarbon sukar dicuci, tidak mongering, dan tidak berubah dalam waktu
lama. Salep ini ditujukan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit
dan bertindak sebagai penutup. Dasar salep hidrokarbon terutama digunakan
sebagai bahan emolien.
b. Dasar Salep Serap
Dasar salep serap dibagi dalam dua tipe, yaitu bentuk anhidrat (parafin hidrofilik
dan lanolin anhidrat <adeps lanae>) dan bentuk emulsi (lanolin dan cold cream)
yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan tambahan.
Adeps Lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan melekat sehingga
sukar dioleskan, mudah mengikat air. Aedes lanae hydrosue atau lanolin ialah adeps
lanae dengan aqua 25-27%.
Salep ini dapat dicuci namun kemungkinan bahan sediaan yang tersisa masih ada
walaupun telah dicuci dengan air sehingga tidak cocok untuk sediaan kosmetik.
Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.
c. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air misalnya salep hidrofilik. Dasar ini
dinyatakan “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit sehingga lebih
dapat diterima untuk dasar kosmetik. Dasar salep ini tampilannya menyerupai krim
karena fase terluarnya adalah air. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan
dermatologi.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 45
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

d. Dasar salep larut dalam air


Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” terdiri dari komponen cair.
Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungaan seperti halnya dasar salep
yang dapat dicuci dengan air karena tidak mengandung bahan tak larut dalam air
seperti paraffin dan lanolin anhidrat. Contoh dasar salep ini adalah polietilenglikol.
Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi salep bergantung pada
beberapa faktor, seperti kecepatan pelepasan bahan obat dari dasar salep,
absorbsi obat, kemampuan mempertahankan kelembapan kulit oleh dasar salep,
waktu obat stabil dalam dasar salep, dan pengaruh obat terhadap dasar salep.

Gambar 33. Salep

Pada dasarnya tidak ada dasar salep yang ideal. Namun, dengan pertimbangan faktor
diatas diharapkan dapat diperoleh bentuk sediaan paling baik.
Indikasi
1. Dermatosis yang kering dan kronik
2. Dermatosis yang dalam dan kronik karena daya penetrasi salep paling kuat jika
dibandingkan dengan bahan dasar lainnya.
3. Dermatosis yang bersisik dan berkrusta.
Kontraindikasi
1. Dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian yang berambut,
penggunaan salep tidak dianjurkan karena menyebabkan perlekatan, dan salep
jangan dipakai diseluruh tubuh.

D. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada
dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan minyak
dalam air (O/W) misalnya vanishing cream.
Selain itu dipakai emulgator dan biasanya dipakai bahan pengawet misalnya
paraben dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat dimasukan di
dalam krim.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 46
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Dalam praktik, umumnya apotik tidak bersedia membuat krim karena tidak
tersedia emulgator dan pembuatannya lebih sulit dari salep. Jadi,jika hendak menulis
resep krim dan dibubuhi bahan aktif, dapat dipakai krim yang sudah jadi, misalnya
biocream. Krim ini bersifat ambifilik artinya berhasiat sebagai W/O atau O/W. Krim
dipakai pada kelainan yang kering, superfisial. Krim memiliki kelebihan disbanding salep
karena nyaman, dapat dipakai di daerah lipatan dan kulit berambut.

Gambar 34. Krim

Indikasi
1. Indikasi Kosmetik
2. Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih
besar daripada bedak kocok
3. Krim boleh digunakan di daerah yang berambut
4. Krim dipakai pada lesi kering dan superfisial.

Kontraindikasi
1. Dermatitis madidans.

E. Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari
bahan untuk salep, misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum dan oxydum
zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan
berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.
Pada dasarnya pasta merupakan salep yang ke dalamnya ditambahkan bedak
dalam jumlah yang relatif besar, hingga mencapai 50 persen berat campuran.
Konsistensinya relatif lebih keras dibanding salep karena penambahan bahan padat
tersebut.
Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 47
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 35. Pasta

Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya
maserasi lebih rendah dari salep. Pasta bersifat protektif dan mengeringkan.
Indikasi
1. Dermatosis yang agak basah.
2. Lesi akut dan superfisial
Kontraindikasi
1. Dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital
eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.

F. Bedak Kocok
Bedak kocok adalah suatu campuran air yang didalamnya ditambahkan
komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Supaya bedak tidak terlalu
kental dan tidak cepat menjadi kering maka jumlah zat padat maksimal 40% dan
jumlah gliserin 10-15%. Hal ini berarti bila beberapa zat aktif padat ditambahkan maka
persentase tersebut jangan dilampaui.
Bedak kocok ini ditujukan agar zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas
permukaan kulit dan berkontak lebih lama dari pada bentuk sediaan bedak serta
berpenetrasi kelapisan kulit.

Gambar 36. Bedak Kocok


Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 48
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Indikasi
1. Dermatosis yang kering, superfisial, dan agak luas, yang diinginkan adalah sedikit
penetrasi.
2. Pada keadaan subakut
Kontraindikasi
1. Dermatitis Madidans
2. Daerah badan yang berambut

Keuntungan penambahan zat pelarut pada bedak kocok seperti spritus dilitus,
ialah memberikan efek pendingin karena akan menguap, dapat melarutkan bahan
aktif yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam alcohol, misalnya mentholium dan
camphora. Kedua zat tersebut bersifat antipruritik.
Jika hendak menambahkan bahan padat berupa bubuk hendaknya diperhitungkan
sehingga berat bahan padat tetap 40%. Misalnya, jika ditambahkan sulfur precipitatum
20 g maka berat oxydum zincicum dan talcum harus dikurangi.

G. Pasta Pendingin
Pasta pendingin disebut juga linimen merupakan campuran bedak, salep, dan
cairan. Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya sama seperti krim.
Indikasi
1. Dermatosis yang subakut.
2. Dipakai pada lesi kulit yang kering
Kontraindikasi
1. Dermatosis Madidans.

Beberapa vehikulum yang merupakan pengembangan dari bentuk dasar monofase


sediaan lain, yaitu gel, aerosol foam, cat, jelly, dan losion.

H. Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel organic dan anorganik. Gel dikelompokan kedalam gel fase tunggal dan
fase ganda. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan molekul besar yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
(misalnya karbomer) atau dari gom alam (seperti tragakan).
Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel fase ganda yaitu
gel yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah misalnya gel aluminium hidroksida.
Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri dari aluminium hidroksida yang tidak
larut dan aluminium oksida hidrat. Sediaan ini berbentuk kental, berwarna putih,
efektif untuk menetralkan asam klorida dalam lambung.
Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan.
Absorbsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi kulit yang
berambut.
Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 49
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 37. Gel

Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel memiliki keistimewaan :


a. Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim.
b. Sangat baik dipakai untuk area berambut
c. Disukai secara kosmetika

I. Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami
seperti tragakan, pektin, alginate, dan borak gliserin.

J. Losion
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut
terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak
tergabung ini menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih dahulu.
Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air.
Beberapa keistimewaan losion yaitu mudah diaplikasikan, tersebar rata, dan
favorit pada anak. Contoh losion yang tersedia seperti losion calamin, losion steroid,
dan losion faberi.

Gambar 38. Losion

K. Foam aerosol
Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat
aktif yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini
Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 50
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

digunakan untuk pemakaian lokal pada kulit, hidung, mulut, dan paru. Komponen dasar
aerosol adalah wadah, propelen, konsentrasi zat aktif, katup, dan penyemprot.

Gambar 39. Foam Aerosol

Foam aerosol merupakan emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif
menggunakan propelen untuk mengeluarkan sediaan obat dari wadah. Foam aerosol
merupakan sediaan baru obat topikal. Foam dapat berisi zat aktif dalam formulasi
emulsi dan surfaktan serta pelarut. Sediaan foam yang pernah dilaporkan antara lain
ketokonazol foam dan betametason foam.
Keistimewaan foam :
a. Foam saat diaplikasikan cepat mengalami evaporasi sehingga zat aktif tersisa cepat
berpenetrasi.
b. Sediaan foam memberikan efek iritasi minimal

L. Cat / Lacquer
Pada dasarnya cat merupakan bentuk lain solusio yang berisi komponen air
dan alkohol. Penggabungan komponen alkohol dan air menjadikan sediaan ini mampu
bertahan lama. Sediaan baru pernah dilaporkan berupa solusio ciclopirox 8% sebagai
cat kuku untuk terapi onikomikosis.

Gambar 40. Cat / lacquer

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 51
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

BENTUK SEDIAAN OBAT KHUSUS

BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO) YANG DIBERIKAN SECARA


TETESAN/DIOLESKAN

A. Tetes Mata (Guttae Ophthalmiceae)


Sifat:
• Steril dan jernih.
• Idealnya isotonis dan isohidris sehingga mempunyai aktivitas
optimal dan nyaman dipakai.
• Untuk kemasan pemakaian berulang (multidose) perlu tambah
pengawet.
Keuntungan:
• Lebih nyaman saat digunakan karena tidak mengganggu
penglihatan.
• Untuk kemasan minidose, keuntungannya adalah bebas
pengawet.
Kekurangan:
• Harus digunakan lebih sering/frekuen dibandingkan salep mata
karena mudah dibuang lewat sistem drainase airmata.
• Untuk kemasan minidose, kekurangannya adalah harganya
lebih mahal.
Cara Pemakaian:
1. Cucilah tangan dengan sabun
2. Berdiri/duduk di depan cermin
3. Bukalah tutup botol dan periksalah ujung penentes
4. Jangan menyentuh ujung penetes
5. Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah sampai terbentuk
cekungan
6. Tekan perlahan botol tetes hingga tetesan yang dikehendaki
menetes dengan benar
7. Tutuplah mata selama 2-3 menit
8. Ulangi prosedur yang sama untuk mata yang lain bila
diperlukan
9. Tutup kembali obat tetes (jangan mengusap atau mencuci
ujung penetes)

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 52
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Gambar 41. Penggunaan tetes mata

Hal –hal yang harus diperhatikan pada penggunaan tetes mata :


• Tetes mata berisi cairan steril (bebas bakteri)
• Simpan di tempat sejuk dan gelap
• Jangan menyentuh ujung penetes dengan apapun
• Jangan menggunakan satu botol obat tetes mata secara
bersama-sama
• Buanglah obat tetes mata setelah 4 minggu membuka tutup
botolnya (dihitung sejak tanggal pertama penggunaan obat)
• Jika menggunakan obat tetes mata lebih dari satu macam,
tunggulah 2 menit sebelum meneteskan obat yang lain.
• Setelah menggunakan tetes mata, obat akan terasa di mulut
atau tenggorokan.
• Jangan memakai lensa kontak saat menggunakan tetes mata
• Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak

B. Salep Mata (Oculenta)


Sifat:
• Merupakan BSO semisolid dengan konsentrasi dan pH obat
yang disesuaikan dengan fisiologi mata.
• Bersifat lengket pada mata dan menyebabkan pandangan
kabur sesaat setelah aplikasi
Keuntungan:
• Obat menempel pada permukaan mata lebih lama
dibandingkan tetes mata.
• Frekuensi pemakaian lebih jarang karena obat menempel di
permukaan mata lebih lama, sehingga cocok untuk pasien
dengan kepatuhan kurang seperti anak-anak dan orang usia
tua.
Kekurangan:
• Terasa lengket saat pemakaian.

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 53
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

• Pandangan kabur sesaat setelah pemakaian, sehingga tidak


cocok digunakan oleh pasien dengan produktivitas dan
aktivitas tinggi.
Cara Pemakaian:
1. Cucilah tangan dengan sabun.
2. Berdiri/duduk depan cermin.
3. Bukalah tutup salep.
4. Tarik kelopak mata bagian bawah ke
arah bawah sampai terbentuk
cekungan.
5. Tekan perlahan tube hingga hingga
salep keluar 1 cm, lalu masukkan ke
cekungan tersebut.
6. Pejamkan mata selama 2 menit agar Gambar 42. Penggunaan salep
salep tersebar merata. mata
7. Jangan menggosok mata jika pandangan menjadi kabur.
Pandangan yang kabur dapat hilang dengan sendirinya
beberapa saat setelah pemberian obat.
8. Ulangi lagi prosedur yang sama untuk mata yang lain bila
diperlukan.
9. Tutup kembali tube tanpa menyentuh ujung tube dengan
apapun
Hal –hal yang harus diperhatikan pada penggunaan salep mata:
• Mintalah bantuan orang lain untuk mengoleskan salep mata
• Jangan berbagi salep mata dengan orang lain
• Jangan menggunakan lensa kontak ketika menggunakan salep
mata
• Buanglah salep mata setelah 4 minggu membuka tutup tubenya
(dihitung sejak tanggal pertama penggunaan obat)
• Jika mengunakan lebih dari satu jenis salep mata, tunggu 30
menit sebelum menggunakan salep yang lain
• Jika selain salep mata pasien juga menggunakan tetes mata,
maka gunakan tetes mata terlebih dulu kemudian tunggu 5
menit sebelum menggunakan salep mata
• Setelah menggunakan salep mata, mata akan terasa pedih
beberapa menit.
• Jauhkan dari jangkauan anak-anak

C. Teles telinga (Guttae Auricularis)


Sifat:
• Bahan pembawa yang dugunakan sebaiknya minyak lemak
(minyak nabati) atau bahan lain yang mempunyai kekentalan

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 54
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

yang cocok (missal gliserol, propilen glikol) agar obat dapat


menempel pada liang telinga.
• pH sebaiknya asam ( 5-6 )
Cara pemakaian:
1. Perlahan-lahan
2. bersihkan telinga dengan kain yang lembab (cotton bud) dan
keringkan
3. Cucilah tangan dengan sabun
4. Hangatkan botol tetes telinga dengan cara menggenggamnya
selama beberapa menit
5. Kocoklah botol tetes telinga dan buka tutup botol dengan tidak
6. menyentuh ujung penetes.
7. Miringkan kepala atau berbaringlah miring sehingga telinga
yang diobati berada di atas Tarik daun telinga perlahan untuk
membuka liang telinga.
8. Teteskan sesuai jumlah yang diinginkan
9. Tetaplah pada posisi tersebut selama beberapa menit untuk
memastikan obat telah masuk dan mencapai bagian yang
sakit.

Gambar 43. Penggunaan tetes telinga

D. Tetes Hidung (Guttae Nasales) dan Semprot Hidung


Sifat:
• pH sekitar 5,5 sampai 7,5
• Pada umumnya ditambahkan bahan pengawet dan
stabilisator.
• Idealnya isotonis agar tidak iritatif menggunakan bahan
pembawa yang cocok (misal larutan fisiologis).
• Pemakaian tetes hidung memerlukan gravitasi untuk
memasukkan obat ke lubang hidung, sehingga posisi kepala
sedikit mendongak saat memakai obat.
• Pada pemakaian semprot hidung tidak pelu mendongak karena
ada tekanan/semprotan aktif dari kemasan semprot hidung
Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 55
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Langkah-Langkah Penggunaan Tetes Hidung


1. Hembuskan napas dengan agak kuat untuk membersihkan
hidung dari mukus dan kotoran sebelum pemakaian tetes
hidung
2. Cucilah tangan dengan sabun
3. Bukalah botol tetes hidung dan jangan menyentuh ujung
penetes dengan apapun
4. Tekuklah kepala sejauh mungkin ke belakang atau berbaring
terlentang, letakkan kepala di pinggir tempat tidur dengan
posisi menggantung dan teteskan obat sesuai dosis
5. Tekuklah kepala ke depan dan letakkan di antara lutut dan
tetap pada posisi ini sampai beberapa menit
6. Cuci ujung penetes dengan air hangat dan tutup botolnya
Cara pemakaian semprot hidung:
1. Hembuskan napas untuk bersihkan hidung dari mukus dan
kotoran
2. Pastikan canister terpasang dengan benar, kocok canister
beberapa kali
3. Posisi kepala tegak dan tarik napas perlahan lahan
4. Tutuplah lubang hidung yang tidak menerima obat
5. Masukan ujung tempat obat kedalam salah satu lubang hidung
6. Tekanvial/flask/container, tarik napas perlahan-lahan
7. Keluarkan ujung obat dari hidung dan posisikan kepala
menunduk dengan kepala diantara kedua lutut
8. Ulangi langkah-langkah tersebut untuk lubang hidung yang lain
9. Beberapa saat setelah menggunakan obat berusaha untuk
tidak bersin atau menghembuskan napas dengan keras.
10. Bilaslah ujung tempat obat dengan air panas.

Gambar 44. Cara penggunaan semprot hidung

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 56
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Hal–hal yang harus diperhatikan pada penggunaan semprot hidung :


• Sebelum menggunakan obat semprot hidung pastikan hidung tidak
tersumbat (masih dapat menghirup udara)
• Lakukan penyemprotan dengan benar
• Pada penyemprotan yang benar obat tidak akan menetes keluar
dari lubang hidung atau turun ke kerongkongan
• Jangan digunakan pada hidung yang luka atau mengalami
perdarahan

BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO) YANG DIBERIKAN SECARA


PARENTERAL

A. Injectiones (injeksi)
Sediaan obat yang steril, dapat berbentuk larutan, suspensi,
atau serbuk yang dilarutkan, atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan secara parenteral.
Sifat:
• Cocok untuk penderita dalam keadaan tidak kooperatif, tidak
sadar, atau keadaan darurat.
• Obat bekerja dengan cepat
• Cocok untuk obat yang dirusak oleh asam lambung
• Untuk bentuk kristal steril biasanya obat tidak tahan lama atau
tidak stabil dalam larutan
• Harga obat relatif lebih mahal
• Pemberian obat memerlukan spuit injeksi
Hal-hal yang pcrlu diperhatikan terhadap sediaan injeksi
1. Sediaan injeksi tidak boleh diberikan secara intravena untuk:
a. Bentuk suspensi, misalnya hormon yang tidak larut
dalam air
b. Bahan pelarut menggunakan minyak (misalnya untuk
sediaan vitamin A, D, E, dan K)
2. Sediaan injeksi yang tersedia dalam bentuk serbuk kering perlu
dilarutkan dengan aquadest pro injeksi sebelum disuntikkan ke
pasien untuk mengetahui volume aquadest yang harus
ditambahkan dan untuk mengetahui basil akhir setelah dilarutkan
itu (apakah berupa larutan atau suspensi), bisa dilihat di brosur
atau label obat yang disediakan oleh pabrik obat.
Contoh: Injeksi Streptomycin sulfat adalah berbentuk serbuk
kering, perlu ditambah aquadest pro injeksi sebanyak 9,2 mL
sehingga terbentuk larutan dengan volume total menjadi 10 mL
dan mengandung streptomycin sulfat yang setara dengan 5 gram

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 57
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

streptomycin. Dengan demikian setiap 1 mL larutan injeksi


tersebut mengandung 500 mg streptomycin.
3. Serbuk kering Streptomycin sulfat + aquadestàlarutan
4. Serbuk kering Procain penicillin G + aquadest àsuspensi
5. Sediaan obat injeksi yang berbentuk kristal/serbuk setelah
dilarutkan, bila disimpan di lemari es akan tahan selama 2 minggu
dan di temperatur kamar hanya tahan sampai 1 minggu.
6. Kemasan obat injeksi bisa ampul, vial, atau botol. Bentuk ampul
untuk single dose, vial untuk single dose dan atau multiple dose,
serta botol untuk larutan injeksi dengan volume besar (infusa
intravenosa). Bahan kemasan ampul dapat berwama
putih/bening atau coklat, masing-masing kemasan mempunyai
keuntungan dan kelemahan.

Tabel 4. Warna Kemasan Sediaan Injeksi


Warna Keuntungan Kelemahan
Botol Putih Bila terjadi kerusakan/ Ultraviolet dapat
perubahan warna obat cepat menembusnya
diketahui mempermudah kerusakan
Botol Cokelat Tahan terhadap sinar Partikel coklat mempercepat
ultraviolet kerusakan obat dan bila rusak
tidak mudah terlihat.

Contoh Obat
A. Kemasan vial larutan injeksi
1. Paracetamol 2. Ciprofloxacin 3. Heparin Sodium

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 58
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

B. Kemasan vial suspensi injeksi


1. Triamcinolone acetonide

C. Kemasan vial serbuk injeksi yang memerlukan pelarut


1. Cefotaxim 2. Ceftriaxone

D. Kemasan ampul larutan injeksi


1. Lidocaine HCl 2. Ranitidine

E. Kemasan khusus larutan injeksi


1. Insulin

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 59
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Contoh Kasus
Seorang laki-laki , usia 65 tahun, terdiagnosis mengalami hernia
inguinalis dan akan menjalani operasi reposisi dan penutupan hernia
oleh dokter spesialis bedah disgestif. Dokter umum yang bertugas jaga
bangsal memberikan resep antibiotik sebagai profilaksi sebelum
dilakukan tindakan pembedahan.

Contoh resep

R/ Ceftriaxone inj. 1 g Vial No. I


Simm
-------------------------------------
R/ Sterile water for injection 25ml No. I
Simm
--------------------------------------
R/ Spuit 10ml No. I
Simm
-------------------------------------

BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO) KHUSUS

A. VAGINAL DOSAGE FORM (VDF)


Sediaan ini digunakan dalam vagina, dan tersedia dalam
bentuk cair, padat, setengah padat, serta cara penggunaannya
dengan menggunakan aplikator (alat khusus), dan dimasukkan ke
dalam liang vagina sedalamdalamnya.
Macam BSO VDF ini berdasar bentuknya dikenal:
• Tablet vaginal
• Suppositoria vaginal (Ovula)
• Larutan untuk vagina (Vaginal douche)
• Unguenta untuk vagina
Kelebihan:
1. Menghindari kesulitan obat diabsorpsi karena dirusak oleh pH
lambung, aktivitas enzim, interaksi obat dan makanan.
2. Cocok untuk penderita yang mengalami mual, muntah, diare
3. Memberikan efek lokal pada organ target (vagina)
4. Menghindari obat lewat lintas utama
5. Menghindari resiko terapi secara parenteral
Kekurangan:
1. Cara penggunaan yang tidak mudah (khusus)
2. Tidak nyaman

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 60
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Cara penggunaan tablet vagina:


Untuk tablet vaginal dan suppositoria dapat dimasukkan
langsung atau dengan aplikator (yang disediakan oleh pabrik obat)
dalam rongga vagina, sedang bentuk unguenta dan larutan perlu
menggunakan aplikator.
Sediaan untuk vagina ini bertujuan untuk memberikan efek lokal yaitu
sebagai antiseptik, antiinfeksi, dan kounterisasi.
Langkah-langkah:
1. Cucilah tangan dengan sabun
2. Bukalah kemasan tablet
3. Celup tablet ke dalam air hangat sekedar untuk membasahi
4. Berbaringlah terlentang, tekuk lutut dan mengangkang
5. Perlahan-lahan masukkan tablet ke dalam vagina sejauh
mungkin tetapi jangan dipaksa
6. Cucilah tangan sampai bersih

Gambar 45. (A) Posisi memasukkan tablet vagina, (B) Memasukkan


tablet vagina menggunakan aplikator

Contoh obat
1. Ovula vagina

2. Tablet vagina dengan aplikator

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 61
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Contoh Kasus
Seorang wanita, usia 40 tahun, datang dengan keluhan keputihan
selama 2 minggu. Setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopis diskar
vagina, ditemukan gambaran jamur Candida sp. Dokter memberikan
obat berupa antijamur yang pemakaiannya dimasukkan ke dalam
vagina.
Contoh Resep
R/ Nystatin vag. tab. 100.000IU No. VII
S1dd tab I vag. (malam)
-----------------------------------------

B. SUPPOSITORIA
Suatu bentuk sediaan obat yang cara penggunaanya dengan
memasukkan kedalam salah satu rongga tubuh. Suppositoria yang
dimasukkan rectum di sebut suppositoria rektal dan bertujuan
untuk efek lokal atau sistemik. Suppositoria yang dimasukkan
vagina disebut ovula dan untuk tujuan efek lokal.
Untuk tujuan sistemik, bentuk suppositoria cocok untuk obat-obat:
a. mengiritasi dan toksik di gastrointestinal
b. tidak stabil pada pH gastrointestinal
c. dirusak oleh enzim di gastrointestinal
d. mempunyai rasa tidak menyenangkan.
Pemilihan bentuk suppositoria dalam preskripsi perlu diperhatikan
tentang:
a. Cara penggunaan dan waktunya, agar mendapatkan efek yang
optimal (pagi hari setelah defekasi dan atau malam hari
menjelang tidur, sambil tiduran).
b. Absorbsi bahan aktif sering tidak sempurna.
c. Dapat menyebabkan proktitis
Sediaan ini cocok untuk pasien:
a. Mual, muntah ,postoperasi, gangguan mental atau tak sadar
b. Terlalu muda (bayi) atau terlalu tua (lansia)
Langkah-langkah penggunaan suppositoria
1. Cucilah tangan dengan sabun
2. Bila perlu, gunakan sarung tangan
3. Licinkanlah ujung suppo dengan air dingin atau basahi rektal
dengan air dingin
4. Berbaring miring, kaki yang di bawah tarik kebelakang kaki
yang di atas tekuk ke depan sampai perut
5. Tarik pantat atas ke atas untuk membuka daerah rektal
6. Masukkan suppositoria dengan jari melewati otot sphincter
sejauh 1-2,5 cm (bila menggunakan aplikator, masukkan
aplikator melewati otot sphincter 1-2,5 cm, lalu semprotkan
obat tersebut).
Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 62
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

7. Tetap berbaring selama 15 menit


8. Usahakan tidak buang air besar selama 1 jam setelah
pemberian obat

Gambar 46. Cara pemakaian supositoria


Contoh Obat
1. Bisacodyl suppositoria

2. Diazepam rectal enema

3. Mikrolax Enema

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 63
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

Contoh Kasus
Seorang anak perempuan, usia 5 tahun, datang ke UGD dengan keluhan
demam yang disertai kejang. Setelah ditangani di UGD dan dirawat inap
untuk observasi, pasien diperbolehkan pulang karena demam sudah
turun dan tidak terjadi kejang selama dirawat. Pada saat pulang dokter
meresepkan obat anti kejang untuk penangan pertama di rumah apabila
terjadi serangan kejang kembali.
Contoh Resep
R/ Diazepam rectal tube 5mg No. II
S p r n rectal tub I
----------------------------------------------

SEDIAAN OBAT DENGAN CARA PENGGUNAAN


TRANSDERMAL
A. Patch
Sediaan ini merupakan suatu sistem dimana bahan obat yang
ditempelkan pada permukaan kulit akan menembus beberapa
lapisan kulit dan masuk sirkulasi sistemik. Bentuk sediaan ini
terdapat beberapa ukuran yang berhubungan dengan konsentrasi
obat.
Cara penggunaanya:
Tergantung bahan obat, ada yang ditempelkan dipunggung, lengan
atas, pundak, atau belakang telinga.
Kelebihan:
1. Menghindari kesulitan obat diabsorpsi karena dirusak oleh
pH lambung, aktivitas enzim, interaksi obat dan makanan.
2. Cocok untuk penderita yang mengalami mual, muntah,
diare
3. Menghindari obat lewat lintas utama
4. Menghindari resiko terapi secara parenteral
5. Memperpanjang aktivitas obat yang mempunyai waktu
paruh pendek.
6. Memungkinkan terapi yang berhari-hari dengan
pemakaian tunggal
7. Memungkinkan penghentian efek obat secara cepat
8. Memungkinkan percepatan identifikasi apabila terjadi
keadaan darurat
Kekurangan:
1. Memerlukan absorbsi yang lebih lama untuk memberikan
efek sistemik
2. Terjadi penurunan pada kadar sistemik
3. Kemungkinan terjadi reaksi alergi

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 64
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

4. Penetrasi obat dipengaruhi kondisi kulit (suhu,


kelembaban, ketebalan stratum korneum, jumlah folikel
rambut, penggunaan jangka panjang obat lain)

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 65
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO

DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 1

Anda mungkin juga menyukai