KETERAMPILAN MEDIK
TERAPI INHALASI DAN MENGENALI
BENTUK SEDIAAN OBAT
Untuk Mahasiswa Kedokteran
Edisi 1
Tahun 2021
KetuaTim Penyusun:
dr. Isna Kusuma Nintyastuti, SpM, MSc.
KetuaTim Penyusun:
dr. Isna Kusuma Nintyastuti, SpM, MSc.
Sebagian besar gambar dan ilustrasi pada langkah prosedur merupakan hak milik Laboratorium
Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
PENULIS
Ketua Tim Penyusun:
dr. Isna Kusuma Nintyastuti, SpM, MSc.
Anggota dan Kontributor:
• dr. A.A.A. Niti Wedayani, M.Sc • dr. M. Galvan Sahidu, Sp.N
• dr. Dedianto Hidajat, Sp.KK • dr. Nurhidayati, M.Kes
• dr. Marie Yuni A, Sp.M • dr. Dinie R. K, Sp.KK
• dr. Ardiana Ekawanti, M.Kes • dr. Agustine Mahardika, Sp.KJ
• dr. Dian Puspita Sari, M.Med.Ed • dr. I G Wirabuana Yudha, Sp.And
• dr. Ni Putu Suwitasari
EDITOR
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Hak Cipta i
Halaman Penulis ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Pustaka
Daftar Gambar v
Daftar Istilah dan Singkatan vi
vii
Pendahuluan
Kata Pengantar 1
Skenario 2
Tujuan Pembelajaran 3
Piramida Pembelajaran 4
Rencana Pembelajaran
Alokasi Waktu 5
Tata Tertib 6
Materi
Definisi dan Latar Belakang
Memilih BSO
BSO Ora
BSP Nasal
BSO Topikal
BSO Khusus
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode 3
Pembelajaran dan Metode Penilaian untuk setiap tingkat
kemampuan
Tabel 2.1 Tabel Rencana Alokasi Waktu 5
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji hanya bagi Allah SWT, pemilik dan penguasa alam semesta, yang
memungkinkan semua cita-cita baik dan kerja keras menjadi kenyataan. Selawat teriring
salam dikirimkan kepada Rasulullah SAW, pendidik dan teladan segala sisi kehidupan.
Beranjak dari kebutuhan dan kesadaran diperlukannya buku panduan
keterampilan medik yang sederhana, informatif, praktis, updated dan handy, kami
mengadakan revisi mayor untuk seluruh buku panduan keterampilan medik FK Unram.
Buku ini tampil dengan wajah baru, menampilkan banyak gambar dan lebih padat
berisikan detil langkah-langkah pelaksanaan yang lebih sistematik disertai dengan
ilustrasi dan foto terbaru yang dibuat sendiri oleh tim laboratorium keterampilan medik
FK Unram. Kemajuan ilmu pengetahuan yang dinamis kami akomodir dengan
memberikan saran bacaan yang relevan sehingga mahasiswa mengetahui variasi teknik
pemeriksaan yang mungkin dipakai di senter pendidikan lain.
Kami menyadari bahwa keterampilan medis merupakan kompetensi inti yang
harus dimiliki oleh mahasiswa FK Unram sehingga diharapkan buku panduan
keterampilan medik ini dapat digunakan dari level akademik sampai tahap profesi
sebagai pendamping text book yang sudah ada.
Kami berterima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terlibat.
Kepada para kontributor yang telah turut bekerja keras menyumbangkan keahlian dan
pemikirannya dalam penyusunan buku ini. Kepada tim editor atas kreativitas dan
ketekunannya dan kepada tim Laboratorium Keterampilan Medik FK Unram atas
kerjasama dan kekompakannya. Semoga buku ini bermanfaat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
SKENARIO
Anda adalah dokter yang bertugas di klinik pratama. Pasien adalah seorang wanita
usia 27 tahun dengan keluhan demam mendadak tinggi selama 3 hari. Setelah
melakukan anmnesis dan pemeriksaan fisik, anda menyimpulkan bahwa pasien tersebut
mengalami rhinofaringitis akut ec suspek viral. Anda memutuskan memberikan pasien
paracetamol untuk mengurangi demam dan nyeri.
• Bentuk sediaan obat apa yang sesuai dengan kondisi pasien serta jenis obat
yang akan diberikan?
• Apa alasan anda memilih bentuk sediaan obat tersebut?
• Apa kelebihan dan kekurangan bentuk sediaan tersebut?
• Apa alternatif bentuk sediaan obat dan kekuatannya selain yang anda
rencanakan?
TUJUAN PEMBELAJARAN
• TARGET KOMPETENSI
• Mahasiswa mampu melakukan terapi nebulisasi.
• Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan bentuk sediaan obat.
• Mahasiswa mampu memilih bentuk sediaan obat.
• Mahasiswa mengetahui macam-macam bentuk sediaan obat.
• Mahasiswa mengetahui macam-macam kadar sediaan obat.
• Mahasiswa mengetahui kelebihan dan kekurangan bentuk sediaan obat.
• Mahasiswa mengetahui indikasi dan kontraindikasi penggunaan bentuk
sediaan obat.
• Mahasiswa mengetahui arti kode obat.
• KATEGORI KOMPETENSI
Kategori keterampilan klinis dokter berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
tahun 2012 adalah :
Tingkat kompetensi 4 (Does) : Mampu melakukan secara mandiri
§ 4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
§ 4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internship dan/ atau
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
• KETERAMPILAN KLINIS
Tingkat keterampilan klinis: 4, yaitu mampu melakukan secara mandiri
Tabel 1.1. Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode Pembelajaran dan Metode
Penilaian untuk setiap tingkat kemampuan1
KRITERIA Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4
Mampu
melakukan secara
Tingkat mandiri
Keterampilan Mampu melakukan di bawah
Klinis supervisi
Memahami clinical reasoning dan problem solving
Mengetahui teori keterampilan
Melakukan pada
pasien
Metode Mampu melakukan di bawah
Pembelajaran supervisi
Memahami clinical reasoning dan problem solving
Mengetahui teori keterampilan
Penyelesaian Objective Workbased
kasus secara Structured Asessment
Metode
Ujian Tulis tertulis dan / Clinical seperti mini – CEX
Penilaian
atau lisan (oral Examination , portofolio,
test) ( OSCE) logbook, dsb
PIRAMIDA PEMBELAJARAN
Kuliah
Membaca
Demontrasi
Diskusi Kelompok
Latihan Mandiri
!
INGAT !
§ Sesering mungkin latihan mandiri hingga dapat menguasai keterampilan
dengan kompetensi tingkat 3 dan 4
RENCANA PEMBELAJARAN
ALOKASI WAKTU
TATA TERTIB
1. Peserta wajib hadir tepat waktu dalam setiap kegiatan keterampilan medik bila
terlambat ≥ 15 menit peserta dilarang masuk.
2. Peserta harus berpakaian rapi dan sopan, dilarang memakai jeans, kaos oblong,
rok mini, legging/celana ketat.
3. Peserta wajib memakai jas laboratorium dan tanda pengenal sewaktu mengikuti
kegiatan keterampilan medik.
4. Peserta dilarang coret-coret di manekin, tembok, dan meja.
5. Peserta dilarang membuat gaduh sewaktu kegiatan keterampilan medik
berlangsung.
6. Peserta dilarang makan dan minum dalam kegiatan keterampilan medik.
7. Peserta wajib merapikan kembali alat-alat dan bahan-bahan yang telah digunakan.
8. Apabila peserta meminjam alat diharapkan dilakukan pengecekan terlebih dahulu
dan alat kembali dalam keadaan seperti semula.
9. Apabila terdapat kerusakan dalam peakaian alat dan bahan, peserta wajib
menggantinya.
10. Peserta dilarang memperbanyak buku dan checklist keterampilan medik tanpa
sepengetahuan laboratorium keterampilan medik.
11. Apabila berhalangan hadir segera menghubungi pengelola tramed untuk
menyelesaikan administrasi.
12. Syarat mengikuti ujian tertulis dan evaluasi praktek keterampilan medik:
• Absensi kehadiran minimal 80%, dibuktikan dengan lembar kehadiran
mahasiswa. Lembar kehadiran mahasiswa harus ditandatangani oleh
dosen/instruktur yang bersangkutan.
• Tidak ada tanggungan peminjaman alat.
• Tidak terdapat pelanggaran tata tertib keterampilan medik.
• Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian/evaluasi oleh koordinator keterampilan
medik.
13. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercantum dalam tata tertib ini akan diatur
kemudian.
14. Bila peserta melanggar tata tertib ini akan dikenai sanksi.
MATERI
GOLONGAN OBAT
No. Golongan Gambar/Lambang Keterangan.
1. Narkotika Merupakan obat atau zat yang
diperlukan dalam bidang pengobatan
dan ilmu pengetahuan yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan, ketagihan (adiksi) dan
• Orang dewasa lebih sering diberikan obat per oral dalam bentuk sediaan padat
(tablet/kapsul) daripada bentuk sediaan cair sebab bentuk sediaan padat
umumnya lebih stabil dalam penyimpanan.
• Geriatri yang mengalami kesulitan menelan sebaiknya diberikan bentuk
sediaan cair seperti pada anak-anak.
B. Keadaan umum penderita
• Penderita tidak sadar atau koma dipilihkan bentuk sediaan injeksi atau rektal.
C. Lokasi tubuh dimana obat harus bekerja
• Bersifat lokal pada bagian tubuh tertentu, bentuk sediaan dapat berupa
solutio/mixtura, suspensi/mixtura agitanda, dan unguentum/pasta. Bentuk
sediaan tersebut harus dibedakan menurut lokasi pemakaian seperti
penggunaan pada kulit berambut, kulit tidak berambut, kulit terluka, kulit utuh,
atau mukosa.
• Bersifat sistemik, bentuk sediaan dapat berupa sediaan cair atau padat. Jalur
pemberian dapat secara per oral, rektal, atau injeksi.
D. Kecepatan dan lama kerja obat yang dikehendaki
• Efek kerja cepat: Obat berbentuk sediaan injeksi lebih cepat diabsorpsi
daripada bentuk sediaan lain yang diberikan per oral atau per rektal.
• Efek kerja terkendali: Obat dengan bentuk sediaan tablet atau kapsul sustained
release dapat bekerja lebih lama daripada bentuk sediaan tablet atau kapsul
biasa sehingga pemberiaan obat cukup sekali atau dua kali sehari.
E. Bentuk terapeutik obat yang optimal dan efek samping yang minimal bagi penderita
Contoh:
• Emetin HCI, morphin HCI hanya dapat diberikan dalam bentuk sediaan injeksi,
tidak dalam bentuk oral.
• Zat Besi dalam bentuk sediaan cairan (oral) akan lebih mengiritasi saluran
pencernaan sehingga diberikan dalam bentuk sediaan tablet salut gula.
F. Bentuk sediaan yang paling sesuai bagi penderita
Contoh :
• Bahan oral yang sangat pahit (meskipun mudah larut dalam air) tidak diberikan
dalam bentuk sediaan cair tetapi akan lebih enak diberikan dalam bentuk
sediaan padat seperti tablet salut/kapsul. Obat semacam ini misalnya
kloramfenikol, kotrimoksazol, dan metronidazol.
• Bahan obat yang berbau amis lebih dipilih dalam bentuk sediaan tablet
salut/kapsul dan lebih baik lagi bila dalam bentuk dragee (tablet bersalut gula).
Sebagai contoh, garam-garam Fe ( Ferosi Sulfat, Ferosi Klorida, dan Ferosi
Karbonas), apabila diberikan dalam bentuk sediaan cair maka akan terasa
seperti karat besi pada lidah dan sangat tidak menyenangkan.
Gambar 2. Pulveres
Gambar 3. Tablet
Sifat lozenges:
• Tablet secara perlahan melarutkan dan melepaskan bahan aktif sehingga
absorbsi obat juga lambat dan obat berefek panjang.
• Untuk efek lokal, lamanya obat bekerja tergantung lamanya obat dapat tinggal
dalam rongga mulut.
• Merupakan bentuk sediaan pilihan, terutama untuk terapi lokal batuk dan
sumbatan nasal.
• Cocok untuk pasien yang mengalami kesulitan menelan dan cocok pula untuk
anak-anak
Gambar 5. Trochici
C. TABLET SUBLINGUAL
Tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah sehingga zat
aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Sifat :
• Daya kerja cepat karena obat diabsorpsi di
mukosa mulut dan langsung masuk ke
sirkulasi sistemik
• Efek obat dapat bertahan lama untuk obat
yang mempunyai kelarutan tinggi.
• Obat tidak melalui metabolisme di hepar.
• Tidak cocok untuk obat yang rasanya pahit.
Gambar 6. Tablet
Sublingual
Cara pemakaian Obat:
1. Minum atau berkumurlah dengan sedikit air untuk melembabkan
2. Letakkan tablet di bawah lidah
3. Tutup mulut dan jangan menelan sampai tablet terdisolusi seluruhnya
4. Jangan makan, minum, atau merokok selama proses disolusi tablet
5. Jangan berkumur selama beberapa menit setelah tablet terdisolusi sempurna
E. TABLET EFFERVESCENT
Tablet effervescent selain mengandung zat aktif, juga mengandung campuran
asam (asam sitrat, asam tartat ) dan natrium bikarbonat sehingga bila dilarutkan dalam
air akan menghasilkan karbondioksida yang akan memberikan rasa segar.
Sifat:
• Memberikan rasa manis dan segar seperti limun
• Bahan aktif obat cepat terabsorbsi dan dapat mengurangi iritasi lambung
• Harga relatif mahal karena biaya produksi tinggi.
F. TABLET SALUT
Tablet yang diberi sebuah selaput yang menutupi seluruh
permukaannya disebut tablet salut. Terdapat beberapa jenis tablet salut yang
tersedia di pasaran, yaitu antara lain:
1. Tablet salut gula
2. Tablet salut film
3. Tablet salut enterik
Tujuan penyalutan tablet:
1. Melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, atau cahaya.
2. Menutupi rasa dan bau tidak enak.
3. Membuat penampilan lebih baik dan mengatur tempat pelepasan obat
dalam saluran cerna.
titanium dioksida, gom akasia atau gelatin sehingga berat tablet bertambah 30-
50%.
Sifat:
• Mudah ditelan dibanding tablet biasa
• Aktif lebih stabil dibanding tablet biasa
• Cocok untuk obat yang rasa dan bau tidak menyenangkan
• Dengan penyalutan memperlambat tersedianya obat diabsorbsi karena
terlambatnya sediaan pecah.
G. TABLET MULTILAYER
Bahan obat dicetak menjadi tablet kemudian ditambah granulasi
diatas tablet yang dilakukan berulang-ulang sehingga terbentuk tablet
multiplayer.
3. KAPSUL
Sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah padat
dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus cangkang yang dapat larut setelah
masuk GIT. Bentuk kapsul bulat atau bulat panjang (lonjong) sehingga mudah ditelan
oleh karena itu disukai penderita.
Macam – macam kapsul berdasarkan bahan baku cangkang kapsul, yaitu:
a. Kapsul lunak
b. Kapsul keras
4. SUPPOSITORIA
Suatu bentuk sediaan obat yang cara penggunaanya dengan memasukkan ke
dalam salah satu rongga tubuh. Suppositoria yang dimasukkan rektum disebut
suppositoria rektal dan bertujuan untuk efek lokal atau sistemik. Suppositoria yang
dimasukkan vagina disebut ovula dan untuk tujuan efek lokal.
Untuk tujuan sistemik, bentuk suppositoria cocok untuk obat-obat yang:
a. mengiritasi dan toksik di gastrointestinal
b. tidak stabil pada pH gastrointestinal
c. dirusak oleh enzim di gastrointestinal
d. mempunyai rasa tidak menyenangkan.
2. SIRUP (Syrupus)
Penggunaan istilah Sirup digunakan untuk:
1. Bentuk sediaan cair yang mengandung saccharosa (sukrosa, gula pasir) atau
pemanis lain.
2. Larutan sukrosa dalam air dengan konsentrasi 64-66% hampir jenuh dengan air.
3. Sediaan sirup yang dibuat dengan pengental, termasuk suspensi oral (misal Sirup
Ampicillin)
Sifat:
- Homogen.
- Bentuk kental dan berasa manis.
- Cocok untuk anak-anak maupun dewasa.
4. ELIXIR
Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven untuk mengurangi
jumlah etanol bisa juga ditambah kosolven lain seperti gliserin dan propilenglikol
tetapi etanol harus ada agar dapat dinyatakan sebagai elixir. Kadar alkohol antara 3-
75%, biasanya sekitar 3-15%, kegunaan alkohol selain sebagai pelarut, juga sebagai
pengawet atau korigen saporis.
Sifat:
- Cocok untuk penderita yang sukar menelan
- Karena mengandung alkohol, hati-hati untuk penderita yang tidak tahan terhadap
alkohol atau menderita penyakit tertentu
- Elixir kurang manis dan kurang kental dibandingkan bentuk sediaan sirup.
6. GARGARISMA
Sediaan cair yang cara pemakaiannya dengan dikumur sampai ke tenggorokan.
Cairan tersebut ada yang boleh ditelan dan ada yang tidak boleh ditelan sehingga perlu
diperhatikan kemasan dan aturan pemakaiannya.
INHALASI
Sediaan obat dalam bentuk padat atau larutan yang diberikan lewat nasal atau
lewat mulut dengan cara dihirup dengan maksud untuk kerja setempat pada cabang-
cabang bronkus atau untuk efek sistemik melalui paru-paru.
SPRAY
Sediaan obat bentuk larutan air atau minyak dalam tetesan kasar atau sebagai
zat padat yang terbagi halus untuk digunakan secara topikal, melalui saluran hidung,
faring, atau kulit.
Sifat:
- Merupakan suatu sistem koloid lipofob, dapat berupa cairan ukuran partikel antara
2-6 mikron untuk pemakaian sistemik
- Bahaya kontaminasi dapat dihindari
- Dapat dipakai pada daerah yang dikehendaki
- Dapat digunakan sebagai obat dalam (inhalasi) maupun obat luar.
- Mudah cara penggunaanya
- Untuk topikal dapat dihindari efek iritatif
- Harganya mahal karena biaya produksi tinggi
Tabel 3.3 Panduan penggunaan tipe perangkat pemberian aerosol (aerosol delivery
device types)
Sistem Aerosol Rekomendasi Usia
Nebulizer ≤2 tahun
Metered-dose inhaler >5 tahun
MDI dengan spacer >4 tahun
MDI dengan spacer dan masker ≤4 tahun
Breath-actuated MDI (autohaler) >5 tahun
DPI ≥5 tahun
1. NEBULIZER
Nebulizer digunakan dengan cara menghirup larutan obat yang telah diubah
menjadi bentuk kabut. Pneumatic jet nebulizer merupakan generator aerosol tertua,
desain dan dasar serta cara kerjanya banyak mengalami perubahan dalam 30 tahun
terakhir. Terdapat jenis nebulizer lain yakni ultrasonic nebulizer yang menggunakan
energi listrik untuk mengubah cairan menjadi droplet-droplet yang dapat di hirup.
Generasi nebulizer yang terbaru menggunakan teknologi mesh12.
Bagian-bagian utama nebulizer:
1. Kompresor 3. Nebulizer cup
2. Mouthpiece 4. Selang
1
3
Mencuci Nebulizer
1. Setiap kali selesai menggunakan nebulizer, cucilah nebulizer cup dengan air hangat
dan keringkan.
2. Setelah penggunaan terakhir setiap harinya, cuci masker dan mouthpiece dengan
air hangat bersabun dan keringkan.
3. Tidak perlu membersihkan selang
4. Setiap 3 hari setelah alat-alat tersebut dicuci, cuci lagi dengan air cuka sebagai
desinfektan. Campur ½ gelas cuka dengan ½-1 gelas air. Rendam 30 menit lalu
dibilas dengan air mengalir kemudian dikeringkan.
5. Tutuplah kompresor dengan kain bersih ketika tidak digunakan dan jaga
kebersihannya.
Cara membersihkan
Lihat ke dalam lubang keluar obat dari inhaler, jika terdapat residu maka
inhaler perlu dibersihkan. Lepaskan canister/tabung berisi obat dari mouthpiece, cuci
mouthpiece dan tutupnya saja dalam air hangat. Biarkan mengering selama 12 jam.
Setelah kering, masukkan canister dan tutup mouthpiece-nya.
a. Aerolizer
Cara pemakaian:
1. Lepaskan penutup mouthpiece
2. Pegang basis inhaler dan putar mouthpiece ke arah berlawanan jarum jam
3. Lepaskan kapsul dari foil blister segera sebelum digunakan; jangan
menyimpan kapsul dalam aerolizer
4. Tempatkan kapsul pada chamber pada basis inhaler
5. Pegang basis inhaler dan putar searah jarum jam untuk menutupnya
6. Secara simultan, tekan tombol; hal ini akan menusuk kapsul
7. Jaga bagian atas (head) posisi tegak
8. Jangan menghembuskan napas ke dalam perangkat
9. Pegang perangkat secara horizontal dengan tombol pada kiri dan kanan
10. Tempatkan mouthpiece ke dalam mulut dan katupkan bibir pada sekitar
mouthpiece
11. Bernapas secepat dan sedalam mungkin
12. Lepas mouthpiece dari mulut dan tahan napas 10 detik (selama senyaman
mungkin)
13. Jangan hembuskan napas ke dalam perangkat
14. Buka chamber dan periksa kapsul; jika masih ada serbuk, ulangi proses
inhalasi
15. Setelah penggunaan, lepaskan dan buang kapsul
16. Tutup mouthpiece dan ganti penutupnya
17. Simpan di tempat sejuk dan kering
B. Handihaler
Contoh: pada Spiriva handihaler.
Komponen-komponen handihaler
1. Dust cup (penutup)
2. Mouthpiece
3. Base (bagian dasar)
4. Piercing button (tombol)
5. Center chamber (tempat untuk memasukkan obat)
c. Diskus
Cara Pemakaian
1. Buka perangkat
2. Geser tuas dari kiri ke kanan
3. Bernapas normal; jangan hembuskan napas ke perangkat
4. Tempatkan mouthpiece ke mulut dan katupkan bibir rapat disekitar
mouthpiece
5. Jaga perangkat tetap horizontal selama menginhalasi dosis dengan cepat dan
stabil
6. Lepaskan mouthpiece dari mulut dan tahan napas selama 10 detik (selama
senyaman mungkin)
7. Pastikan tidak menghembuskan napas ke dalam perangkat
8. Simpan perangkat pada tempat yang sejuk.
9. Observasi penghitung dosis untuk mengetahui dosis yang masih tersedia dan
ganti di saat yang tepat.
d. Turbuhaler
Turbuhaler digunakan dengan cara mengisap satu dosis obat ke dalam mulut,
kemudian diteruskan ke paru-paru. Pasien tidak akan kesulitan menggunakan
turbuhaler karena tidak perlu menyemprotkan obat terlebih dahulu.
Satu produk turbuhaler mengandung 60 hingga 200 dosis. Terdapat indikator
dosis yang akan memberitahu pengguna jika obat hampir habis. Contoh produk:
Bricasma®, Pulmicort®, dan Symbicort®.
Dua langkah penggunaan Pulmicort turbuhaler yaitu penyiapan dosis dan
menghirup obat.
Menghirup Obat:
1. Buanglah napas sampai tidak ada lagi udara keluar tetapi jangan lakukan di
depan Pulmicort® turbuhaler yang sudah dipersiapkan
2. Pada saat menghirup, posisikan turbuhaler mendatar
3. Masukkan mouthpiece ke dalam mulut lalu katupkan bibir dengan rapat. Hirup
obat dari turbuhaler melalui mulut secara perlahan-lahan dan dalam
4. Lepaskan mouthpiece dari mulut. Tahan napas 5-10 detik, setelah itu
hembuskan perlahan
5. Jika diperlukan lebih dari satu dosis, tunggu 30 detik sebelum menghirup dosis
selanjutnya
6. Setelah selesai, pasang kembali tutupnya
7. Berkumurlah dengan air
e. Rotahaler
Rotahaler digunakan dengan cara yang mirip dengan turbuhaler.
Perbedaannya adalah setiap kali akan menghisap obat, rotahaler harus diisi dulu dengan
obat yang berbentuk kapsul (rotacap). Jadi rotahaler hanya berisi satu dosis obat.
Rotahaler sangat cocok untuk anak-anak dan usia lanjut. Contoh produk: Ventolin®
rotacap.
f. Twisthaler
Cara pemakaian
1. Pegang inhaler lurus dengan bagian merah muda (dasar) di bagian bawah.
2. Lepaskan tutup ketika sedang dalam posisi tegak untuk memastikan dosis yang
tepat dilepaskan.
3. Pegang dasar merah muda dan memutar tutup berlawanan arah jarum jam
untuk melepaskannya
4. Karena tutup diangkat, penghitung dosis (dose counter) akan dihitung mundur
1 (berkurang 1 dosis). Tindakan ini menyebabkan dosis siap hirup.
5. Pastikan panah menjorok terletak di bagian putih (di atas merah muda/bagian
dasar) menunjuk ke penghitung dosis (dose counter)
Definisi Topikal
Kata topikal berasal dari bahasa Yunani yaitu topikos yang artinya berkaitan
dengan daerah permukaan tertentu. Dalam literatur lain, kata topikal berasal dari kata
topos yang berarti lokasi atau tempat. Secara luas obat topikal didefinisikan sebagai
obat yang dipakai di tempat lesi.
A. Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya
murni air disebut sebagai solusio. Solusio dibagi dalam : kompres; rendam (bath),
misalnya rendam kaki dan rendam tangan; mandi (full bath). Jika bahan pelarutnya
alkohol, eter, atau kloroform disebut tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan
antiseptic. Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya bersifat astringen dan
antimikroba. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.
Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus,
krusta, dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai. Di samping itu
terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustula. Hasil akhir pengobatan ialah
keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga
mikroorganisme tidak dapat tumbuh, dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan
cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, dan
parestesi oleh bermacam-macam dermatosis.
B. Bedak
Bedak merupakan vehikulum solid/padat yang memiliki efek mendinginkan,
menyerap cairan, serta mengurangi gesekan pada daerah aplikasi. Bedak sebagai
sediaan topikal berbentuk padat terdiri dari talcum venetum dan oxydum zincicum
dalam komposisi yang sama. Oxydum zincicum merupakan suatu bubuk halus berwarna
putih bersifat hidrofob. Talcum venetum merupakan suatu magnesium polisilikat murni,
sangat ringan. Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang
tidak melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali. Efek samping yang dapat timbul
pada penggunaan bedak antara lain inhalasi bedak ke dalam saluran napas,
penggumpalan bedak, iritasi, dan dapat memicu pembentukan granuloma. Aplikasi
bedak pada kulit yang iritasi juga dapat menghambat proses penyembuhan.
Diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Biasanya bedak dicampur dengan
seng oksida sebab zat ini bersifat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik
lemah, dan antipruritus lemah.
Indikasi
1. Dermatosis yang kering dan superfisial
2. Mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pecah misalnya pada varisela dan
herpes zoster.
Kontraindikasi
1. Dermatitis yang basah terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.
C. Salep
Salep merupakan sediaan semisolid dengan bahan dasar lemak ditujukan
untuk kulit dan mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4
kelompok yaitu :
a. Dasar Salep Hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak seperti vaselin album
(petrolatum) dan paraffin liquidum. Vaselin album adalah golonganlemak mineral
diperoleh dari minyak bumi. Titik cair sekitar 10-50o C, mengikat 30%, tidak berbau,
transparan, dan konsistensi lunak.
Hanya sejumlah kecil komponen air dapat dicampurkan kedalamnya. Sifat dasar
salep hidrokarbon sukar dicuci, tidak mongering, dan tidak berubah dalam waktu
lama. Salep ini ditujukan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit
dan bertindak sebagai penutup. Dasar salep hidrokarbon terutama digunakan
sebagai bahan emolien.
b. Dasar Salep Serap
Dasar salep serap dibagi dalam dua tipe, yaitu bentuk anhidrat (parafin hidrofilik
dan lanolin anhidrat <adeps lanae>) dan bentuk emulsi (lanolin dan cold cream)
yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan tambahan.
Adeps Lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan melekat sehingga
sukar dioleskan, mudah mengikat air. Aedes lanae hydrosue atau lanolin ialah adeps
lanae dengan aqua 25-27%.
Salep ini dapat dicuci namun kemungkinan bahan sediaan yang tersisa masih ada
walaupun telah dicuci dengan air sehingga tidak cocok untuk sediaan kosmetik.
Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.
c. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air misalnya salep hidrofilik. Dasar ini
dinyatakan “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit sehingga lebih
dapat diterima untuk dasar kosmetik. Dasar salep ini tampilannya menyerupai krim
karena fase terluarnya adalah air. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan
dermatologi.
Pada dasarnya tidak ada dasar salep yang ideal. Namun, dengan pertimbangan faktor
diatas diharapkan dapat diperoleh bentuk sediaan paling baik.
Indikasi
1. Dermatosis yang kering dan kronik
2. Dermatosis yang dalam dan kronik karena daya penetrasi salep paling kuat jika
dibandingkan dengan bahan dasar lainnya.
3. Dermatosis yang bersisik dan berkrusta.
Kontraindikasi
1. Dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian yang berambut,
penggunaan salep tidak dianjurkan karena menyebabkan perlekatan, dan salep
jangan dipakai diseluruh tubuh.
D. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada
dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan minyak
dalam air (O/W) misalnya vanishing cream.
Selain itu dipakai emulgator dan biasanya dipakai bahan pengawet misalnya
paraben dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat dimasukan di
dalam krim.
Dalam praktik, umumnya apotik tidak bersedia membuat krim karena tidak
tersedia emulgator dan pembuatannya lebih sulit dari salep. Jadi,jika hendak menulis
resep krim dan dibubuhi bahan aktif, dapat dipakai krim yang sudah jadi, misalnya
biocream. Krim ini bersifat ambifilik artinya berhasiat sebagai W/O atau O/W. Krim
dipakai pada kelainan yang kering, superfisial. Krim memiliki kelebihan disbanding salep
karena nyaman, dapat dipakai di daerah lipatan dan kulit berambut.
Indikasi
1. Indikasi Kosmetik
2. Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih
besar daripada bedak kocok
3. Krim boleh digunakan di daerah yang berambut
4. Krim dipakai pada lesi kering dan superfisial.
Kontraindikasi
1. Dermatitis madidans.
E. Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari
bahan untuk salep, misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum dan oxydum
zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan
berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.
Pada dasarnya pasta merupakan salep yang ke dalamnya ditambahkan bedak
dalam jumlah yang relatif besar, hingga mencapai 50 persen berat campuran.
Konsistensinya relatif lebih keras dibanding salep karena penambahan bahan padat
tersebut.
Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 47
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO
Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya
maserasi lebih rendah dari salep. Pasta bersifat protektif dan mengeringkan.
Indikasi
1. Dermatosis yang agak basah.
2. Lesi akut dan superfisial
Kontraindikasi
1. Dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital
eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.
F. Bedak Kocok
Bedak kocok adalah suatu campuran air yang didalamnya ditambahkan
komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Supaya bedak tidak terlalu
kental dan tidak cepat menjadi kering maka jumlah zat padat maksimal 40% dan
jumlah gliserin 10-15%. Hal ini berarti bila beberapa zat aktif padat ditambahkan maka
persentase tersebut jangan dilampaui.
Bedak kocok ini ditujukan agar zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas
permukaan kulit dan berkontak lebih lama dari pada bentuk sediaan bedak serta
berpenetrasi kelapisan kulit.
Indikasi
1. Dermatosis yang kering, superfisial, dan agak luas, yang diinginkan adalah sedikit
penetrasi.
2. Pada keadaan subakut
Kontraindikasi
1. Dermatitis Madidans
2. Daerah badan yang berambut
Keuntungan penambahan zat pelarut pada bedak kocok seperti spritus dilitus,
ialah memberikan efek pendingin karena akan menguap, dapat melarutkan bahan
aktif yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam alcohol, misalnya mentholium dan
camphora. Kedua zat tersebut bersifat antipruritik.
Jika hendak menambahkan bahan padat berupa bubuk hendaknya diperhitungkan
sehingga berat bahan padat tetap 40%. Misalnya, jika ditambahkan sulfur precipitatum
20 g maka berat oxydum zincicum dan talcum harus dikurangi.
G. Pasta Pendingin
Pasta pendingin disebut juga linimen merupakan campuran bedak, salep, dan
cairan. Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya sama seperti krim.
Indikasi
1. Dermatosis yang subakut.
2. Dipakai pada lesi kulit yang kering
Kontraindikasi
1. Dermatosis Madidans.
H. Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel organic dan anorganik. Gel dikelompokan kedalam gel fase tunggal dan
fase ganda. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan molekul besar yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
(misalnya karbomer) atau dari gom alam (seperti tragakan).
Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel fase ganda yaitu
gel yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah misalnya gel aluminium hidroksida.
Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri dari aluminium hidroksida yang tidak
larut dan aluminium oksida hidrat. Sediaan ini berbentuk kental, berwarna putih,
efektif untuk menetralkan asam klorida dalam lambung.
Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan.
Absorbsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi kulit yang
berambut.
Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 49
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO
I. Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami
seperti tragakan, pektin, alginate, dan borak gliserin.
J. Losion
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut
terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak
tergabung ini menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih dahulu.
Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air.
Beberapa keistimewaan losion yaitu mudah diaplikasikan, tersebar rata, dan
favorit pada anak. Contoh losion yang tersedia seperti losion calamin, losion steroid,
dan losion faberi.
K. Foam aerosol
Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat
aktif yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini
Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 50
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO
digunakan untuk pemakaian lokal pada kulit, hidung, mulut, dan paru. Komponen dasar
aerosol adalah wadah, propelen, konsentrasi zat aktif, katup, dan penyemprot.
Foam aerosol merupakan emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif
menggunakan propelen untuk mengeluarkan sediaan obat dari wadah. Foam aerosol
merupakan sediaan baru obat topikal. Foam dapat berisi zat aktif dalam formulasi
emulsi dan surfaktan serta pelarut. Sediaan foam yang pernah dilaporkan antara lain
ketokonazol foam dan betametason foam.
Keistimewaan foam :
a. Foam saat diaplikasikan cepat mengalami evaporasi sehingga zat aktif tersisa cepat
berpenetrasi.
b. Sediaan foam memberikan efek iritasi minimal
L. Cat / Lacquer
Pada dasarnya cat merupakan bentuk lain solusio yang berisi komponen air
dan alkohol. Penggabungan komponen alkohol dan air menjadikan sediaan ini mampu
bertahan lama. Sediaan baru pernah dilaporkan berupa solusio ciclopirox 8% sebagai
cat kuku untuk terapi onikomikosis.
A. Injectiones (injeksi)
Sediaan obat yang steril, dapat berbentuk larutan, suspensi,
atau serbuk yang dilarutkan, atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan secara parenteral.
Sifat:
• Cocok untuk penderita dalam keadaan tidak kooperatif, tidak
sadar, atau keadaan darurat.
• Obat bekerja dengan cepat
• Cocok untuk obat yang dirusak oleh asam lambung
• Untuk bentuk kristal steril biasanya obat tidak tahan lama atau
tidak stabil dalam larutan
• Harga obat relatif lebih mahal
• Pemberian obat memerlukan spuit injeksi
Hal-hal yang pcrlu diperhatikan terhadap sediaan injeksi
1. Sediaan injeksi tidak boleh diberikan secara intravena untuk:
a. Bentuk suspensi, misalnya hormon yang tidak larut
dalam air
b. Bahan pelarut menggunakan minyak (misalnya untuk
sediaan vitamin A, D, E, dan K)
2. Sediaan injeksi yang tersedia dalam bentuk serbuk kering perlu
dilarutkan dengan aquadest pro injeksi sebelum disuntikkan ke
pasien untuk mengetahui volume aquadest yang harus
ditambahkan dan untuk mengetahui basil akhir setelah dilarutkan
itu (apakah berupa larutan atau suspensi), bisa dilihat di brosur
atau label obat yang disediakan oleh pabrik obat.
Contoh: Injeksi Streptomycin sulfat adalah berbentuk serbuk
kering, perlu ditambah aquadest pro injeksi sebanyak 9,2 mL
sehingga terbentuk larutan dengan volume total menjadi 10 mL
dan mengandung streptomycin sulfat yang setara dengan 5 gram
Contoh Obat
A. Kemasan vial larutan injeksi
1. Paracetamol 2. Ciprofloxacin 3. Heparin Sodium
Contoh Kasus
Seorang laki-laki , usia 65 tahun, terdiagnosis mengalami hernia
inguinalis dan akan menjalani operasi reposisi dan penutupan hernia
oleh dokter spesialis bedah disgestif. Dokter umum yang bertugas jaga
bangsal memberikan resep antibiotik sebagai profilaksi sebelum
dilakukan tindakan pembedahan.
Contoh resep
Contoh obat
1. Ovula vagina
Contoh Kasus
Seorang wanita, usia 40 tahun, datang dengan keluhan keputihan
selama 2 minggu. Setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopis diskar
vagina, ditemukan gambaran jamur Candida sp. Dokter memberikan
obat berupa antijamur yang pemakaiannya dimasukkan ke dalam
vagina.
Contoh Resep
R/ Nystatin vag. tab. 100.000IU No. VII
S1dd tab I vag. (malam)
-----------------------------------------
B. SUPPOSITORIA
Suatu bentuk sediaan obat yang cara penggunaanya dengan
memasukkan kedalam salah satu rongga tubuh. Suppositoria yang
dimasukkan rectum di sebut suppositoria rektal dan bertujuan
untuk efek lokal atau sistemik. Suppositoria yang dimasukkan
vagina disebut ovula dan untuk tujuan efek lokal.
Untuk tujuan sistemik, bentuk suppositoria cocok untuk obat-obat:
a. mengiritasi dan toksik di gastrointestinal
b. tidak stabil pada pH gastrointestinal
c. dirusak oleh enzim di gastrointestinal
d. mempunyai rasa tidak menyenangkan.
Pemilihan bentuk suppositoria dalam preskripsi perlu diperhatikan
tentang:
a. Cara penggunaan dan waktunya, agar mendapatkan efek yang
optimal (pagi hari setelah defekasi dan atau malam hari
menjelang tidur, sambil tiduran).
b. Absorbsi bahan aktif sering tidak sempurna.
c. Dapat menyebabkan proktitis
Sediaan ini cocok untuk pasien:
a. Mual, muntah ,postoperasi, gangguan mental atau tak sadar
b. Terlalu muda (bayi) atau terlalu tua (lansia)
Langkah-langkah penggunaan suppositoria
1. Cucilah tangan dengan sabun
2. Bila perlu, gunakan sarung tangan
3. Licinkanlah ujung suppo dengan air dingin atau basahi rektal
dengan air dingin
4. Berbaring miring, kaki yang di bawah tarik kebelakang kaki
yang di atas tekuk ke depan sampai perut
5. Tarik pantat atas ke atas untuk membuka daerah rektal
6. Masukkan suppositoria dengan jari melewati otot sphincter
sejauh 1-2,5 cm (bila menggunakan aplikator, masukkan
aplikator melewati otot sphincter 1-2,5 cm, lalu semprotkan
obat tersebut).
Laboratorium Keterampilan Medik
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 62
KETERAMPILAN MEDIK TERAPI INHALASI DAN MENGENALI BSO
3. Mikrolax Enema
Contoh Kasus
Seorang anak perempuan, usia 5 tahun, datang ke UGD dengan keluhan
demam yang disertai kejang. Setelah ditangani di UGD dan dirawat inap
untuk observasi, pasien diperbolehkan pulang karena demam sudah
turun dan tidak terjadi kejang selama dirawat. Pada saat pulang dokter
meresepkan obat anti kejang untuk penangan pertama di rumah apabila
terjadi serangan kejang kembali.
Contoh Resep
R/ Diazepam rectal tube 5mg No. II
S p r n rectal tub I
----------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA