DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 :
2018
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
Tujuan Praktikum
Manfaat Praktikum
BAB II
Tinjuan pustaka
Teori
BAB III
Metode percobaan
Prosedur kerja
Alat-bahan
Perhitungan
Pembuatan sediaan
Definisi operasional
BAB IV
Hasil
BAB V
Kesimpulan
Saran
Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
TUJUAN UMUM
1. Terampil bekerja dengan hewan percobaan.
2. Menghayati secara lebih baik berbagai prinsip farmakologi diuresis yang
diperoleh secara teori.
3. Menghargai hewan-hewan percobaan karena peranannya dalam mengungkap
fenomena- fenomena kehidupan .
4. Menyadari pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap hasil eksperimen
farmakologi dan pengaruh yang sama terhadap manusia.
5. Mampu menerapkan, mengadaptasi dan memodifikasi metode-metode
farmakologi untuk penilaian efek obat.
TUJUAN KHUSUS
1. Membuktikan bahwa FUROSEMID & HCT mempunyai efek diuretika.
2. Membandingkan onset diuretik setiap kelompok.
3. Membandingkan % efek diuretik setiap kelompok.
4. Menetapkan golongan diuretic kuat-sedang-lemah.
5. Menggambar grafik profil diuretik tiap jam setiap kelompok.
B. MANFAAT PRAKTIKUM
1. Dapat mengetahui mekanisme kerja dan obat diuretic.
2. Dapat mengetahui volume urine yang dihasilkan oleh mencit akibat dari efek
pemberian obat diuretik.
3. Dapat mengetahui dampak obat diuretik dari dosis tertentu yang diberikan
kepada mencit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diuretik
Diuretik adalah obat yang berfungsi untuk membuang kelebihan garam dan air
dari dalam tubuh melalui urine. Jumlah garam, terutama natrium, yang diserap
kembali oleh ginjal akan dikurangi. Natrium tersebut akan ikut membawa cairan
yang ada di dalam darah, sehingga produksi urine bertambah. Akibatnya, cairan
tubuh akan berkurang dan tekanan darah akan turun.
Penggolongan obat
Pada umumnya, diuretika dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :
1. Diuretik kuat
Berkhasiat kuat dan agak pesat tetapi agak singkat (4-6 jam) dan terutama
digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru – paru.
Diuretic kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi elektrolit
Na2+/K2+/2CL- di ansa henle asendens bagian epitel tebal; tempat kerjanya di
permukaan sel epitel bagian luminal.
Misalnya : Furosemid, Bumetanida, dan etarkrinat.
Dosis :
Asam etakrinat : Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per
hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinal, dolsisnya 50mg atau 0,5-1 mg/kgBB.
Furosemid : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20, 40, 80 mg dan preparat
suntikan. Umumnya pasien membutuhkan kurang dari 600 mgg/hari. Dosis anak
2 mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.
Bumetanid : Tablet 0,5 dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0,5-2 mg
sehari. Dosis maksimal perhari 10mg. obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk
injeksi dengan dosis IV atau IM dosis awal atara 0,5-1 mg: dosis diulang 2-3 jam
maksimum 10 mg/hari
Efek samping : toksisitas, nefritis interstisialis alergik, dan ketulian sementara.
2. Derivat Tiazid
Efeknya lebih lemah dan lembut tapi juga lebih lama (6-48 jam) dan terutama
digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Bekerja
pada tubulus kontrotus dustal ginjal sesudah ansa henle dengan meningkatkab
ekskresi sesudah ansa henle dengan meningkatkan sekresi natrium klorida dan
air.
Misalnya : Hidroklorotiazid, Klortalidon, mefrosida, Indapamida, Xipamida dan
kropamida.
Dosis :
Hidroklortiazid. Tablet 250 dan 50 mg digunakan dalam dosis 25-100 mg/hari
dengan lama kerja 6-12 jam.
Klorotiazid. Tablet 250 dan 500 mg digunakan dalam dosis 500-2000 mg/hari
dengan lama kerja 6-12 jam.
Efek samping : pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, peningkatan
kadar kolesterol dan trigliserid plasma.
3. Diuretik hemat Kalium.
Efek obat ini lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya
untuk menghambat ekskresi kalium. Aldosterem menstimulasi reabsorbsi Na dan
ekskresi kalium. Proses ini di hambat secara kompetitif (saingan) oleh antagonis
dan aldosterm. Diuretic hemat kalium bekerja pada tubulus distal ginjal untuk
meningkatkan ekskresi natrium dari air dan resistensi kalium.
Misalnya : Antagonis aldosteron (spironolakton ), amilomida, dan triamteren.
Dosis :
Spironolakton terdapat dlam bentuk tablet 25,50 dan 100 mg. dosis dewasa
berkisar antara 25-200 mg, tetapi dosis efektif sehari-hari rata-rata 100 mg dalam
dosis tunggal atau terbagi. terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara
sprironolakton 25 mg dan hidroklorotiazid 25 mg dan, serta antara spironolakton
25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.
Triameteren tersedia sebagai kapsul dari 100 mg. dosisnya 100-300 mg sehari.
Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang tersendiri.
Amilorid dalam bentuk tablet 5 mg. dosis sehari sebesar 5-10 mg.
Efek samping : hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-
sama dengan asupan kalium yang berlebihan.
4. Diuretika Osmotis.
Hanya direabsorpsi sedikit atau ditubuli hingga reabsorpsi air juga terbatas.
Efeknya adlah diuresis osmotis dengan ekskresi air tinggi dan relative sedikit
ekskresi. Diuretic osmotic bekerja meningkatkan osmolabilita (konsentrasi)
plasma dan cairan dalam tubulus ginjal natrium, kalium dan air di ekskresikan.
Misalnya : Manitol dan Sorbitol.
Dosis :
Manitol. Untuk suntikan intravena digunakan larutan 5-25% dengan volume
antara 50-1000 ml. Dosis untuk menimbulkan diuresis adalah 50-200g yang
diberikan dalam cairan infus selama 24 jam dengan kecepatan infus sedemikian,
sehingga diperoleh diuresis sebanyak 30-50ml per jam. Untuk penderita dengan
oliguria hebat diberikan dosis percobaan yaitu 200mg/kgBB yang diberikan
melalui infus selama 3-5 menit. Bila dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis
masih kurang dari 30ml per jam dalam 2-3 jam, maka status pasien harus di
evaluasi kembali sebelum pengobatan dilanjutkan.
Isosorbid. Diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan gliserin.
Efeknya juga sama, hanya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar
daripada gliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-
3g/kgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari.
5. Perintang – karbonhidrase
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase ditubuli proksimal sehingga disamping
karbonat, juga Nadan K diekskresi lebih banyak bersamaan dengan air.
Misalnya : asetazolamid, Diklorofenamid , metazolamid.
Dosis :
Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk
pemberian oral. Dosis antara 250-500 mg per kali, dosis untuk chronic simple
glaucoma yaitu 250-1000 mg per hari.
Efek samping : Mual, muntah, diare, gangguan rasa, depresi, poliurea,
menurunkan libido, gangguan elektrolit dan asidosis
(Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja 2002, hal 490).
2. Barbiturat
Phenobarbital
Merasa lelah.
Mengantuk.
Pusing.
Sakit kepala.
Sensitif atau mudah marah.
Disartria, yaitu melemahnya otot-otot bicara.
Ataksia, yaitu kondisi berkurangnya kendali otot dan koordinasi gerakan
tubuh, seperti berjalan atau mengambil benda.
Kesemutan.
Vertigo.
3. Nonbarbiturat- nonbenzodiazepin
1. Propofol
2. Ketamin
3. Dekstromethorpan
A. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Masing-masing kelompok mengambil 6 ekor mencit yang telah
dipuasakan semalam dan di timbang dengan pemilihan bobot antara 20-
30 gram.
3. Menghitung dosis larutan yang akan diberikan pada mencit.
4. Membuat larutan suspensi yang akan diberikan pada mencit, berupa
larutan Fenobarbital, larutan Kloralhidrat dan larutan Diazepam.
5. Menyiapkan larutan-larutan yang akan diberikan ke mencit sesuai dengan
dosis yang telah di hitung dalam bentuk oral.
6. Mencit dipisahkan dalam 6 ruangan berbeda.
7. Kemudian mencit di berikan 2 perlakuan berbeda, antara lain: diberikan
perlakuan berupa larutan Kloralhidrat secara oral, diberikan larutan
kombinasi Kloralhidrat dan Diazepam secara oral. Kemudian di lepaskan
dalam tempat berbeda yang telah disiapkan untuk diamati waktu tidur
mencit.
8. Catat waktu pemberian larutan dan waktu tidur mencit (onset).
9. Mencit yang telah di uji coba, dikembalikan ke dalam kandangnya dan
bersihkan alat-alat yang telah digunakan.
a. Alat :
- Keranjang
- Spuit 1 ml
- Stopwatch
b. Bahan :
- Kloralhidrat
- Diazepam
- fenobarbital
- Hewan uji : Mencit
C. PERHITUNGAN
Dosis :
1. Kloral Hidrat : 2500 mg pada manusia
2500 𝑚𝑔 10,25
Dosis pada 20 gram mencit : x 12,3 x 0,02 = x 1 = 0,41 ml
60 𝑘𝑔 25
23 𝑔
Mencit 23 gram : 20 𝑔 x 0,41 = 0,47 ml
23 𝑔
Mencit 23 gram : 20 𝑔 x 0,41 = 0,47 ml
21 𝑔
Mencit 21 gram : 20 𝑔 x 0,41 = 0,43 ml
ml
Diazepam : 50 mg pada manusia
50 𝑚𝑔 0,205
Dosis pada 20 gram mencit : x 12,3 x 0,02 = x 1 = 0,205 ml~ 0,21
60 𝑘𝑔 25
ml
22 𝑔
(K 2) Mencit 22 gram : 20 𝑔 x 0,33 = 0,36 ml
22 𝑔
(D 0,05) Mencit 22 gram : x 0,21 = 0,23 ml
20 𝑔
21 𝑔
(K 2) Mencit 21 gram : 20 𝑔 x 0,33 = 0,34 ml
D. PEMBUATAN SEDIAAN
1. Larutkan gom dengan aq dest ad 100 ml
2. Gerus 4 tab diazepam 2mg ad halus homogen, larutkan dengan gom
sebanyak 8 ml, masukan ke dalam 2 botol
3. Gerus 4 tab fenobarbital 30 mg ad halus homogen, larutkan dengan gom
sebanyak 8 ml
E. CARA ANALISIS
VCB : Volume Cairan yang Diberikan
Onset : waktu sonde diangkat sampai mecit tidur
BAB IV
A. HASIL
Uji komparasi efek hipnotika-sedativa Kloralhidrat/Diazepam oral
Perlakuan : kombinasi kloralhidrat (K) 2000 mg/Diazepam (D) 50 mg
Tanggal Percobaan : 23 Oktober 2018
Kelompok 3 Reguler 17 B
180
160
140
120
Waktu (menit)
Gambar1.2
100 Perlakuan Onset Durasi
80 Onset FD 165 164
60 Durasi KD 66 100
40
20
0
FD KD
Perlakuan
Gambar 1.3
Onset
180
160
140
Waktu (menit)
120
100
80
60
40
20
0
FD KD
Perlakuan
Waktu (menit)
120
100
80
60
40
20
0
FD KD
Perlakuan
Gambar 1.4
B. PEMBAHASAN
a. Pada praktikum ini dilakukan uji coba efek hipnotika sedatifa terhadap
mencit jantan menggunakan Fenobarbital, Kloralhidrat, Diazepam tablet.
b. Pada 12 mencit yang diuji coba, diberikan 2 perlakuan berbeda antara
lain: perlakuan kombinasi suspensi Fenobarbital dengan Diazepam dan
pemberian perlakuan larutan Kloralhidrat dan suspensi Diazepam secara
oral. Dari 2 perlakuan yang diberikan terhadap mencit didapatkan hasil 6
ekor mencit dapat tidur setelah diberikan cairan.
c. 6 mencit yang dapat tidur memiliki onset (waktu tidur mencit pertama kali)
yang berbeda-beda. Dari 2 perlakuan berbeda yang diberikan, onset yang
paling cepat terjadi pada pemberian kombinasi Kloralhidrat oral dan
Diazepam oral .
d. Dari 12 mencit yang berhasil tidur, memiliki durasi tidur yang berbeda-
beda. Durasi tidur tercepat ada pada pemberian kombinasi Kloraldirat
dengan Diazepam oral yakni selama 64 menit.
e. Berdasarkan hasil percobaan di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan
pemberian larutan kombinasi Fenobarbital/Diazepam oral dan
Kloralhidrat/Diazepam oral mempengaruhi waktu tidur.
BAB 3
METODE PERCOBAAN
A. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Setiap kelompok mengambil 6 ekor mencit yang telah dipuasakan semalam dan
di timbang dengan pemilihan bobot antara >16 gram.
3. Menghitung dosis larutan yang akan diberikan pada mencit.
4. Membuat larutan suspensi yang akan diberikan pada mencit, berupa larutan
NaCl 3,6 % , larutan Gom, larutan Furosemide, dan larutan HCT.
5. Menyiapkan larutan yang akan diberikan ke mencit sesuai dengan dosis yang
telah dihitung dalam bentuk oral dan ip.
6. Mencit dipisahkan dalam 6 ruangan berbeda dengan penampungan urin masing-
masing.
7. Kemudian mencit di berikan 6 perlakuan berbeda.
Antara lain: diberikan perlakuan larutan HCT secara oral dan ip, diberikan
perlakuan larutan Furosemide secara oral da ip, diberikan perlakuan Normal
berupa larutan Nacl dan Gom secara oral dan ip. Kemudian di lepaskan dalam
kandang berbeda dan untuk diamati pengeluaran urinnya.
8. Catat waktu pemberian larutan dan waktu pengeluaran urin pertamanya (onset).
9. Catat volume urine tertampung (VUT) pada jam ke-1 dan jam ke-2 setelah
pemberian larutan.
10. Mencit yang telah di uji coba, dikembalikan ke dalam kandangnya dan bersihkan
alat-alat yang telah digunakan.
C. PERHITUNGAN
Dosis dan Sediaan
Perla- dosis sediaan untuk
manu- ad
kuan sia m'cit vol obat vol (ekor) Etiket
(mg) (mg) (ml) (mg) (ml)
Induktor 0,5 900 25 NaCl 3,6%
Normal 0,5 500 100 Trag 1/2%
Sediaan induk Fu 40 mg/tabl 40 10 Fu 4 mg/ml
Fu40 40 0,164 0,5 4 12 24,3 Fu 4 mg/12ml
Sediaan induk HCT 25 mg/tabl 25 10 HCT 2.5 mg/ml
H50 50 0,206 0,5 5 12 24,3 HCT 5mg/12ml
Dosis :
50 0,205
HCT-Oral = 60 𝑥12,3𝑥0,02 = 𝑥12 = 0,492 𝑚𝑙 ~ 0,49 𝑚𝑙
5
16
𝑥 0,49 = 0,40 𝑚𝑙
20
16
Nacl = 20 𝑥 0,5 𝑚𝑙 = 0,4 𝑚𝑙
50 0,205
HCT-ip = 60 𝑥 12,3𝑥0,02 = 𝑥12 = 0,492 𝑚𝑙 ~ 0,49 𝑚𝑙
5
17
= 20 𝑥 0,49 = 0,41 𝑚𝑙
17
Nacl = 20𝑥 𝑥0,5 = 0,42 𝑚𝑙
40 0,164
Fu-Oral = 60 𝑥12,3𝑥0,02 = 𝑥12 = 0,492 ~ 0,49 𝑚𝑙
4
16
= 20 𝑥0,49 𝑚𝑙 = 0,39 ~ 0,40 𝑚𝑙
16
Nacl = 20 𝑥0,5 = 0,4
40 0,164
Fu-ip = 60 𝑥12,3𝑥0,02 = 𝑥12 = 0,492 𝑚𝑙 ~ 0,49 𝑚𝑙
4
19
= 20 𝑥0,49 = 0,47 𝑚𝑙
0,5 17
Nacl = = 𝑥0,5 = 0,42 𝑚𝑙
20 20
17
N-Oral = 20 𝑥0,5 = 0,42 𝑚𝑙
Nacl = 0,42 𝑚𝑙 = 𝑁5
0,5 17
N-Oral = = 𝑥0,5 = 0,42 𝑚𝑙
20 20
D. PEMBUATAN SEDIAAN
2. 1 tablet furosemid (40 mg) digerus dengan GOM 0,5% sedikit-sedikit di adkan 10
ml vial beri etiket : Fu 4 mg/ml
F. CARA ANALISIS
A. HASIL
A. KESIMPULAN
Furosemide dan HCT adalah obat-obatan yang berkhasiat sebagai diuretika,
yaitu obat-obatan yang dapat menambah volume pembentukan urine.
Efek: Fu-oral: 110%, Fu-ip : 100%, HCT-oral: 105%, HCT-ip: 50%, N-oral: 60%,
N-ip: 30%.
Fu-oral dan ip: golongan diuretik kuat, HCT-oral dan ip: golongan diuretik lemah.
Terdapat hubungan cara pemberian dengan efek. Obat yang diberikan dengan
cara intra peritoneal absorpsinya lebih cepat dibandingkan peroral karena pada
mesantrium banyak mengandung pembuluh darah. Obat yang diberikan secara
i.p akan diabsorbsi pada sirkulasi portal sehingga akan dimetabolisme di dalam
hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik.
B. SARAN
Berat badan mencit yang digunakan dalam percobaan hendaknya
disamaratakan sehingga terdapat keseragaman volume larutan yang diberikan
pada mencit.
Pada pemberian larutan ke mencit baik secara oral maupun secara ip sebaiknya
dilakukan secara lebih hati-hati untuk mencegah banyaknya mencit yang mati
akibat perlakuan yang salah.
DAFTAR PUSTAKA