Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN MENGIDENTIFIKASI EFEK DIURETIK FUROSEMID

ATAU HCT TERHADAP HEWAN PERCOBAAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4 :

1. Hairunnis Natlia 3422117121


2. Indah Setyawati 3422117137
3. Ira Aulia Sahara 3422117143
4. Irna Marliya 3422117146
5. Lutfiana Rizqiyani 3422117173
6. Putri Ainunnisya 3422117232
7. Nikita Suci Indriani 3422117204

AKADEMI FARMASI IKIFA

2018
DAFTAR ISI
BAB I

Pendahuluan

Tujuan Praktikum

Manfaat Praktikum

BAB II

Tinjuan pustaka

Teori

BAB III

Metode percobaan

Prosedur kerja

Alat-bahan

Perhitungan

Pembuatan sediaan

Definisi operasional

BAB IV

Hasil dan pembahasan

Hasil

BAB V

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

Saran

Daftar pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
TUJUAN UMUM
1. Terampil bekerja dengan hewan percobaan.
2. Menghayati secara lebih baik berbagai prinsip farmakologi diuresis yang
diperoleh secara teori.
3. Menghargai hewan-hewan percobaan karena peranannya dalam mengungkap
fenomena- fenomena kehidupan .
4. Menyadari pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap hasil eksperimen
farmakologi dan pengaruh yang sama terhadap manusia.
5. Mampu menerapkan, mengadaptasi dan memodifikasi metode-metode
farmakologi untuk penilaian efek obat.

TUJUAN KHUSUS
1. Membuktikan bahwa FUROSEMID & HCT mempunyai efek diuretika.
2. Membandingkan onset diuretik setiap kelompok.
3. Membandingkan % efek diuretik setiap kelompok.
4. Menetapkan golongan diuretic kuat-sedang-lemah.
5. Menggambar grafik profil diuretik tiap jam setiap kelompok.

B. MANFAAT PRAKTIKUM
1. Dapat mengetahui mekanisme kerja dan obat diuretic.
2. Dapat mengetahui volume urine yang dihasilkan oleh mencit akibat dari efek
pemberian obat diuretik.
3. Dapat mengetahui dampak obat diuretik dari dosis tertentu yang diberikan
kepada mencit.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diuretik
Diuretik adalah obat yang berfungsi untuk membuang kelebihan garam dan air
dari dalam tubuh melalui urine. Jumlah garam, terutama natrium, yang diserap
kembali oleh ginjal akan dikurangi. Natrium tersebut akan ikut membawa cairan
yang ada di dalam darah, sehingga produksi urine bertambah. Akibatnya, cairan
tubuh akan berkurang dan tekanan darah akan turun.

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :


 Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
diure-tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
 Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal
ginjal. Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap
diuretik.
 Interaksi antara obat dengan reseptor.
Obat Tempat kerja utama Cara kerja
Diuretic a. Tubuli prroksimal Penghambat reabsorbsi Na & air
osmotic melalui daya osmotik.

Penghambat reansorbsi Na & air oleh


b. Ansa henle
karena hipertonisitas daerah medulla
desenden
menurun.

Penghambat reansirbsi Na & air oleh


c. Duktus koligenesis karena penghambat ADH.

Penghambat Tubuli proksimal Penghambat terhadap reabsorbsi


e-anhidrase HCO3-, H+, dan Na.
Tiazida Hulu tubuli distal Penghambat terhadap reabsorbsi
natrium klorida.
Diuretic -hilir tubuli distal & - penghambat antiport N+ / K+
hemat duktus koligentes (reabsorbsi natrium dan sekresi
kalium daerah korteks. kalium) dengan jalan antagonism
(spironolakton) atau secara langsung
-ansa henle
(triamteren dan amiloria)
asenden bagian epitel
Diuretic kuat
tebal. - penghambatan terhadap kontraseptor
Na+/K+/cL-

Penggolongan obat
Pada umumnya, diuretika dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :
1. Diuretik kuat
Berkhasiat kuat dan agak pesat tetapi agak singkat (4-6 jam) dan terutama
digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru – paru.
Diuretic kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi elektrolit
Na2+/K2+/2CL- di ansa henle asendens bagian epitel tebal; tempat kerjanya di
permukaan sel epitel bagian luminal.
Misalnya : Furosemid, Bumetanida, dan etarkrinat.
Dosis :
Asam etakrinat : Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per
hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinal, dolsisnya 50mg atau 0,5-1 mg/kgBB.
Furosemid : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20, 40, 80 mg dan preparat
suntikan. Umumnya pasien membutuhkan kurang dari 600 mgg/hari. Dosis anak
2 mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.
Bumetanid : Tablet 0,5 dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0,5-2 mg
sehari. Dosis maksimal perhari 10mg. obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk
injeksi dengan dosis IV atau IM dosis awal atara 0,5-1 mg: dosis diulang 2-3 jam
maksimum 10 mg/hari
Efek samping : toksisitas, nefritis interstisialis alergik, dan ketulian sementara.
2. Derivat Tiazid
Efeknya lebih lemah dan lembut tapi juga lebih lama (6-48 jam) dan terutama
digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Bekerja
pada tubulus kontrotus dustal ginjal sesudah ansa henle dengan meningkatkab
ekskresi sesudah ansa henle dengan meningkatkan sekresi natrium klorida dan
air.
Misalnya : Hidroklorotiazid, Klortalidon, mefrosida, Indapamida, Xipamida dan
kropamida.
Dosis :
Hidroklortiazid. Tablet 250 dan 50 mg digunakan dalam dosis 25-100 mg/hari
dengan lama kerja 6-12 jam.
Klorotiazid. Tablet 250 dan 500 mg digunakan dalam dosis 500-2000 mg/hari
dengan lama kerja 6-12 jam.
Efek samping : pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, peningkatan
kadar kolesterol dan trigliserid plasma.
3. Diuretik hemat Kalium.
Efek obat ini lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya
untuk menghambat ekskresi kalium. Aldosterem menstimulasi reabsorbsi Na dan
ekskresi kalium. Proses ini di hambat secara kompetitif (saingan) oleh antagonis
dan aldosterm. Diuretic hemat kalium bekerja pada tubulus distal ginjal untuk
meningkatkan ekskresi natrium dari air dan resistensi kalium.
Misalnya : Antagonis aldosteron (spironolakton ), amilomida, dan triamteren.

Dosis :
Spironolakton terdapat dlam bentuk tablet 25,50 dan 100 mg. dosis dewasa
berkisar antara 25-200 mg, tetapi dosis efektif sehari-hari rata-rata 100 mg dalam
dosis tunggal atau terbagi. terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara
sprironolakton 25 mg dan hidroklorotiazid 25 mg dan, serta antara spironolakton
25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.
Triameteren tersedia sebagai kapsul dari 100 mg. dosisnya 100-300 mg sehari.
Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang tersendiri.
Amilorid dalam bentuk tablet 5 mg. dosis sehari sebesar 5-10 mg.
Efek samping : hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-
sama dengan asupan kalium yang berlebihan.
4. Diuretika Osmotis.
Hanya direabsorpsi sedikit atau ditubuli hingga reabsorpsi air juga terbatas.
Efeknya adlah diuresis osmotis dengan ekskresi air tinggi dan relative sedikit
ekskresi. Diuretic osmotic bekerja meningkatkan osmolabilita (konsentrasi)
plasma dan cairan dalam tubulus ginjal natrium, kalium dan air di ekskresikan.
Misalnya : Manitol dan Sorbitol.
Dosis :
Manitol. Untuk suntikan intravena digunakan larutan 5-25% dengan volume
antara 50-1000 ml. Dosis untuk menimbulkan diuresis adalah 50-200g yang
diberikan dalam cairan infus selama 24 jam dengan kecepatan infus sedemikian,
sehingga diperoleh diuresis sebanyak 30-50ml per jam. Untuk penderita dengan
oliguria hebat diberikan dosis percobaan yaitu 200mg/kgBB yang diberikan
melalui infus selama 3-5 menit. Bila dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis
masih kurang dari 30ml per jam dalam 2-3 jam, maka status pasien harus di
evaluasi kembali sebelum pengobatan dilanjutkan.
Isosorbid. Diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan gliserin.
Efeknya juga sama, hanya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar
daripada gliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-
3g/kgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari.

5. Perintang – karbonhidrase
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase ditubuli proksimal sehingga disamping
karbonat, juga Nadan K diekskresi lebih banyak bersamaan dengan air.
Misalnya : asetazolamid, Diklorofenamid , metazolamid.
Dosis :
Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk
pemberian oral. Dosis antara 250-500 mg per kali, dosis untuk chronic simple
glaucoma yaitu 250-1000 mg per hari.
Efek samping : Mual, muntah, diare, gangguan rasa, depresi, poliurea,
menurunkan libido, gangguan elektrolit dan asidosis
(Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja 2002, hal 490).
2. Barbiturat

Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif


sebagai hipnotik dan sedative. Namun sekarang kecuali untuk beberapa
penggunaan yang spesifik, barbiturate telah banyak digantikan dengan
benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital yang memiliki anti
konvulsi yang masih sama banyak digunakan. Pada praktikum kali ini, obat
hipnotik – sedatif dari golongan benzodiazepine yang kami gunakan adalah
fenobarbital.

Phenobarbital

Phenobarbital adalah obat dengan fungsi untuk mengendalikan kejang-


kejang. Mengendalikan dan mengurangi kejang akan memungkinkan Anda
melakukan lebih banyak kegiatan sehari-hari, mengurangi risiko bahaya ketika
Anda kehilangan kesadaran, dan mengurangi risiko Anda untuk kondisi yang
mungkin mengancam jiwa Anda akibat kejang-kejang yang sering berulang.

Efek samping yang dapat timbul setelah menggunakan phenobarbital adalah:

 Merasa lelah.
 Mengantuk.
 Pusing.
 Sakit kepala.
 Sensitif atau mudah marah.
 Disartria, yaitu melemahnya otot-otot bicara.
 Ataksia, yaitu kondisi berkurangnya kendali otot dan koordinasi gerakan
tubuh, seperti berjalan atau mengambil benda.
 Kesemutan.
 Vertigo.

3. Nonbarbiturat- nonbenzodiazepin
1. Propofol

Propofol adalah substitusi isopropylphenol yang digunakan secara


intravena sebagai 1% larutan pada zat aktif yang terlarut, serta mengandung
10% minyak kedele, 2,25% gliserol dan 1,2% purified egg phosphatide.

2. Ketamin

Ketamin adalah derivate phencyclidine yang meyebabkan disosiative


anesthesia yang ditandai dengan disosiasi EEG pada talamokortikal dan sistem
limbik.

3. Dekstromethorpan

Dekstromethorphan adalah NMDA antagonis dengan afinitas ringan yang


paling sering digunakan sebagai penghambat respon batuk di sentral.
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Masing-masing kelompok mengambil 6 ekor mencit yang telah
dipuasakan semalam dan di timbang dengan pemilihan bobot antara 20-
30 gram.
3. Menghitung dosis larutan yang akan diberikan pada mencit.
4. Membuat larutan suspensi yang akan diberikan pada mencit, berupa
larutan Fenobarbital, larutan Kloralhidrat dan larutan Diazepam.
5. Menyiapkan larutan-larutan yang akan diberikan ke mencit sesuai dengan
dosis yang telah di hitung dalam bentuk oral.
6. Mencit dipisahkan dalam 6 ruangan berbeda.
7. Kemudian mencit di berikan 2 perlakuan berbeda, antara lain: diberikan
perlakuan berupa larutan Kloralhidrat secara oral, diberikan larutan
kombinasi Kloralhidrat dan Diazepam secara oral. Kemudian di lepaskan
dalam tempat berbeda yang telah disiapkan untuk diamati waktu tidur
mencit.
8. Catat waktu pemberian larutan dan waktu tidur mencit (onset).
9. Mencit yang telah di uji coba, dikembalikan ke dalam kandangnya dan
bersihkan alat-alat yang telah digunakan.

B. ALAT DAN BAHAN

a. Alat :
- Keranjang
- Spuit 1 ml
- Stopwatch
b. Bahan :
- Kloralhidrat
- Diazepam
- fenobarbital
- Hewan uji : Mencit

C. PERHITUNGAN
Dosis :
1. Kloral Hidrat : 2500 mg pada manusia
2500 𝑚𝑔 10,25
Dosis pada 20 gram mencit : x 12,3 x 0,02 = x 1 = 0,41 ml
60 𝑘𝑔 25
23 𝑔
 Mencit 23 gram : 20 𝑔 x 0,41 = 0,47 ml
23 𝑔
 Mencit 23 gram : 20 𝑔 x 0,41 = 0,47 ml
21 𝑔
 Mencit 21 gram : 20 𝑔 x 0,41 = 0,43 ml

2. Kloral Hidrat : 2000 mg pada manusia


2000 𝑚𝑔 8,2
Dosis pada 20 gram mencit : x 12,3 x 0,02 = x 1 = 0,328 ml~ 0,33
60 𝑘𝑔 25

ml
Diazepam : 50 mg pada manusia
50 𝑚𝑔 0,205
Dosis pada 20 gram mencit : x 12,3 x 0,02 = x 1 = 0,205 ml~ 0,21
60 𝑘𝑔 25

ml
22 𝑔
 (K 2) Mencit 22 gram : 20 𝑔 x 0,33 = 0,36 ml
22 𝑔
 (D 0,05) Mencit 22 gram : x 0,21 = 0,23 ml
20 𝑔
21 𝑔
 (K 2) Mencit 21 gram : 20 𝑔 x 0,33 = 0,34 ml
D. PEMBUATAN SEDIAAN
1. Larutkan gom dengan aq dest ad 100 ml
2. Gerus 4 tab diazepam 2mg ad halus homogen, larutkan dengan gom
sebanyak 8 ml, masukan ke dalam 2 botol
3. Gerus 4 tab fenobarbital 30 mg ad halus homogen, larutkan dengan gom
sebanyak 8 ml

E. CARA ANALISIS
VCB : Volume Cairan yang Diberikan
Onset : waktu sonde diangkat sampai mecit tidur
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Uji komparasi efek hipnotika-sedativa Kloralhidrat/Diazepam oral
Perlakuan : kombinasi kloralhidrat (K) 2000 mg/Diazepam (D) 50 mg
Tanggal Percobaan : 23 Oktober 2018
Kelompok 3 Reguler 17 B

No Perlakuan waktu onset waktu durasi


keterangan
Mencit Oral tidur (') bangun (')
F 0,6 10:15 54 111
4 11:09 13:00
D 0,05 9:42 87 menit
F 0,6 9:56 79 105
5 11:15 13:00
D 0,05 9:25 110 menit
F 0,6 10:09
6 tidak tidur
D 0,05 9:35
F 0,6 9:58
16 tidak tidur
D 0,05 9:28
F 0,6 10:06
17 tidak tidur
D 0,05 9:34
F 0,6 10:07
18 tidak tidur
D 0,05 9:35
Aver 165 163,5
K2 9:58 32 64
10 10:30 11:34
D 0,05 9:28 62 menit
K2 10:08 7 78
11 10:15 11:33
D 0,05 9:38 37 menit
K2 10:52 4 124
12 10:56 13:00
D 0,05 9:22 34 menit
K2 10:20 28 132
22 10:48 13:00
D 0,05 9:50 58 menit
K2 10:20
23 tidak tidur
D 0,05 9:50
K2 10:23
24 tidak tidur
D 0,05 9:53
Aver 65,5 99,5
Gambar 1.1

180
160
140
120
Waktu (menit)

Gambar1.2
100 Perlakuan Onset Durasi
80 Onset FD 165 164
60 Durasi KD 66 100
40
20
0
FD KD
Perlakuan

perbandingan waktu tidur kombinasi fenobarbital, kloralhidrat, diazepam

Gambar 1.3

Onset
180
160
140
Waktu (menit)

120
100
80
60
40
20
0
FD KD
Perlakuan

Onset tidur mencit pelakuan kombinasi fenobarbital, kloralhidrat, diazepam


Durasi
180
160
140

Waktu (menit)
120
100
80
60
40
20
0
FD KD
Perlakuan

Gambar 1.4

Durasi lama waktu tidur mencit kombinasi fenobarbital, kloralhidrat, diazepam

B. PEMBAHASAN
a. Pada praktikum ini dilakukan uji coba efek hipnotika sedatifa terhadap
mencit jantan menggunakan Fenobarbital, Kloralhidrat, Diazepam tablet.
b. Pada 12 mencit yang diuji coba, diberikan 2 perlakuan berbeda antara
lain: perlakuan kombinasi suspensi Fenobarbital dengan Diazepam dan
pemberian perlakuan larutan Kloralhidrat dan suspensi Diazepam secara
oral. Dari 2 perlakuan yang diberikan terhadap mencit didapatkan hasil 6
ekor mencit dapat tidur setelah diberikan cairan.
c. 6 mencit yang dapat tidur memiliki onset (waktu tidur mencit pertama kali)
yang berbeda-beda. Dari 2 perlakuan berbeda yang diberikan, onset yang
paling cepat terjadi pada pemberian kombinasi Kloralhidrat oral dan
Diazepam oral .
d. Dari 12 mencit yang berhasil tidur, memiliki durasi tidur yang berbeda-
beda. Durasi tidur tercepat ada pada pemberian kombinasi Kloraldirat
dengan Diazepam oral yakni selama 64 menit.
e. Berdasarkan hasil percobaan di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan
pemberian larutan kombinasi Fenobarbital/Diazepam oral dan
Kloralhidrat/Diazepam oral mempengaruhi waktu tidur.
BAB 3

METODE PERCOBAAN

A. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Setiap kelompok mengambil 6 ekor mencit yang telah dipuasakan semalam dan
di timbang dengan pemilihan bobot antara >16 gram.
3. Menghitung dosis larutan yang akan diberikan pada mencit.
4. Membuat larutan suspensi yang akan diberikan pada mencit, berupa larutan
NaCl 3,6 % , larutan Gom, larutan Furosemide, dan larutan HCT.
5. Menyiapkan larutan yang akan diberikan ke mencit sesuai dengan dosis yang
telah dihitung dalam bentuk oral dan ip.
6. Mencit dipisahkan dalam 6 ruangan berbeda dengan penampungan urin masing-
masing.
7. Kemudian mencit di berikan 6 perlakuan berbeda.
Antara lain: diberikan perlakuan larutan HCT secara oral dan ip, diberikan
perlakuan larutan Furosemide secara oral da ip, diberikan perlakuan Normal
berupa larutan Nacl dan Gom secara oral dan ip. Kemudian di lepaskan dalam
kandang berbeda dan untuk diamati pengeluaran urinnya.
8. Catat waktu pemberian larutan dan waktu pengeluaran urin pertamanya (onset).
9. Catat volume urine tertampung (VUT) pada jam ke-1 dan jam ke-2 setelah
pemberian larutan.
10. Mencit yang telah di uji coba, dikembalikan ke dalam kandangnya dan bersihkan
alat-alat yang telah digunakan.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Timbangan mencit
2. Alat suntik
3. Sonde oral mencit
4. Kandang metabolisme individual
5. Alat gelas sesuai kebutuhan
Bahan :
1. Larutan NaCl
2. Furosemide 40 mg tablet
3. HCT 25 mg tablet
4. GOM 0,5 %
5. Mencit putih

C. PERHITUNGAN
Dosis dan Sediaan
Perla- dosis sediaan untuk
manu- ad
kuan sia m'cit vol obat vol (ekor) Etiket
(mg) (mg) (ml) (mg) (ml)
Induktor 0,5 900 25 NaCl 3,6%
Normal 0,5 500 100 Trag 1/2%
Sediaan induk Fu 40 mg/tabl 40 10 Fu 4 mg/ml
Fu40 40 0,164 0,5 4 12 24,3 Fu 4 mg/12ml
Sediaan induk HCT 25 mg/tabl 25 10 HCT 2.5 mg/ml
H50 50 0,206 0,5 5 12 24,3 HCT 5mg/12ml

Dosis :

50 0,205
HCT-Oral = 60 𝑥12,3𝑥0,02 = 𝑥12 = 0,492 𝑚𝑙 ~ 0,49 𝑚𝑙
5

16
𝑥 0,49 = 0,40 𝑚𝑙
20

16
Nacl = 20 𝑥 0,5 𝑚𝑙 = 0,4 𝑚𝑙

50 0,205
HCT-ip = 60 𝑥 12,3𝑥0,02 = 𝑥12 = 0,492 𝑚𝑙 ~ 0,49 𝑚𝑙
5

17
= 20 𝑥 0,49 = 0,41 𝑚𝑙
17
Nacl = 20𝑥 𝑥0,5 = 0,42 𝑚𝑙

40 0,164
Fu-Oral = 60 𝑥12,3𝑥0,02 = 𝑥12 = 0,492 ~ 0,49 𝑚𝑙
4

16
= 20 𝑥0,49 𝑚𝑙 = 0,39 ~ 0,40 𝑚𝑙

16
Nacl = 20 𝑥0,5 = 0,4

40 0,164
Fu-ip = 60 𝑥12,3𝑥0,02 = 𝑥12 = 0,492 𝑚𝑙 ~ 0,49 𝑚𝑙
4

19
= 20 𝑥0,49 = 0,47 𝑚𝑙

0,5 17
Nacl = = 𝑥0,5 = 0,42 𝑚𝑙
20 20

17
N-Oral = 20 𝑥0,5 = 0,42 𝑚𝑙

Nacl = 0,42 𝑚𝑙 = 𝑁5

0,5 17
N-Oral = = 𝑥0,5 = 0,42 𝑚𝑙
20 20

D. PEMBUATAN SEDIAAN

1. NaCl 900 mg dilarutkan dalam ades ad 25 ml  beri etiket

2. 1 tablet furosemid (40 mg) digerus dengan GOM 0,5% sedikit-sedikit di adkan 10
ml  vial  beri etiket : Fu 4 mg/ml

3. F40 dibuat dengan mengencerkan 1 ml (larutan Fu 4 mg/ml) dengan GOM 0,5%


ad 12 ml.

4. 1 tablet HCT 25 mg digerus dengan GOM 0,5% sedikit-sedikit di adkan 10 ml 


vial  beri etiket : HCT 2,5 mg/ml

5. HCT 50 dibuat dengan mengencerkan 2 ml (larutan HCT 2,5 mg/ml) dengan


GOM 0,5% ad 12 ml
E. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional variabel
NO VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL UNIT SKALA
Dibuat dengan melarutkan NaCl
Larutan
1 900 mg dalam 25 ml air suling Ml rasio
NaCL
untuk mencapai konsentrasi 3,6 %
Larutan Dibuat dengan melarutkan GOM
2 Ml rasio
Normal 1,8 gram dalam 20 ml air suling.
Dibuat dengan membuat suspensi
dari 1 tablet Furosemide 40 mg ad
Larutan
3 10 ml. Kemudian dari 1 ml larutan Ml rasio
Furosemide
tersebut diencerkan dengan
larutan GOM ad 12 ml.
Dibuat dengan membuat suspensi
dari 1 tablet HCT 25 mg ad 10 ml.
4 Larutan HCT Kemudian dari 2 ml larutan Ml rasio
tersebut diencerkan dengan
larutan GOM ad 12 ml.
Mencit dipilih berdasarkan berat
badannya dengan kriteria antara
5 Mencit 20-25 gram. Mencit yang akan Ekor nominal
digunakan telah dipuasakan
semalam.

F. CARA ANALISIS

- VUT : Volume Urine Tertampung


- VCB : Volume Cairan yang Diberikan
- Onset : Waktu pertama mencit mengeluarkan urine setelah perlakuan.
𝑉𝑈𝑇
- Keterangan : Tingkat diuresis dihitung menggunakan rumus 𝑉𝐶𝐵
X 100%

Identifikasi hasil perhitungan:


 40% - 80% : Diuretik lemah
 81% - 100% : Diuretik sedang
 > 100% : Diuretik kuat
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Uji komparasi efek diuretik Furosemide / HCT oral-ip


Perlakuan : Fu40, HCT50, Normal
Tanggal Percobaan : 11 Oktober 2018

Perlakuan Onset % efek


HCT-ORAL
HCT-IP
FU-ORAL
FU-IP
N-ORAL
N-IP
GRAFIK
B. PEMBAHASAN
1. Pada praktikum ini dilakukan uji coba diuretik terhadap mencit menggunakan
Furosemide dan HCT tablet.
2. Pada 24 mencit yang diuji coba, diberikan 6 perlakuan berbeda antara lain:
perlakuan normal, pemberian suspensi Furosemide dan suspensi HCT secara
oral dan ip.
3. Dari 6 perlakuan yang diberikan terhadap mencit didapatkan hasil 22 ekor mencit
mengeluarkan urine setelah diberikan cairan.
4. 22 mencit yang mengeluarkan urine memiliki onset (waktu pengeluaran urine
pertama) yang berbeda-beda. Dari 6 perlakuan berbeda yang diberikan, onset
yang paling cepat terjadi pada pemberian Furosemide ip dan HCT ip.
5. Dari 16 mencit yang berhasil mengeluarkan urine, memiliki persentase efek yang
berbeda-beda. Persentase tertinggi ada pada pemberian Furosemide oral yakni
sebesar 110%
6. Dari hasil percobaan di atas dapat dilihat golongan diuretik antara lain:
Furosemide secara oral-ip : Diuretik kuat
HCT oral-ip : Diuretik lemah
7. Berdasarkan hasil percobaan di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan cara
pemberian larutan tidak mempengaruhi efek obat secara signifikan. Dimana obat
dengan pemberian secara ip (intraperitoneal) maupun oral memberikan efek
yang hampir sama pada setiap perlakuan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
 Furosemide dan HCT adalah obat-obatan yang berkhasiat sebagai diuretika,
yaitu obat-obatan yang dapat menambah volume pembentukan urine.
 Efek: Fu-oral: 110%, Fu-ip : 100%, HCT-oral: 105%, HCT-ip: 50%, N-oral: 60%,
N-ip: 30%.
 Fu-oral dan ip: golongan diuretik kuat, HCT-oral dan ip: golongan diuretik lemah.
 Terdapat hubungan cara pemberian dengan efek. Obat yang diberikan dengan
cara intra peritoneal absorpsinya lebih cepat dibandingkan peroral karena pada
mesantrium banyak mengandung pembuluh darah. Obat yang diberikan secara
i.p akan diabsorbsi pada sirkulasi portal sehingga akan dimetabolisme di dalam
hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik.

B. SARAN
 Berat badan mencit yang digunakan dalam percobaan hendaknya
disamaratakan sehingga terdapat keseragaman volume larutan yang diberikan
pada mencit.
 Pada pemberian larutan ke mencit baik secara oral maupun secara ip sebaiknya
dilakukan secara lebih hati-hati untuk mencegah banyaknya mencit yang mati
akibat perlakuan yang salah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tjay, T.H., Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting, ed 5, PT Elex Media


Komputindo, Jakarta. (OOP)
2. Ganiswara, G.S., dkk, 2007, Farmakologi & Terapi, ed 5, Bagian Farmakologi
Kedokteran UI, Jakarta. (FT)
3. www.academia.edu//praktikumfarmakologiujidiuretik

Anda mungkin juga menyukai