Anda di halaman 1dari 51

Dra. Erlita Verdia Mutiara, M.Si., Apt.

Silabi
 Hubungan Struktur-Aktivitas Senyawa Penekan SSP
 Hubungan Struktur-Aktivitas Senyawa Stimulan SSP
 Hubungan Struktur-Aktivitas Senyawa Anti Inflamasi
 Hubungan Struktur-Aktivitas Senyawa Antibiotika
Hubungan Struktur-Aktivitas
Senyawa Penekan SSP
 Yakni senyawa yang dapat menghambat aktivitas
sistem saraf pusat
 Berdasarkan efek farmakologinya dibagi 5:
A. Anestetika sistemik
B. Sedatifa dan hipnotik
C. Relaksan pusat
D. Obat antipsikotik
E. Obat antikejang
A. ANESTETIKA SISTEMIK
 Seny. yg dpt menekan aktivitas fungsional SSP shg
menyebabkan hilangnya kesadaran, menimbulkan
efek analgesik dan relaksasi otot serta menurunkan
aktivitas refleks
 Anestetika sistemik menekan SSP scr tdk selektif,
aktivitasny lbh ditentukan oleh sifat kimia fisika.
Tidak ada interaksi khas dg reseptor.
1. Anastetika inhalasi
 Senyawa yg berefek anestesi, diberikan scr inhalasi
 Pd umumny berupa gas/cairan mudah menguap
 Beberapa mudah meledak bila bercampur dg udara
 Mempunyai 2 keuntungan dibanding anestetika i.v:
 Kedalaman anestesi dpt diubah dg mengubah kadar
obat scr cepat
 Kemungkinan terjadinya depresi pernafasan sesdh
operasi kecil, krn obat dielminasi dg cepat
Anest. inhalasi
 Berupa gas, contoh: siklopropan, etilena, nitrogen
oksida
 Berupa cairan, dibagi 2:
 Turunan eter: dietil eter, vinil eter, enfluran
 Turunan hidrokarbon terhalogenasi: kloroform,
etilklorida, halotan
HALOTAN
 Halotan yang memiliki rumus kimia 2-bromo-2-
chloro-1,1,1-trifluoroethane merupakan satu-satunya
anesthesi inhalasi yangmemiliki atom Bromida
(Eger et al , 2003).
 Halotan merupakan senyawa jernih tak berwarna, dan
berbau kurang menyengat dibanding anestesi inhalasi
yang lain.
 Halotan mudah berubah sifatnya bila terkena cahaya,
maka dari itu Halotan dikemas dalam botol berwarna
coklat gelap. Sejak ditemukannya Halotan oleh C.W
Sucling pada tahun 1951,Halotan telah menggantikan
anestesi inhalasi lain seperti diethyl ether dan
Siklopropana.
 Halotan diindikasikan untuk induksi dan
pemeliharaan anestesi umum pada pasien dewasa
maupun anak-anak. Sifat relaksasi otot yang kuat
membuatnya digunakan sebagai anestesi pilihan saat
intubasi.
 Halotan dikontraindikasikan pada pasien dengan
riwayat hiperpireksia. Selain itu, berhubungan dengan
efek depresi otot jantungnya, Halotan
dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat gagal
jantung dan aritmia. Sehubungan dengan efek
hepatotoksiknya, penggunaan Halotan pada pasien
dengan riwayat hepatitismemerlukan pertimbangan
khusus.
 Halotan diserap melaui alveolus paru-paru. Halotan
memiliki kelarutan dalam darah yang lebih besar
dariIsofluran. Tetapi sifat bronchodilatatornya dapat
mempercepat penyerapan Halotan sehingga waktu
induksinya tidak kalah cepat dibanding Isofluran
(Miller, 2001).
 Halotan diekskresi dari tubuh melalui paru-
paru.Sebagian besar Isofluran diekskresi dalam
bentuk utuh dan sisanya mengalami metabolisme di
hati menjadi trifluoroacetic acid.
 Halotan mempunyai efek analgesi yang lemah namun
mempunyai efek relaksasi otot yang kuat. Maka dari
itu biasanya penggunaan Halotan dicampur dengan
N2O atau Trichloroetylen.
 Halotan memiliki efek relaksasi otot yang kuat,
terutama pada otot polos, hal ini dapat menyebabkan
turunnya kontraktibilitas otot jantung, depresi
pernapasan, dan turunnya tekanan darah.
 Efek samping yang sering timbul pada penggunaan
Halotanadalah bradikardi, hipotensi, aritmia jantung,
hiperpireksia, kerusakanhati, menggigil selama
pemulihan dan nausea vomitus setelah operasi(Miller,
2001).
 Penggunaan Klinik Halotan digunakan secara luas
sebagai induksi dan pemeliharaananestesi pada
dewasa dan anak-anak. Halotan juga
merupakananestesi pilihan pada intubasi trachea.
Hubungan struktur aktivitas
 Untuk aktivitas halothane terletak pada gugus halogen
nya yaitu Fluor, chlor, dan brom
SEDIAAN HALOTHANE
 Nama paten : Halothane (Aventis)
 Indikasi : inhalasi anestesi untuk semua jenis
pembedahan, prosedur diagnostik.
 Kontraindikasi : Hepatik porfiria, obstetri anestesi,
reaksi silang terhadap inhalasi anestesi lain.
 Dosis : tergantung keperluan
2. Anestetika intravena
 Seny yg dpt menimbulkan efek anestesi diberikan scr
i.v.
 Onset obat cepat, durasiny singkat. Untuk operasi yg
lama membutuhkan kombinasi dg anestetika sistemik
yg lain
 Efek samping depresi pernafasan, aritmia jantung,
spasme bronki dan laring, hipotensi, mual & pusing
 Berdasarkan struktur kimia dibagi 2:
 Turunan barbiturat, contoh tiopental Na
 Turunan sikloheksanon, contoh: ketamin HCl
B.SEDATIFA DAN HIPNOTIK
 Mekanisme kerja
 Secara umum bekerja dengan mempengaruhi
pengaktifan reticula, rangsangan pusat tidur dan
menghambat rangsangan pusat arousal
 Hubungan struktur dan aktivitas
 Dari penelitian Hansch dkk. diketahui bhw ada hub
parabolik antara perubahan struktur sedatif-hipnotik,
sifat lipofil (log P)dan aktifitas penekan SSP, efek
penekan SSP yang ideal dicapai bila senyawa memp
nilai koef partisi oktanol/air optimal=100 atau log P=2
Hubungan koefisien partisi lemak/air terhadap absorbsi
beberapa turunan barbiturat
Sedatifa hipnotik
 Berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi 6klpk,
yaitu;
1. Turunan barbiturat
2. Turunan benzodiazepin
3. Turunan ureida asiklik
4. Turunan alkohol
5. Turunan piperidindion dan kuinazolin
6. Turunan aldehida
Turunan barbiturat
 Digunakan secara luas sebelum turunan
benzodiazepin
 Umumnya bekerja dengan menekan transmisi sinaptik
pada sistem pengaktifan retikula di otak
 Mekanismenya: mengubah permeabilitas membran
sel sehingga mengurangi rangsangan sel postsinaptik
dan menyebabkan deaktivasi korteks serebral
HKSA BARBITURAT
a. Masa kerja obat tgt pd substituen di posisi 5 krn
lipofilitasnya. Aktivitas hipnotik meningkat dg
meningkatnya lipofilitas.
b. Metilasi pada N1 atau N3 akan meningkatkan
kelarutan dalam lemak dan menyebabkan awal kerja
lebih cepat masa kerja lebh singkat
c. Struktur stereoisomer mempunyai aktivitas hampir
sama.
Hubungan Kuantitatif Struktur
Aktivitas

R3

R5
R5’
 Gugus etil pada posisi 5 akan mempengaruhi
lipofilisitas. Aktivitas hipnotik akan meningkat dengan
meningkatnya lipofilisitas dengan jumlah substituen
pada atom C 6-10. Bila lebih, aktivitas akan turun
menghasilkan senyawa konvulsan atau menjdi tidak
aktif.
 Isomer dg rantai cabang mpy aktivitas lebih besar dan
masa kerja pendek. Senyawa dg percabangan lbh
besar, aktivitasnya lbh tinggi. Contoh: pentobarbital
lebih besar dari amobarbital.
 Rantai samping bercabang pada C-5 memperpanjang
masa kerja (pentobarbital dan amobarbital), rantai
samping pendek seperti etil menyebabkan masa kerja
yang lama karena sulitnya molekul yang dihasilkan
masuk ke SSP untuk mempengaruhi awal kerjanya
 Subtituen aromatik yang menghasilkan kerja sebagai
antikonvulsan
PENTOBARBITAL
 BA: oral 70-90%, rektal 90%
 Ikatan protein: 20-45%
 Metabolisme di hati, 40-50% diekskrisi melaui
urin sebagai hidroksipentobarbital.
 t1/2: 15-48 jam
 Termasuk barbiturat kerja pendek
 Obat paten : Nembutal, Nembutal Sodium
 Sediaan dan dosis : elixir (18,2 mg/5 ml), kapsul (50 mg
Nembutal; 100 mg Nembutal Na), injeksi (50 mg /ml),
suppositoria (30;60;120;200 mg Nembutal Na)
 Kegunaan : digunakan sebagai sedatifa-hipnotik,
antikonvulsif, hipnotika, dan mengurangi ansietas.
 Pentobarbital injeksi digunakan untuk mengontrol status
epileptikus, serangan akut meningitis,keracunan, dll.
 Dosis pemakaian : oral 100-200 mg at bedtime; rektal 120-
200 mg hipnotik
Sedatifa = oral 20-40 mg 2-4xsehari; anak-anak 2-6 mg/kg
per hari
Pre anestesi = 5 mg/kg; anak-anak 100 mg (suppositoria)
Reseptor GABA
1.Reseptor GABA A
- merupakan keluarga reseptor ionotropik
- terkait dengan kanal Cl
- memperantarai penghambatan sinaptik yang cepat
- secara selektif dapat diblok oleh alkaloid bikukulin
- dimodulasi oleh obat golongan benzodiazepine,
barbiturat, dansteroid
RESEPTOR GABA A
 adalah salah satu contoh reseptor kanal ion.
 Reseptor ini merupakan kompleks protein
heterooligomerik yang terdiri dari sebuah
tempatikatan GABA ( GABA binding site) yang
berikatan dengan kanal ion Cl‾.
 Memiliki peran penting dalam sistem biologis
karena memiliki tempat ikatan terhadap obat-obat
sedatif hipnotik yaitu golongan barbiturat dan
benzodiazepin.
2. Reseptor GABA B
- merupakan keluarga reseptor metabotropik
- aktivasinya menyebabkan penghambatan adenilat
siklase dan pembukaan kanal ion K +yang selanjutnya
dapat menyebabkanpenghambatan system saraf.

3. Reseptor GABA C
menyerupai reseptor GABA A karena sama-sama
termasuk dalam keluarga reseptor ionotropik,
terkait dengan kanal Cl dan memperantarai
penghambatan sinaptik yang cepat. Tetapi berbeda
secara biokimia, farmakologi dan fisiologi.
Mekanisme Aksi
 Tempat ikatan pada sisi alosterik reseptor menyebabkan
efek agonis,antagonis, maupun inverse agonis.
 Aktivasi reseptor GABA oleh neurotransmitternya
menyebabkan pembukaan kanal Cl‾ dan memicu terjadinya
hiperpolarisasi pd badan neuron shg potensial intramembran
mjd lebih negatif yang akan menghambat potensial aksi.
 Aktivasi reseptor GABA ini meyebabkan depresi susunan
saraf pusat
 Menurut Siswandono, mekanisme golongan barbiturat
bekerja dg menekan transmisi sinaptik pd sistem
pengaktifan retikula di otak, dg cara mengubah
permeabilitas membran sel sehingga mengurangi rangsangan
sel postsinaptik dan menyebabkan deaktivasi korteks
serebral.
2. Benzodiazepin
HKSA Benzodiazepin
 Modifikasi cincin A
 Pemasukan atom/gugus penarik elektron, spt Cl, Br, F
dan NO2, pada posisi 7 dapat meningkatkan aktivitas.
Pemasukan substituen posisi 8 & 9 juga menurunkan
aktivitas
 Modifikasi cincin B
 Pemasukan metil di posisi 1 meningkatkan aktivitas,
lebih besar dari metil menurunkan aktivitas. Kecuali
pada flurazepam
HKSA Benzodiazepin.............
 Modifikasi cincin C
 Substitusi atau disubstitusi atom F atau Cl pada posisi
orto cincin C meningkatkan aktivitas
 Substitusi pada posisi meta dan para cincin C
menurunkan aktivitas
Turunan benzodiazepin dibagi menjadi dua kelompok
yaitu turunan 1,4-benzodiazepin-4-oksida dan
turunan 1,4-benzodiazepin-4-on. Turunan 1,4-
benzodiazepin-4-oksida hanya satu obat yang
digunakan di klinik yaitu klordiazepoksid HCl.
 Jelaskan ikatan antara 1,4-benzodiazepine-2-one dengan
reseptornya ?
 Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA. Reseptor GABA
banyak memiliki situs pengikatan, seperti GABA site, barbiturat
site, dan barbiturat site. Reseptor ini ada dalam seluruh sistem
saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama
dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan
dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja
sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas
farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada
tempat ikatan.
 Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap
reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan
meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida
akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang
mengalir masuk ke dalam sel sehingga intrasel lebih negatif.
Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi
sel bersangkutan dan terjadi penghambatan penghantaran
potensial aksi. Sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk
dirangsang berkurang, tidak terjadi kontraksi otot.
Klordiazepoksid
Turunan benzodiazepine mengikat
reseptor khas di otak dan
meningkatkan transmisi sinaptik
GABA-ergik (gama-aminobutyric
acid) dengan cara meningkatkan
pengaliran klorida pada membrane
postsinaptik.
Ikatan benzodiazepine dengan
reseptor GABA mempunyai efek
sedasi, ansiolitik, relaksasi otot,
dan antikonvulsan.
Rangkaian peristiwa pada aktivasi reseptor GABA :
GABA lepas dari ujung saraf gabaergik berikatan dengan
reseptornya membuka kanal Cl ion Cl masuk
hiperpolarisasi membran sel saraf efek
penghambatan transmisi saraf depresi CNS

Aksi obat yang bekerja pada reseptor GABA :


Obat-obat benzodiazepin (klordiazepoksid)
meningkatkan afinitas reseptor terhadap GABA pada GABA
site mengaktivasi reseptor GABA meningkatkan
frekuensi pembukaan kanal Cl hiperpolarisasi
depresi CNS
3. Turunan Ureida silklik
 Turunan urea dan asam monokarboksilat dg struktur:
 R-CONHCONH2
 Contoh: bromisovalum (bromural)
4. Turunan alkohol
 Alkohol alifatik memp. efek hipnotik
a. Aktivitas hipnotik meningkat dg bertambahnya panj
rantai atom C 8(oktanol)
b. Adanya ik rangkap, akan meningkatkan aktivitas dan
toksisitas obat, gugus etilen memp. Aktivitas yang plg
besar
c. Aktivitas alk,tersier >dibanding alk. Sekunder>primer
d. Adanya percabangan memperbesar efek depressi
e. Pemasukan OH menurunkan aktivitas & toksisitas
f. Substitusi at.H dg at.Halogen, meningkatkan aktivitas
5. Turunan piperidindion &
kuinazolin
 Turunan piperidindion
 Aktivitas sedatif hipnotik lebih rendah dibanding turunan
benzodiazepin maupun barbiturat. Sifat relaksasi otot
,analgesik dan tranquilizer rendah, efek samping nya
hampir=turunan barbiturat.
 Contoh: glutetimid, metiprilon dan talidomid(ditarik dari
peredaran karena menyebabkan bayi cacat dlm
kandungan.
 Turunan kuinazolin
 Contoh: metakualon
 Sering disalahgunakan dan menyebabkan ketergantungan
fisikdan mental shg ditarik dari peredaran
6. Turunan aldehid
 Awal kerja cepat waktu paro pendek
 Contoh:
paraldahid, hasil polimerisasi asetaldehid,
mempunyai bau yg tdk enak shg kurang disukai
kloral hidrat, suatu pra obat dalam tubuh direduksi
menjadi tri kloretanol yg aktif sbg hipnotik. Memp
bau dan rasa yg tdk enak menimbulkan iritasi
lambung dan mual.
C. RELAKSAN PUSAT
 Menekan SSP dan menimbulkan relaksasi otot rangka
 Digunakan unt meningkatkan relaksasi otot rangka pada
kead kejang/spasme, juga unt pengob tetanus, membantu
istirahat, dan fisioterapi
 Efek samping mengantuk,lesu, pusing dan penglihatan
kabur
 Mekanisme kerja, bekerja scr sentral pd otak & saraf tl
blkg.
Berdasar struktur kimia dibagi 3
1. Turunan propandiol
yg I kali digunakan adl mefenesin, unt memperpanj
aktivitas relaksasi otot, inti aromatik dihilangkan, dibuat
analog dg memperpanj rantai alifatik, misal meprobamat
2. Turunan benzodiazepin
yg sering digun klordizepoksid HCl, diazepam,
lorazepam
3. Golongan lain-lain
klormezanon(unt pengob ketegangan & kecemasan),
klorzoksazon, baklofen
D.OBAT ANTI PSIKOTIK
 Obat yg scr selektif menekan SSP, memberikan efek sedasi
kuat tanpa menurunkan kesadaran dan menekan pusat
vital meskipun dlm dosis yg besar
 Disebut juga, neuroleptik, mayor tranquilizer /ataraktik
 Mekanisme kerja:
 Menimbulkan efek farmakologis dg mempengaruhi
mekanisme pusat dopaminergik, yi sbg antagonis reseptor
dopamin, memblok dopamin shg tdk dpt berinteraksi dg
reseptor
 Pemblokan terjadi pd pra &postsinaptik reseptor dopamin,
shg kadar dopamin dl tubuh meningkat tjd efek
antipsikotik
Berdasar struk kim, dibagi 3
1. Turunan fenotiazin, contoh: promazin,
klorpromazin. Contoh digun sbg antiemetik:
perfenazin

perfenazin
2. Turunan fluorobutirofenon,awalnya dibuat unt meningkatkan
potensi analgesik dari meperidin, ternyata memp aktivitas
antipsikosis spt klorpromazin; contoh: Haloperidol,
dolperidol
3. Turunan lain-lain
sulpirid, suatu antiemetik,dosis besar-antipsikotik
pimozid, unt pengob psikotik kronik
E. OBAT ANTI KEJANG
 Menekan SSP digun unt mengontrol dan mencegah
serangan epilepsi scr tiba2 tanpa menimbulkan
depresi pernapasan.
 Mekanisme kerja, mirip anestetika sistemik dan
sedatif hipnotik, yi obat berstruktur tdk khas efek
farmakologi dipengaruhi oleh sifat fisika kimia.
 Obat antikejang spt klorazepam, diazepam,
fenobarbital dan asam valproat bekerja dg
meningkatkan aktivitas sistem penghambatan
mediator GABA
 Epilepsi Merupakan suatu gejala akibat lepasnya
aktifitas elektrik yang berlebihan dan periodik dari
neuron serebrum, yang dapat menimbulkan aktivitas
hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena
sensorik abnormal, kenaikan aktifitas otonom dan
berbagai gangguan psikik.
 Etoksuksimid, memblok aktivitas yg menimbulkan
serangan dari leusin enkafalin krn diduga sistem
neurotransmitter enkafalinergik terlibat dlm peristiwa
hilangnya epilepsi
 Fenitoin, menghilangkan hiperpolarisasi post tetanik
dan mengurangi potensiasi post tetanik dari transmisi
sinaptik, meningkatkan kestabilan membran
 Fenitoin efektif terhadap semua tipe kejang tetapi tidak
untuk kejang absence. Fenitoin memiliki rumus struktur
berikut :

 Cabang 5-fenil atau aromatik lain diketahui esensial


terhadap aktivitas terhadap kejang. Cabang alkil pada posisi
5 memiliki kontribusi terhadap efek sedatif, khasiat yang
tidak dimiliki oleh fenitoin.
Serangan Epilepsi
 Dibagi 4
1. Serangan kejang parsial
1. Gejala sederhana (gejala motorik, sensorik, autonomik)
2. Gejala kompleks(gejala pada kesadaran, kognitif, afektif
psikosensori dan psikomotor)
2. Serangan kejang generalis
1. Primer(petit mal sederhana atau kompleks, serangan
mioklonik dan atonik, serangan klonik, tonik dan klonik-
tonik/grand mal & serangan unilateral)
2. Sekunder
3. Serangan kejang yg tdk diklasifikasikan
4. Status epileptikus

Anda mungkin juga menyukai