Anda di halaman 1dari 7

Amlodipine adalah salah satu obat yang termasuk ke dalam golongan penghambat kanal

kalsium (Calcium Channel Blocker) dan tersedia dalam bentuk tablet. Amlodipine digunakan
untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), angina stabil, angina tidak stabil, dan
penyakit jantung koroner.

Penggunaan amlodipine harus sesuai anjuran dari dokter. Penyesuaian dosis amlodipine
dilakukan secara bertahap selama 7 – 14 hari dengan pengawasan terhadap tekanan darah,
detak jantung dan kemungkinan terjadinya efek samping. Selain itu, titrasi dosis juga perlu
dilakukan bagi para penderita gangguan fungsi hati.

Amlodipine dapat dikonsumsi sebelum makan, sesudah makan ataupun bersamaan dengan
makanan. Hindari konsumsi amlodipine bersama jus grapefruit karena dapat memengaruhi
kadar amlodipine dalam darah.

Obat Generik :

Amlodipine

Obat Bermerek :

A-B Vask, Actapin, Amcor, Amdixal, Amlocor, Calsivas, Cardicap, Cardisan, Cardivask,
Comdipin, Divask, Ethivask, Fulopin, Gensia, Gracivask, Gravask, Intervask, Lodipas,
Lopiten, Lovask, Normoten, Norvask, Pehavask, PRovask, S-Amlodipine, Sandovask,
Simvask-5, Stamotens, Tensivask, Theravask, Vasgard, Zevask

KOMPOSISI / KANDUNGAN
 Amlodipine 5 mg : Tiap tablet mengandung Amlodipine 5 mg.
 Amlodipine 10 mg : Tiap tablet mengandung Amlodipine 5 mg.
FARMAKOLOGI

Amlodipine adalah obat antihipertensi dan antiangina yang tergolong dalam obat antagonis
kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium). Amlodipien bekerja dengan
menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot polos vaskular
dan otot jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung.
Amlodipine menghambat influks ion kalsium secara selektif, di mana sebagian besar
mempunyai efek pada sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung.

Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri
perifer yang dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan
darah. Dosis satu kali sehari akan menghasilkan penurunan tekanan darah yang berlangsung
selama 24 jam. Onset kerja amlodipine adalah perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan
terjadinya hipotensi akut.
Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer sehingga dapat
menurunkan resistensi perifer total (afterload). Karena amlodipine tidak mempengaruhi
frekuensi denyut jantung, pengurangan beban jantung akan menyebabkan penurunan
kebutuhan oksigen miokardial serta kebutuhan energi.

Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik pada keadaan oksigenisasi
normal maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari dapat
meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu timbulnya depresi segmen ST
dan menurunkan frekuensi serangan angina serta penggunaan tablet nitrogliserin.

Amlodipine tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma dan dapat digunakan pada
pasien asma, diabetes serta asam urat.

INDIKASI / KEGUNAAN
 Hipertensi / tekanan darah tinggi,
 Angina stabil kronik, angina vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina).

Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat
antihipertensi dan antiangina lain.

KONTRAINDIKASI

Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine dan
golongan dihidropiridin lainnya.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


 Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10
mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan waktu 7 – 14 hari.
 Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada
awal terapi 2,5 mg satu kali sehari.
 Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain, dosis awal yang
digunakan adalah 2,5 mg.
 Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun angina vasospastik
adalah 5 – 10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut dan kelainan
fungsi hati.
 Amlodipine dapat diberikan bersama obat-obat golongan tiazida, ACE inhibitor, β-
bloker, nitrat dan nitrogliserin sublingual.
EFEK SAMPING
 Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek samping
yang timbul bervariasi dari ringan sampai sedang.
 Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik antara lain : edema, sakit kepala.
 Efek samping yang cukup sering timbul adalah rasa kelelahan, mual, berkeringat,
nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.
 Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian amlodipine pada
wanita hamil, sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya bila keuntungannya
lebih besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin. Belum diketahui apakah
amlodipine diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena keamanan amlodipine pada
bayi baru lahir belum jelas benar, maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan pada ibu
menyusui.
 Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
 Pada penderita dengan gangguan fungsi hati waktu paruh amlodipine menjadi lebih
panjang, sehingga perlu pengawasan.
 Apabila keluhan nyeri dada anda bertambah setelah penggunaan Amlodipine, segera
hubungi dokter anda.
 Apabila terdapat efek samping Amlodipine, segera hubungi dokter anda.
INTERAKSI OBAT
 Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan tiazida, α-
bloker, β-bloker, ACE inhibitor, nitrat, nitrogliserin sublingual, antiinflamasi non-
steroid, antibiotika, serta obat hipoglikemik oral.
 Pemberian Amlodipine bersama digoxin tidak mengubah kadar digoxin serum ataupun
bersihan ginjal digoxin pada pasien normal.
 Amlodipine tidak mempunyai efek terhadap ikatan protein dari obat-obat : digoxin,
phenytoin, warfarin dan indomethacin.
 Pemberian bersama simetidin atau antasida tidak mengubah farmakokinetik
amlodipine.
 Konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah dan dapat meningkatkan risiko
efek samping Amlodipine.
KEMASAN
 Amlodipine 5 mg, tablet, kotak, 3 strip x 10 tablet.
 Amlodipine 10 mg, tablet, kotak, 3 strip x 10 tablet.
Captopril adalah obat yang masuk ke dalam kelompok penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE inhibitors). Fungsi utama captopril adalah untuk mengobati hipertensi
dan gagal jantung. Selain itu, obat ini juga berguna untuk melindungi jantung setelah terjadi
serangan jantung, serta menangani penyakit ginjal akibat diabetes (nefropati diabetik).

Captopril bekerja dengan cara menghambat produksi hormon angiotensin 2. Dengan begitu,
dinding pembuluh darah akan lebih rileks sehingga tekanan darah menurun, serta suplai darah
dan oksigen ke jantung menjadi meningkat. Obat ini dapat digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan dengan obat antihipertensi lainnya.

Bagi pasien gagal jantung, captopril dapat mengurangi kadar cairan yang berlebihan dalam
tubuh sehingga meringankan beban kerja jantung dan memperlambat perkembangan gagal
jantung.

Obat Generik :

Captopril / Kaptopril

Obat Bermerek :
 Acepress
 Capoten
 Captensin
 Casipril
 Dexacap
 Farmoten
 Forten
 Lotensin
 Metopril
 Otoryl
 Praten
 Scantensin
 Tensicap
 Tensobon
 Vapril
KOMPOSISI / KANDUNGAN
 Captopril 12,5 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.
 Captopril 25 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.
 Captopril 50 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.
FARMAKOLOGI

Captopril (kaptopril) adalah obat antihipertensi dan efektif dalam penanganan gagal jantung
dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron.

Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk
memproduksi angiotensin I yang bersifat inaktif. Angiotensin Converting Enzyme (ACE),
akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang bersifat aktif dan merupakan
vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam
korteks adrenal.

Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan,
serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat ACE, akibatnya
pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron
sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan
menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung,
baik afterloadmaupun preload, sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Vasodilatasi yang
timbul tidak menimbulkan efek takikardia.
INDIKASI
 Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazid memberikan efek aditif,
sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif.
 Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan
diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian captopril diberikan bersama diuretik dan
digitalis.
KONTRAINDIKASI
 Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap captopril atau penghambat ACE
lainnya (misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan
penghambat ACE lainnya).
 Wanita hamil atau yang berpotensi hamil.
 Wanita menyusui.
 Penderita gagal ginjal.
 Stenosis aorta.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan
penderita (individual).

Dosis Captopril untuk Dewasa


 Hipertensi : Dosis awal 12,5 mg, 3 kali sehari. Bila setelah 2 minggu penurunan
tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg,
3 kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum terkontrol
sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazid misal hidroklorotiazid 25 mg
setiap hari. Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua
minggu. Maksimum dosis captopril untuk hipertensi tidak boleh melebihi 450 mg
dalam sehari.
 Gagal Jantung : 12,5 – 25 mg, 3 kali sehari. Captopril diberikan bersama diuretik dan
digitalis, dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk
penderita dengan gangguan fungsi ginjal dosis perlu dikurangi disesuaikan dengan
klirens kreatinin penderita.
EFEK SAMPING
 Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 gram sehari pada 0,5% penderita dan
1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat terjadi sindroma nefrotik serta membran
glomerulopati pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam
waktu 8 bulan pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein
urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan.
 Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4% penderita. Efek samping ini terutama
terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1
– 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum penderita terkena infeksi.
Pada penderita dengan risiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum
pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik.
Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut, pemberian captopril harus
segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia.
 Hipotensi dapat terjadi 1 – 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis
berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa
pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat
pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare, dehidrasi maka potensi
hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan captopril perlu
dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang
umumnya mempunyai tensi yang normal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi
dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis captopril atau diuretiknya.
 Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek
tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan.
 Terjadi perubahan rasa, yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghilang
meskipun obat diteruskan.
 Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal,
sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya
harus dilakukan dengan hati-hati.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
 Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi kehamilan
selama pemakaian obat ini, maka pemberian obat captopril harus dihentikan dengan
segera.
 Captopril harus diberikan dengan hati-hati pada wanita menyusui, pemberian ASI perlu
dihentikan karena ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi dari pada kadar dalam darah
ibu.
 Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya, sehingga captopril
hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif.
 Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek
hipotensif.
 Hati-hati pemberian captopril pada penderita ginjal.
 Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angioedema seperti bengkak
mulut, mata, bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.
 Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium, potassium sparing
diuretic dan garam-garam potassium.
 Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan
gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan
kematian fetus atau neonatus. Pada kehamilan trimester II dan III dapat menimbulkan
gangguan antara lain : hipotensi, hipoplasia tengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal
reversibel atau irreversible, dan kematian. Juga dapat terjadi oligohidramnion,
deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasia, kelahiran prematur,
perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus.
 Bayi dengan riwayat dimana selama di dalam kandungan ibunya mendapatkan obat
penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya
hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.
INTERAKSI OBAT
 Alkohol.
 Obat antiinflamasi terutama indometasin.
 Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium.
 Obat-obat berefek hipotensi.
KEMASAN
 Captopril 12,5 mg, tablet, kotak, 10 strip @ 10 tablet.
 Captopril 25 mg, tablet, kotak, 10 strip @ 10 tablet.
 Captopril 50 mg, tablet, kotak, 10 strip @ 10 tablet.

Anda mungkin juga menyukai