Anda di halaman 1dari 7

Jenis- jenis obat insulin

Indikasi Umum

INFORMASI OBAT INI HANYA UNTUK KALANGAN MEDIS. Terapi atau pengobatan
untuk Diabetes Melitus.

Deskripsi

NOVORAPID FLEXPEN merupakan sediaan yang mengandung Insulin Aspart yang


termasuk dalam golongan insulin analog kerja cepat (Rapid-Acting). Insulin ini digunakan
untuk pengobatan pada diabetes melitus. NOVORAPID akan mulai untuk menurunkan gula
darah 10-20 menit setelah disuntikkan kedalam tubuh. Dalam penggunaan obat ini HARUS
SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER.

Kategori

Diabetes

Komposisi

Per-mL : Insulin Aspart 100 IU

Dosis

PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER. Dosis


bersifat individual, injeksi subkutan (SC) Dosis lazim : 0.5-1 IU/kg BB perhari

Aturan Pakai

Injeksi secara subkutan. Disuntikkann segera sebelum atau setelah makan.

Kemasan

Dus, 5 Cartridge @ 3 ml

Kontra Indikasi

Obat ini tidak boleh diberikan kepada pasien yang mengalami: - Hipoglikemia - Alergi atau
hipersensitif terhadap komponen obat ini
Insulin reguler adalah insulin buatan yang memiliki cara kerja sama dengan insulin alami
manusia. Insulin ini diberikan untuk menggantikan insulin yang tidak dapat diproduksi dalam
jumlah normal pada tubuh manusia.

Insulin reguler digunakan untuk membantu kontrol gula darah pada pasien diabetes.
Penggunaan insulin reguler bersama dengan program diet dan olahraga yang tepat dapat
membantu penderita diabetes terhindar dari kerusakan ginjal, kebutaan, masalah saraf,
kehilangan anggota tubuh, dan masalah fungsi seksual. Kontrol gula darah yang tepat juga
dapat membantu menurunkan risiko terkena serangan jantung dan stroke.

Obat ini membantu glukosa dalam darah masuk ke dalam sel tubuh sehingga dapat dipecah
dan digunakan sebagai energi. Insulin reguler adalah insulin short acting yang mulai bekerja
15 menit setelah disuntikkan.

Insulin ini juga dikenal dengan merek dagang Humulin R atau Novolin R. Obat ini biasanya
digunakan bersamaan dengan medium atau long acting insulin. Obat ini juga dapat digunakan
sebagai pengobatan tunggal atau obat oral diabetes lain, misalnya metformin.

Deskripsi obat

Amaryl adalah obat  berbentuk tablet yang untuk penderita kencing manis atau diabetes
melitus tipe 2. Amaryl mengandung glimepiride sebagai zat aktif. Obat ini merupakan obat
keras yang harus disertai dengan resep dokter. 
Amaryl tablet 3 mg
golongan Obat Obat resep. Obat hanya b
dokter.
HET Rp 9.481/tablet per April 201
Kemasan 1 box isi 5 strip @ 10 tablet (3
Produsen Sanofi

Indikasi (manfaat) obat

Pengobatan diabetes melitus tipe 2, dimana kadar gula darah tidak dapat dikontrol hanya
dengan diet, olah raga, dan penurunan berat badan.

Komposisi obat

Glimepiride 3 mg

Dosis obat

Penggunaan obat harus sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter
Dewasa: Dosis disesuaikan berdasarkan kadar gula darah dalam tubuh. 
Lansia: Dosis awal: 1 tablet sebanyak 1 kali/hari

Aturan pakai obat

Dikonsumsi bersamaan dengan waktu makan.

Efek samping obat

Pusing, sakit kepala, gejala mirip flu, mual, sakit perut, sesak nafas (dispnea), syok, dan kadar
gula darah rendah (hipoglikemia) adalah efek samping yang sering terjadi pada penggunaan
obat ini. Gejalanya bisa berupa sakit kepala, rasa lapar, mual, sulit konsentrasi, gangguan
penglihatan, reaksi alergi.

Perhatian Khusus

Jangan menunda waktu makan setelah mengonsumsi obat ini. Hati-hati pada pasien dengan
defisiensi G6PD, gangguan saraf (neuropati otonom), gangguan hati atau ginjal pasien lansia,
kehamilan serta menyusui, obat ini dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah
(hipoglikemia).

Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

Hipersensitif, gagal ginjal atau penyakit hati berat. Tidak boleh digunakan pada diabetes tipe
1.

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

- Obat-obat yang meningkatkan efek obat, seperti insulin, obat antidiabetes lain, ACE
inhibitor, alopurinol, kloramfenikol, miconazole.
- Obat-obat yag menurunkan efek menurunkan obat, seperti acetazolamide, barbiturat,
kortikosteroid, diuretik, epinefrin.
Latibet tablet adalah obat untuk menurunkan kadar gula dalam darah pada pasien diabetes
melitus tipe 2. Obat ini merupakan obat keras yang harus menggunakan resep dokter. Latibet
tablet mengandung zat aktif glibenklamid.
Latibet Tablet 5 mg

Golongan Obat Obat resep. Obat hanya b


dokter.
HET Rp 5.025/strip per Oktober 20
Kemasan 1 box isi 10 strip @ 10 tablet
Produsen Ifars Pharmaceutical Laborato

Indikasi (manfaat) obat

 Menurunkan kadar gula darah pada pasien penderita diabetes melitus tipe 2.
 Membantu mengontrol kadar gula darah yang tinggi sehingga mencegah terjadinya
kerusakan ginjal, masalah saraf, gangguan fungsi seksual, dan kehilangan anggota
tubuh.
 Membantu mengurangi risiko terjadinya stroke atau serangan jantung.

Glibenklamid termasuk dalam golongan sulfonilurea yang dapat menurunkan kadar gula
darah dan menyebabkan pelepasan insulin alami tubuh.

Komposisi obat

Glibenklamid 5 mg.

Dosis obat

Penggunaan obat harus sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter

 Dosis awal: 2,5-5 mg sebanyak 1 kali/hari.


 Dosis pemeliharaan: 1,25-15 mg sebanyak 1 kali/hari
 Dosis maksimum: 15 mg sebanyak 1 kali/hari.
 Dosis awal untuk usia lanjut, penderita gangguan ginjal, hati, dan pasien yang
sensitif: 1,25 mg sebanyak 1 kali/hari dan setiap 7 hari ditingkatkan dengan 2,5-5
mg/hari.

Aturan pakai obat

Dikonsumsi pada saat makan pagi atau makan pertama.

Efek samping obat


 Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, dan nyeri perut
 Sakit kepala.
 Demam.
 Reaksi alergi pada kulit.
 Penurunan kadar gula darah hingga di bawah batas normal (hipoglikemia).
 Kekurangan darah yang disebabkan hancurnya sel darah merah lebih cepat (anemia
hemolitik).
 Peningkatan berat badan.
 Kegagalan sumsum tulang membentuk granulosit (agranulositosis).
 Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia).
 Penurunan kadar trombosit dalam darah (trombositopenia).
 Mual.
 Muntah.
 Rasa tidak nyaman pada perut (dispepsia).
 Penglihatan kabur.
 Diare.
 Sensasi rasa panas dan seperti terbakar pada dada akibat naiknya asam lambung
menuju kerongkongan (heartburn).
 Demam.
 Biduran (urtikaria).

Perhatian Khusus

 Pasien dengan defisiensi G6PD.


 Pasien dengan gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis.
 Pasien dengan kondisi yang meningkatkan risiko pengembangan hipoglikemia.
 Pasien penderita penyakit kardiovaskuler.
 Pasien yang telah menjalani bypass lambung dan gastrektomi lengan.
 Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati ringan sampai sedang.
 Pasien yang lemah dan kurang gizi.
 Ibu menyusui.
 Pasien lanjut usia.
 Anak-anak.

Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

 Pasien diabetes melitus tipe 1.


 Pasien prekoma dan koma diabetes.
 Pasien gangguan fungsi ginjal berat.
 Pasien gangguan fungsi hati.
 Pasien gangguan berat fungsi tiroid atau adrenal.
 Penderita yang memiliki alergi terhadap glibenklamid.
 Wanita hamil.
 Diabetes melitus dengan komplikasi (demam, trauma, luka diabetes).
 Penderita komplikasi diabetes yang disebabkan karena tingginya produksi asam darah
tubuh (diabetes ketoasidosis).

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

 Azapropazon, kloramfenikol, siprofloksasin, kotrimoksazol, sulfonamid, tetrasiklin,


antikoagulan, disopiramid, TCA, penghambat monoamin oksidas (MAO),
allopurinol, sulfinpirazon, steroid testosteron, steroid inhibitor, dan ACE steroid.
Obat di atas dapat meningkatkan efek hipoglikemia atau penurunan kadar gula dalam
darah.
 Beta bloker.
Meningkatkan efek hipoglikemik dan menutupi gejala hipoglikemia.
 Rifampisin, barbiturat, diazoksida, klorpromazin, loop dan diuretik tiazid, estrogen,
progesteron, kontrasepsi oral, kortikosteroid, dan hormon tiroid.
Obat di atas dapat mengurangi efek hipoglikemik.
 Mikonazol dan flukonazol.
Meningkatkan konsentrasi plasma.
 Klofibrat.
Klofibrat dapat memberikan efek tambahan pada glibenklamid.
 Siklosporin.
Glibenklamid dapat meningkatkan kadar siklosporin dalam plasma.
 Warfarin.
Glibenklamid dapat mengubah efek antikoagulan warfarin.
 Kolesevalam.
Glibenklamid dapat mengurangi konsentrasi dan paparan plasma dengan
kolesevalam.
 Bosentan.
Peningkatan risiko kerusakan hati (hepatotoksisitas).

Deskripsi

GLUCOVANCE TABLET merupakan obat anti diabetes dengan kandungan Glibenclamide


dan Metformin HCl. Metformin termasuk ke dalam obat antidiabetes golongan Biguanide,
yang bekerja dengan cara menghambat produksi glukosa (glukoneogenesis) di hati.
Penghambatan tersebut mengakibatkan terjadinya penundaan absorbsi atau penyerapan
glukosa di usus, sehingga menurunkan glukosa plasma baik basal maupun postprandial
(setelah makan). Selain itu, Metformin juga bekerja dengan memperbaiki sensitivitas insulin
dengan cara meningkatkan ambilan dan penggunaan glukosa di jaringan perifer. Dengan
demikian, maka akan terjadi perbaikan toleransi glukosa pada pasien diabetes tipe 2.
Metformin tidak menstimulasi sekresi insulin sehingga tidak menyebabkan efek
hipoglikemia. Glibenclamide merupakan obat sulfonilurea generasi kedua yang dapat
menurunkan glukosa dalam darah dengan cara menstimulasi pelepasan insulin di pankreas.
GLUCOVANCE diindikasikan sebagai pengganti terapi pada pasien diabetes tipe 2 yang
telah diberikan obat golongan sulfonylurea atau metformin tidak menghasilkan kontrol
glikemik yang memadai. Dalam penggunaan obat ini HARUS SESUAI DENGAN
PETUNJUK DOKTER.
Kategori

Diabetes

Komposisi

Glibenclamide 5 mg, Metformin HCl 500 mg

Dosis

PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER. Terapi


awal - dosis awal yang dianjurkan: 1-2 x sehari Glucovance 1.25 mg/250 mg. Terapi lini ke-
2 : dosis awal: Tablet Glucovance 5 mg/500 mg atau 2.5 mg/500 mg, diberikan 2 x sehari 1
tablet, hingga dosis maximum 20 mg Glibenclamid/2000 mg Metformin.

Aturan Pakai

Bersama makanan

Kemasan

Dus, 10 Blister @ 10 Tablet Salut Selaput

Kontra Indikasi

Penderita hipersensitif terhadap Metformin, Glibenclamide, Sulfonylurea, atau sulfonamide.


Pasien penderita ganguan ginjal, gagal jantung kongestif yang memerlukan pengobatan
farmakologis, atau pasien gangguan hati. Penderita asidosis metabolik akut atau kronis,
termasuk ketoasidosis diabetikum dengan atau tanpa koma. Pasien yang mengkonsumsi
alkohol. Pengobatan harus dihentikan sementara pada pasien yang menjalani pemeriksaan
radiologis yang melibatkan pemberian bahan kontras beryodium secara intravaskular. Pasien
penderita kelainan darah (porphyria). Pengunaan bersama Miconazole. Wanita menyusui.

Perhatian

HARUS DENGAN RESEP DOKTER. - Asidosis laktat jarang terjadi & dapat terjadi pada
penderita dengan penurunan fungsi ginjal yang signifikan. - Pemantauan ginjal secara teratur,
terutama pada lansia. - Hentikan terapi selama pembedahan & pemeriksaan klinis
menggunakan media kontras beryodium secara IV. - Hati-hati penggunaan obat ini pada: 1.
Pasien dengan bukti klinis menderita penyakit hati, keadaan hipoksia. 2. Pengkonsmusi
alkohol. 3. Pasien yang mengkonsumsi obat yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal atau
menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan atau dapat mengganggu disposisi
metformin.

Segmentasi

Red

Anda mungkin juga menyukai