Anda di halaman 1dari 15

PENATALAKSANAAN PENYAKIT DIABETES MELITUS

TUGAS UJIAN KHUSUS


Untuk Memenuhi Mata Kuliah Sistem Endokrin
Yang dibimbing oleh Ns. Tony Suharsono, S.Kep, M.Kep

Oleh:
Anita Wulan Septiyawati
NIM. 0910720002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
I.

PENGERTIAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS

Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan


herediter, dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak
pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein. Sedangkan gangren kaki diabetik adalah
luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat
sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar ditungkai.
( Adam, 2002).
Upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan
dengan:
a. Pencegahan Primer
Cara ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah agar DM tidak terjadi
pada orang atau populasi yang rentan (risiko tinggi), yang dilakukan
sebelum timbul tanda-tanda klinis dengan cara :

Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan


seimbang disesuiakan dengan aktifitas fisik dan kondisi tubuh,
dengan menghindari makanan yang mengandung tinggi lemak
karena

bisa

menyebabkan

penyusutan

konsumsi

energi.

Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada sensitifitas


insulin dan menjaga berat badan agar tetap ideal.

Kerjasama

dan

tanggung

jawab

antara

instansi

kesehatan,

masyarakat, swasta dan pemerintah, untuk melakukan penyuluhan


kepada masyarakat
b. Pencegahan Sekunder

Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan


efektif, sehingga komplikasi dapat dicegah.

Hal ini dapat dilakukan dengan skrining, untuk menemukan penderita


sedini mungkin terutama individu/populasi.

Kalaupun ada komplikasi masih reversible / kembali seperti semula.

Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi


penyuluhan seperti : apakah itu DM, bagaimana penatalaksanaan
DM, obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah, perencanaan
makan, dan olah raga.

c. Pencegahan Tersier

Upaya dilakukan untuk semua penderita DM untuk mencegah


komplikasi.

Mencegah progresi dari komplikasi supaya tidak terjadi kegagalan


organ.

II.

Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulkan.

PENATALAKSANAAN DIBETES MELITUS


OBAT OBATAN HIPOGLIKEMIK ORAL DAN SUNTIK INSULIN
Berdasarkan cara kerjanya, obat hipoglikemik oral (OHO) dibagi
menjadi 3 golongan:
Pemicu sekresi insulin (Insulin secretagogues),
Penambah sensitivitas Insulin (insulin sensitizer),
Penghambat -glucosidase/ Acarbose (Regulator postpradial
glucose)
2.1 Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogues )
a. SULFONILUREA : Obat golongan ini merupakan pilihan untuk pasien
diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang ,
serta

tidak

pernah

mengalami

ketoasidosis

sebelumnya.

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penyakit hati, ginjal dan


tiroid. Termasuk obat golongan ini antara lain:
Khlorpropamid.( Diabenese 100mg, 250 mg) : Seluruhnya
diekskresi melalui GINJAL, sehingga tidak dipakai pada
gangguan faal ginjal dan oleh karena lama kerjanya lebih dari
24 jam, diberikan sebagai dosis tunggal, tidak dianjurkan
untuk pasien geriartri.
Glibenklamid .(Daonil 5 mg) : Mempunyai efek hipoglikemik
yang

poten,

sehingga

pasien

perlu

diingatkan

untuk

melakukan jadwal makan yang ketat. Dikatakan mempunyai


efek terhadap agregasi trombosit. Dalam batas-batas tertentu
masih dapat diberikan pada beberapa kelainan fungsi hati
dan ginjal.
Glikasid (Diamicron) : Mempunyai efek hipoglikemik yang
sedang

sehingga

tidak

begitu

sering

menyebabkan

hipoglikemia. mempunyai efek anti agregasi trombosit yang


lebih poten dan dapat diberikan pada gangguan fungsi hati
dan ginjal ringan.
Glikuidon (Glurenorm) : Mempunyai efek hipoglikemik yang
SEDANG

dan

juga

JARANG

menyebabkan

hipoglikemia.

Karena hampir seutuhnya di ekskresi melalui empedu dan


usus, dapat diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi
hati dan ginjal yang lebih berat.
Glipisid (Glucotrol XL) : Mempunyai efek yang lebih lama dari
glibenklamid tetapi lebih pendek dari khlorpropamid dan
mempunyai

efek

menekan

produksi

glukosa

hati

dan

meningkatkan jumlah reseptor.


Glimepirid (Amaryl, Amadiab) : Mempunyai waktu mula yang
pendek dan waktu kerja yang lama, dengan cara pemberian
dosis tunggal. Efek farmakologdinamiknya adalah mensekresi
sedikit insulin dan kemungkinan adanya aksi dari ekstra
pancreas. Untuk pasien yang ber-risiko tinggi yaitu :usia
lanjut, gangguan ginjal atau yang melakukan aktivitas berat
DAPAT diberikan obat ini. Dibandingkan dengan glibenklamid,
glimepirid lebih jarang menimbulkan efek hipoglikemik pada
awal pengobatan.
b. GLINID : merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama
dengan sulfonilurea dengan meningkatkan sekresi insulin fase
pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu:
Repaglinid ( Novonorm) : Merupakan derivat asam benzoat.
Mempunyai

efek

hipoglikemik

ringan

sampai

sedang.

Diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan


diekskresi secara cepat melalui hati. Efek samping yang
dapat terjadi pada penggunaan obat ini adalah keluhan
gastrointestinal.
Nateglinid (Starlix)
repaglinide,

namun

Cara

kerja

nateglinide

hampir

merupakan

sama

dengan

derivat

dari

fenilalanin. Diabsorpsi cepat setelah pemberian oral dan


ekskresi terutama melalui urine. Efek samping yang dapat
terjadi pada penggunaan obat ini adalah keluhan infeksi
saluran pernafasan atas.
2.2 Penambah sensitivitas terhadap Insulin.
a. BIGUANID.
Biguanid TIDAK merangsang sekresi insulin dan menurunkan
kadar glukosa darah sampai normal (euglikemia) serta tidak pernah
menyebabkan hipoglikemia. Contoh obat golongan ini adalah
metformin.

Efek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntahmuntah, kadang-kadang diare, oleh karena itu lebih baik diberikan
kepada pasien yang gemuk, sebab tidak merangsang sekresi, yang
seperti diketahui mempunyai efek anabolik. Sebenarnya obat ini
baik sekali bila diingat sifatnya yang hanya merupakan euglycemic
agent, jadi tidak terdapat bahaya terjadinya hipglikemia. tetapi
sayang sekali obat golongan ini dapat menyebabkan asidosis laktat,
terutama dengan preparat fenformin dan Buformin, sehingga kedua
preparat ini tidak dipasarkan lagi.
Metformin, masih banyak dipakai dibeberapa negara termasuk
Indonesia, karena frekwensi terjadinya asidosis laktat jauh lebih
sedikit asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada
kegagalan ginjal dan penyakit hati.
b. THIAZOLIDINDION / GLITAZON : Thiazolindindion berikatan pada
peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPAR ) suatu
reseptor initi di sel otot dan sel lemak. Contoh golongan ini adalah :
Pioglitazon.(Actos) : Mempunyai efek menurunkan resistensi
insulin dengan meningkatkan jumlah pen-transport glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Obat ini di
metabolisme di hepar. obat ini di-kontraindikasikan pada
pasien-pasien

dengan

gagal

jantung

karena

dapat

memperberat edema dan juga pada gangguan faal hati. saat


ini tidak digunakan sebagai obat tunggal .
Rosiglitazon (Avandia) : Cara kerja hampir sama dengan
pioglitazon, diekskresi melalui urin dan feces. mempunyai
efek hipoglikemik yang cukup baik jika dikombinasikan
dengan metformin. Pada saat ini belum beredar di Indonesia
2.3 Penghambat Alfa Glukosidase / Acarbose:
Acarbose merupakan suatu penghambat enzim alfa glukosidase
yang terletak pada dinding usus. Enszim alfa glukosidase adalah
maltaseeeee. isomaltase, glukomaltase dan sukrose, berfungsi untuk
hidrolisis oligosakarida, trisakarida dan disakarida pada dinding usus
halus (brush borders). Inhibisi sistem enzim ini secara efektif dapat
mengurangi digesti karbohidrat kompleks dan absorpsinya, sehingga
pada pasien diabetes dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa
post prandial.

Acarbose juga menghambat alfa-amilase pancreas yang berfungsi


melakukan hidrolisa tepung-tepung kompleks didalam lumen usus
halus.
Obat ini merupakan obat oral yang biasanya diberikan dengan
dosis 150-600 mg/hari yang efektif bagi pasien dengan diet tinggi
karbohidrat dan kadar plasma glukosa puasa kurang dari 180 mg/dl.
Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan
dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Bila
diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea (atau insulin)
dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa
murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula pasir. Obat ini
diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap,
serta dianjurkan untuk memberikannya bersama suap pertama setiap
kali makan (jadi bukan sesudah makan)

Keuntungan

- Pasien dapat melakukan suntik insulin secara mandiri dirumah dengan


benasr setelah mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan dan
mampu menghitung jumlah cairan obat yang akan disuntikkan atau
dosis obat.
Kerugian

- Efek samping yang sering terjadi akibat obat penambah sensitivitas


terhadap insulin adalah nausea, muntah-muntah, kadang-kadang diare,
oleh karena itu lebih baik diberikan kepada pasien yang gemuk, sebab
tidak merangsang sekresi
- Efek samping obat penghambat alfa glukosidase adalah perut kurang
enak, lebih banyak flatus, dan diare, yang akan berkurang setelah
pengobatan lebih lama.
Dampak

- Meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas.


- Meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin pada otot dan
sel lemak.
- Meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimuli insulin
transport karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak.
- Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa
- Supresi produksi glukosa oleh hati
- Stimulasi utilisasi glukosa perifer

Oksidagi glukosa / penyimpanan di otot


Memperbaiki komposisi lipoprotein abnormal
Mengurangi glucose toxicity
Memperbaiki kemampuan sekresi endogen
Mencegah koma hiperglikemi, yaitu glukosa darah plasma meningkat

hingga 600 g/dl atau lebih


- Memulihkan berat badan yang kurus . melalui pemberian insulin
diharapkan transport glukosa ke dalam sel akan meningkat sehingga sel
tidak mengalami starvasi.
- Meningkatkan kapasitas kerja tubuh
- Mengurangi morbiditas ibu dan janin, serta malformasi janin pada
kehamilan dengan DM
Implikasi Keperawatan :
Pemberian Insulin Menggunakan Spuit
Pemberian insulin dengan menggunakan spuit kebanyakan di
lakukan dengan cara sub cutan atau intravena (pada kondisi regulasi
insulin). Injeksi subkutan (SC) dilakukan dengan menempatkan obat
ke dalam jaringan ikat longgar dibawah dermis. Karena jaringan
subkutan tidak dialiri darah sebanyak darah yang mengaliri otot,
absorpsi di jaringan subkutan sedikit lebih lambat daripada absorpsi
pada intramusculer. Obat dapat diabsorpsi secara langkap jika status
sirkulasi normal. Jaringan subkutan tersusun atas reseptor nyeri, klien
dapat mengalami rasa tidak nyaman.
Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vascular di
sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta
sampai krista iliaka, dan bagian anterior pangkal paha. Area ini dapat
dengan mudah diakses, khususnya pada klien diabetes yang
melakukan injeksi insulin secara mandiri. Tempat lain meliputi daerah
scapula di punggung atas dan daerah dorsogluteal. Tempat yang
dipilih injeksi harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar di bawahnya. Klien
penderita diabetes secara teratur merotasi tempat injeksi setiap hari
untuk mencegah hipertrofi (penebalan) kulit dan lipodistrofi (atrofi
jaringan).
Obat yang diberikan dengan rute SC hanya obat dengan dosis
kecil yang larut air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan

subkutan sensitif

terhadap larutan yang mengiritasi, dan obat dalam volume besar.


Berat badan menunjukkan kedalaman lapisan subkutan. Oleh karena

itu, perawat harus memilih panjang jarum dan sudut insersi


berdasarkan berat badan klien. Umumnya jarum berukuran 25 G 5/8
inch yang diinsersi pada sudut 450. Apabila klien gemuk, perawat
mencubit jaringan dan menggunakan jarum yang cukup panjang
untuk insersi melewati jaringan lemak pada dasar lipatan kulit.
Dengan metode ini sudut insersi 450-900.
Persiapan klien dengan lingkungan

Menjelaskan tujuan untuk tindakan gula darah pasien


Menjelaskan prosedur tindakan
Menempatkan klien pada posisi yang nyaman
Menjaga privasi klien -> apalagi kalau di abdomen, paha

Persiapan Alat

Vial insulin
Spuit insulin
Kapas
Alkohol 70 %
Sarung tangan
Bengkok/tempat sampah medis

Pelaksanaan

Cuci tangan, kenakan sarung tangan


Bila insulin dalam keadaan dingin, hangatkan dengan telapak

tangan
Jika menggunakan NPH/LENTE supaya benar tercampur, dengan
memutar botol diantara kedua telapak tangan secara perlahanlahan. Jangan sekali-kali menggoncang atau mengocok, dan bila

timbul gumpalan jangan digunakan


Bersihkan tutup botol insulin dengan kapas alcohol dan biarkan

kering beberapa detik


Ambil spuit insulin, dan sedot udara kedalam spuit sesuai dosis
yang ditentukan, kemudian suntikkan udara kedalam botol dengan

arah tegak lurus kebawah


Dengan jarum masih berada didalam botol, balikkan botol dan
sedot insulin, tarik penghisap lebih dalam untuk mengecek ada
tidaknya gelembung udara. Bila tidak ada gelembung udara sedot
insulin kedalam spuit sejumlah yang dibutuhkan. Tarik jarumnya dari

botol dan saat ini spuit telah terisi insulin.


Letakkan spuit pada area bersih dan permukaan yang datar, segera
tutup jarum dengan penutupnya.

Pilih tempat yang akan disuntik, bersihkan dengan kapas alcohol


dari bagian dalam kearah luar dan biarkan beberapa saat sampai

kering.
Angkat kulit dan jaringan dibawah kulit (dicubit lunak) pegang spuit
seperti masuk kedalam kulit (90) aspirasi. Jika jarum tidak masuk
pembuluh darah, tekan penghisap dan injeksikan insulin kedalam
kulit, lepaskan cubitan dan tarik jarum sementara memberikan

tekanan lembut pada tempat penyuntikkan selama 10-15 detik.


Buang spuit dan jarum pada bengkok/tempat sampah medis
Bereskan alat dan cuci tangan

Catatan
Klien yang sudah terinjeksi dengan benar tidak akan mengalami
rasa baal pada area suntikan, jika hal ini terjadi menandakan bahwa
aliran darah di daerah tersebut kurang baik. Sedangkan jika setelah
injeksi klien merasakan sensasi panas, waspadai kemungkinan
alergi.
Evaluasi

Tanyakan pada klien adakah rasa nyeri, rasa baal, rasa terbakar

atau kaku pada ara injeksi.


Kaji respon klien terhadap pengobatan setelah 30 menit (setelah
30 menit pasien boleh mulai mengkonsumsi makanan)

Dokumentasi
Catat pada status klien yang meliputi tanggal, waktu, nama obat,
dosis, area injeksi, dan tanda tangan inisial.
Catat respon klien terhadap pengobatan dan efek samping yang
timbul (tanggal dan waktu).
Pemberian Insulin Dengan Pena Insulin
Persiapan klien dan lingkungan

Menjelaskan tujuan tindakan


Menjelaskan prosedur tindakan
Menempatkan klien pada posisi yang nyaman
Menjaga privasi klien

Persiapan alat

Pena insulin (pena, cartridge insulin, jarum), harus dirangkai

terlebih dahulu
Jarum pena
Bola kapas
Alcohol 70%

Bengkok/tempat sampah medis

Pelaksanaan

Lakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum pemberian insulin


Tentukan dosis insulin sesuai program terapi
Siapkan pena insulin, jarum, dan alcohol
Cek jenis insulin sesuai pesanan dokter
Periksa kadar insulin yang ada di cartridge insulin
Masukkan jarum yang baru. Buang plastic pembungkus jarum
tempatkan bagian luar jarum pada permukaan yang datar,
terbuka, dan menghadap keatas.
Tekan 2 unit insulin untuk mengeluarkan udara. Insulin harus

muncul pada ujung jarum. Bila tidak ada, ulangi kembali

prosedur.
Putar pena sesuai dosis yang ditentukan.
Bersihkan kulit dengan alcohol dan biarkan kering beberapa saat
Cubit kulit pada area yang diinginkan dan arahkan jarum pada

cubitan kulit dengan sudut 90


Injeksikan insulin pada aliran yang tetap , tarik jarum
Genggam pena dan masukkan jarum pada pembungkus jarum
plastic yang ada. Putar ujung jarum dengan hati-hati, buang
dibengkok/tempat sampah medis

Evaluasi

Tanyakan pada klien adakah rasa nyeri, rasa baal, rasa terbakar

atau kaku pada area injeksi


Kaji respon klien terhadap pengobatan setelah 30 menit

Dokumentasi

Catat pemberian pengobatan pada status klien yang meliputi

tanggal, waktu, dosis, rute, area injeksi, dan tanda tangan


Catat respon klien terhadap pengobatan dan efek samping yang
timbul (tanggal dan waktu)

catatan:
Pen insulin tidak dapat dipergunakan untuk insulin campuran. Jika
membutuhkan insulin campuran maka injeksi dilakukan dengan
menggunakan spuit
Kemungkinan obat tidak dapat keluar dari pena : catridge tidak pas
atau terdapat sumbatan pada jarum.
Pemberian Insulin Drip Intra Vena

Tujuan : Penurunan glukosa darah secara cepat , misalnya pada pasien


dengan ketoasidosis.
Persiapan

Cairan NaCI
Short acting insulin (Actrapid, RI)
Mikro drip set
Alat pemantau glukosa

Pelaksanaan

CARA

Campurkan 50 unit actrapid (1,25 cc) kedalam 500 cc NaCI


Campurkan dengan membolak balikkan kemasan
Pasang mikro drip (60 tetes/cc)
Buang cairan pertama melalui selang infuse sebanyak 30-50 cc
Pasang pada vena klien dengan dosis 0,5 unit/kg BB/jam
Lakukan monitor gula darah setiap jam
MENCAMPUR

INSULIN

(mencampur

insulin

reguler

dan

intermediate dalam satu spuit)


Ambil vial berisi insulin intermediate-acting (keruh), balikkan dan
gulung-gulung

dengan

kedua

telapak

tangan

untuk

menghomogenkan larutan.
Bersihkan tutup botol berisi short-acting dan intermediate-acting
insulin dengan kapas alcohol 70%
Ambil spuit dan sedot udara kedalam spuit sesuai dengan dosis
intermediate-acting insulin yang dikehendaki.
Suntikkan udara kedalam botol intermediate insulin tegak lurus,
kemudian tarik jarum dari botol
Sedot udara kedalam spuit sejumlah sesuai dengan short-acting
insulin yang dikehendaki
Bersihkan tutup botol short-acting insulin dengan kapas alcohol dan
suntikkan udara kedalam botol tersebut
Dalam posisi jarum/spuit masih menancap, balikkan botol dan tarik
penghisap lebih jauh untuk menyedot insulin dan mengecek apakah
ada gelembung udara yang masuk. Sedot insulin short-acting sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan. Saat ini spuit sudah terisi insulin
short-acting 20 unit.
Ambil botol insulin intermediate, balikkan tegak lurus dan tusukkan
jarum/spuit yang sudah berisi insulin short-acting
Tarik/sedot spuit dari botol insulin intermediate-acting sesuai dosis.
Cabut jarum spuit dari botol insulin intermediate-acting.
Segera injeksikan insulin ini ke pasien.

Catatan:
Dalam mengambil insulin dari vial, dahulukan mengambil insulin reguler,
kemudian intermediate insulin, karena insulin intermediate jika masuk ke
vial insulin short akan mempengaruhi kerja short dan resiko terjadi lisis jika
dua jenis insulin dicampur dalam waktu yang lama.

PEMBERIAN OBAT CLOPIDOGREL


Clopidogrel adalah golongan obat antiagregasi trombosit atau
antipletelet

yang

bekerja

secara

selektif

menghambat

ikatan

Adenosine DiPhosphate (ADP) pada reseptor ADP di platelet, yang


sekaligus dapat menghambat aktivasi kompleks glikoprotein GPIIb/ IIIa
yang dimediasi oleh ADP yang dapat menimbulkan penghambatan
terhadap agregasi platelet
Keuntungan
-

Pada pasien dengan diabetes dan arteri perifer (PAD), pemberian


clopidorel lebih memberikan manfaat dibanding antipletelet lain
seperti aspirin. Pada penelitian CARPIE (Clopidegrel Versus Aspirin
in Patients at Risk if Iscemic Events) menunjukkan 75ml clopidogrel
perhari menurunkan resiko relatif 8,7% dibandingkan dengan
325mg aspirin perhari terhadap combined endpoin.

Kerugian

Memiliki efek samping seperti efek GI (gangguan pencernaan,

gastritis, diare, konstipasi)


Efek hematoligis (pendarahan

epiktasis, hematoma, hematuria)


Efek samping dermatologis seperti ruam dan gatal

Dampak
-

intrakranial,

memar,

purpura,

Diabetes akan meningkatkan resiko aterogenesis melalui berbagai


efek pada dinding vaskular, sel-sel darah, dan reologi. Kelainan
vaskuler yang menyebabkan aterosklerosis pada pasien diabetes
terbukti telah ada sebelum diabetes didiagnosis dan akan semakin
memburuk sesuai lamanya diabetes dan tidak terkontrolnya

glukosa darah. Clopidogrel diindikasikan bagi pencegahan iskemia


vaskuler pada pasien dengan aterosklerosis tersebut.
Implikasi keperawatan :
-

Memperhatikan

instruksi

khusus

pemberian

obat

bahwa

penggunaan obat secara bersamaan harus dihindari (misalnya,


omeprazole,

ketoconazole,

fluvoxamine,

triclodipine)

karena

memisahkan waktu pemberian obat tidak mengurangi kesempatan


-

obat untuk saling berinteraksi


Memperhatikan penggabungan obat dengan warfarin, heparin,
thrombolytics, NSAIDs dan obat lainnya yang meningkatkan resiko

pendarahan
KULTUR KULIT APLIGRAF (GRAF SKIN)
Apligraf adalah sebuah pencangkokan kulit hasil rekayasa jaringan
yang

telah

disetujui

untuk

digunakan

oleh

Food

and

Drug

Administration (FDA)
Keuntungan :
- Penyembuhan luka lebih cepat
- Pengurangan kehilangan cairan insensible
- Perlindungan dari invasi bakteri
- Pengurangan contracture bekas luka
Kerugian
:
- Dapat terjadi pendarahan yang tidak terkontrol karena hematoma
dan / atau pembentukan seroma bawah graft
Dampak
:
- Resiko pencangkokan kulit termasuk yang melekat pada setiap
prosedur

operasi

yang

melibatkan

anastesi

termasuk

reaksi

terhadap obat, masalah pernapasan, pendarahan, dan infeksi.


Jaringan dan situs penerima harus samam steril untuk mencegah
infeksi yang dapat mengakibatkan kegagalan graft. Kegagalan graft
dapat disebabkan aliran yang tidak memadai, bengkak, atau
infeksi.
Impikasi Keperawatan :
- Aftercare pasien meliputi konseling psikologis atau kejiwaan serta
perawatan luka dan rehabilitasi fisik yaitu mengkaji luas dan
keadaan luka serta proses penyembuhan, melakukan rawat luka
dengan baik dan benar yaitu menggunakan larutan yang tidak
-

irritatif.
Rasa sakit yang parah dan periode panjang pemulihan sering
disertai dengan kecemasan dan depresi. Perawat dapat mengkaji
tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien dan menggunakan

komunikasi terapeutik untuk memberi kesempatan pada pasien


-

mengungkapkan rasa cemas.


Timbulnya rasa nyeri diatasi dengan mengkaji tingkat, frekuensi,
dan reaksi nyeri yang dialami pasien, menjelaskan pada pasien
tentang sebab-sebab timbulnya nyeri, menciptakan lingkungan
yang tenang, mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi, mengatur
posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien, dan
melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic

PERUBAHAN GAYA HIDUP (LIFE STYLE)


Perubahan gaya hidup dan perilaku,dimulai dengan menghindari
merokok, alkohol, makan berlebihan terutama tinggi lemak dan
karbohidrat sampai keteraturan minum obat. Karbohidrat 45-60%,
protein 10-20%, lemak 20-25% dengan jumlah kalori dihitung dari
berat badan idaman {(TB-100)-10%)} dikali kalori basal 30kkal/kgbb
untuk laki-laki, 25 kkal/kgbb untuk wanita dan ditambah kalori untuk
aktivitas lalu dibagi 3 porsi besar makan pagi 20%, makan siang 30%,
sore 25%. dan 2-3 porsi makan ringan 10- 15%. Jumlah kandungan
serat } 25 g/hari.
Sedangkan untuk latihan jasmani dianjurkan latihan teratur 3-4x/
minggu selama 30 menit, bersifat CRIPE (Continuous, Rhythmical,
Interval, Progressive, Endurance training), sedapat mungkin mencapai
sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur). Dianjurkan untuk
lebih berhati-hati pada diabetes tidak terkendali (gula darah >250
mg/dL) karena olahraga dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan
benda keton yang dapat berakibat fatal.
Keuntungan :
- Secara garis besar dapat dilakukan secara mandiri tanpa bantuan
tenaga medis dan tidak memiliki efek samping
Kerugian
:
- Tidak ada kerugian yang ditimbulkan akibat perubahan gaya hidup
(life

style) yang

kebutuhan pasien
Dampak
:

lebih

baik

dan

terprogram

sesuai

dengan

Meningkatkan

kualitas

hidup

dengan

memperbaiki

kebiasaan

makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang


lebih baik
Implementasi Keperawatan :
- Melakukan promosi kesehatan melalui penyuluhan mengenai gaya
hidup yang sehat dengan mengubah pola makan, olahraga teratur,
-

dan istirahat yang cukup.


Melakukan pemantauan (monitoring). Monitoring dalam hal ini
adalah salah satu tindakan keperawatan yang digunakan untuk
menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyesuaian
diet makanan dan latihan jasmani untuk mencapai kadar glukosa

darah yang normal.


Melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dan pemantauan
glukosa berkesinambungan (PGB).
DAFTAR PUSTAKA

Adam,JMF. 2002. Penatalaksanaan Endokrin Darurat. Perkumpulan Endokrinologi


Indonesia. Makassar.
American Diabetes Association. Practical insulin. A handbook for prescribers. ADA
edisi 2004.
American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes-2006.
Diabetes Care 2006;29: S4-S42.
Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
P.B. PERKENI . 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di
Indonesia.
Soegondo S, dkk. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, cetakan
keenam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai