MALNUTRISI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas PJBL Fundamental of
Pathofisiology and Nursing Care in Gastrointestinal System
oleh:
ANITA WULAN S
0910720002
Definisi Malnutrisi
Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atau
lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian gizi kurang, istilah
malnutrisi lazim dipakai untuk keadaan ini. Secara umum gizi kurang
disebabkan oleh kurangnya energy atau protein. Namun keadaan ini di
lapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai kasus yang menderita
deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein biasanya disertai
pula dengan defisiensi energi. Oleh karena itu istilah yang lazim dipakai
adalah malnutrisi Energi Protein (Markum dkk, 1991) dan Nelson membuat
sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan kekurangan kalori protein (Nelson,
1992).
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang
cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi
untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan
terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain
itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi
makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007).
Malnutrisi
adalah
istilah
umum
untuk
suatu
kondisi
medis
yang
disebabkan oleh pemberian atau cara makan yang tidak tepat atau tidak
mencukupi.
Istilah
ini
seringkali
lebih
dikaitkan
dengan
keadaan
bagian,
kwashiorkor),
yakni
karena
gizi
buruk
karena
kekurangan
kekurangan
karbohidrat
atau
protein
(disebut
kalori
(disebut
protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu
istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan
kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun (Nency, 2005).
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun
(baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan
umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik.
Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis.
Apabila jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk
adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J,
2006).
Berdasarkan baku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat yaitu:
Beberapa istilah yang terkait dengan status gizi antara lain (Supariasa, 2002)
:
1) Malnutrition (Gizi Salah, Malnutrisi)
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun
absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi :
a) Under Nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau
absolut untuk periode tertentu
b) Specific Defficiency : kekurangan
zat
gizi
tertentu,
misalnya
Lipoprotein) dan
VLDL
(Very
Low
Density Lipoprotein)
(Supariasa, 2002)
2) Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang energi protein adalah seseorang yang kurang gizi disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari - hari
dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat
badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku
WHO NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang
paling berat dan meluas terutama pada balita.
1.2
Etiologi Malnutrisi
1.2.1 Etiologi Gizi Buruk
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
1. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita
penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi
sering diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.
2. Penyebab
tidak
langsung,
ketersediaan
Pangan
rumah
tangga,
kerjasama
lintas
sektor
Ketahanan
pangan
adalah
1.2.1.1 Marasmus
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah
kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup,
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak
terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan
ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri
anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap
terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah
sebagai berikut :
a) Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan
kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya
pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
b) Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama
infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia,
pielonephiritis dan sifilis kongenital.
c) Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan,
penyakit
Hirschpurng,
deformitas
palatum,
palatoschizis,
metabolik,
misalnya
renal
asidosis,
idiopathic
mempengaruhi
dan
merupakan
predisposisi
untuk
1.2.1.2Kwashiorkor
Kwashiorkor disebabkan karena penyerapan protein terganggu, seperti
pada diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis),
infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein, seperti
pada penyakit hati kronik.
1.2.2 Etiologi obesitas
Berdasarkan hukum
termodinamik,
obesitas
disebabkan
adanya
energi
ini
disebabkan
oleh
faktor
eksogen/nutrisional
multifaktorial
disebabkan
oleh
yang
karena
diduga
interaksi
bahwa
antara
sebagian
faktor
besar
genetik
obesitas
dan
faktor
lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional
yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi.
a. Faktor Genetik .
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila
kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu
orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua
tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.
Hipotesis Barker menyatakan bahwa
intrauterin
menyebabkan
gangguan
perubahan
perkembangan
lingkungan
nutrisi
organ-organ
tubuh
yang
jelek.
Dengan
demikian
kerentanan
terhadap
obesitas
mempunyai
energy
density
lebih
besar
dan
lebih
tidak
itu
kapasitas
penyimpanan
makronutrien
juga
menentukan
pendapatan
mempengaruhi
pemilihan
jenis
dan
jumlah
75.671 balita. Kasus gizi buruk yang dilaporkan menurun setiap bulan.
Semua anak gizi buruk mendapatkan penanganan berupa: perawatan di
Puskesmas dan di Rumah Sakit serta dilakukan tindak lanjut paska
perawatan berupa rawat jalan, dan melalui posyandu untuk dipantau
kenaikan berat badan dan mendapatkan makanan tambahan.
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) dan Laporan Survei Departemen Kesehatan-Unicef tahun
2005, dari 343 kabupaten/kota di Indonesia penderita gizi buruk sebanyak
169
kabupaten/kota
tergolong
prevalensi
sangat
tinggi
dan
257
1116/Menkes/SK/VIII/2003
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan
Selanjutnya
sesuai
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor:
negara
yang
sedang
berkembang.
Berdasarkan
SUSENAS,
prevalensi
obesitas
(>120%
median
baku
WHO/NCHS)
pada
balita
Kebutuhan tubuh akan zat gizi bertambah pada beberapa tahapan kehidupan
tertentu,
yaitu:
compensated
atau
energi.
Kemampuan
tubuh
untuk
mempergunakan
mempertahankan
kehidupan;
karbohidrat
(glukosa)
dapat
protein
terjadi
setelah
beberapa
jam
dengan
dengan kadar kalori dan protein yang kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga
dapat terjadi atrofi jaringan khususnya pada lapisan subkutan dan akhirnya
kelihatan kurus seperti orang tua. Marasmus timbul akibat kekurangan energi
(kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif
pertumbuhan
yang
kurang
atau
terhenti
atrofi
otot
dan
1.4.2.Kwarsiokor
Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar
proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam
amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan
perbaikan sel. Kemudian produksi albumin dalam hati pun berkurang,
sehingga
berbagai
kemungkinan
terjadi
hipoproteinemia
yang
dapat
dan protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih
hanya bisa membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin
ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai
sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul
lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi
ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran
adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi).
Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon
patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan
Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi
karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi
penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan
LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit
ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting
edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting
edema disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik
intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma
ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada
penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi
natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Pada
penderita
kwashiorkor,
selain
defisiensi
protein
juga
defisiensi
ke
hipotalamus.
Apabila
asupan
energi
melebihi
dari
yang
kadar
leptin
dalam
peredaran
darah.
Leptin
kemudian
dan
asupan
makanan.
Pada
sebagian
besar
orang
obesitas,
mekanisme ini tidak berjalan walaupun kadar leptin didalam darah tinggi dan
disebut sebagai resistensi leptin.
Beberapa neurotransmiter, yaitu norepineprin, dopamin, asetilkolin dan
serotonin berperan juga dalam regulasi keseimbangan energi, demikian juga
dengan
beberapa
neuropeptide
dan
hormon
perifer
yang
juga
melanin-concentrating
hormone,
corticotropin-releasing
hormone
neuropeptida-neuropeptida
NPY/AGRP
dan
POMC/CART
oleh
2.
menggunakan
indikator
antropometri.
Indikator
berat
badan
dan
marasmik-kwashiorkor.
Marasmus
terjadi
karena
1) Marasmus
Marasmus terjadi karena pengambilan energi yang tidak cukup. Pada
2) Kwarshiorkor
Kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak
cukup. Pada penderita yang menderita kwashiorkor, anak akan mengalami
gangguan pertumbuhan, perubahan mental yaitu pada biasanya penderita
cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis dan sebagian besar
penderita ditemukan edema. Selain itu, pederita akan mengalami gejala
gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena gangguan
fungsi hati, pankreas dan usus. Rambut kepala penderita kwashiorkor senang
dicabut tanpa rasa sakit (Hassan et al, 2005).
Pada penderita stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus,
jarang dan berwarna putih. Kulit menjadi kering dengan menunjukkan garisgaris yang lebih mendalam dan lebar. terjadi perubahan kulit yang khas yaitu
crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau
merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang
sering mendapat tekanan dan disertai kelembapan. Pada perabaan hati
ditemukan hati membesar, kenyal, permukaan licin, dan pinggiran tajam.
Anemia ringan juga ditemukan dan terjadinya kelainan kimia yaitu kadar
albumin serum yang rendah dan kadar globulin yang normal atau sedikit
meninggi (Hassan et al, 2005).
3) Marasmik Kwarshiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinis
Marasmus dan kwarshiorkor, misalnya BB < 60% dari BB normal, kelainan
rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat dan edema
(Depkes RI, 2000).
Klasifikasi status gizi menurut WHO-NCHS (standart deviation score Z-score)
Status
Deraja
Z-score
gizi
Gizi
t KEP
KEP
-3 SD sampai
Kurang
ringan
<-2 SD
Gizi
KEP
<-3 SD
buruk
berat
secara
laboratorik,
misalnya
densitometri,
hidrometri dsb. yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak
praktis. DXA adalah metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis
untuk dilapangan.
e) Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas.
1.6
Manifestasi Klinis
1.6.1 Gizi Buruk
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda
klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.
1.6.1.1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala
yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat
lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut
mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering
diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan
banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a) Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan
otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b) Wajah seperti orang tua
c) Iga gambang dan perut cekung
d) Otot paha mengendor (baggy pant)
e) Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat
mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya
ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face).
Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan
maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak
lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun
menjadi kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa
rendah karena lapisan penahan panas hilang.
1.6.1.2 Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein,
walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi.
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai
seluruh tubuh
a) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b) Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah
dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut
kepala kusam.
c) Wajah membulat dan sembab
d) Pandangan mata anak sayu
e) Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba
dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang
tajam.
f) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
1.6.1.3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian
disamping
menurunnya
berat
badan
<
60%
dari
normal
1.6.2. Obesitas
dalam
saling menempel
dan
bergesekan
yang
dapat
c. Pemeriksaan Penunjang
Menimbang BB
Mengukur TB
Dihubungkan dengan umur
Pada anak gunakan KMS untuk mencatat untuk menilai perkembangan
BB anak.
Pada orang dewasa dengan membandingkan BB/TB atau IMT
Pengukuran status gizi dikelompokkan sebagai berikut :
a) Pengukuran langsung
Antropometri
Dari sudut pandang gizi, antropometri berhubungan dengan pengukuran
dimensi dan komposisi tubuh pada berbagai tingkat umur.
Digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi
yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik serta proporsi jaringan tubuh
seperti lemak dan otot.
Klinis
Metode pemeriksaan klinis didasarkan atau perubahan-perubahan yang
terjadi pada jaringan epitel seperti mata, kulit, rambut dan mukosa.
Penggunaan metode klinis dirancang untuk mendeteksi secara cepat tandatanda kekurangan zat gizi, dengan melakukan antara lain pemeriksaan fisik
riwayat penyakit.
Biokimia
Biofisik
Penggunaan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi dan perubahan struktur jaringan.
Pada umumnya digunakan pada situasi tertentu, mis: kejadian buta senja
epidemik dengan tes adaptasi gelap.
data
konsumsi
gambaran.
makanan
Konsumsi
pada
berbagai
masyarakat,
zat
gizi
keluarga
yang
dapat
Statistik Vital
Dengan analisis beberapa data statistik kesehatan seperti angka kesakitan
dan kematian karena penyakit tertentu.
Angka kematian berdasarkan umur atau data lain yang berhubungan dengan
gizi.
Faktor Ekologi
Pengukuran faktor ekologi penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi.
Keadaan malnutrisi merupakan hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis
dan lingkungan
budaya.
Bahan makanan yang tersedi tergantung pada keadaan ekologi seperti:
tanah, iklim atau pengairan.
Mengukur lemak tubuh
Cara-cara untuk mengukur lemak tubuh seseorang:
merupakan
ruang
berbentuk
telur
yang
telah
Klasifikasi
< 18.5
BMI
18.524.9
Normal
25.029.9
normal tinggi
30.034.9
Obesitas tingkat 1
35.039.9
Obesitas tingkat 2
40.0
Obesitas tingkat 3
merupakan
suatu
pengukuran
yang
menghubungkan
Rumus:
Satuan
Metrik
kilogram/meter
menurutSistem
Satuan
Internasional :
BMI
Rumus : BMI = b / t2
dimana b adalah berat badan dalam satuan metrik kilogram dan t adalah
tinggi badan dalam meter.
Menurunkan
berat
badan
dengan
tetap
mempertahankan
pertumbuhan normal.
Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30%
dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta
rangsangan
disekitar
anak
yang
dapat
memicu
program
diet,
mengubah
perilaku
makan
dan
aktifitas
yang
Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan >
140% BB Ideal atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori hanya
600-800 kkal per hari dan protein hewani 1,5 - 2,5 gram/kg BB Ideal,
dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per
hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan pengawasan
-
dokter.
Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan
energi
dengan
menekan
nafsu
makan,
contohnya
sibutramin;
penggunaan
energi.
Farmakoterapi
belum
ini
adalah
untuk
mengurangi
asupan
makanan
atau
2.
KONSEP METABOLISME
2.1. Karbohidrat
2.1.1. Pengertian dan fungsi karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,
hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama
karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat
yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil
proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh
tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas,
kontraksi jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas
fisik seperti berolahraga atau bekerja. Di dalam ilmu gizi, secara sederhana
karbohidrat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu karbohidrat sederhana
dan karbohidrat kompleks dan berdasarkan responnya terhadap glukosa
darah di dalam tubuh, karbohidrat juga dapat dibedakan berdasarkan nilai
tetapan indeks glicemik-nya (glycemic index).
Contoh dari karbohidrat sederhana adalah monosakarida seperti glukosa,
fruktosa & galaktosa atau juga disakarida seperti sukrosa & laktosa. Jenisjenis karbohidrat sederhana ini dapat ditemui terkandung di dalam produk
pangan seperti madu, buah-buahan dan susu.Sedangkan contoh dari
karbohidrat kompleks adalah pati (starch), glikogen (simpanan energi di
dalam tubuh), selulosa, serat (fiber) atau dalam konsumsi sehari-hari
karbohidrat kompleks dapat ditemui terkandung di dalam produk pangan
seperti, nasi, kentang, jagung, singkong, ubi, pasta, roti dan sebagainya. (M.
Anwari Irawan, 2007)
2.1.2. Metabolisme karbohidrat secara umum
Di dalam sistem pencernaan dan juga usus halus, semua jenis karbohidrat
yang
dikonsumsi
akan
terkonversi
menjadi
glukosa
untuk
kemudian
diabsorpsi oleh aliran darah dan ditempatkan ke berbagai organ dan jaringan
tubuh. Molekul glukosa hasil konversi berbagai macam jenis karbohidrat
inilah yang kemudian akan berfungsi sebagai dasar bagi pembentukan energi
di dalam tubuh. Melalui berbagai tahapan dalam proses metabolisme, sel-sel
yang terdapat di dalam tubuh dapat mengoksidasi glukosa menjadi CO 2 &
H2O dimana proses ini juga akan disertai dengan produksi energi. Proses
sistem
pusat
syaraf.
(M.
Anwari
Irawan,
2007)
http://www.pssplab.com/journal/03.pdf
2.1.3. Konsep glikolisis, glukoneogenesis, glikogenolisis, oksidsi
asam piruvat, dan siklus asam sitrat secara umum
Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat baik yang tergolong
sebagai katabolisme maupun anabolisme, yaitu glikolisis, oksidasi piruvat,
siklus asam sitrat, glikogenesis, glikogenolisis serta glukoneogenesis.
Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis
(dipecah) menjadi 2 piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.
2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA.
Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
3. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat.
Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka
glukosa tidak dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer
glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di hati dan otot
sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan
glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi
jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka panjang.
5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka
glikogen dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami
glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam
sitrat.
6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga
habis, maka sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein
harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis (pembentukan
glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi
glukosa
baru
yang
selanjutnya
mengalami
katabolisme
untuk
memperoleh energi.
Glikolisis
Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini
adalah proses pemecahan glukosa menjadi:
1. asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)
2. asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)
Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam
piruvat, dan selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat
(Siklus Krebs). Selain itu glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme
fruktosa dan galaktosa.
dan
sebaliknya
(reaksi
interkonversi).
Reaksi
bolak-balik
ini
yang
bertanggung
jawab
terhadap
oksidasi
di
atas
adalah
kepada NAD. Atom-atom hydrogen yang dikeluarkan dari proses oksidasi ini
dipindahkan kepada NAD+ yang terikat pada enzim. Pada rantai respirasi
mitokondria akan dihasilkan tiga fosfat berenergi tinggi. (+3P)
Catatan:
Karena fruktosa 1,6-bifosfat yang memiliki 6 atom C dipecah menjadi
Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat yang masingmasing memiliki 3 atom C, dengan demikian terbentuk 2 molekul gula
yang masing-masing beratom C tiga (triosa). Jika molekul dihidroksiaseton
fosfat juga berubah menjadi 1,3-bifosfogliserat, maka dari 1 molekul glukosa
pada bagian awal, sampai dengan tahap ini akan menghasilkan 2 x 3P= 6P.
(+6P)
7.
Energi
yang
dihasilkan
dalam
proses
oksidasi
disimpan
melalui
enzim
enolase.
Reaksi
ini
melibatkan
dehidrasi
serta
disertai kehilangan energi bebas dalam jumlah besar sebagai panas dan
secara fisiologis adalah irreversible. Fosfoenol piruvat + ADP piruvat + ATP
Catatan:
Karena ada 2 molekul PEP maka terbentuk 2 molekul enol piruvat sehingga
total hasil energi pada tahap ini adalah 2 x 1P = 2P. (+2P)
11. Jika keadaan bersifat anaerob (tak tersedia oksigen), reoksidasi NADH
melalui pemindahan sejumlah unsure ekuivalen pereduksi akan dicegah.
Piruvat akan direduksi oleh NADH menjadi laktat. Reaksi ini dikatalisir oleh
enzim laktat dehidrogenase.
Piruvat + NADH + H+ L(+)-Laktat + NAD+
Dalam keadaan aerob, piruvat diambil oleh mitokondria, dan setelah
konversi menjadi asetil-KoA, akan dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus
asam sitrat (Siklus Krebs). Ekuivalen pereduksi dari reaksi NADH + H +
yang terbentuk dalam glikolisis akan diambil oleh mitokondria untuk oksidasi
melalui salah satu dari reaksi ulang alik (shuttle).
Kesimpulan:
Pada glikolisis aerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
- hasil tingkat substrat :
+ 4P
+ 6P
- jumlah :
+10P
- 2P
+ 8P
Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
- hasil tingkat substrat :
+ 4P
+ 0P
- jumlah :
+ 4P
- 2P
+ 2P
Oksidasi piruvat
Dalam jalur ini, piruvat dioksidasi (dekarboksilasi oksidatif) menjadi AsetilKoA, yang terjadi di dalam mitokondria sel. Reaksi ini dikatalisir oleh berbagai
enzim yang berbeda yang bekerja secara berurutan di dalam suatu kompleks
multienzim yang berkaitan dengan membran interna mitokondria. Secara
kolektif, enzim tersebut diberi nama kompleks piruvat dehidrogenase dan
Hidroksietil
tiamin
difosfat
akan
bertemu
dengan
lipoamid
asam
sitrat
merupakan
rangkaian
reaksi
yang
menyebabkan
Siklus asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
(dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Selama proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, akan terbentuk ekuivalen
pereduksi dalam bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan enzim
dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen pereduksi ini kemudian memasuki
rantai respirasi tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam proses
fosforilasi oksidatif. Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan
Lintasan detail Siklus Krebs (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
diikuti oleh hidrolisis ikatan tioester KoA yang disertai dengan hilangnya
energi bebas dalam bentuk panas dalam jumlah besar, memastikan reaksi
tersebut selesai dengan sempurna. Asetil KoA + Oksaloasetat + H2O Sitrat
+ KoA
2. Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat
hidratase) yang mengandung besi Fe 2+ dalam bentuk protein besi-sulfur
(Fe:S). Konversi ini berlangsung dalam 2 tahap, yaitu: dehidrasi menjadi
sis-akonitat, yang sebagian diantaranya terikat pada enzim dan rehidrasi
menjadi isositrat.
Reaksi tersebut dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk fluoroasetil
KoA
mengadakan
fluorositrat.
kondensasi
Senyawa
dengan
terakhir
ini
oksaloasetat untuk
menghambat
membentuk
akonitase
sehingga
terjadi
dekarboksilasi
menjadi
ketoglutarat
2+
atau Mg
yang
2+
juga
merupakan
tersebut
yang
dikatalisir
oleh
kompleks
ketoglutarat
dehidrogenasi
pertama
dikatalisir
oleh
enzim
suksinat
protein
besi-sulfur(Fe:S).
Fumarat
terbentuk
sebagai
hasil
juga
ditemukan
di
luar
mitokondria.
Meskipun
dapat
dikatabolisir dalam siklus asam sitrat. Dalam hal ini sejumlah ekuivalen
pereduksi akan dipindahkan ke rantai respirasi dalam membrane interna
mitokondria (lihat kembali gambar tentang siklus ini).
Selama melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH
menghasilkan 3 ikatan fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP
menjadi ATP dalam proses fosforilasi oksidatif. Namun demikian FADH 2 hanya
menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi
selanjutnya akan dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada tingkat
substrat) pada saat suksinil KoA diubah menjadi suksinat.
Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat
adalah:
1. Tiga molekul NADH, menghasilkan :
3 X 3P
= 9P
1 x 2P
= 2P
= 1P
Jumlah
= 12P
8P
6P
24P
Jumlah :
38P
Glikogenesis
Tahap
pertama
metabolisme
karbohidrat
adalah
pemecahan
glukosa
terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan
tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya
simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih
banyak. Seperti amilum, glikogen merupakan polimer -D-Glukosa yang
bercabang.
Glikogen otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan
mudah untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen
hati sangat berhubungan dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar
untuk mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya pada saat di antara
waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen
hati terkuras habis. Tetapi glikogen otot hanya terkuras secara bermakna
setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama.
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang
lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh
heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan
bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan
mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam
reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.
Enz-P + Glukosa 6-fosfat Enz + Glukosa 1,6-bifosfat Enz-P + Glukosa 1fosfat
3. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP)
untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir
oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.
Uridin difosfat glukosa (UDPGlc) (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Lintasan glikogenesis dan glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
4.
Hidrolisis
pirofosfat
inorganic
berikutnya
oleh
enzim
pirofosfatase
glikogenolisis.
Glikogenolisis
seakan-akan
kebalikan
dari
bisa
disimpulkan
bahwa
glukoneogenesis
adalah
proses
Glukoneogenesis dari bahan protein. Dalam hal ini protein telah dipecah
menjadi berbagai macam asam amino (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia
Harper)
2.2 Protein
2.2.1 Pengertian dan fungsi
Protein berasal dari bahasa Yunani proteios, yang berarti bertingkat
pertama. Protein merupakan
makromolekul yang menyusun lebih dari separuh bagian dari sel. Protein
menentukan
ukuran
dan
struktur
sel,
komponen
utama
dari
sistem
faktor
pertumbuhan.
Misalnya
faktor
pertumbuhan
saraf
Proses hidrolisis peptida akan terus berlanjut sampai protein
makanan hampir seluruhnya berubah menjadi asam amino
Getah usus yang disekresi oleh kelenjar Brunner & Lieberkuhn
juga mengandung enzim aminopeptidase & dipeptidase
ASAM AMINO
Asam amino dibedakan: asam amino esensial dan asam amino non esensial
Asam amino esensial: T2L2V HAMIF (treonin, triptofan, lisin, leusin, valin
histidin, arginin, metionin, isoleusin, fenilalanin)
Asam amino non esensial: SAGA SATGA (serin, alanin, glisin, asparadin
sistein, asam aspartat, tirosin, glutamin, asam glutamat)
TRANSPORT PROTEIN
Protein diabsorpsi di usus halus dalam bentuk asam amino masuk darah
Didalam
sel
asam
amino
disimpan
dalam
bentuk
protein
(dengan
menggunakan enzim)
Jika jumlah protein terus meningkat protein sel dipecah jadi asam amino
untuk dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak
Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses: deaminasi
atau transaminasi
PEMECAHAN PROTEIN
1. Transaminasi:
2. Diaminasi:
asam amino + NAD+ asam keto + NH3
NH3 merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang oleh ginjal
harus diubah dahulu jadi urea (di hati) agar dapat dibuang oleh ginjal
EKSKRESI NH3
Jika hati ada kelainan (sakit) proses perubahan NH3 urea terganggu
penumpukan NH3 dalam darah uremia
PEMECAHAN PROTEIN
Zat hasil deaminasi/transaminasi yang dapat masuk siklus Krebs adalah: alfa
ketoglutarat, suksinil ko-A, fumarat, oksaloasetat, sitrat
His,
Ile,
Tyr,
Gln,
Met,
Phe:
Pro:
Val:
Arginin,
Histidin,
Isoleusin,
Tyrosin,
Phenilalanin
Glutamin,
Metionin,
Prolin
Valin
karboksikinase
Ala, Cys, Gly, Hyp, Ser, Thr: Alanin, Cystein, Glysin, Hydroksiprolin, Serin,
Threonin
Leu, Lys, Phe, Trp, Tyr: Leusin, Lysin, Phenilalanin, Triptofan, Tyrosin
SIKLUS KREBS
RANTAI RESPIRASI
H hasil utama dari siklus Krebs ditangkap oleh carrier NAD menjadi NADH
H dari NADH ditransfer ke Flavoprotein Quinon sitokrom b sitokrom
c sitokrom aa3 terus direaksikan dengan O2 H2O + E
KREATIN
Kreatin
DAN
disintesa
di
hati
dari:
KREATININ
metionin,
glisin
dan
arginin
ATP
gerak
Fosforilkreatin
Kreatinin
urine
2.3. Lemak
2.3.1. Pengertian dan fungsi
Lipid adalah molekul-molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi
larut di dalam pelarut-pelarut organik.
Fungsi lipid
Ada beberapa fungsi lipid di antaranya:
1. Sebagai penyusun struktur membran sel
Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran
material-material.
2. Sebagai cadangan energi
Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa
3. Sebagai hormon dan vitamin
Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu
regulasi proses-proses biologis
Jenis-jenis lipid
Terdapat beberapa jenis lipid yaitu:
1. Asam lemak, terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh
2. Gliserida, terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida
3. Lipid kompleks, terdiri atas lipoprotein dan glikolipid
4. Non gliserida, terdiri atas sfingolipid, steroid dan malam
2.3.2. Metabolisme lemak
Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid
netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara
ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu
ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol
masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai
pendek juga dapat melalui jalur ini.
Struktur miselus. Bagian polar berada di sisi luar, sedangkan bagian non
polar berada di sisi dalam
Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air,
maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan
dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak
dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul
berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron
ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava,
sehingga
bersatu
dengan
sirkulasi
darah.
Kilomikron
ini
kemudian
tersebut
ditransportasikan
oleh
albumin
ke
jaringan
yang
memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam
lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi,
maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan
gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika
sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam
lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah
cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan
lipolisis.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan
asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme
karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam
siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan
energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi
asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis
menjadi
kolesterol.
Selanjutnya
kolesterol
mengalami
dapat
menyebabkan
gangguan
keseimbangan
asam-basa yang
Trigliserida
Esterifikasi
Lipolisis
Steroid
Asam lemak
Lipid
Lipogenesis
Gliserol
Karbohidrat
Steroidogenesis
Oksidasi beta
Kolesterogenesis
Kolesterol
Protein
Asetil-KoA + ATP
Ketogenesis
Aseto asetat
ATP
Aseton
H2O
CO2
Gliserol
ini
selanjutnya
masuk
ke
dalam
jalur
metabolisme
berikut:
Karnitin
KoA
Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh
enzim tiokinase.
Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin
palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria
menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut
Asil-KoA
Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5
tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil
akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam
sitrat. Dalam proses oksidasi ini, karbon asam lemak dioksidasi menjadi
keton.
Asil-KoA sintetase
(Tiokinase)
Asil-KoA
Keterangan:
Frekuensi oksidasi adalah ( jumlah atom C)-1
Jumlah asetil KoA yang dihasilkan adalah ( jumlah atom C)
Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika diaktifkan terlebih
dahulu menjadi asil-KoA. Proses aktivasi ini membutuhkan energi sebesar 2P.
(-2P)
Setelah berada di dalam mitokondria, asil-KoA akan mengalami tahap-tahap
perubahan sebagai berikut:
1. Asil-KoA diubah menjadi delta2-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai
respirasi dengan menghasilkan energi 2P (+2P)
2. delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA
3. L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini terjadi
rantai respirasi dengan menghasilkan energi 3P (+3P)
4. Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asil-KoA
yang telah kehilangan 2 atom C.
Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga total energi
satu kali oksidasi beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam lemak
memiliki banyak atom C, maka asil-KoA yang masih ada akan mengalami
oksidasi beta kembali dan kehilangan lagi 2 atom C karena membentuk asetil
KoA. Demikian seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA.
Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan masuk
siklus asam sitrat.
Penghitungan energi hasil metabolisme lipid
Dari uraian di atas kita bisa menghitung energi yang dihasilkan oleh oksidasi
beta suatu asam lemak. Misalnya tersedia sebuah asam lemak dengan 10
atom C, maka kita memerlukan energi 2 ATP untuk aktivasi, dan energi yang
di hasilkan oleh oksidasi beta adalah 10 dibagi 2 dikurangi 1, yaitu 4 kali
oksidasi beta, berarti hasilnya adalah 4 x 5 = 20 ATP. Karena asam lemak
memiliki 10 atom C, maka asetil-KoA yang terbentuk adalah 5 buah.
Setiap asetil-KoA akan masuk ke dalam siklus Krebs yang masing-masing
akan menghasilkan 12 ATP, sehingga totalnya adalah 5 X 12 ATP = 60 ATP.
Proses ketogenesis
untuk
steroidogenesis).
disintesis
menjadi
steroid
(prosesnya
dinamakan
TRIGGER
An. W, usia 2,5 th dibawa ke rumah sakit karena kakinya terlihat bengkak dan
nafsu makan anaknya berkurang sejak 2 bulan yg lalu. Biasanya an. W hanya
makan memakai lauk seadanya karena status ekonomi keluarganya yang tidak
mampu.
Ayah an. W hanya bekerja sebagai buruh tidak tetap dan ibunya
seorang tukang cuci. Ibu klien mengatakan tidak mengetahui tentang kondisi
dan cara merawat anaknya. Hasil pemeriksaan didapatkan: konjungtiva anemis,
BB=7 kg, edema pada ektremitas bawah +, ascites +, karakteristik rambut tipis,
mudah rontok dan berwarna merah,
PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN :
1) Nama
: An. W
2) Umur
: 2,5 tahun
3) Jenis Kelamin
: Laki-laki
4) Agama
5) Pendidikan
6) Alamat
7) Tanggal MRS :
8) Tanggal pengkajian:
9) Dx. Medis
10)
: Kwarsiokor
Rencana terapi
2) Umur
3) Pekerjaan
6) Alamat
KELUHAN UTAMA
Kaki terlihat bengkak dan nafsu makan berkurang sejak 2 bulan yang lalu.
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
An. W, usia 2,5 th dibawa ke rumah sakit karena kakinya terlihat bengkak dan
nafsu makan anaknya berkurang sejak 2 bulan yg lalu. Biasanya an. w hanya
makan memakai lauk seadanya karena status ekonomi keluarganya yang tidak
mampu.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Penggunaan obat
Alergi
Status imunisasi
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Ibu klien mengatakan tidak mengetahui tentang kondisi dan cara merawat
anaknya.
RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN
Kaji kebersihan penyimpanan makanan
kaji lingkungan tempat tinggal
kaji sanitasi dan sumber air bersih
RIWAYAT TUBUH KEMBANG
Riwayat pertumbuhan :
Pada usia 1- 3 tahun kenaikan berat badan normal sekitar 1,5-2,5 kg, ratarata 2 kg
Pada usia 1- 3 tahun kenaikan panjang badan normal sekitar 6-10 cm,
rata-rata 8 cm
Lingkar kepala
Lingkar kepala normal 12 cm, pada tahun kedua dan selanjutnya terjadi
penambahan 2 cm/tahun
Gigi
Jumlah normal 14-16 cm
Riwayat perkembangan
Motorik kasar
Anak dapat berdiri dengan satu kaki minimal 2 detik
Motorik halus
Anak menirukan membuat garis lurus pada kertas
Bahasa
Anak dapat mengungkapkan keinginannya minimal dengan menggunakan
2 kata
Frekuensi makan
Jumlah makan
Alergi makanan
Nafsu makan
Mual muntah
BB
Kesulitan mengunyah
Kesulitan menelan
:
:
:
:
Frekuensi makan
Jumlah makan
Alergi makanan
Nafsu makan
Mual muntah
BB
Kesulitan mengunyah
Kesulitan menelan
:
:
:
:
Pola Eliminasi
Sebelum sakit
BAB
- Frekuensi
- Konsistensi
- BAB terakhir
BAK
- Frekuensi
- Bau
- Warna
Saat sakit
BAB
- Frekuensi
- Konsistensi
- BAB terakhir
BAK
- Frekuensi
- Bau
- Warna
-Volume
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : compos mentis GCS 456
TTV :
- TD :
- RR :
- HR :
- BB : 7kg
- Nadi:
- TB :
1.Inspeksi:
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan dengan status gizi
pasien
meliputi
bulan.
c) Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan dan kusam,
tampak siannosis, perut membuncit.
Pada klien didapatkan konjungtiva anemis, edema pada ektremitas bawah +,
ascites +, karakteristik rambut tipis, mudah rontok dan berwarna merah.
2.Palpasi
Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek.
Pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sementara untuk pemeriksaan laboratorium ada beberapa hal yang penting
diperhatikan berupa :
tes darah (Hb, glukosa, protein serum, albumin). Pada klien didapatkan kadar
albumin 2 mg/dL.
kadar enzim pencernaan
biopsi hati
pemeriksaan tinja & urin
Perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam
serum. Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan
makanan,tetapi sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut.
DO:
-
ANALISIS DATA
ANALISIS DATA
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS : - nafsu makan
berkurang sejak 2 bulan
lalu
DS : -nafsu makan
berkurang sejak 2 bulan
lalu.
-makan lauk seadanya
- Ibu klien mengatakan
tidak mengetahui
tentang kondisi dan cara
merawat anaknya.
Sosioekonomi rendah
pemenuhan intake/
nutrisi terbatas
malnutrisi ibu tdk tahu
cara merawat
anakkurang
pengetahuan
Defisiensi pengetahuan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor ekonomi.
2. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi.
3. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
INTERVENSI
RASIONAL
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
b.d faktor ekonomi.
a. Mengukur dan
mencatat BB pasein
b. Menyajikan
makanan dalam
porsi kecil tapi
sering
c. Menyajikan
makanan yang
dapat menimbulkan
a. BB menggambarkan
status gizi pasien
b. Sebagai masukan
makanan sedikit-sedikit
dan mencegah muntah
c. Sebagai alternatif
meningkatkan nafsu
makan pasien
d. Protein mempengaruhi
selera makan
d. Memberikan
makanan tinggi
TKTP
e. Memberi
motivasi kepada
pasien agar mau
makan.
f. Memberi makan
lewat parenteral ( D
5% )
a. Pantau dan
catat intake dan
output setiap
hari.
tekanan osmotik
pembuluh darah.
e. Alternatif lain
meningkatkan motivasi
pasein untuk makan.
f. Mengganti zat-zat
makanan secara cepat
melalui parenteral
1.
Denga
n memantau intake
dan output
diharapkan dapat
diketahui adanya
keseimbanngan
cairan dan dapat
diramalkankeadaan
dan
kerusakanglomerulus
.
2.
Denga
n memanatu TTV
dan pengisian
kapiler dapat
dijadikan pedoman
untuk penggantian
cairan atau menilai
respon dari
kardiovaskular.
3.
Keada
b. Pantau dan
catat tandatanda vital
c. Observasi
keadaan edema
d. Kolaborasi
untuk
pemberian
terapi diuretika.
e. Berikan diet
rendah garam
sesuai hasil
kolaborasi
dengan ahli
gizi.
an edema
merupakan indikator
keadaan cairan
dalam tubuh.
4.
Kelebi
han beban atau
kegagaln sirkulasi
dapat menyebabkan
edema pulmoner
yang memerlukan
terpi agresif.
Klien akan
dapat
berpartisip
asi dalam
proses
pembelajar
an.
Menjaga
dan
mempertah
ankan
kesehatan
yang
optimal.
Dapat
mengidenti
fikasi tanda
dan gejala
penyakit.
a.
Memastikan tingkat
pengetahuan, term
asuk
kebutuhan antisipat
if.
b. menentukan
kemampuan,
kesiapan, dan
hambatan klien
dalam belajar.
c. kaji faktor
personal termasuk
sosio ekonomi,
kepercayaan, usia,
dll.
d. indentifikasi
faktor motivasi
dalam individu
tersebut.
e. identifikasi
informasi yg
penting untuk
selalu diingat
sesuai dengan
tingkat umur dan
pendidikan klien.
Diet
rendah garam akan
mengurangi
terjadinya kelebihan
cairan.
a. Kebutuhan
belajar dapat
mencakup banyak
hal (misalnya, penyebabp
enyakit
dan proses, faktor yang
berkontribusi
terhadap gejala,
prosedur untuk
kontrol gejala,
perubahan yang
diperlukan dalamgaya
hidup, cara untuk
mencegah komplikasi). Kl
ien mungkin atau
mungkin meminta
informasi atau
mungkin mengekspresika
npersepsi yang tidak
akurat tentang status
kesehatan dan
perilakuyang dibutuhkan
untuk
mengelola perawatan
diri.
b. Klien mungkin
tidak secara fisik,
emosional, atau
mental mampusaat
ini dan mungkin
perlu waktu untuk
bekerja melalui
danmengekspresikan
emosi sebelum belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. Ke-6,
EGC, Jakarta.
Herdman, Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta: EGC