Anda di halaman 1dari 42

Referat

NUTRISI PADA
GERIATRI
Oleh:

Dwi Lisa Nur’aini, S.Ked. 04084821820045

Pembimbing:
1 dr. Djunaidi AR, Sp.PD

BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOH. HOESIN PALEMBANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
2
3

Seiring dengan proses menua


terdapat berbagai perubahan
fisiologis pada geriatri.
Thailand 10-60 % geriatri anemia dan 80-90 %
lansia < konsumsi kalsium. Di Indonesia, umur
55-64 tahun obesitas paling tinggi.
Penyakit lansia merupakan gabungan dari kelainan
yang timbul akibat penyakit dan proses menua.
WHO, geriatri : seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun ke atas
4 Tujuan

 Penulisan referat ilmiah berjudul ’Nutrisi pada Geriatri’ ini


bertujuan untuk mengetahui
1. definisi geriatri,
2. definisi nutrisi,
3. perubahan sistem gastrointestinal pada geriatri,
4. masalah gizi pada geriatri,
5. pemberian makanan secara enteral dan parenteral pada
geriatri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6 Definisi Geriatri
Menurut World Health Organization (WHO),
geriatri adalah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun ke atas3.
Di Indonesia menurut undang-undang nomor 13
tahun 1998 pasal 1 ayat 2, ayat 3, dan ayat 4
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun4.
7 Klasifikasi Geriatri
World Health Organization (WHO) membagi usia atas3:
 Usia pertengahan (middle age): 45-59 tahun
 Usia lanjut (elderly): 60-74 tahun
 Usia tua (old): 75-90 tahun
 Usia sangat tua (very old): >90 tahun
Departemen Kesehatan RI dalam Maryam (2012),
mengelompokkan usia menjadi5:
 Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
 Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai
memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
 Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degeneratif (usia >65 tahun)
8 Klasifikasi Geriatri
Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) membagi usia dalam empat
fase, yaitu6:
 Pertama (fase inventus): 25-40 tahun
 Kedua (fase virilities): 40-55 tahun
 Ketiga (fase presenium): 55-65 tahun
 Keempat (fase senium): 65 tahun – tutup usia
Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro membagi geriatri atas6:
 Young old: >65 tahun atau 70 tahun
 Old: 75-80 tahun
 Very old: >80 tahun
9

SISTEM GASTROINTESTINAL
GERIATRI
10 MULUT
 Mukosa menjadi lebih tipis dan lebih rapuh
 Bibir dan gusi tampak tipis akibat epitelium
 Kehilangan gigi, seiring dengan hilangnya tulang periosteum
dan peridontal, penyusutan dan fibrosis pada akar halus,
pengurangan dentin dan retraksi dari struktur gusi.
 Kelenjar saliva tetap memproduksi saliva dalam jumlah yang
sama tetapi xerostomia lebih sering terjadi.
 Indera pengecap menurun.
 Resorpsi tulang terjadi pada mandibula, meningkatkan risiko
periodontitis dan mempercepat proses kehilangan gigi
sehingga terjadi perubahan bentuk wajah.
 Tonus otot orofasialis  sehingga geriatri lebih mudah
meneteskan air liur7,8,12.
11 ESOFAGUS
 Penurunan motilitas
 Dilatasi esofagus.
 Sedikit perubahan pada inervasi esofagus
 Penurunan refleks muntah sehingga meningkatkan risiko
aspirasi
 Hiatal hernia dan refluks, diduga dihubungkan dengan
perubahan anatomi dan perubahan postur tubuh7,9.
12 LAMBUNG
 Ukuran lambung yang menjadi lebih kecil  Daya
tampung makanan menjadi lebih sedikit.
 Atrofi sel parietal, sel kelenjar dan sel chief  penurunan
sekresi asam lambung (asam hidrogen-klorik) sebesar
11%-40%, pepsin dan faktor intrinsik  penurunan
rangsang lapar
 Atrofi mukosa lambung dan penurunan motilitas
lambung  kesulitan dalam mencerna makanan seperti
pengurangan absorpsi zat besi, kalsium serta vitamin
B121,10,11.
13 USUS HALUS
 Jumlah vili dan sel epitel berkurang akibat atrofi mukosa
usus halus.
  enzim di duodenum  metabolisme karbohidrat,
protein, vitamin B12 dan lemak.
  pada absorpsi kalsium.
 Peningkatan pertumbuhan berlebihan bakteri  geriatri
lebih mudah malnutrisi dan diare7,9.
14 USUS BESAR DAN REKTUM
 Penurunan sekresi mukus, elastisitas dinding rektum dan
pelemahan kolon  Perlambatan dalam pengosongan
rektum.
 Peningkatan kelokan-kelokan pembuluh darah 
Pengurangan motilitas usus besar  peningkatan
absorpsi air dan elektrolit  feses menjadi lebih keras.
 Penurunan sensasi pada rektum  proses defekasi tidak
efektif  geriatri lebih mudah mengalami konstipasi7,9,10.
15 PANKREAS
 Penurunan produksi enzim amilase, tripsin dan lipase 
penurunan kapasitas metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak.
 Atrofi pankreas  massa pankreas menjadi menurun.
 Pankreatitis pada geriatri sering dihubungkan dengan
kejadian batu empedu.
16 HEPAR DAN KANTUNG EMPEDU
 Aliran darah ke hepar menurun sampai dengan 35%.
 Atrofi sel hepar menjadi jaringan fibrosa9.
 Berat dan volume hepar menurun sekitar 25%
 Peningkatan pigmen coklat (lipofuscin).
 Tidak terjadi perubahan metabolisme asam empedu
yang signifikan tetapi terjadi telah perubahan proporsi
lemak.
 Sekresi kolesterol meningkat.
 Pada kantung empedu terjadi penurunan sintesis dan
ekskresi garam empedu  insidensi batu empedu
meningkat.
17

STATUS GIZI GERIATRI


18 STATUS GIZI GERIATRI
 Menurut Supariasa, status gizi status kesehatan yang
dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrient13.

 FAON atau WHO/UNU tahun 1995 menyatakan bahwa


batasan berat badan orang normal dewasa ditentukan
berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).
19 STATUS GIZI GERIATRI
 Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan
rumus berikut:

Berat Badan (Kg)


 IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
20
Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 1. IMT untuk orang Indonesia18
21

PEMENUHAN NUTRISI PADA


GERIATRI
22 DEFINISI NUTRISI
 Menurut Supariasa, nutrisi adalah proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energi13.
 Menurut Rock CL, nutrisi adalah proses dimana tubuh
manusia menggunakan makanan untuk membentuk
energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan
untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik
antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi14.
23 KECUKUPAN GIZI GERIATRI
 Mengacu pada peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan
bagi bangsa Indonesia.
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk orang
24 Indonesia (perorang perhari)
25 MASALAH GIZI PADA GERIATRI
Menurut Kementerian Kesehatan RI, masalah yang sering dihadapi usia
lanjut yang bisa menimbulkan masalah gizi antara lain:
 Masalah gizi: penyakit gusi, ompong dan gigi palsu yang tidak pas
sehingga menimbulkan kesulitan mengunyah makanan seperti
daging, buah dan sayur
 Berkurangnya sensitifitas terhadap rasa dan aroma makanan,
sehingga usia lanjut cenderung menyukai makanan yang terlalu asin
dan manis yang tidak baik untuk kesehatan
 Sensitifitas terhadap rasa haus berkurang, sehingga usia lanjut berisiko
dehidrasi/kekurangan cairan tubuh
 Obat-obatan tertentu bisa menyebabkan nafsu makan turun dan
mual
 Faktor sosial dan ekonomi menyebabkan keterbatasan pada
kemampuan membeli makanan bergizi
26

PEMBERIAN MAKANAN
ENTERAL
PEDOMAN UMUM ENTERAL
27
Terdapat pedoman umum yang dibuat American Society for
Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) Board of Directors pada tahun
1993, yaitu sebagai berikut22:
1. Dukungan nutrisi enteral melalui tabung NG hendaknya dipakai
pada pasien yang akan atau telah mengalami malnutrisi, atau
pada pasien yang tidak dapat memepertahankan status gizinya
dengan pemberian makanan secara oral.
2. Perawat yang menjaga pasien harus mengetahui secara hati-hati
tentang prosedur yang diperlukan dan diberi tahu tentang
komplikasi yang dapat terjadi.
3. Program nutrisi pasien harus dengan diikuti dengan pemenuhan
kebutuhan pola hidup di rumah.
4. Diperlukannya pemantauan berkala oleh tenaga yang memiliki
pengetahuan tentang potensi resiko infeksi, mekanik, metabolik
dari tabung NG.
METODE PEMBERIAN MAKANAN
28 ENTERAL

Terdapat tiga metode pemberian makanan enteral


secara umum:
1. Fine-bore nasogastrik (NG)
2. Percutaneous endoscopic gastroctomy (PEG)
3. Radiographically inserted gastrostomy (RIG)
29 KOMPLIKASI MAKANAN SECARA
ENTERAL
 Diare
 Kelebihan cairan dan gagal jantung
 Sindrome refeeding
 Komplikasi pemberian makanan secara enteral:
 Pneumonia aspirasi
30

PEMBERIAN MAKANAN
PARENTERAL
PEDOMAN UMUM PARENTERAL
31
 Terdapat pedoman umum yang dibuat American Society for
Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) Board of Directors
pada tahun 1993, yaitu sebagai berikut22:
1. Calon penerima pemberian makan secara parenteral adalah
mereka yang telah malnutrisi atau berpotensi mengalami
malnutrisi namun tidak bisa mencerna atau tidak dapat
menyerap nutrien yang diberikan secara oral.
2. Peripheral parenteral nutrition (PPN) diindikasikan untuk
dukungan nutrisi partial atau total sampai dengan 2 minggu.
3. Total parenteral nutrition (TPN) diberikan bila nutrisi parenteral
didindikasikan lebih dari 2 minggu atau jalan masuk perifer
terbatas.
CARA PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL
32

Nutrisi parenteral dapat diberikan melalui tiga cara21:


1. Vena sentral
Biasanya melalui ke vena kava superior dan atrium
kanan.
2. Vena perifer
Kateter dimasukkan ke vena perifer biasanya pada
tangan.
3. Pada shunt arteri vena pada pasien hemodialisis,
tapi hal ini dilakukan hanya pada keadaan jika vena
sentral atau vena perifer tidak dapat digunakan.
33

PEDOMAN GIZI SEIMBANG


GERIATRI
Pedoman Gizi Seimbang Geriatri
34
Departemen Kesehatan telah menerbitkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
yang berisi 13 pesan dasar gizi seimbang bagi geriatri
dengan dasar PUGS dan dengan mempertimbangkan pengurangan berbagai risiko
penyakit degenerasi yang dihadapi para lansia20:
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia dan umbi)
3. Batasi minyak dan lemak secara berlebihan
4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan nabati.
5. Minumlah air yang bersih, aman, dan cukup jumlahnya dan telah didihkan.
6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan minuman yang tinggi gula murnidan
lemak.
7. Perbanyak frekuensi makan hewan laut dalam menu harian.
8. Gunakanlah garam berodium, namaun batasilah penggunaan garam
secara berlebihan, kurangi konsumsi makanan dengan pengawet.
35 DUKUNGAN NUTRISI GERIATRI

 melibatkan ahli gizi jika memungkinkan;


 catat asupan makanan secara hati-hati;
 jadikan waktu makan sebagai prioritas dan berikan
bantuan dalam pemberian makanan;
 tawarkan makanan yang menggugah selera dan berkalori
tinggi;
 berikan suplemen oral dengan kalori tinggi
 pertimbangkan pemberian makanan enteral.
36 BAHAN MAKANAN YANG DIANJURKAN
BAGI GERIATRI
Kementerian Kesehatan pada tahun 201123 menuliskan bahan
makanan yang dianjurkan untuk geriatri, yaitu:
 Bahan makanan segar (tidak diawet)
 Bahan makanan sumber karbohidrat: havermout/oatmeal, roti
gandum, beras merah, beras tumbuk
 Bahan makanan sumber protein: susu rendah lemak, ikan, tempe,
tahu
 Bahan makanan sumber lemak: alpukat, kacang tanah/selai akcang,
minyak kedelai, minyak jagung
 Sayur-sayuran berwarna hijau, oranye: bayam, wortel, brokoli, labu
kuning, labu siam, tomat, sayur hijau dan sayuran segar untuk lalapan
 Buah-buahan segar: pepaya, pisang, jeruk, nanas, apel, dll.
37 HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK
GERIATRI
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk geriatri yaitu23:
 Porsi makan kecil dan sering, dianjurkan makan besar 3 kali dan
selingan 2 kali sehari
 Sayuran dipotong lebih kecil, bila perlu dimasak sampai empuk,
daging dicincang dan buah dijus/blender
 Untuk memenuhi kebutuhan air, minum air 6-8 gelas sehari
 Makan bersama teman akan lebih meningkatkan nafsu makan
 Penggunaan bumbu-bumbu seperti bawang merah, abwang putih,
jahe, kunyit, lada, gula, cuka, dan lain-lain akan meningkatkan cita
rasa makanan.
38

BAB III
KESIMPULAN
Menurut WHO, geriatri adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas.
39 Di Indonesia dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun. Menurut Soenarjo, nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk melakukan fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan
Pada geriatri terjadi perubahan fisiologis pada sistem gastrointestinal, antara lain
mukosa mulut menjadi lebih tipis , penurunan motilitas serta dilatasi esofagus, lambung
yang menjadi lebih kecil, jumlah vili dan sel epitel usus halus yang berkurang,
perlambatan dalam pengosongan rektum penurunan berat dan volume hepar sekitar
25% dan lainnya.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, masalah yang sering dihadapi usia lanjut yang
bisa menimbulkan masalah gizi antara lain penyakit gusi, ompong dan gigi palsu
sehingga menimbulkan kesulitan mengunyah makanan; berkurangnya sensitifitas
terhadap rasa dan aroma makanan; sensitifitas terhadap rasa haus berkurang sehingga
berisiko dehidrasi; obat-obatan menyebabkan nafsu makan turun dan mual; faktor sosial
dan ekonomi menyebabkan keterbatasan pada kemampuan membeli makanan bergizi.
Pada keadaan tertentu, terkadang diperlukan pemberian makan secara enteral
maupun parenteral bagi lansia, terutama yang mengalami perawatan di rumah sakit.
Pertimbangkan pemberian makanan secara enteral lebih awal jika terdapat disfagia
(misal, stroke, miopati) atau kegagalan pemberian makanan secara oral (misal,
anoreksia berat, pada ICU). Pemberian makanan dengan cara parenteral dilakukan saat
lambung tidak lagi berfungsi dan untuk waktu sementara.
DAFTAR PUSTAKA
40
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. VI. Jakarta:
InternaPublishing; 2014.
2. Volkert D, Berner YN, Berry E.2006. ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Geriatrics. Clin Nutr J. 25(2):330-60.
3. World Health Organization. 2015. Health Situation and Trend Assessment: Elderly
Population.(http://www.searo.who.int/entity/health_situation_trends/data/chi/elderly-population/en/)
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2, Ayat 3, dan Ayat 4 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia.
5. Maryam R, Siti, Ekasari dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
6. Efendi, Ferry dan Makhfud. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
7. Durso SC., Bowker LK., Price JD dkk. 2009. Oxford American Handbook of Geriatric Medicine. New York: Oxford
University Press.
8. Nugroho W. 2008. Gerontik dan Geriatrik: Edisi 3. Jakarta: EGC
9. Luecknotte AG. 2000. Gerontologic: Second Edition. New York: Mosby
10. Darmojo & Martono. (2004). Beberapa aspek gerontologi dan pengantar geriatri, Buku ajar geriatri FKUI.
Jakarta:EGC
11. Beare PG dan Stanley M. 2007. Buku Ajar Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
12. Miller, Carol A.1999.Nursing Care of Older Adults: Theory and Practice.Philadepia: Lippincott
13. Supariasa IDN. 2001. Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Buku Kedokteran EGC
14. Rock CL., Goldman L., Ausiello DS. 2004. Nutrition in the Prevention and Treatment of Disease. In: Cecil Textbook
of Medicine 22nd.
DAFTAR PUSTAKA
41
15. Soenarjo Auliana, Rizqie. 2001. Gizi dan Pengenalan Pangan. Jakarta: PT Adi Cita.
16. WHO. 1995. Physical status: the use and interpretation of anthropometry. Report of a WHO Expert
Committee. WHO Technical Report Series 854. Geneva: World Health Organization.
17. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
18. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
19. Hardinsyah H, Soekatri M, Sulaeman A dan Riyadi H. 2012. Ringkasan - Angka Kecukupan Gizi
(AKG) yang Dianjurkan Bagi Orang Indonesia 2012. Makalah Seminar Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WNPG) X, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta, 20-21 November
2012.
20. Kementerian Kesehatan RI . 2003. Panduan 13 Dasar Gizi Seimbang. Jakarta.
21. Harjodisastro D dkk. Dukungan Nutrisi Pada Kasus Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2006
22. Heymsfield SB., Matthews D. 1994. Body Composition: research and clinical advances—1993
A.S.P.E.N. research workshop. JPEN J Parenter Enteral Nutr. 18 (2):91-103
23. Kementerian kesehatan RI. 2011. Makanan Sehat Untuk Lanjut Usia. Leaflet.
24. Brocklehurs JC and Allen SC. 1987. Sociological and Psychological Gerontology. In Brocklehurs JC
and Allen SC (eds). Geriatric Medicine for students,3rd eds.
25. Van Der Cammen W., Rai G.S., Exton-Smith A.N.Diseases of the joints. Manual of Geriatric
Medicine, Churchill Livingstone, London (1991), p. 193. 26
26. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia.
42

TERIMA KASIH
‫شكرا‬

Anda mungkin juga menyukai