NUTRISI PADA
GERIATRI
Oleh:
Pembimbing:
1 dr. Djunaidi AR, Sp.PD
SISTEM GASTROINTESTINAL
GERIATRI
10 MULUT
Mukosa menjadi lebih tipis dan lebih rapuh
Bibir dan gusi tampak tipis akibat epitelium
Kehilangan gigi, seiring dengan hilangnya tulang periosteum
dan peridontal, penyusutan dan fibrosis pada akar halus,
pengurangan dentin dan retraksi dari struktur gusi.
Kelenjar saliva tetap memproduksi saliva dalam jumlah yang
sama tetapi xerostomia lebih sering terjadi.
Indera pengecap menurun.
Resorpsi tulang terjadi pada mandibula, meningkatkan risiko
periodontitis dan mempercepat proses kehilangan gigi
sehingga terjadi perubahan bentuk wajah.
Tonus otot orofasialis sehingga geriatri lebih mudah
meneteskan air liur7,8,12.
11 ESOFAGUS
Penurunan motilitas
Dilatasi esofagus.
Sedikit perubahan pada inervasi esofagus
Penurunan refleks muntah sehingga meningkatkan risiko
aspirasi
Hiatal hernia dan refluks, diduga dihubungkan dengan
perubahan anatomi dan perubahan postur tubuh7,9.
12 LAMBUNG
Ukuran lambung yang menjadi lebih kecil Daya
tampung makanan menjadi lebih sedikit.
Atrofi sel parietal, sel kelenjar dan sel chief penurunan
sekresi asam lambung (asam hidrogen-klorik) sebesar
11%-40%, pepsin dan faktor intrinsik penurunan
rangsang lapar
Atrofi mukosa lambung dan penurunan motilitas
lambung kesulitan dalam mencerna makanan seperti
pengurangan absorpsi zat besi, kalsium serta vitamin
B121,10,11.
13 USUS HALUS
Jumlah vili dan sel epitel berkurang akibat atrofi mukosa
usus halus.
enzim di duodenum metabolisme karbohidrat,
protein, vitamin B12 dan lemak.
pada absorpsi kalsium.
Peningkatan pertumbuhan berlebihan bakteri geriatri
lebih mudah malnutrisi dan diare7,9.
14 USUS BESAR DAN REKTUM
Penurunan sekresi mukus, elastisitas dinding rektum dan
pelemahan kolon Perlambatan dalam pengosongan
rektum.
Peningkatan kelokan-kelokan pembuluh darah
Pengurangan motilitas usus besar peningkatan
absorpsi air dan elektrolit feses menjadi lebih keras.
Penurunan sensasi pada rektum proses defekasi tidak
efektif geriatri lebih mudah mengalami konstipasi7,9,10.
15 PANKREAS
Penurunan produksi enzim amilase, tripsin dan lipase
penurunan kapasitas metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak.
Atrofi pankreas massa pankreas menjadi menurun.
Pankreatitis pada geriatri sering dihubungkan dengan
kejadian batu empedu.
16 HEPAR DAN KANTUNG EMPEDU
Aliran darah ke hepar menurun sampai dengan 35%.
Atrofi sel hepar menjadi jaringan fibrosa9.
Berat dan volume hepar menurun sekitar 25%
Peningkatan pigmen coklat (lipofuscin).
Tidak terjadi perubahan metabolisme asam empedu
yang signifikan tetapi terjadi telah perubahan proporsi
lemak.
Sekresi kolesterol meningkat.
Pada kantung empedu terjadi penurunan sintesis dan
ekskresi garam empedu insidensi batu empedu
meningkat.
17
PEMBERIAN MAKANAN
ENTERAL
PEDOMAN UMUM ENTERAL
27
Terdapat pedoman umum yang dibuat American Society for
Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) Board of Directors pada tahun
1993, yaitu sebagai berikut22:
1. Dukungan nutrisi enteral melalui tabung NG hendaknya dipakai
pada pasien yang akan atau telah mengalami malnutrisi, atau
pada pasien yang tidak dapat memepertahankan status gizinya
dengan pemberian makanan secara oral.
2. Perawat yang menjaga pasien harus mengetahui secara hati-hati
tentang prosedur yang diperlukan dan diberi tahu tentang
komplikasi yang dapat terjadi.
3. Program nutrisi pasien harus dengan diikuti dengan pemenuhan
kebutuhan pola hidup di rumah.
4. Diperlukannya pemantauan berkala oleh tenaga yang memiliki
pengetahuan tentang potensi resiko infeksi, mekanik, metabolik
dari tabung NG.
METODE PEMBERIAN MAKANAN
28 ENTERAL
PEMBERIAN MAKANAN
PARENTERAL
PEDOMAN UMUM PARENTERAL
31
Terdapat pedoman umum yang dibuat American Society for
Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) Board of Directors
pada tahun 1993, yaitu sebagai berikut22:
1. Calon penerima pemberian makan secara parenteral adalah
mereka yang telah malnutrisi atau berpotensi mengalami
malnutrisi namun tidak bisa mencerna atau tidak dapat
menyerap nutrien yang diberikan secara oral.
2. Peripheral parenteral nutrition (PPN) diindikasikan untuk
dukungan nutrisi partial atau total sampai dengan 2 minggu.
3. Total parenteral nutrition (TPN) diberikan bila nutrisi parenteral
didindikasikan lebih dari 2 minggu atau jalan masuk perifer
terbatas.
CARA PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL
32
BAB III
KESIMPULAN
Menurut WHO, geriatri adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas.
39 Di Indonesia dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun. Menurut Soenarjo, nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk melakukan fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan
Pada geriatri terjadi perubahan fisiologis pada sistem gastrointestinal, antara lain
mukosa mulut menjadi lebih tipis , penurunan motilitas serta dilatasi esofagus, lambung
yang menjadi lebih kecil, jumlah vili dan sel epitel usus halus yang berkurang,
perlambatan dalam pengosongan rektum penurunan berat dan volume hepar sekitar
25% dan lainnya.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, masalah yang sering dihadapi usia lanjut yang
bisa menimbulkan masalah gizi antara lain penyakit gusi, ompong dan gigi palsu
sehingga menimbulkan kesulitan mengunyah makanan; berkurangnya sensitifitas
terhadap rasa dan aroma makanan; sensitifitas terhadap rasa haus berkurang sehingga
berisiko dehidrasi; obat-obatan menyebabkan nafsu makan turun dan mual; faktor sosial
dan ekonomi menyebabkan keterbatasan pada kemampuan membeli makanan bergizi.
Pada keadaan tertentu, terkadang diperlukan pemberian makan secara enteral
maupun parenteral bagi lansia, terutama yang mengalami perawatan di rumah sakit.
Pertimbangkan pemberian makanan secara enteral lebih awal jika terdapat disfagia
(misal, stroke, miopati) atau kegagalan pemberian makanan secara oral (misal,
anoreksia berat, pada ICU). Pemberian makanan dengan cara parenteral dilakukan saat
lambung tidak lagi berfungsi dan untuk waktu sementara.
DAFTAR PUSTAKA
40
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. VI. Jakarta:
InternaPublishing; 2014.
2. Volkert D, Berner YN, Berry E.2006. ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Geriatrics. Clin Nutr J. 25(2):330-60.
3. World Health Organization. 2015. Health Situation and Trend Assessment: Elderly
Population.(http://www.searo.who.int/entity/health_situation_trends/data/chi/elderly-population/en/)
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2, Ayat 3, dan Ayat 4 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia.
5. Maryam R, Siti, Ekasari dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
6. Efendi, Ferry dan Makhfud. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
7. Durso SC., Bowker LK., Price JD dkk. 2009. Oxford American Handbook of Geriatric Medicine. New York: Oxford
University Press.
8. Nugroho W. 2008. Gerontik dan Geriatrik: Edisi 3. Jakarta: EGC
9. Luecknotte AG. 2000. Gerontologic: Second Edition. New York: Mosby
10. Darmojo & Martono. (2004). Beberapa aspek gerontologi dan pengantar geriatri, Buku ajar geriatri FKUI.
Jakarta:EGC
11. Beare PG dan Stanley M. 2007. Buku Ajar Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
12. Miller, Carol A.1999.Nursing Care of Older Adults: Theory and Practice.Philadepia: Lippincott
13. Supariasa IDN. 2001. Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Buku Kedokteran EGC
14. Rock CL., Goldman L., Ausiello DS. 2004. Nutrition in the Prevention and Treatment of Disease. In: Cecil Textbook
of Medicine 22nd.
DAFTAR PUSTAKA
41
15. Soenarjo Auliana, Rizqie. 2001. Gizi dan Pengenalan Pangan. Jakarta: PT Adi Cita.
16. WHO. 1995. Physical status: the use and interpretation of anthropometry. Report of a WHO Expert
Committee. WHO Technical Report Series 854. Geneva: World Health Organization.
17. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
18. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
19. Hardinsyah H, Soekatri M, Sulaeman A dan Riyadi H. 2012. Ringkasan - Angka Kecukupan Gizi
(AKG) yang Dianjurkan Bagi Orang Indonesia 2012. Makalah Seminar Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WNPG) X, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta, 20-21 November
2012.
20. Kementerian Kesehatan RI . 2003. Panduan 13 Dasar Gizi Seimbang. Jakarta.
21. Harjodisastro D dkk. Dukungan Nutrisi Pada Kasus Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2006
22. Heymsfield SB., Matthews D. 1994. Body Composition: research and clinical advances—1993
A.S.P.E.N. research workshop. JPEN J Parenter Enteral Nutr. 18 (2):91-103
23. Kementerian kesehatan RI. 2011. Makanan Sehat Untuk Lanjut Usia. Leaflet.
24. Brocklehurs JC and Allen SC. 1987. Sociological and Psychological Gerontology. In Brocklehurs JC
and Allen SC (eds). Geriatric Medicine for students,3rd eds.
25. Van Der Cammen W., Rai G.S., Exton-Smith A.N.Diseases of the joints. Manual of Geriatric
Medicine, Churchill Livingstone, London (1991), p. 193. 26
26. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia.
42
TERIMA KASIH
شكرا