EPILEPSI
Oleh: Dwi Lisa Nur’aini
I. PENDAHULUAN
II. STATUS PASIEN
III. TINJAUAN PUSTAKA
IV.ANALISIS KASUS
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
BB : 16 kg
BB/U : +2SD < z < 0 SD Gizi Baik
TB : 90 cm
BB/U : -2SD < z < -3 SD Pendek
BB = 16 kg
TB = 90 cm
BB/TB = +3SD < z < +2 SD Gemuk
BB = 16 kg
TB = 90 cm
IMT = BB/TB2 x 100%
= 160,9 x 0,9=19,75
+3SD < z < +2SD Gemuk
LK = 49 cm
LK/U = 0SD < z < -2SD Normocephali
17 KESIMPULAN
STATUS GIZI:
Resume
Pasien An. An datang ke poliklinik RSUD Bari
Palembang untuk kontrol kejang. + Saat usia 10 bulan pasien
mengalami kejang, selama +-30 menit, kelojotan pada tangan
dan mata mendelik ke atas. Setelah kejang sadar. Pasien
dibawa berobat ke klinik dokter, didiagnosis epilepsi dan
diberi obat pulang Depakene. 1 bulan setelah kejadian,
pasien mengalami kejang lagi. Pasien dibawa ke IGD Rumah
Sakit, pasien diminta untuk meneruskan obat yang sudah ada
dan diberi obat pulang yang dipakai lewat anus. Setelah
kejadian tersebut, ibu pasien mengaku pasien sering
mengalami kejang dengan jarak antar kejang + 3 bulan.
Kejang terakhir dialami pasien tanggal 1 Juni 2019. Setiap
kejang, pasien selalu dibawa ke IGD Rumah Sakit.
25 DAFTAR MAS DIAGNOSISBAN
ALAH DING
Riwayat epilepsi Epilepsi
sejak usia 10 Meningitis
bulan Encephalitis
Kejang tanpa
demam + 1 bulan
yang lalu
DIAGNOS
IS
KERJA
Epilepsi
26 Tatalaksana
NON - FARMAKOLOGIS
Edukasi
Menjelaskan mengenai gejala, penyebab,
komplikasi dan prognosis epilepsi
Menjelaskan cara penanganan kejang di
rumah
Menjelaskan mengenai efek samping,
pemantauan dan penghentian obat anti
epilepsi.
27 Tatalaksana
FARMAKOLOGIS
Asam valproat 2 x 2,4 cth
Diazepam 10 mg prn
28 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad
bonam
Quo ad functionam : dubia ad
bonam
Quo ad sanationam : dubia ad
bonam
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
D E F I N I S I
International League Against Epilepsy (ILAE) mempublikasikan mengenai kejang 1961
1981 1985 1989 2005
Definisi klinis yang masih sering digunakan “Serangan paroksismal berulang tanpa
provokasi dengan interval lebih dari 24 jam tanpa penyebab yang jelas”
1989 2010
Idiopatik Genetik
Kriptogenik Tidak
diketahui
KEJANG TONIK DAN KLONIK
Tonik kejang dengan kontraksi otot (kaku). Tidur > bangun. Bangun terjatuh
Klonik kejang dengan sentakan sekelompok otot dengan pengulangan secara teratur +2-3
siklus/s
KEJANG ABSANS
1. Absans tipikal
Hilang kesadaran transien
Gambaran EEG khas gelombang paku-ombak
atau paku majemuk-ombak frekuensi 2,5-3 Hz
Dapat muncul komponen klonik (kedutan kelopak
mata, alis, mulut) dan komponen atonik (hilang tonus
mendadak), komponen tonik (mata berputar dan
kepala ke belakang)
2. Absans atipikal
Gambaran motorik sama namun lebih berat
Gambaran EEG paku-ombak dengan frekunesi
<2,5 Hz
KEJANG MIOKLONIK
Kontraksi otot tunggal atau multipel yang terjadi secara tiba-tiba, cepat (<100 milidetik), dengan
topografi bervariasi (aksial, ekstremitas proksimal, distal)
KEJANG ATONIK
“Drop attacks”
struktural Designer
Tuberosklerosis
(adenoma sebaseum di
wajah) Sindroma Sturge Cerebral
Weber (hemangioma Palsy
pada wajah)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ILAE 2014:
Pasien mengalami (1)Minimal 2 kejang tanpa
kejang tanpa demam provokasi yang terjadi
maupun gangguan dengan jarak >24 jam,
metabolik (2)Satu kejang tanpa provokasi
(unprovoked seizure) + probabilitas kejang
sejak usia 10 bulan selanjutnya (EEG abnormal,
dan terus berulang defisit neurologis, pencitraan
hingga usia abnormal)
sekarang. (3) Telah terdiagnosis
sindroma epilepsi
Pasien ini dapat
dimasukkan klasifikasi
Riwayat kakak yang genetic epilepsy syndrome
menderita epilepsi yaitu epilepsi yang
dan telah meninggal diketahui/diduga
disebabkan oleh kelainan
genetik dengan kejang
sebagai manifestasi utama
Pada pasien kejang
bermanifestasi
kelojotan pada Hal ini berarti pasien
kedua tangan, kaku mengalami kejang tonik-
pada kedua kaki klonik.
dan mata mendelik
ke atas.
Valproat efektif untuk
Pada pasien tatalaksana beberapa
diberikan 240 mg epilepsi umum idiopatik
yang diberikan Dosis asam valproate
dalam asam adalah 15-40
valproate syrup 2x mg/kgBB/hari dibagi 2
2,4 cc dosis.
THANK YOU