Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

BRAIN DEATH

Dwi Lisa
Nur’aini, S.Ked04054821820045

Pembimbing : dr. Masita,


Sp.S
.
DEPARTEMEN NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
OUTLINE
1 PENDAHULUAN

2 ANATOMI OTAK

3 BRAIN DEATH

4 TERAPI BANTUAN HIDUP

5 KESIMPULAN
PENDAHULUAN
seorang dikatakan mati, bila fungsi pernafasan dan
IKATAN DOKTER
jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible,
INDONESIA atau terbukti telah terjadi kematian batang otak.

Ventilator Mekanik  fungsi vital dapat


dipertahankan secara “buatan”
Kenapa penting?
Konsep kematian batang otak akan menimbulkan
implikasi yang sangat kompleks, baik dari aspek
bioetik, formulasi sosial, filosofi kultural dan
religius, maupun aspek hukum
ANATOMI OTAK
ANATOMI OTAK
ANATOMI BATANG OTAK
DEFINISI BRAIN DEATH
Kriteria Harvard (1968) Kriteria Minnesota (1971) Kriteria President’s Commission
(1981)
Unreceptivity and No spontaneous movement Unreceptive and unresponsive
unresponsivity coma

No movements or breathing No spontaneous respirations when Absent papillary, corneal,


tested for a period of 4 min at a time oculocephalic, oculovestibular,
oropharyngeal reflexes
No reflexes Absence of brain stem reflexes Apnea with Pco2 greater than 60
mm Hg

Flat electroencephalogram A status in which all the findings Absence of posturing or seizures
above remain unchanged for at least
12 h
Exclusion of hypothermia Brain death can be pronounced only if Irreversibility demonstrated by
(below 90°F or 32.2°C) and establishing cause and excluding
central nervous system the pathologic process for the above reversible conditions (sedation,
depressants are deemed irreparable with presently hypothermia, shock, and
neuromuscular blockade)
artificial means.
All the above tests shall be Period of observation determined
repeated at least 24 hours by clinical judgment
with no change.
Use of cerebral flow tests when
brainstem reflexes are not testable,
sufficient cause cannot be
established, or to shorten period of
observation
Definisi terbaru dari American
Academy of Neurology

KEMATIAN OTAK:
1. Koma – pasien tidak respons terhadap semua
stimulus
2. Tidak adanya reflex batang otak
3. Apnea
INDONESIA
Batasan mati tercantum pada PP No.18 tahun 1981 tentang
Bedah Mayat Klinik dan Bedah Mayat Anatomis serta
transplantasi alat dan/atau jaringan tubuh manusia pada Bab 1
pasal 1 ayat g yaitu “Meninggal dunia adalah insani yang
diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi
otak, pernapasan dan atau denyut jantung telah berhenti”

IDI dalam seminar nasional yang tertuang dalam SK PB


IDI No. 336/PB IDI/a.4 tertanggal 15 Maret 1988 yang
disusul dengan SK PB IDI No. 231/PB.A.4/07/90
Belum jelas
menyatakan mati bila fungsi spontan pernafasan dan
jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible,
atau bukti telah terjadi kematian batang otak .
ISTILAH KEMATIAN

Mati somatik (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga


sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem
kardiovaskuler dan sistem pernapasan yang menetap.
Mati batang otak (otak), telah terjadi kerusakan seluruh isi
neuronal intra-kranial yang ireversibel, termasuk batang otak
dan serebelum.
Mati suri (mati semu) yaitu terhentinya tiga sistem kehidupan
(susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan)
yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana.
Mati seluler (mati molekuler) merupakan kematian organ
atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
kematian somatik.
Mati serebralkerusakan kedua hemisfer otak yang
ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan
sistem pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi
dengan bantuan alat.
EPIDEMIOLOGI
BRAIN DEATH
EPIDEMIOLOGI
Penyebab 
stroke 44,2 %,
National Bank of senjata api 14,7%
Organs and Tissues KLL 30,5%
di Uruguay post anoxic ischemic
damage 4,21%
dan tumor serebral
1,05%

21 RS  311 kasus Umur >15 tahun : 87,6%


atau 32,36 per million ≤15tahun : 12,4%
population
ETIOLOGI
BRAIN DEATH
Penyebab kematian otak utama adalah cedera kepala traumatic,
cerebrovascular accidents, dan cedera hipoksik iskemik.
Waktu cedera-diagnosis bervariasi dari jam sampai beberapa hari,
tergantung tingkat keparahan dan respon terhadap terapi.

Penyebab umum kematian otak lainnya 


overdosis obat, tenggelam, tumor otak primer,
meningitis, pembunuhan dan bunuh diri. Dalam
kepustakaan lain, hipoglikemia jangka panjang
disebut sebagai penyebab kematian otak
PATOFISIOLOGI
BRAIN DEATH
DIAGNOSIS
BRAIN DEATH
Langkah penetapan kematian batang otak menurut Wijdicks (2001) dan
Departemen Kesehatan New York (2005):

1. Evaluasi kasus koma


2. Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi terkini pasien
3. Penilaian klinis awal refleks batang otak
4. Periode interval observasi
a. sampai dengan usia 2 bulan, periode interval observasi 48 jam
b. usia lebih dari 2 bulan sampai dengan 1 tahun, periode interval
observasi 24 jam
c. usia lebih dari 1 tahun sampai dengan kurang dari 18 tahun, periode
interval observasi 12 jam
d. usia 18 tahun ke atas, periode interval observasi berkisar 6 jam
5. Penilaian klinis ulang refleks batang otak
6. TES APNEA

Langkah-langkah:
1. Pasang pulse-oxymeter dan putuskan hubungan
ventilator
2. Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam trakea
3. Amati dengan seksama adanya gerakan pernafasan
4. Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah kira-kira 8 menit,
kemudian ventilator disambungkan kembali
5. Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan, dan
PaCO2 ≥ 60 mmHg, hasil tes apnea dinyatakan positif
6. Apabila terdapat gerakan pernafasan, tes apnea
6. TES APNEA

7. Hubungkan ventilator selama tes apnea apabila


tekanan darah sistolik turun sampai < 90 mmHg, atau
pulse-oxymeter mengindikasikan adanya desaturasi
oksigen yang bermakna, atau terjadi aritmia kardial.
8. Segera ambil sampel darah arterial dan periksa
analisis gas darah.
9. Apabila PaCO2 ≥ 60 mmHg atau peningkatan PaCO2
≥ 20 mmHg di atas nilai dasar normal, tes apnea
dinyatakan positif.
10.Apabila PaCO2 < 60 mmHg atau peningkatan PaCO2
< 20 mHg di atas nilai dasar normal, hasil pemeriksaan
belum dapat dipas- tikan dan perlu dilakukan tes
konfirmasi
7. Pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi
Beberapa tes konfirmatif yang biasa dilakukan antara lain:
a. Angiography (conventional, com- puterized tomographic, magnetic
resonance, dan radionuclide): kematian batang otak ditegakkan
apabila tidak terdapat pengisian intraserebral (intracerebral filling)
setinggi bifurkasio karotis atau sirkulus Willis
b. Elektroensefalografi: kematian batang otak ditegakkan apabila tidak
terdapat aktivitas elektrik setidaknya selama 30 menit
c. Nuclear brain scanning: kematian batang otak ditegakkan apabila
tidak terdapat ambilan (uptake) isotop pada parenkim otak dan/ atau
jaringan vaskular, bergantung teknik isotop (hollow skull phenomenon)
d. Somatosensory evoked potentials: kematian batang otak
ditegakkan apabila tidak terdapat respon N20-P22 bilateral pada
stimulasi nervus medianus
e. Transcranial doppler ultrasonography: kematian batang otak
ditegakkan oleh adanya puncak sistolik kecil (small systolic peaks)
pada awal sistolik tanpa aliran diastolik (diastolic flow) atau
8. Persiapan akomodasi yang sesuai
9. Sertifikasi kematian batang otak
10. Penghentian penyokong kardiorespirasi
DIAGNOSIS
BANDING
BRAIN DEATH
Status vegetative menetap (Persistent
Vegetative State), berbeda dengan mati batang
otak, pada keadaan ini fungsi batang otak masih
baik. Pada PVS yang diperkirakan hilang adalah
fungsi neurokortikal dari otak. Pasien masih
dapat bernapas spontan dan refleks-refleks
masih ada. Pasien tidak sadarkan diri dengan
mata terbuka dan pupil melebar. Pada PVS
kriteria Harvard tidak terpenuhi. Pasien PVS
masih hidup secara biologis, namun sudah mati
secara intelektual dan social. Kemungkinan
pulih ke keadaaan nomal sangat sulit, hanya
1:1000.
BANTUAN HIDUP
PADA BRAIN DEATH
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 37 tahun 2014
tentang Penentuan Kematian dan Pemanfaatan Organ
Donor, pada pasien yang sudah tidak dapat disembuhkan,
dapat dilakukan penghentian terapi bantuan hidup.

Rencana penghentian terapi bantuan hidup harus


diinformasikan dan memperoleh persetujuan dari
keluarga pasien.

Untuk negara dengan tindakan transplantasi yang telah


berkembang pesat, diagnosis mati otak diusahakan
secepat mungkin agar organ yang ada pada pasien
tersebut dapat digunakan untuk keperluan transplantasi
calon resepien.
KESIMPULAN
KESIMPULAN

Brain Death atau mati otak adalah hilangnya seluruh fungsi otak,
termasuk fungsi batang otak, secara ireversibel. Seorang pasien
yang telah ditetapkan mengalami kematian batang otak berarti
secara klinis dan legal-formal telah meninggal dunia.

Diagnosis kematian batang otak merupakan diagnosis klinis.

Diagnosis mati otak diusahakan secepat mungkin agar organ


yang ada pada pasien tersebut dapat digunakan untuk
keperluan transplantasi calon resepien
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai