Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

DI RUANG GARDENIA RSUD dr.DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ANNISA BERLIANA RIZKYA

PO.62.20.1.20.114

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


2022

A. Pengertian Nutrisi

Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah proses
tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk pembentukan,
pemeliharaan dan penggantian sel tubuh. Gizi atau nutrisi menjadi sumber energi,
didapatkan melalui proses metabolisme yang begitu kompleks yang mampu memberikan
tenaga bagi manusia untuk beraktivitas (Hasdianah, dkk. 2013).

Nutrisi merupakan suatu substansi organik yang ada serta juga di butuhkan oleh
organisme yang mempunyai manfaat dalam menormalkan sistem tubuh, pertumbuhan
tubuh, serta juga sebagai pemelihara kesehatan. Nutrisi juga berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
menerima makanan atau bahan-bahan penting dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta
mengeluarkan sisanya.
B. Anatomi Nutrisi
Proses mencerna nutrisi :
1. Mulut
2. Tenggorokan (Faring)
3. Kerongkongan (Esofagus)
4. Lambung
5. Usus halus
6. Usus besar
Usus besar terdiri dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid
7. Rektum dan Anus
C. Fisiologi Nutrisi Pada Manusia
D. Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi
a. Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola
konsumsi makan, hal tersebut dapat disebabkan oleh kuranganya informasi sehingga
dapat terjadi kesalahan pemenuhan kebutuhan gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai gizi tinggi,
dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang
merupakan sumber protein yang baik dan murah, tidak digunakan dalam makanan
sehari-hari, karena masyarakat menganggap bahwa mengkonsumsi tempe dapat
merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang buruk atau pandangan terhadap makanan tertentu dapat juga
memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah, terdapat larangan makan
pisang, papaya, bagi para gadis remaja. Padahal, makanan itu merupakan sumber
vitamin yang baik. Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak, karena ikan
dianggap mengakibatkan cacingan. Padahal, ikan merupakan sumber protein yang
sangat baik
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat gizi yang
dibutuhkan secara cukup. Kesukaan juga dapat mengakibatkan banyak terjadi kasus
malnutrisi pada remaja karena asupan gizinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
tubuh.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi, penyediaan makanan
bergizi, membutuhkan dana yang tidak sedikit karena perubahan status gizi
dipengaruhi oelh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan status ekonomi
kurang biasanya kesulitan dalam menyediakan makanan bergizi. Sebaliknya orang
dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk menyediakan makanan yang
bergizi.
1. Fisiologis
a. Intake nutrient
1) Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
2) Pengetahuan
3) Gangguan menelan
4) Perasaan tidak nyaman setelah makan
5) Anoreksia
6) Nausea dan vomitus
7) Intake kalori dan lemak yang berlebih
b. Kemampuan mencerna nutrisi
1) Obstruksi saluran cerna
2) DM
2. Kebutuhan metabolisme
a. Pertumbuhan
b. Stres
c. Kondisi yang meningkat BMR (latihan, hipertyroid)
d. Kanker
3. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan makan yang baik perlu diterapkan pada usia toddler
4. Kebudayaan dan kepercayaan
Kebudayaan orang asia lebih memilih nasi sebagai makanan pokok
5. Status ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi, penyediaan makanan
bergizi, membutuhkan dana yang tidak sedikit karena perubahan status gizi
dipengaruhi oelh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan status ekonomi
kurang biasanya kesulitan dalam menyediakan makanan bergizi. Sebaliknya
orang dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk menyediakan makanan
yang bergizi.
6. Kelemahan fisik
Contihnya atritis atau cedera serebrovaskular (CVA) yang menyebabkan kesulitan
untuk berbelanja dan masak. Mereka tidak mampu merencanakan dan
menyediakan makanannya sendiri.
7. Penyakit saluran pencernaan
Termasuk sakit gigi, ulkus
8. Obat
Pada lansia yang mendapat lebih banyak obat dibandingkan kelompok usia lain
yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan
mengakibatkab kemunduran nutrisi yang semakin jauh.

E. Gangguan Pada Sistem Nutrisi


1. Diare
Diare adalah peningkatan frekuensi BAB lebih dari 3 kali dalam sehari disertai
perubahan konsistensi menjadi lebih cair. Kondisi ini bisa disebabkan oleh perubahan
pola makan, infeksi rotavirus, atau bakteri. Diare bisa berlangsung selama beberapa
hari hingga bermingggu-minggu.
Selain menyebabkan perubahan frekuensi dan konsistensi BAB, diare juga bisa
mengakibatkan penderitanya mengalami kram perut, demam, kembung dan mual.
2. Sembelit
Konstipasi atau sembelit adalah perubahan frekuensi BAB menjadi lebih jarang dan
disertai dengan kesulitan BAB. Hal ini bisa disebabkan oleh menurunnya pergerakan
usus. Umumnya seseorang dianggap mengalami sembelit ketika frekuensi buang air
besarnya kurang dari 3 kali dalam seminggu.
Disamping frekuensi BAB yang menurun, gejala sembelit lainnya meliputi :
 Feses keras
 Harus mengejan saat BAB
 Merasa ada penyumbatan di rektum, sehingga tinja sulit dikeluarkan
 Merasa tidak tuntas setelah BAB
 Perlu bantuan mengeluarkan feses, misalnya menekan perut atau
menggunakan jari tangan untuk mengeluarkan feses dari anus
3. Wasir (hemoroid)
Wasir terjadi ketika pembuluh darah vena yang terletak di luar atau di dalam saluran
anus (rektum) mengalami pembengkakan. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja,
namun sekitar 50% penderitanya berusia di atas 50 tahun. Wasir dapat menimbulkan
nyeri dan gatal pada anus, benjolan di anus, serta keluarnya darah ketika BAB.
Kadang wasir juga bisa membuat penderitanya sulit untuk duduk.
4. GERD
Gastroesophageal reflux disease (GERD) atau penyakit asam lambung terjadi ketika
asam lambung naik menuju kerongkongan. Kondisi ini disebabkan oleh melemahnya
katup (sfingter) yang terletak di dalam saluran kerongkongan bagian bawah.
Pada orang sehat, katup tersebut akan berkontraksi dan menutup saluran
kerongkongan setelah makanan turun ke lambung. Namun pada penderita GERD,
katup yang lemah menyebabkan kerongkongan tetap terbuka, sehingga asam lambung
naik ke kerongkongan.
5. Tukak Lambung
Tukak lambung adalah luka pada lapisan lambung dan usus halus bagian atas.
Pengikisan dan luka tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter
pylori atau penggunaan obat pereda nyeri dalam jangka panjang.

F. Cara Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1. Mengonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna
2. Mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi
3. Tambahkan asupan biji-bijian dan kacang-kacangan
4. Makan dalam porsi yang sesuai
5. Minum air putih yang cukup
6. Makan tiga kali sehari
7. Batasi konsumsi makanan manis, asin, atau berlemak
8. Buat perubahan menu makan secara bertahap
9. Olahraga yang rutin

G. Pemeriksaan Penunjang yang Diperlukan


Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan nutrisi adalah
pemeriksaan laboratorium darah dengan nilai normal menurut Kemenkes (2011) sebagai
berikut :
1. Kadar total limfosit (normalnya 15% – 45%)
2. Albumin serum (normalnya 3,5-4,5 gr/dl)
3. Hemoglobin (normalnya 13-18 gr/dl pada pria dan 12-16 gr/dl pada wanita)
4. Hematokrit (normalnya 40% – 50% pada pria dan 35% – 45% pada wanita)
5. Total kolesterol (normalnya <200 mg/dL)
6. Tes antigen kulit

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
b. Transferin (N:170-250 mg/100ml)
c. Hb
Laki-laki dewasa (14-18 g/dL)
Perempuan dewasa (12-16 g/dL)
d. BUN
Anak usia 1-17 tahun (7-20 mg/d)
Laki-laki dewasa (8-24 mg/dL)
Perempuan dewasa (6-21 mg/dL)
e. Eksresi kreatinin
Anak-anak (0,3-0,7 mg/d)
Remaja (0,5-1 mg/dL)
Laki-laki dewasa (0,6-1,2 mg/dL)
Perempuan dewasa (0,5-1,1 mg/dL)
2. Pengukuran antropometri
a. BB ideal
Laki-laki : [TB-100]-[(TB-100) x 10%]
Perempuan : [(TB-100)]-[(TB-100) x 15%]
b. Lingkar pergelangan tangan
Laki-laki :
Perempuan :
3. Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang digunakan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti: kulit,
rambut dan mata.
4. Diet
Makanan yang dimakan, jenis dan porsinya.
H. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul pada Gangguan Nutrisi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosis yang muncul pada kasus Berat
Badan Lebih (D.0018) antara lain yaitu :
- Berat badan lebih b.d kurang aktivitas fisik harian
- Berat badan lebih b.d kelebihan konsumsi gula
- Berat badan lebih b.d gangguan kebiasaan makan
- Berat badan lebih b.d gangguan persepsi makan
- Berat badan lebih b.d kelebihan konsumsi alkohol
- Berat badan lebih b.d penggunaan energi Berat badan lebih b.d kurang dari asupan
- Berat badan lebih b.d sering mengemil
- Berat badan lebih b.d sering memakan makanan berminyak/berlemak
- Berat badan lebih b.d faktor keturunan (mis. distribusi jaringan adiposa, pengeluaran
energi, aktifitas lipase lipoprotein, sintesis lipid, liposis)
- Berat badan lebih b.d penggunaan makanan formula atau makanan campuran (pada
bayi)
- Berat badan lebih b.d asupan kalsium rendah (pada anak-anak)
- Berat badan lebih b.d berat badan bertambah cepat (selama masa anak-anak, selama
masa bayi, termasuk minggu pertama, 4 bulan pertama, dan tahun pertama)
- Berat badan lebih b.d makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia <5
bulan.

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosis yang muncul pada kasus Defisit
Nutrisi (D.0019) antara lain yaitu :

- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan


- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
- Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
- Defisit nutrisi b.d faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
- Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosis yang muncul pada kasus Resiko
Defisit Nutrisi (D.0032) antara lain yaitu :

- Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan


- Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
- Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
- Resiko defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
- Resiko defisit nutrisi b.d faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
- Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)

Anda mungkin juga menyukai