A. Pengertian Diare
Menurut Depkes RI (2005), pengertian diare adalah suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya
tiga kali atau lebih dalam sehari.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah
cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu
sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak
lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu
maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
B. Etiologi
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada
balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada
balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita
yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih
besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran
oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak
bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang
panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat
tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang
menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan
berkembang biak.
Strongyloides,
Blastsistis
huminis,
protozoa,
Entamoeba
Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare
dan muntah, kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan karena
takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan
dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang
sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat
badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat
mengakibatkan kejang dan koma (Suharyono, 2008).
E. Pahway
Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media
Acut) merupakan faktor predisposisi terjadinya diare
5. Riwayat Prenatal, Natal, dan Postnatal
a. Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester
pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH,
DM,
Hipertiroid
yang
dapat
mempengaruhi
bantuan
pertunbuhan
alat
yang
dan
dapat
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk
penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan
penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).
5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh
terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek
dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan dapat
dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1tahun/>
1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula
dengan rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan
makananpadat atau makanan cair.
b. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat
mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara
penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap
kehilangan cairan lewat urine.
c. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena
frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.
d. Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6. Pemeriksaan Fisik (Robert Priharjo, 1995)
a. Sistem Neurologi
Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang.
Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu
dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau
tidak tampak sakit. Keadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen,
delirium, stupor dan koma.
Palpasi, adakah parese, anestesia,
Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.
b. Sistem Pengindraan
Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,
Inspeksi :
Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna
dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan
bayi ubun-ubun besar tampak cekung.
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus.
Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada
keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-),
mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis
metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk
mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak adanya pernafasan cuping
hidung.
Telinga,
kemungkinaninfeksi
parenteal
yang
pada
akhirnya
menyebabkan
terjadinya diare
Palpasi:
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk
anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup maximal umur 2 tahun. Mata,
tekanan bola mata dapat menurun,
Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.
c. Sistem Integumen
Subyektif, kulit kering
Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1
detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik =
dehidrasi berat
d. Sistem Kardiovaskuler
Subyektif,
badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa
dingin.
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-)
adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate
meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun
sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan
nadi.
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada
kausus diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak
lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang
interkostalis ke 4,5 dan 8.
Auskultasi, pada dehidrasiberat
dapat
terjadi
gangguansirkulasi,
auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya.
Kaji tekanan darah.
e. Sistem Pernapasan
Subyektif, sesak atau tidak
Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal.
Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah
penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.
Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti
vremitus (-).
Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler,
intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi
adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya.
f. Sistem Pencernaan
Subyektif, Kelaparan, haus
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3
kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur
permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.
Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope),
peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak
membesar suara tymphani.
Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar
dan lien tidak teraba.
g. Sistem Perkemihan
Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya
Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor
menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi,
warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan
alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.
h. Sistem Muskuloskeletal
Subyektif, lemah
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun
Palpasi, hipotoni, kulit kering, elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan
dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.
10
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Faeces lengkap : Makrokospis dan mikroskopis ( bakteri (+) mis. E.
Coli), pH dan kadar gula, biakan dan uji resistensi.
2) Pemeriksaan asam basa : Analisa Baood Gas Darah dapat
menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
3) Pemeriksaan kadar ureum keatinin : Untuk mengetahui faal ginjal
4) Serum elektrolit (Na, K, dan Fosfor) : Pada diare dapat terjadi
hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penuruna
kesadaran dan kejang.
5) Pemeriksaan intubasi duodenum : Terutama untuk diare kronik dapat
dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit
penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.
B. Diagnosa
1. Diare b.d proses infeksi, inflamasi diusus
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
3. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi /BAB sering
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
makanan
5. Resiko syok (hipovolemi)
6. Gangguan pertukaran gas
7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
C. Perencanaan Keperawatan
Diagnose Keperawatan
Intervensi (NIC)
(NOC)
Diare b.d proses infeksi,
Bowel elimination
Diarrhea Management
Fluid
Balance
inflamasi diusus
1. Evaluasi efek samping
Hydration
pengobatan
terhadap
Electrolyte and Acid
gastrointestinal
base Balance
2. Ajarkan pasien untuk
Kriteria Hasil :
menggunakan
obat
1. Feses berbentuk, BAB
11
dan
rasional
pasien/keluarga
untuk
dan
makan
rendah
kalori
memungkinkan
11. Instruksikan
jika
untuk
menghindari laksative
12. Ajarkan
teknik
menurunkan stress
13. Monitor
persiapan
makanan yang aman
Kekurangan volume cairan Fluid Balance
Fluid Management
Hydration
b.d kehilangan cairan aktif
1. Timbang
Nutritional Status : Food
popok/pembalut
jika
and Fluid Intake
diperlukan
Kriteria Hasil :
2. Pertahankan
catatan
1. Mempertahankan
urine
intakedan output yang
12
akurat
3. Monitor status hidrasi
(kelembaban membrane
mukosa, nadi adekuat,
tekanan
darah
ortostatik),
jika
diperlukan
kulit baik, membrane 4. Monitor vital sign
5. Monitor
masukan
mukosa lembab, tidak ada
makanan/cairan
dan
rasa haus yang berlebihan
hitung intake kalori
harian
6. Kolaborasikan
pemberian cairan IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan
penggantian
nesogatrik sesuai output
11. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
12. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
13. Kolaborasi
dengan
dokter
14. Atur
kemungkinan
tranfusi
15. Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
1. Monitor
status
termasuk
intake
cairan
dan
output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan
Hematokrit
13
penambahan
cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
8. Pemberian cairan IV
monitor
dan
adanya
gejala
tanda
kelebihan
volume cairan
9. Monitor adanya tanda
gagal ginjal
Kerusakan integritas kulit Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
b.d ekskresi /BAB sering
Mucous Membranes
Hemodyalis akses
pakaian
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
4.
5.
yang longgar
Integritas kulit yang baik 2. Hindari kerutan pada
tempat tidur
bisa
dipertahankan
3. Jaga kebersihan kulit
(sensasi,
elastisitas,
agar tetap bersih dan
temperature,
hidrasi,
kering
pigmentasi)
4. Mobilisasi pasien (ubah
Tidak ada luka/lesi pada
posisi pasien) setiap dua
kulit
jam sekali
Perfusi jaringan baik
5.
Monitor
kulit
akan
Menunjukkan pemahaman
adanya kemerahan
dalam proses perbaikan
6. Oleskan lotion atau
kulit
dan
mencegah
minyak/baby oil pada
terjadinya cedera berulang
daerah yang tertekan
Mampu melindungi kulit
7. Monitor aktivitas dan
dan
mempertahankan
mobilisasi pasien
kelembaban kulit dan 8. Monitor status nutrisi
perawatan alami
pasien
9. Memandikan
pasien
dengan sabun dan air
14
hangat
Insision site care
1. Membersihkan,
memantau
dan
meningkatkan
proses
ditutup
dengan
atau
staples,
preparat
waktu
yang
terbuka
(tidak
Acces
Maintenance
Nutrition Management
Ketidakseimbangan
sesuai
dengan
meningkatkan
protein
15
tujuan
2. Berat badan ideal sesuai 4.
5.
dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi
dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda
tinggi
malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan
fungsi
pengecapan
dari
menelan
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
dimakan
mengandung
serat
untuk
mencegah konstipasi
6. Berikan makanan yang
terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan
ahli gizi)
7. Ajarkan
bagaimana
pasien
membuat
mendapatkan
adanya
yang
biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
5. Monitor
lingkungan
kusam,
dan
mudah path
9. Monitor
mual
dan
muntah
10. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb dan
kadar Ht
11. Monitor
pertumbuhan
dan perkembangan
12. Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
13. Monitor
kalori
intake nutrisi
14. Catat adanya
hiperemik,
dan
edeme,
hipertonik
magenta, scarlet
Syok Prevention
Syok prevention
Syok management
Kriteria Hasil :
kulit,
diharapkan
2. Irama jantung dalam batas
HR, dan
yang diharapkan
3. Frekuensi napas
dalam
denyut
jantung,
ritme,
nadi
oksigenasi jaringan
batas yang diharapkan
3. Monitor
suhu
dan
4. Irama pernapasan dalam
pernapasan
17
hemodinamik
asites
9. Monitor tanda awal syok
tidak
10. Tempatkan pasien pada
ditemukan
3. Demam tidak ditemukan
4. TD dbn
5. Hematokrit dbn
posisi
supine,
kaki
elevasi
untuk
peningkatan
preload
dengan tepat
11. Lihat
dan
pelihara
keluarga
dan
fungsi
neurologis
2. Monitor fungsi renal (e.g
BUN dan Cr Lavel)
3. Monitor tekanan nadi
4. Monitor status cairan,
input, output
5. Catat gas darah arteri
18
meningkatkan
akurasi
pembacaan
tekanan darah
8. Menggambar gas darah
arteri
dan
memonitor
jaringan oksigenasi
9. Memantau tren dalam
parameter hemodinamik
(misalnya CVP, MAP,
tekanan
kapiler
pulmonal/arteri)
10. Memantau
factor
penentu
pengiriman
jaringan
oksigen
tingkat
dioksida
dan/
atau
tonometry lambung
12. Memonitor gejala gagal
pernapasan
(misalnya
rendah
PaO2
peningkatan
PaCO2
nilai
(misalnya
laktat,
budaya
dan
memelihara
Gangguan pertukaran gas
besarnya
kobosanan akses IV
Respiratory Status : Gas Airway Management
Exchange
Respiratory
1. Buka
Status
ventilation
Vital Sign Status
jalan
nafas,
Kriteria Hasil :
memaksimalkan
1. Mendemonstrasikan
ventilasi
3.
Identifikasi
pasien
peningkatan ventilasi dan
perlunya
pemasangan
oksigenasi yang adekuat
2. Memelihara
kebersihan
alat jalan nafas buatan
4.
Pasang mayo bila perlu
paru-paru dan bebas dari
5. Lakukan fisioterapi dada
tanda-tanda
distress
jika perlu
pernapasan
6. Keluarkan secret dengan
3. Mendemonstrasikan batuk
batuk atau suction
efektif dan suara napas 7. Auskultasi suara napas,
yang bersih, tidak ada
catat
adanya
suara
sianosis
dan
dyspneu
tambahan
(mampu
mengeluarkan 8. Lakukan suction pada
mayo
sputum, mampu bernapas
9. Berikan
bronkodilator
dengan mudah, tidak ada
bila perlu
purse lips)
10. Berikan pelembab udara
4. Tanda-tanda vital dalam 11. Atur intake untuk cairan
rentang normal
mengoptimalkan
keseimbangan
12. Monitor respirasi
dan
status O2
Respiratory Monitoring
20
1. Monitor
rata-rata,
kesimetrisan,
penggunaan
otot
dan
intercostals
3. Monitor suara
nafas,
seperti dengkur
4. Monitor pola napas :
bradipena,
takipena,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot
diafragma
(gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara napas,
catat
area
penurunan/
dengan
mengauskultasi
crakles
paru
b.d
status kesehatan
mengetahui hasilnya
Anxiety
Reduction
(penurunan kecemasan)
1. Gunakan
pendekatan
21
Kriteria Hasil :
1. Klien
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala
cemas
2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan
yang menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku
pasien
3. Jelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan
dan
selama prosedur
4. Pahami perspektif pasien
yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
pearasaan,
ketakutan,
persepsi
12. Instruksikan
pasien
menggunakan
relaksasi
13. Berikan
teknik
obat
untuk
mengurangi kecemasan
D. Pelaksanaan Keperawatan
1. dPkanygmelirpths(ucan).
22
nTkdia:
a. Untukgmeahcdrsi,b ly
b. mPberianASItpudlkj sbya.
c. Bdilaknebrtmh,sgwPukdae
2. dPkanygmelirhs/dnTak:
a. kBaneriolt
b. Pemberian ASI tetap dilanjutkan dan berikan makanan seperti biasanya.
Sebaiknya berikan makanan lunak, mudah dicerna.
c. BkilatdhperubnsgwmPkta.
3. dPnakygmleirhsbt
nTkdia:
a.
gSerabwkRumhit/Psndfla
b.
OralitdnASIkeusmhb.
kTarnmPbeiOlt.
1. Anakwdibh1terol3jmp5g,nsuay0.etiklcr
2. Anakwdibh5terol3jmpgsnuya1tikecr
3. Anakditsh5berol3jmp6gunya1s.tikecr
4. Anakditsh12ewbrol3jmpgasunty2eiklcr(1=0)
E. Evaluasi
Hasilyngpdhkru:t
1. Volumnecairkdtbsh.
2. bKuehantrisp k.
3. gInriteaskulmbo.
4. Rasnymterpuhi.
5. nPhgeutakrlmi.
6. mCasepdnktrli.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ayu.
2013.
Pengertian
Diare
dan
Pencegahannya.
Http://indo-
netional.blogspot.com/2013/01/pengertian-diare-dan-pencegahannya.html. Diaknsegtl15oObr204.
dHayit, Nor. 2013 uAnhsa wKeptr Diae Pd Anak. Http://noorhidayat092.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-diare-pada-anakusia.html. Diakses tanggal 14 Oktober 2014.
Nanda International. 20013.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1. Jakarata: EGC.
Putri,Melnda.201kApsgGoEH:/fte-md.basplc2017kngtroei-m.hlDas15Okb204
hZra. 2013. Lp nda pAske Diar Ank. Http://abuzzahra1980.blogspot.com/2013/07/lp-dan-askep-diare-anak.html. Diakses
tanggal 14 Oktober 2014.
24
OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
(P07120213016)
(P07120213022)
(P07120213024)
(P07120213025)
(P07120213036)
(P07120213037)
25