KONSTIPASI DIARE
DIsusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
2.
3.
4.
5.
`
7.
6.
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
A.DIARE
2.1 Pengertian Diare
Diare adalah Buang Air Besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut
dapat disertai lendir dan darah. Menurut WHO (1990) diare adalah buang air
besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang
yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau
hari. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi
dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang
tua.
Diare didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan alami dalam
kepadatan dan karakter fases dan dikeluarkan tiga kali atau lebih per hari
(Raimah, 2007 :13 )
Sedangkan menurut Suriadi (2006 : 80) menyatakan bahwa diare adalah
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk cair.
Jika dilihat definisinya ,diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi
fases lembek atau cair ,bahkan dapat berupa air saja .Frekuensinya bisa terjadi
lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang
dari 14 hari.Seperti diketahui, pada kondisi normal orang biasanya buang air
besar satu atau dua kali sehari dengan konsistens padat atau keras.
Jadi dapat diartikan diare merupakan suatu kondisi ,buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi fases yang encer atau
cair dapat disertai darah atau lendir sebagai akibat inflamasi pada lambung atau
usus.
2.2 Etiologi
A.Faktor infeksi :
Infeksi enteral
Yaitu infeksi saluran pencernaan sebagai penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi : Infeksi bakteri; Vibrio, E.coli, Salmonela, Shigella,
Campylobacter, dsb.
Infeksi virus ; Enterovirus (virus echo, coxsakie), adeno virus, rota virus, dsb
Infeksi parasit; cacing (ascariasis, trichuris)
Protozoa (Entamuba hystolitica, Giardia lambia)
Jamur (Kandida Albican)
= Infeksi parenteral
Yaitu; infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti: OMA,
tonsilofaringitis, bronchopneumonia, encefalitis, dsb. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
Factor non infeksi :
B.
Malabsorbsi karbohidrat
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
Reaksi Obat
Faktor makanan :
Faktor psikologis :
rasa takut, cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada
anak yang lebih besar.
F.
= Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan
pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada
umur di bawah 24 bulan.
= Jenis Kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki
karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
= Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi
sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke
musim penghujan.
= Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena
pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih
lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering
dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri
sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
= Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang
jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah
satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung
sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6
bulan sampai 3 tahun.
1.
Balita biasanya rewel karena diare menyebabkan kekurangan cairan,
sehingga perlu diberi minum yang banyak.
2.
3.
Diare ditandai disentriform yaitu tinja berlendir, cair dan kadang-kadang
berdarah.
4.
Diare disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang ditandai dengan suhu
tubuh meningkat.
5.
Nafsu makan menurun akibat diare harus diimbangi makan yang cukup
supaya kondisi tubuh membaik.
6.
Biasanya akan muntah sebelum atau sesudah makan karenamerupakan
gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks,
gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain yang merupakan factor penyebab
diare.
7.
A.
Dehidrasi Ringan
Muka memerah, rasa haus yang sangat, kulit hangat dan kering, tidak buang air
atau volume urine berkurang atau berwarna lebih gelap, pusing dan lemah, kram
pada otot kaki dan tangan, menangis dengan sedikit atau tidak ada air mata,
mengantuk, mulut dan lidah disertai berkurangnya air liur.
B.
Dehidrasi Sedang
Tekanan darah menurun, pingsan, kontraksi yang kuat pada otot lengan, kaki,
perut dan punggung, kejang, perut kembung, gagal jantung, dan ubun-ubun
cekung, denyut nadi cepat dan lemah.
C.
Dehidrasi Berat
Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap
air dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5
kemungkinan sebagai berikut:
Diare Osmotik
Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :
1.1. Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini
timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah
Diare sekretorik
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2
kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen
usus ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti
diketahui dinding usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai
pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana
aliran absorpsi selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi.
Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena
terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada
peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus,
bahkan proses peradangan.
Diare akut adalah diare yang kurang dari 14 hari yang sebagian besar
disebapkan oleh Infeksi.
- Biasenye diare akut disebabkan oleh infeksi/toksin bakteri
- Adanya riwayat makan makanan tertentu( terutama makan siap santap) dan
adanya keadaan yang sama dengan orang lain, sangat mungkin merupakan
keracunan makanan yang disebabkan oleh toksin bakteri.
- Adanya riwayat pemakaian antibiotika yang lama/jangka panjang.
- Diare yang terjadi tanpa kerusakan mukosa usus( non inflamotorik) dan
disebabkan oleh toksin bakteri.bilka muntah sangat mencolok biasanya
disebapkan oleh virus aureus dalam bentuk keracunan makanan.
- Bila diare dalam bentuk bvercampur darah,lendir dan disertai demam biasanya
karena kerusakan mukosa usur karena invasi shingella,salmonela atau
amdeba,daerah yang terkena adalah kolon.
- Diare akut bersifat sembuh sendiri dalam 5 hari dengan pengobatan sederhana
yang disertai dengan dehidrasi
2. Diare Kronik
Diare kronik adalah buang air besar cair lebih dari 3 kali sehari dan berlangsung
lebih dari dua minggu (15 hari).
Banyak sekali penyebab dari diare kronik ini, diantaranya adalah infeksi (amuba,
TBC, malaria), non-infeksi (IBD = inflamatory bowel disease), gangguan
penyerapan makanan, radiasi, keganasan (kanker usus besar), HIV-AIDS.
Yang menjadi bertambah sulit baik untuk mencari penyebab dan mengobatinya
karena pada kasus diare kronik sering terdiri lebih dari satu jenis penyebab.
Karena itu, banyak pemeriksaan yang harus dilakukan pada kasus diare kronik
diantaranya pemeriksaan darah rutin, analisa tinja, fungsi liver, USG abdomen,
kolonoskopi hingga biopsi.
Pengobatan pada kasus diare kronik menjadi bervariasi dan biasanya memakan
waktu yang lama (4 hingga 8 minggu), respon pengobatan pun bervariasi mulai
dari sembuh hingga tidak ada respon sama sekali.
B. Jenis Diare Berdasarkan Bakteri Penyebabnya
A.Kolera
Penyakit kolera adalah penyakit yang menginfeksi saluran usus bersifat akut
yang disebabkan oleh bakteri vibio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh
seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri
tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga
terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya
seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh
dan masuk pada kondisi dehidrasi. Karena bakteri sensitif terhadap asam
lambung, maka penderita kekurangan asam lambung cenderung menderita
penyakit ini.
Kolera adalah penyakit diare akut yang dalam bebarapa jam dapat
mengakibatkan dehidrasi progresif yang cepat dan berat serta kematian.Karena
itu, kolera gravis (bentuk kolera yang berat) merupakan bentuk penyakit yang
lebih menakutkan lagi, terutama bila menyebabkan epidemi.Untunglah
penggantian, cairan yang cepat dan tindakan yang suportif dapat menyingkirkan
tingginya angka mortalitas yang diakibatkan penyakit ini. Istilah kolera kadang
dipakai untuk segala penyakit diare sekrotik dengan dehidrasi yang berat entah
disebabkan oleh Vibrio cholerae atau bukan dan, bahkan, apakah etiologinya
infeksi atau bukan ( misalnya diare karena sindrom endokrin seperti tumor yang
mensekresi peptida usus vasoaktif.)
Penyebab :
Kolera menyebar melalui air yang diminum, makanan laut atau makanan lainnya
yang tercemar oleh kotoran orang yang terinfeksi.
Penyebab Kolera adalah bakteri yang dikenal dengan nama Vibrio cholera (atau
biasa disingkat V. cholera). Bakteri ini adalah noda Gram-negatif dan memiliki
flagel (panjang, lonjong, bagian proyeksi) untuk motilitas dan pili (struktur mirip
rambut) digunakan untuk melampirkan jaringan. Meskipun ada banyak serotipe
V. cholerae yang dapat menghasilkan gejala-gejala kolera, penyebab kolera yang
memberi gejala yang paling parah kolera adalah kelompok OO1 dan O139.
Kelompok O terdiri dari struktur lipopolysaccharides-protein yang berbeda pada
permukaan bakteri yang dibedakan dengan teknik imunologi. Toksin yang
dihasilkan oleh serotipe V. cholerae sebagai penyebab penyakit
kolera merupakan enterotoksin terdiri dari dua subunit, A dan B; informasi
genetik untuk sintesis subunit ini dikodekan pada plasmid (elemen genetik tidak
dalam kromosom bakteri). Selain itu, jenis lain encode plasmid untuk pilus
(sebuah struktur mirip rambut hampa yang dapat meningkatkan lampiran
bakteri ke sel manusia dan memfasilitasi pergerakan toksin dari V. cholerae ke
dalam sel manusia).
Penyebab Kolera yang Dapat Berakibat Fatal :
Enterotoksin menyebabkan sel manusia untuk mengambil air dan elektrolit dari
tubuh (terutama saluran pencernaan atas) dan pompa ke dalam lumen usus
dimana cairan dan elektrolit yang diekskresikan sebagai cairan diare.
Enterotoksin ini mirip dengan toksin yang dibentuk oleh bakteri yang
menyebabkan difteri di kedua jenis bakteri rahasia racun ke lingkungan
sekitarnya di mana racun kemudian masuk ke sel manusia. Bakteri penyebab
kolera biasanya ditularkan oleh orang-orang minum air yang terkontaminasi,
tetapi bakteri juga dapat diperoleh dalam makanan yang terkontaminasi,
terutama makanan laut seperti tiram mentah.
Penyakit kolera adalah penyakit infeksi akut yang menghasilkan diare tanpa rasa
sakit pada manusia. Beberapa individu memiliki jumlah berlebihan yang terkena
diare dan mengembangkan dehidrasi begitu parah dapat menyebabkan
kematian. Kebanyakan orang yang mendapatkan penyakit ini menelan
organisme melalui sumber-sumber makanan atau air yang terkontaminasi
dengan V. cholerae. Meskipun gejala mungkin ringan, sekitar 5% -10% dari
sebelumnya orang yang sehat akan mengembangkan diare berlebihan dalam
waktu sekitar satu sampai lima hari setelah menelan bakteri. Penyakit berat
membutuhkan perawatan medis yang segera.
Gejala :
Gejala dimulai dalam 1 - 3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai dari
diare ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang bisa berakibat fatal.
Beberapa orang yang terinfeksi, tidak menunjukkan gejala.
Penyakit biasanya dimulai dengan diare encer seperti air yang terjadi secara
tiba-tiba, tanpa rasa sakit dan muntah-muntah.
Pada kasus yang berat, diare menyebabkan kehilangan cairan sampai 1 liter
dalam 1 jam. Kehilangan cairan dan garam yang berlebihan menyebabkan
dehidrasi disertai rasa haus yang hebat, kram otot, lemah dan penurunan
produksi air kemih.
Banyaknya cairan yang hilang dari jaringan menyebabkan mata menjadi cekung
dan kulit jari-jari tangan menjadi keriput.
Jika tidak diobati, ketidakseimbangan volume darah dan peningkatan konsentrasi
garam bisa menyebabkan gagal ginjal, syok dan koma.
Gejala biasanya menghilang dalam 3-6 hari.
Kebanyakan penderita akan terbebas dari organisme ini dalam waktu 2 minggu,
tetapi beberapa diantara penderita menjadi pembawa dari bakteri ini.
B.Disentri
Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja. Penyebab
yang terpenting dan tersering adalahShigella, khususnya S. Flexneri dan S.
Dysenteriae tipe 1. Entamoeba histolytica menyebabkan disentri pada anak yang
lebih besar, tetapi jarang pada balita . Disentri amoeba adalah penyakit infeksi
usus besar yang disebabkan oleh parasit ususEntamoeba histolytica .
Etiologi
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai komensal
(apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah
menjadi patogen (membentuk koloni di dinding usus, menembus dinding usus
menimbulkan ulserasi) dan menyebabkan disentri amoeba.
Gejala yang timbul :
Rentan waktu gejala disentri dapat bertahan antara 5-7 hari atau bahkan
lebih lama
Muntah-muntah
Anoreksia
Terkadang disertai dengan gejala menyerupai ensipagitis dan sepsis
( kejang, sakit kepala, letargi, kuku kuduk, halusinasi)
2.6 Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2.
Renjatan hipovolemik.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS.
Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab
diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya
antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan
untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah,
pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Prinsip menangani diare adalah:
Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun
melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, teruskan
memberi ASI dan lanjutkan makanan seperti yang diberikan sebelum sakit.
Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan
sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotik
dapat menyebabkan diare kronik.
B.OBSTIPASI
3.1 Pengertian
Konstipasi merupakan keluhan paling sering dalam praktik klinis. Karena rentang
sifat usus normal lebar, konstipasi selit didefinisikan dengan tepat. Kebanyakan
orang mempunyai sedikitnya tiga gerakan usus per minggu,
dan konstipasi didefinisikan sebagai frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per
minggu. Namun, frekuensi feses sendiri bukan merupakan kriteria yang cukup
digunakan, karena banyak pasien konstipasi menunjukkan frekuensi defekasi
normal, tetapi keluhan subjektif mengenai feses keras, rasa penuh bagian
abdomen bawah dan rasa evakuasi tak lengkap. Sehingga, kombinasi kriteria
objektif dan subjektif harus digunakan untuk menerangkan konstipasi. Konstipasi
yang tidak ditangani dengan tepat dan berkelanjutan dapat menyebabkan
Obstipasi
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit
atau adanya obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak
adanya pengeluaran tinja selama 3 hari atau lebih.
Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama,
sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama
kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Tetapi
harus diingat ketidak teraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi ada bayi yang
menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan
progresif dimana keterlambatan transit intestinal terjadi akibat atrofi dan fibrosis
otot polos kolon.
Sebagian besar pasien dengan konstipasi berat, tidak ada gejala yang
jelas yang dapat diidentifikasi. Pada konstipasi masa kanak-kanak yang
idiopatik, faktor fisiologik dan psikologik dianggap mempunyai peran penting.
Anak-anak yang terserang sering mempunyai transit kolon lambat yang
dilokalisasi ke rektum dan kolon distal, dan kebiasaan menahan volunter atau
fungsi anorektal abnormal telah dianggap mempunyai peranan dalam gangguan
ini. Perempuan usia muda sampai menengah dapat menderita konstipasi berat
yang ditandai khas oleh defekasi yang tidak sering, mengejan bila defekasi, dan
tidak memberikan respon terhadap tambahan serat atau laksatif ringan. Pada 70
persen kasus ini, transit kolonik lambat (inersia kolon) dapat ditunjukkan oleh
pasase lambat penanda radiopak melalui kolon proksimal. Pada 30 persen kasus
transit kolonik adalah normal, dan gangguan fungsi motorik dan sensorik
anorektal dapat ditunjukkan. Istilah obstruksi jalan keluar dan anismus telah
digunakan utnuk menerangkan bentuk konstipasi ini, yang tampak diakibatkan
oleh kegagalan relaksasi atau kontraksi yang tidak sesuai dari otot sfingter
eksterna dan puborektalis. Karena relaksasi otot ini mengenai inhibisi korteks
refleks spinal selama defekasi dan dapat dimodifikasi oleh boifeedback, perlu
dipertimbangkan bahwa gangguan fungsi rektosfingterik seperti ini didapat atau
dipelajari lebih baik dibandingkan penyakit neurogenik atau organik. Meregang
kronik pada waktu defekasi dapat menyebabkan turunnya dasar parineal dan
meregangnya saraf pudendus, sehingga menyebabkan sfingter ani inkompeten
dan inkontinensia fekal. Demikian pula, prolaps rektum dapat mengganggu
defekasi sebagai hasil intususepsi rektal dan trauma saraf
pudendus. Rektokel merupakan herniasi rektal anterior yang dapat bercampur
dengan defekasi melalui pengisian dengan feses teristimewa selama usaha
defekasi.
Pseudo-obstruksi intestinal idiopatik kronik merupakan kelainan yang
langka dimana serangan obstruksi intestinal tidak disertai dengan gejala adanya
sumbatan mekanis. Kelainan ini dapat bersifat familial sebagai akibat dari
neuropati atau miopati yang mengenai usus dan pada sebagian kasus, kandung
kemih. Penyakit megarektum atau megakolon idiopatik masing-masing ditandai
oleh rektum atau kolon yang berdilatasi, dengan disertai gejala konstipasi dan
kesulitan defekasi yang timbul karena disfungsi neurogenik.
Pada orang dewasa yang berusia muda hingga pertengahan, konstipasi
paling sering disebabkan oleh sindroma usus iriatif (irritable bowel syndrome).
Berbeda dengan sebagian dari sindroma konstpasi idiopatik yang disebutkan di
atas, sindroma usus iriatif secara khas disertai dengan nyeri abdomen, kususnya
abdomen bagian bawah, di samping defekasi dengan kotoran yang keras dan
kecil-kecil yang disertai perasaan pengeluaran kotoran yang tidak tuntas serta
keluhan mengejan yang berlebihan saat defekasi. Pasien juga dapat
mengeluhkan flatulensi, meteorismus, heartburn, nausea, disfagia, nyeri
punggung dan gejala urogenital. Transit kolonik biasanya normal pada pasien
semacam ini, dan dasar patofisiologi yang tepat untuk gejala tersebut tidak
pasti.
Penyebab lainnya :
1.Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang air
besar.Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, makana kurang
mengandung selulosa.
2. Hypothyroidisme
Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu kretinisme dan
myodem.Dimana tidak terdapat cukup ekskresi hormon tiroid semua proses
metabolisme berkurang.
3. Keadaan mental
Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi
terutama depresi berat sehingga tidak mempedulikan keinginannya untuk buang
air besar. Biasanya terjadi pada anak 1-2 tahun. Jika pada usia 1-2 tahun pernah
buang air besar keras dan terasa nyeri, mereka cenderung tidak mau buang air
besar selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu ssampai beberapa bulan
karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam
beberapa hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan
lebih terasa nyeri lagi, sehingga anak menjadi semakin malas buang aiar besar.
Anak dengan keterbelakangan mental sulit dilatih untuk buang air besar.
4. Penyakit organis
Obstipasi bisa terjadi berganti ganti dengan diare pada kasus carcinoma colon
dan divericulitis. Obstipasi ini terjadi bila buang air besar sakit dan sengaja
dihindari seperti pada fistula ani dan wasir yang mengalami trombosis.
5. Kelainan konjenital
Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon aganglionik congenital
(penyakit hirscprung). Obstruksi bolos usus illeus mekonium atau sumbatan
mekonium.Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan
mekonium dalam 36 jam pertama.
6. Penyebab lain
Misalnya, karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa untuk mendorong
terjadinya peristaltik. Atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana
anak masih kekurangan cairan.
3.3 Tanda dan Gejala
1. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama,
3.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kecuali bila
adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum yang
terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus
aferen dari refleks defekasi. Dengan dirasakan arkus aferen menyebabkan
kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus
yang norrmal terdiri dari 3 faktor :
1.
2.
3.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang kan dicerna memasuki
kolon, air dan elektrolit di absorbsi melewati membrane penyerapan. Penyerapan
tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses dari bentuk cair menjadi bentuk
yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding
rectum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi
cairan secara adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta
tidak dapat dengan segera digerrakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum,
sehingga penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering,
padat dan sudah dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini
menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat
menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak
kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik usus dan lain-lain. Hal tersebut
menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan. Penyerapan
air yang berlebihan.
Bahan makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan
pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke
saluran yang lebih besar. Sumbatan dan usus dapat juga menyebabkan
obstipasi.
Perawatan medis
Operasi
Diet
Pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat
diberikan makanan cair dan obat-obatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan :
Diare adalah perubahan pola defekasi (buang air besar) yakni pada bentuk atau
frekuensinya dimana bentuk feses (tinja) berubah menjadi lunak atau cair, atau
frekuensinya yang bertambah menjadi lebih dari tiga kali dalam sehari.Bila hal
ini terjadi maka tubuh akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan
dehidrasi.Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. Diare ini bisa
4.1 Saran :
DAFTAR PUSTAKA