Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSTIPASI DIARE

DIsusun Oleh :

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan penyakita menular masih menjadi penyebab kematian balita


(bayi dibawah 5 tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1
balita meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit
sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya.
Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahun,
sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu
penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita. Diare kondisinya dapat
merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan
makanan atau kelebihan Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan
seringkali enek dan muntah. Dimana menurut WHO (1980) diare terbagi dua
berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik.
Dewasa ini banyak ditemukan berbagai macam penyakit gangguan pencernaan
seperti sembelit atau konstipasi, gastritis atau yang biasa dikenal dengan sakit
maag dan berbagai macam penyakit gangguan pencernaan lainnya.
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in the
way = perjalanan dan Stipare yang berarti to compress = menekan Secara istilah
obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh
terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala
antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran
mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi
berdasarkan penyebabnya ialah dimana konstipasi disebabkan selain dari
obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.
Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap
3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau
gas dalam perut.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi
baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu yang
dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam
sekali asal konsistensi tinja normal.
Konstipasi dapat ditemukan dalam bentuk obstipasi yaitu berupa kesulitan
defekasi akibat adanya ostruksi intra atau ekstralumen usus (misalnya
karsinoma, kalom sigmoid) (Staf Pengajar Dept Farmakologi UNSRI
2008).Obstipasi ini sering terjadi pada bayi dan orang dewasa yang dikarenakan
adanya gangguan usus penyakuran makanan yang kurang baik pada.

1.2 Rumusan Masalah


1.

Apa pengertian dari diare dan obstipasi ?

2.

Bagaimana etiologi dari diare dan obstipasi ?

3.

Bagaimana tanda dan gejala dari diare dan obstipasi ?

4.

Bagaimana patofisiologi dari diare dan obstipasi ?

5.

Apa saja jenis dari obstipasi diare dan ?

`
7.

6.

Bagaimana komplikasi dari obstipasi diare dan ?

Bagaimana penatalaksanaan dari diare dan obstipasi ?

1.3 Tujuan
1.

Untuk mengetahui pengertian dari diare dan obstipasi.

2.

Untuk mengetahui etiologi dari diare dan obstipasi.

3.

Untuk mengetahui tanda dan gejala dari diare dan obstipasi.

4.

Bagaimana patofisiologi dari diare dan obstipasi.

5.

Untuk mengetahui jenis dari diare dan obstipasi.

6.

Untuk mengetahui komplikasi dari diare dan obstipasi.

7.

Untuk mengetahui penatalaksanaan dari diare dan obstipasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A.DIARE
2.1 Pengertian Diare
Diare adalah Buang Air Besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut
dapat disertai lendir dan darah. Menurut WHO (1990) diare adalah buang air
besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang
yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau
hari. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi
dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang
tua.
Diare didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan alami dalam
kepadatan dan karakter fases dan dikeluarkan tiga kali atau lebih per hari
(Raimah, 2007 :13 )
Sedangkan menurut Suriadi (2006 : 80) menyatakan bahwa diare adalah
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk cair.
Jika dilihat definisinya ,diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi
fases lembek atau cair ,bahkan dapat berupa air saja .Frekuensinya bisa terjadi
lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang
dari 14 hari.Seperti diketahui, pada kondisi normal orang biasanya buang air
besar satu atau dua kali sehari dengan konsistens padat atau keras.
Jadi dapat diartikan diare merupakan suatu kondisi ,buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi fases yang encer atau
cair dapat disertai darah atau lendir sebagai akibat inflamasi pada lambung atau
usus.

2.2 Etiologi
A.Faktor infeksi :
Infeksi enteral

Yaitu infeksi saluran pencernaan sebagai penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi : Infeksi bakteri; Vibrio, E.coli, Salmonela, Shigella,
Campylobacter, dsb.
Infeksi virus ; Enterovirus (virus echo, coxsakie), adeno virus, rota virus, dsb
Infeksi parasit; cacing (ascariasis, trichuris)
Protozoa (Entamuba hystolitica, Giardia lambia)
Jamur (Kandida Albican)

= Infeksi parenteral
Yaitu; infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti: OMA,
tonsilofaringitis, bronchopneumonia, encefalitis, dsb. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
Factor non infeksi :
B.

Malabsorbsi karbohidrat

karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida


(intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
1.
2.
C.

Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
Reaksi Obat

: long chain triglyceride


: asam amino, B-laktoglobulin

Seperti antibiotic, obat-obatan, tekanan darah dan antasida mengandung


magnesium.Obat-obat khasiat yang luas sehingga tidak saja kuman penyebab
kloramfenikol yang dimusnahkan, tetapi juga bakteri usus yang berguna turut
dimusnahkan.Penyinaran dengan sinar rontegen terhadap suatu tumor di usus
atau prostat dapat memicu diare.
D.

Faktor makanan :

Makanan basi, magnesium, makanan baracun, alergi terhadap


makanan merupakan faktor yang mempeengaruhi kerja lambung dan dapat
mempengeruhi kerja enzim di lambung.
E.

Faktor psikologis :

rasa takut, cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada
anak yang lebih besar.
F.

Factor resiko tejadinya diare :

= Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan
pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada
umur di bawah 24 bulan.
= Jenis Kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki
karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
= Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi
sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke
musim penghujan.
= Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena
pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih
lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering
dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri
sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
= Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang
jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah
satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung
sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6
bulan sampai 3 tahun.

= Status Sosial Ekonomi


Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota
keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga
mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang
memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi
rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.
2.3 Tanda dan Gejala

1.
Balita biasanya rewel karena diare menyebabkan kekurangan cairan,
sehingga perlu diberi minum yang banyak.
2.

Pada keadaan dehidrasi ringan-sedang, balita akan terlihat gelisah.

3.
Diare ditandai disentriform yaitu tinja berlendir, cair dan kadang-kadang
berdarah.
4.
Diare disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang ditandai dengan suhu
tubuh meningkat.
5.
Nafsu makan menurun akibat diare harus diimbangi makan yang cukup
supaya kondisi tubuh membaik.
6.
Biasanya akan muntah sebelum atau sesudah makan karenamerupakan
gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks,
gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain yang merupakan factor penyebab
diare.
7.

Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tingkatan dehidrasi ada tiga, yaitu :

A.

Dehidrasi Ringan

Muka memerah, rasa haus yang sangat, kulit hangat dan kering, tidak buang air
atau volume urine berkurang atau berwarna lebih gelap, pusing dan lemah, kram
pada otot kaki dan tangan, menangis dengan sedikit atau tidak ada air mata,
mengantuk, mulut dan lidah disertai berkurangnya air liur.
B.

Dehidrasi Sedang

Tekanan darah menurun, pingsan, kontraksi yang kuat pada otot lengan, kaki,
perut dan punggung, kejang, perut kembung, gagal jantung, dan ubun-ubun
cekung, denyut nadi cepat dan lemah.

C.

Dehidrasi Berat

Gejala-gejala dehidrasi ringan terlihat semakin jelas dan mengarah pada


keadaan yang lebih berat dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
Berkurangnya kesadaran, tidak buang air kecil, tangan teraba dingin dan
lembab, denyut nadi yang semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba,
tekanan darah yang menurun hingga tidak terukur, kebiruan pada ujung kuku,
mulut, dan lidah. Jika tidak diatasi keadaan ini dapat mengancam jiwa atau
kematian.

Akibat terparah dari Diare


Akibat dari diare yaitu tubuh kekurangan cairan dan garam-garaman yang
sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Makin lama seseorang
terkena penyakit diare makin banyak dan cepat pula tubuh kehilangan cairan.
Akibat kekurangan cairan, kemungkinan besar akan menyebabkan kematian.
Bila diare terjadi berulang kali, balita atau anak akan
kehilangan cairan atau dehidrasi yang ditandai dengan :

1) Anak menangis tanpa air mata


2) Mulut dan bibir kering
3) Selalu merasa haus
4) Air seni keluar sedikit dan berarna gelap, ada kalanya tidak keluar sama
sekali.
5) Mata cekung dan terbenam
6) bayi tanda dehidrasi bias dilihat dari ubun-ubun yang menjadi cekung
7) Anak mudah mengantuk
8) Anak pucat dan turgor tidak baik
2.4 Patofisiologi

Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap
air dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5
kemungkinan sebagai berikut:

Diare Osmotik
Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :
1.1. Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini
timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah

yang besar sekaligus.


1.2. Waktu pengosongan lambung yang cepat
Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk ke lambung selalu dalam
keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung di campur dengan cairan lambung
dan diaduk menjadi bahan isotonis atau hipotonis. Pada pasien yang sudah
mengalami gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi, makanan yang
masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air
dan elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus
bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus, yang
kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolumik intravaskuler.
Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal.
1.3. Defisiensi enzim
Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah enzim
yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi
monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel
epitel usus halus sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu
lahir sampai umur masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia.
Pada orang Eropa dan Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai
usia tua, sedang pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase
cepat menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak
tahan susu, sebaliknya orang Eropa senang minum susu.
1.4. Laksan osmotik
Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke lumen. Yang
memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris). Beberapa
karakteristik klinis diare osmotik ini adalah sebagai berikut:
- Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap
secara aktif. Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi, karena itu bila
didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus diperhatikan keadaan
hipernatremia tersebut dengan memberikan dekstrose 5 %.
- Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri.
- Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan (intoksikasi
laksan) dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberikan cairan
intravena.

Diare sekretorik
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2
kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen
usus ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti
diketahui dinding usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai
pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana
aliran absorpsi selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi.
Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena
terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada
peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus,
bahkan proses peradangan.

Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit


Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada
penyakit sprue tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena adanya
kerusakan di atas vili mukosa usus, sehingga terjadi gangguan absorpsi elektrolit
dan air.
Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)
Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang asalnya psikogen
dan hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga disebabkan oleh
hiperperistaltik.
Diare eksudatif
Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis,
kampilobacter, yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan
peradangan dan eksudasi cairan serta mukus.
2.5 Jenis Diare

A.Jenis diare berdasarkan tingkat keparahan


1. Diare akut
Diare akut merupakan penyebab awal penyakit pada anak dengan umur < 5
tahun, dehidrasi dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kefatalan kira-kira pada
400 anak tiap tahun di Amerika Serikat (Kleinman, 1992 dalam Wholey & Wong's,
1994).Diare akut adalah BAB dengan frekuensi meningkat > 3 kali /hari dengan
konsistensi tinja cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang
dari 1 minggu. Diare akut lebih banyak disebabkan oleh agent infectius yang
mencakup virus, bakteri dan patogen parasit.

Diare akut adalah diare yang kurang dari 14 hari yang sebagian besar
disebapkan oleh Infeksi.
- Biasenye diare akut disebabkan oleh infeksi/toksin bakteri
- Adanya riwayat makan makanan tertentu( terutama makan siap santap) dan
adanya keadaan yang sama dengan orang lain, sangat mungkin merupakan
keracunan makanan yang disebabkan oleh toksin bakteri.
- Adanya riwayat pemakaian antibiotika yang lama/jangka panjang.
- Diare yang terjadi tanpa kerusakan mukosa usus( non inflamotorik) dan
disebabkan oleh toksin bakteri.bilka muntah sangat mencolok biasanya
disebapkan oleh virus aureus dalam bentuk keracunan makanan.
- Bila diare dalam bentuk bvercampur darah,lendir dan disertai demam biasanya
karena kerusakan mukosa usur karena invasi shingella,salmonela atau
amdeba,daerah yang terkena adalah kolon.

- Diare akut bersifat sembuh sendiri dalam 5 hari dengan pengobatan sederhana
yang disertai dengan dehidrasi
2. Diare Kronik
Diare kronik adalah buang air besar cair lebih dari 3 kali sehari dan berlangsung
lebih dari dua minggu (15 hari).
Banyak sekali penyebab dari diare kronik ini, diantaranya adalah infeksi (amuba,
TBC, malaria), non-infeksi (IBD = inflamatory bowel disease), gangguan
penyerapan makanan, radiasi, keganasan (kanker usus besar), HIV-AIDS.
Yang menjadi bertambah sulit baik untuk mencari penyebab dan mengobatinya
karena pada kasus diare kronik sering terdiri lebih dari satu jenis penyebab.
Karena itu, banyak pemeriksaan yang harus dilakukan pada kasus diare kronik
diantaranya pemeriksaan darah rutin, analisa tinja, fungsi liver, USG abdomen,
kolonoskopi hingga biopsi.
Pengobatan pada kasus diare kronik menjadi bervariasi dan biasanya memakan
waktu yang lama (4 hingga 8 minggu), respon pengobatan pun bervariasi mulai
dari sembuh hingga tidak ada respon sama sekali.
B. Jenis Diare Berdasarkan Bakteri Penyebabnya
A.Kolera
Penyakit kolera adalah penyakit yang menginfeksi saluran usus bersifat akut
yang disebabkan oleh bakteri vibio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh
seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri
tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga
terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya
seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh
dan masuk pada kondisi dehidrasi. Karena bakteri sensitif terhadap asam
lambung, maka penderita kekurangan asam lambung cenderung menderita
penyakit ini.
Kolera adalah penyakit diare akut yang dalam bebarapa jam dapat
mengakibatkan dehidrasi progresif yang cepat dan berat serta kematian.Karena
itu, kolera gravis (bentuk kolera yang berat) merupakan bentuk penyakit yang
lebih menakutkan lagi, terutama bila menyebabkan epidemi.Untunglah
penggantian, cairan yang cepat dan tindakan yang suportif dapat menyingkirkan
tingginya angka mortalitas yang diakibatkan penyakit ini. Istilah kolera kadang
dipakai untuk segala penyakit diare sekrotik dengan dehidrasi yang berat entah
disebabkan oleh Vibrio cholerae atau bukan dan, bahkan, apakah etiologinya
infeksi atau bukan ( misalnya diare karena sindrom endokrin seperti tumor yang
mensekresi peptida usus vasoaktif.)
Penyebab :

Kolera menyebar melalui air yang diminum, makanan laut atau makanan lainnya
yang tercemar oleh kotoran orang yang terinfeksi.
Penyebab Kolera adalah bakteri yang dikenal dengan nama Vibrio cholera (atau
biasa disingkat V. cholera). Bakteri ini adalah noda Gram-negatif dan memiliki
flagel (panjang, lonjong, bagian proyeksi) untuk motilitas dan pili (struktur mirip
rambut) digunakan untuk melampirkan jaringan. Meskipun ada banyak serotipe
V. cholerae yang dapat menghasilkan gejala-gejala kolera, penyebab kolera yang
memberi gejala yang paling parah kolera adalah kelompok OO1 dan O139.
Kelompok O terdiri dari struktur lipopolysaccharides-protein yang berbeda pada
permukaan bakteri yang dibedakan dengan teknik imunologi. Toksin yang
dihasilkan oleh serotipe V. cholerae sebagai penyebab penyakit
kolera merupakan enterotoksin terdiri dari dua subunit, A dan B; informasi
genetik untuk sintesis subunit ini dikodekan pada plasmid (elemen genetik tidak
dalam kromosom bakteri). Selain itu, jenis lain encode plasmid untuk pilus
(sebuah struktur mirip rambut hampa yang dapat meningkatkan lampiran
bakteri ke sel manusia dan memfasilitasi pergerakan toksin dari V. cholerae ke
dalam sel manusia).
Penyebab Kolera yang Dapat Berakibat Fatal :
Enterotoksin menyebabkan sel manusia untuk mengambil air dan elektrolit dari
tubuh (terutama saluran pencernaan atas) dan pompa ke dalam lumen usus
dimana cairan dan elektrolit yang diekskresikan sebagai cairan diare.
Enterotoksin ini mirip dengan toksin yang dibentuk oleh bakteri yang
menyebabkan difteri di kedua jenis bakteri rahasia racun ke lingkungan
sekitarnya di mana racun kemudian masuk ke sel manusia. Bakteri penyebab
kolera biasanya ditularkan oleh orang-orang minum air yang terkontaminasi,
tetapi bakteri juga dapat diperoleh dalam makanan yang terkontaminasi,
terutama makanan laut seperti tiram mentah.
Penyakit kolera adalah penyakit infeksi akut yang menghasilkan diare tanpa rasa
sakit pada manusia. Beberapa individu memiliki jumlah berlebihan yang terkena
diare dan mengembangkan dehidrasi begitu parah dapat menyebabkan
kematian. Kebanyakan orang yang mendapatkan penyakit ini menelan
organisme melalui sumber-sumber makanan atau air yang terkontaminasi
dengan V. cholerae. Meskipun gejala mungkin ringan, sekitar 5% -10% dari
sebelumnya orang yang sehat akan mengembangkan diare berlebihan dalam
waktu sekitar satu sampai lima hari setelah menelan bakteri. Penyakit berat
membutuhkan perawatan medis yang segera.

Gejala :
Gejala dimulai dalam 1 - 3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai dari
diare ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang bisa berakibat fatal.
Beberapa orang yang terinfeksi, tidak menunjukkan gejala.

Penyakit biasanya dimulai dengan diare encer seperti air yang terjadi secara
tiba-tiba, tanpa rasa sakit dan muntah-muntah.
Pada kasus yang berat, diare menyebabkan kehilangan cairan sampai 1 liter
dalam 1 jam. Kehilangan cairan dan garam yang berlebihan menyebabkan
dehidrasi disertai rasa haus yang hebat, kram otot, lemah dan penurunan
produksi air kemih.
Banyaknya cairan yang hilang dari jaringan menyebabkan mata menjadi cekung
dan kulit jari-jari tangan menjadi keriput.
Jika tidak diobati, ketidakseimbangan volume darah dan peningkatan konsentrasi
garam bisa menyebabkan gagal ginjal, syok dan koma.
Gejala biasanya menghilang dalam 3-6 hari.
Kebanyakan penderita akan terbebas dari organisme ini dalam waktu 2 minggu,
tetapi beberapa diantara penderita menjadi pembawa dari bakteri ini.
B.Disentri
Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja. Penyebab
yang terpenting dan tersering adalahShigella, khususnya S. Flexneri dan S.
Dysenteriae tipe 1. Entamoeba histolytica menyebabkan disentri pada anak yang
lebih besar, tetapi jarang pada balita . Disentri amoeba adalah penyakit infeksi
usus besar yang disebabkan oleh parasit ususEntamoeba histolytica .
Etiologi
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai komensal
(apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah
menjadi patogen (membentuk koloni di dinding usus, menembus dinding usus
menimbulkan ulserasi) dan menyebabkan disentri amoeba.
Gejala yang timbul :

Rentan waktu gejala disentri dapat bertahan antara 5-7 hari atau bahkan
lebih lama

Penderita mengalami kram pada perut

Penderita mengalami kram perut ketika BAB/BAK

BAB yang disertai dengan lendir

BAB yang dengan tinja yang berdarah

Panas tinggi (39,5 0 c - 400 c)

Muntah-muntah

Anoreksia


Terkadang disertai dengan gejala menyerupai ensipagitis dan sepsis
( kejang, sakit kepala, letargi, kuku kuduk, halusinasi)
2.6 Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2.

Renjatan hipovolemik.

3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,


perubahan pada elektro kardiagram)
4. Hipoglikemia.
5.Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
Pencegahan Diare
Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang.
Menjaga kebersihan dengan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan dan kebersihan dari makanan yang kita makan.
Penggunan jamban yang benar.
Imunisasi campak
2.7 Penatalaksanaan Diare
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih
atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan.
Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat
melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian
ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit
secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau
dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian
masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai
alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah
setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini
menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan
semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS.
Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab
diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya
antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan
untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah,
pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Prinsip menangani diare adalah:
Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun
melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, teruskan
memberi ASI dan lanjutkan makanan seperti yang diberikan sebelum sakit.
Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan
sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotik
dapat menyebabkan diare kronik.

B.OBSTIPASI
3.1 Pengertian
Konstipasi merupakan keluhan paling sering dalam praktik klinis. Karena rentang
sifat usus normal lebar, konstipasi selit didefinisikan dengan tepat. Kebanyakan
orang mempunyai sedikitnya tiga gerakan usus per minggu,
dan konstipasi didefinisikan sebagai frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per
minggu. Namun, frekuensi feses sendiri bukan merupakan kriteria yang cukup
digunakan, karena banyak pasien konstipasi menunjukkan frekuensi defekasi
normal, tetapi keluhan subjektif mengenai feses keras, rasa penuh bagian
abdomen bawah dan rasa evakuasi tak lengkap. Sehingga, kombinasi kriteria
objektif dan subjektif harus digunakan untuk menerangkan konstipasi. Konstipasi
yang tidak ditangani dengan tepat dan berkelanjutan dapat menyebabkan
Obstipasi
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit
atau adanya obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak
adanya pengeluaran tinja selama 3 hari atau lebih.
Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama,
sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama
kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Tetapi
harus diingat ketidak teraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi ada bayi yang
menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan

tidak menunjukkan ketidak adanya gangguan. Yang kemudian akan


mengeluarkan tinja yang banyak sewaktu defeksasi hal ini masih dikatakan
normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan
menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih keras.
3.2 Etiologi
Pada pasien yang ditemukan dengan gejala konstipasi yang terjadi baru-baru
saja, kemungkinan adanya lesi obstruktif kolon harus dicari. Selain
kemungkinan neoplasma kolon, penyebab obstruksi kolon lainnya
adalah striktur akibat iskemia kolon, penyakit divertikulum penyakit usus
inflamatorik; benda asing atau striktur ani. Spasme sfingter ani
akibat hemorhoid atau fisura yang nyeri juga dapat menghambat keinginan
untuk defekasi.
Pada keadaan tanpa adanya lesi obstruktif kolon, gangguan motilitas
kolon dapat menyerupai obstruksi kolon. Gangguan inervasi parasimpatik pada
kolon sebaagai akibat dari lesi atau cidera pada vertebra lumbosakral atau
nervus sarkalis dapat menimbulkan konstipasi dengan hipomotilitas, dilatasi
kolon, berkurangnya tonus rektum serta sensibilitasnya, dan gangguan defekasi.
Pada pasien multipel sklerosis, konstipasi dapat berkaitan dengan disfungsi
neurogenik pada orang lain. Demikian pula, konstipasi dapat berkaitan
dengan lesi pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh parkinsonisme atau
penyakit serebrovaskuler. Di Amerika Selatan, infeksi parasit yang
berupa penyakit Chagas dapat mengakibatkan konstipasi akibat kerusakan pada
sel-sel ganglion pleksus mienterikus. Penyakit hirschsprung atau aganglionosis
ditandai dengan tidak terdapatnya neuron mienterikus dalam segmen kolon
distal tepat di sebelah proksimal sfingter ani. Keadaan ini mengakibatkan sebuah
segmen usus berkontraksi yang menimbulkan obstruksi pada segmen tersebut
dan dilatasi di bagian proksimalnya. Di samping itu, tidak adanya refleks inhibisi
rektosfingter mengakibatkan ketidakmampuan sfingter ani interna untuk
berelaksasi setelah terjadinya distensi rektum. Sebagian besar pasien penyakit
Hirschsprung didiagnosis setelah usia 6 bulan, tetapi gejala penyakit ini kadangkadang cukup ringan sehingga diagnosisnya baru diketahui setelah pasien
mencapai usia dewasa.
Obat-obat yang dapat menimbulkan konstipasi mencakupp obat-obat
dengan kerja antikilonergik, seperti preparat antidepresan serta antipsikotik,
kodein dan analgesik narkotik lainnya, antasida yang mengandung aluminium
atau kalsium, sukralfat, suplemen zat besi dan antagonis kalsium. Pada pasien
endokrinopati tertentu, seperti hipotiroidisme dan diabetes melitus, konstipasi
umumnya ringan dan responsif terhadap terapi. Kadang-kadang kelainan
megakolon yang dapat membawa kematian terjadi pada pasien miksedema.
Konstipasi sering ditemukan selama kehamilan, dan keadaan ini mungkin terjadi
akibat perubahan kadar progest`eron serta estrogen yang menurunkan transit
intestinal. Penyakit vaskuler kolagen dapat disertai dengan konstipasi yang
mungkin terjadi gambaran yang menonjol pada penyakit sklerosis sistemik

progresif dimana keterlambatan transit intestinal terjadi akibat atrofi dan fibrosis
otot polos kolon.
Sebagian besar pasien dengan konstipasi berat, tidak ada gejala yang
jelas yang dapat diidentifikasi. Pada konstipasi masa kanak-kanak yang
idiopatik, faktor fisiologik dan psikologik dianggap mempunyai peran penting.
Anak-anak yang terserang sering mempunyai transit kolon lambat yang
dilokalisasi ke rektum dan kolon distal, dan kebiasaan menahan volunter atau
fungsi anorektal abnormal telah dianggap mempunyai peranan dalam gangguan
ini. Perempuan usia muda sampai menengah dapat menderita konstipasi berat
yang ditandai khas oleh defekasi yang tidak sering, mengejan bila defekasi, dan
tidak memberikan respon terhadap tambahan serat atau laksatif ringan. Pada 70
persen kasus ini, transit kolonik lambat (inersia kolon) dapat ditunjukkan oleh
pasase lambat penanda radiopak melalui kolon proksimal. Pada 30 persen kasus
transit kolonik adalah normal, dan gangguan fungsi motorik dan sensorik
anorektal dapat ditunjukkan. Istilah obstruksi jalan keluar dan anismus telah
digunakan utnuk menerangkan bentuk konstipasi ini, yang tampak diakibatkan
oleh kegagalan relaksasi atau kontraksi yang tidak sesuai dari otot sfingter
eksterna dan puborektalis. Karena relaksasi otot ini mengenai inhibisi korteks
refleks spinal selama defekasi dan dapat dimodifikasi oleh boifeedback, perlu
dipertimbangkan bahwa gangguan fungsi rektosfingterik seperti ini didapat atau
dipelajari lebih baik dibandingkan penyakit neurogenik atau organik. Meregang
kronik pada waktu defekasi dapat menyebabkan turunnya dasar parineal dan
meregangnya saraf pudendus, sehingga menyebabkan sfingter ani inkompeten
dan inkontinensia fekal. Demikian pula, prolaps rektum dapat mengganggu
defekasi sebagai hasil intususepsi rektal dan trauma saraf
pudendus. Rektokel merupakan herniasi rektal anterior yang dapat bercampur
dengan defekasi melalui pengisian dengan feses teristimewa selama usaha
defekasi.
Pseudo-obstruksi intestinal idiopatik kronik merupakan kelainan yang
langka dimana serangan obstruksi intestinal tidak disertai dengan gejala adanya
sumbatan mekanis. Kelainan ini dapat bersifat familial sebagai akibat dari
neuropati atau miopati yang mengenai usus dan pada sebagian kasus, kandung
kemih. Penyakit megarektum atau megakolon idiopatik masing-masing ditandai
oleh rektum atau kolon yang berdilatasi, dengan disertai gejala konstipasi dan
kesulitan defekasi yang timbul karena disfungsi neurogenik.
Pada orang dewasa yang berusia muda hingga pertengahan, konstipasi
paling sering disebabkan oleh sindroma usus iriatif (irritable bowel syndrome).
Berbeda dengan sebagian dari sindroma konstpasi idiopatik yang disebutkan di
atas, sindroma usus iriatif secara khas disertai dengan nyeri abdomen, kususnya
abdomen bagian bawah, di samping defekasi dengan kotoran yang keras dan
kecil-kecil yang disertai perasaan pengeluaran kotoran yang tidak tuntas serta
keluhan mengejan yang berlebihan saat defekasi. Pasien juga dapat
mengeluhkan flatulensi, meteorismus, heartburn, nausea, disfagia, nyeri
punggung dan gejala urogenital. Transit kolonik biasanya normal pada pasien

semacam ini, dan dasar patofisiologi yang tepat untuk gejala tersebut tidak
pasti.
Penyebab lainnya :
1.Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang air
besar.Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, makana kurang
mengandung selulosa.
2. Hypothyroidisme
Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu kretinisme dan
myodem.Dimana tidak terdapat cukup ekskresi hormon tiroid semua proses
metabolisme berkurang.
3. Keadaan mental
Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi
terutama depresi berat sehingga tidak mempedulikan keinginannya untuk buang
air besar. Biasanya terjadi pada anak 1-2 tahun. Jika pada usia 1-2 tahun pernah
buang air besar keras dan terasa nyeri, mereka cenderung tidak mau buang air
besar selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu ssampai beberapa bulan
karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam
beberapa hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan
lebih terasa nyeri lagi, sehingga anak menjadi semakin malas buang aiar besar.
Anak dengan keterbelakangan mental sulit dilatih untuk buang air besar.
4. Penyakit organis
Obstipasi bisa terjadi berganti ganti dengan diare pada kasus carcinoma colon
dan divericulitis. Obstipasi ini terjadi bila buang air besar sakit dan sengaja
dihindari seperti pada fistula ani dan wasir yang mengalami trombosis.
5. Kelainan konjenital
Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon aganglionik congenital
(penyakit hirscprung). Obstruksi bolos usus illeus mekonium atau sumbatan
mekonium.Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan
mekonium dalam 36 jam pertama.
6. Penyebab lain
Misalnya, karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa untuk mendorong
terjadinya peristaltik. Atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana
anak masih kekurangan cairan.
3.3 Tanda dan Gejala
1. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama,

2. Sakit dan kejang pada perut.


3. pada pemeriklsaan rectal, jika akan merasa jepitan udara dan mekonium
yang
menyemprot
4. Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum.
5. Bising usus yang janggal.
6. Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala.
7.Terdapat luka pada anus. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium
dalam 36
jam pertama

3.4 Patofisiologi

Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kecuali bila
adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum yang
terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus
aferen dari refleks defekasi. Dengan dirasakan arkus aferen menyebabkan
kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus
yang norrmal terdiri dari 3 faktor :
1.

Asupan cairan yang adekuat.

2.

Kegiatan fisik dan mental.

3.

Jumlah asupan makanan berserat.

Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang kan dicerna memasuki
kolon, air dan elektrolit di absorbsi melewati membrane penyerapan. Penyerapan
tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses dari bentuk cair menjadi bentuk
yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding
rectum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi
cairan secara adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta
tidak dapat dengan segera digerrakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum,
sehingga penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering,
padat dan sudah dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini
menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat
menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak
kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik usus dan lain-lain. Hal tersebut
menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan. Penyerapan
air yang berlebihan.
Bahan makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan
pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke

saluran yang lebih besar. Sumbatan dan usus dapat juga menyebabkan
obstipasi.

3.5 Jenis Obstipasi

1.Obstipasi akut, yaitu rectum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi


timbul secara mudah dengan stimulasi eksativa, supositoria atau enema.
2.Obstipasi kronik, yaitu rectum tidak kosong dan dindingnya memulai
peregangan berlebihan secar kronik, sehingga tambahan feses yang datang
mencapai tempat ini tanpa meregang rectum lebih lanjut. Reseptor sensorik
tidak memberika respon, dinding rectum faksid dan tidak mampu untuk
berkontraksi secara efektif.
3.6 Komplikasi
Komplikasi konstipasi mencakup hipertensi arterial, imfaksi fekal, hemoroid dan
fisura, serta megakolon.
1.
Peningkatan tekanan arteri dapat terjadi pada defekasi. Mengejan
saat defekasi, yang mengakibatkan manuver valsava (mengeluarkan nafas
dengan kuat sambil glotis tertutup), mempunyai efek pengerutan pada tekanan
darah arteri. Selama mengejan aktif, aliran darah vena di dada untuk sementara
dihambat akibat peningkatan tekanan intratorakal
2.
Imfaksi fekal terjadi apabila suatu akumulasi massa feses kering
tidak dapat dikeluarkan. Massa ini dapat diraba pada pemeriksaan manual,
dapat menimbulkan tekanan pada mukosa kolon yang mengakibatkan
pembentukan ulkus, dan dapat menimbulkan rembesan feses cair yang sering.
3.
Hemoroid dan fisura anal dapat terjadi sebagai akibat konstipasi.
Fisura anal dapat diakibatkan oleh pasase feses yang keras malalui anus,
merobek lapisan kanal anal. Hemoroid terjadi sebagai akibat kongesti vaskuler
perianal yang disebabkan oleh peregangan.
4.
Megakolon adalah dilatasi dan atoni kolon yang disebkan oleh
massa fekal yang menyumbat pasase isi kolon. Gejala meliputi konstipasi,
inkontenensia fekal cair, dan distensi abdomen. Megakolon dapat menimbulkan
perforasi usus.
3.8 Penatalaksanaan
1. Mencari penyebab
2. Menegakan kembali kebisaan defekasi yang normal dengan memperhatikan
gizi, penmabhan cairn dan kondisi fisikis

3. Pengosongan rectum dilakukan jika ada kemajuan setelah dianjurkan untuk


menegakan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum bisa
dengan disinfaksi digital, enema minyak zaitum, laksatifa.
Penatlaksanaan bias dilakukan dengan cara:
1.

Perawatan medis

Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis


decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan
pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit
2.

Operasi

Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk


mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat
sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan
dapat mengakiabtkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang
besar.
3.

Diet

Pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat
diberikan makanan cair dan obat-obatan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan :

Diare adalah perubahan pola defekasi (buang air besar) yakni pada bentuk atau
frekuensinya dimana bentuk feses (tinja) berubah menjadi lunak atau cair, atau
frekuensinya yang bertambah menjadi lebih dari tiga kali dalam sehari.Bila hal
ini terjadi maka tubuh akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan
dehidrasi.Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. Diare ini bisa

menyebapkan beberapa komplikasi,yaitu dehidrasi,renjatan


hivopolemik,kejang,bakterimia,malnutrisi,hipoglikemia,intoleransi skunder akibat
kerusakan mukosa usus.
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atas
adanya obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak
adanya pengeluaran fases selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90 % BBL akan
mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan
mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran.
Adapun penyebab dari obstipasi seperti kebiasaan makan, hypothyroidisme,
keadaan mental, penyakit organis, kelainan congenital, dan sebagainya. Tanda
dan gejala dari obstipasi yaitu Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium
dalam 36 jam pertama, pada bayi tidak mengeluarkan 3 hari atau lebih sakit dan
kejang pada perut, pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan
mekonium yang menyemprot, Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam
rectum, bising usus yang janggal, merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit
kepala, terdapat luka pada anus.

4.1 Saran :

Dalam upaya meningkatkan kualitas perawatan pada klien gastroenteritis perlu


ditingkatkan tentang keperawatan pada klien tersebut sehingga asuhan
keperawatan dapat lebih efektif secara komprehensip meliputi Bio-Psiko-SosialSpiritual pada klien melalui pendekatan proses keperawatan mencakup
didalamnya pelayanan promotif,preventif,kuratif,rehabilitative yang dilandasi
oleh ilmu dan kiat keperawatan profeisonal yang sesuai nilai mopral etika profesi
keperawatan sehingga dimasa yang akan datang dapat mengantisipasi dan
menjawab tantangan-tangan dan perubahan sosial yang menitik beratkan pada
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu,keluarga,masyarakat,serta
lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Raimah,safitri ,2007.All You Wanted To Know About Diare.Jakarta : Bhuana Ilmu


Popular.
Suriadi,dkk.2006.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta : Percetakan penebar
swadaya.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku


1, Ed.4, EGC, Jakarta
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
H.Asdie,Sp.PD-KE,Prof.Dr.Ahmad,1999.Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
Dalam.Yogyakarta :EGC
Daldiyono. Diare. Dalam : Sulaiman A, Daldyono. Akbar N (ed). Gastroenterologi
Hepatologi. Infomedika Jakarta. 1990: 21-33.

Anda mungkin juga menyukai