Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

OLEH :

Ni Ketut Restu Aditya Putri


Ners B / 2

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2024
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air
besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare
merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Riskesdas,
2013).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi fese.
Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari biasanya, dan bila buang air besar
lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24
jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB)
dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare
akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama kuran lebih 14
hari

2. Penyebab
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi,
selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala
dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan.
Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena denga sebutan penyakit
diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi
perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
a. Factor Infeksi
1. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Polomyelitis)
Adeno-virus, Rotavirus, Astovirus, dan lain-lain.
2. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis
media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
b. Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan sukrosa);
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa), Lemak dan Protein
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar). Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya diare, yaitu :
1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan
2. Menggunakan botol susu
3. Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar
4. Air minum tercemar dengan bakteri tinja
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau
sebelum menjamaah makanan.

Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :

1. Agens virus
a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (38 0C atau
lebih tinggi), nausea atau Vomitus, nteri abdomen, disertai infeksi saluran
pernafasan atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi
pada bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun.
b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan
terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air ditempat
rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usian dan
dapat sembuh sendiri dalam wakru 2-3 hari.
2. Agens bacteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi tergantung pada strainnya. Biasanya
anak akan mengalami distensi abdomen, demam, vomitus, BAB berupa cairan
berwarna hijau dengan darah atau mucus bersifat menyembur. Dapat ditularkan
antar individu, disebabkan karena daging yang kurang matang, pemberian ASI
tidak ekslusif.
b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk gastroenteritis.
Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea atau vomitus, nyeri abdomen,
demam, BAB kadang berdarah dan ada lendir, peristaltic hiperaktif, nyeri tekan
ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat disebabkan oleh makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung dan
lainnya.
3. Keracunan Makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat
pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau
makanan yang disimpan dilemari es seperti pudding, mayones, makanan yang
berlapis krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan mengalami
nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang dan berat.
Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang paling sering adalah daging
dan unggas.
c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami nausea,
vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang
terkontaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang
dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam.
3. Pohon masalah

Infeksi Makanan

Berkembang di usus Toksistas Tidak Dapat Di Serap

Hipersekresi Air dan Elektrolit Lemak Hiperperistatik

Isi Usus Penyerapan Makanan

Diare

Frekuesi BAB Meningkat Distensi Abdomen

Hilang Cairan dan Elektrolit Berlebih Mual , Muntah

Gangguan Keseimbangan Nafsu Makan Menurun

Cairan dan Elektrolit Defisit Nutrisi

Dehidrasi

Kekurangan Resiko Hipovolemik

Volume Cairan

4. Klasifikasi

Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Airlangga dalam
Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5
hari.
b. Diare yang berkepanjangan bial diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu
kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenisisnya
multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat
mengakibatkan diare kronik dan banyak pemeriksaan yang harus dikerjakan maka
dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.

Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:

a. Diare akut Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefinisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang sering
disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI).
Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau infeksi
saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang
dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak
terjadi.
b. Diare kronis Didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi atau
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap
kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi,
penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa
atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare
akut yang tidak memadai.
c. Diare intraktabel Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrompada
bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya dari mikroorganisme pathogen sebagai penyebabnya dan bersifat
resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering adalah
diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
d. Diare kronis nonspesifik Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada
anak atau diare toddler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai
pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan
sering disertai dengan partikel makanan yang tidak dicerna, dan lamanya diare
lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang menderita diare kronis nonspesifikini akan
tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada daearh dalam
fesesnya serta tidak tampak infeksi enteric
5. Gejala klinis
Gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang
terkadang disertai beberapa hal berikut :
a. Muntah
b. Badan lesu atau lemah
c. Tidak nafsu makan
d. Darah dan lendir dalam kotoran
e. Cengeng
f. Gelisah
g. Suhu meningkat
h. Tinja cair, dan lendir terkadang bercampur darah. Lama kelamaan, tinja berwarna
hijau dan asam.
i. Anus lecet
j. Dehidrasi. Jika menjadi dehidrasi berat, akan menjadi volume darah berkurang, nadi
cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun, dan
diakhiri dengan syok.
k. Berat badan turun
l. Turgor kulit menurun
m. Mata dan ubun-ubun cekung
n. Selaput lendir, serta mulut dan kulit menjadi kering (Putra, 2012)

6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos medis diare
adalah :
a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph dan
kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam
basa.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. D
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.
7. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan Medis
1) Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan.
a. Jenis cairan
(1) Oral : Pedialyte atau oralit, Ricelyte
(2) Parenteral : NaCl, Isotonic, infuse
b. Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
c. Jalan masuk atau cairan pemeberian
(1) Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan
per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL, dan
glukosa.
(2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu
tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai beberapa banyak
cairan yang diberikan tergantung dari berat ringan dehidrasi, yang
diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
d. Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama,selajutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi
untuk menghitung keburtuhan cairan.
(1) Identifikasi penyebab diare
(2) Terapi sistemik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas
dan sekresi usus, antimetik.
2. Pengobatan dietetic.
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg jenis makanan :
a. Susus (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah adan
asam lemak tidak jenuh, misalnyta LLM. Almiron atau sejenis lainnya).
b. Makan setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditermukan
misalnya susus yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang
berantai sedang atau tidak jenuh (Ngastiyah, 2014).
a. Penatalaksanaan keperawatan
1. Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah pasien defekasi.
Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan
larutan garam dan 1 gelas air matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu
sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah tidak
mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan per oral tidak
dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan
lain (atas persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan
berjalan lancar terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk
mengatasi dehidrasi.
2. Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui kebutuhan sesuai
dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung
dengan cara:
a) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set infuse yang
dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infuse waktu
memantaunya.
b) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau
sudah berubah konsistensinya.
d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir dan
selaput lendir mulut kering.
e) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan makan lunak
atau secara realimentasi.

b. Komplikasi
Akibat diare yang utama adalah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit mendadak
sehingga dapat terjadi komplikasi sebagai berikut :
a. Dehidrasi.
b. Renjatan hipovolemik (bila terjadi maka denyut cepat lebih dari 120 kali/menit).
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogam).
d. Hipoglikemia.
e. Intolerasi sekunder. Akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktose. F
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Nafas cepat (pernafasan kusmaul).
h. Gagal ginjal akut.
i. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik). Diare
yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat
dapat mengakibatkan kematian (Ngastiyah, 2007).

Sedangkan menurut menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2011) komplikasi diare


diantaranya :

a. Dehidrasi 1) Ringan (≤5% BB) 2) Sedang (≤5%-10% BB) 3) Berat (≤10%-15%


BB)
b. Renjetan hipovolemik (volume darah menurun, bila 15-20% BB akan
menyebabkan TD menurun)
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Kejang
f. Malnutrisi
Menurut Suharyono dalam Nursalam (2008), komplikasi yang dapat terjadi dari diare
akut maupun kronis, yaitu:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) Kondisi ini dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), karena:
a. Kehilangan narium bicarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak sempurna,
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).
e. Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi beberapa asam nonvolatil,
maka akan terjadi hiperventilasi yang akan menurunkan pCO2 menyebabkan pernafasan
bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasan kusmaul) (Suharyono, 2008).

2. Hipoglikemia

Hypoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare dan lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita kekurangan kalori protein
(KKP), karena :

a. Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.


b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi.

Gejala hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40%
pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut dapat berupa lemas, apatis, peka
rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.

3. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga terjadi
penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya
akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering memberikan air teh
saja.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dalam waktu
yang terlalu lama.
c. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga
dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila
tidak segera ditolong maka penderita dapat meninggal.
5. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir
semua anaka dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan
bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau
Normal Saline (Juffrie, 2010)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data subyektif yang ditanyakan, meliputi:
1) Identitas pasien Identitas pasien meliputi : nama, usia, pendidikan, pekerjaan,
agama dan alamat. Anda bisa bertanya langsung pada pasien apabila pasien
sadar atau pada keluarga apabila pasien bayi atau tidak sadar.
2) Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien saat ini.
3) Riwayat penyakit/keluhan yang sekarang dirasakan atau yang berhubungan
dengan sakit yang diderita sekarang.
4) Usaha pengobatan yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan.
b. Data obyektif :
Lakukan pemeriksaan fisik maupun diagnostik untuk mengumpulkan data
Obyektif, meliputi:
-Pengkajian Primer :
1) Perhatikan/amati keadaan umum pasien : Kaji kesadaran pasien, apakah
pasien dalam kondisi sadar penuh (composmentis), apatus, delirium,
somnolen, stupor, koma.
2) Kaji jalan nafas (Airway) : Anda lakukan observasi pada gerakan dada,,
apakah ada gerakan dada atau tidak. Apabila ada gerakan dada spontan
berarti jalan nafas lancar atau paten, sedang apabila tidak ada gerakan dada
walaupun diberikan bantuan nafas artinya terjadi sumbatan jalan nafas.
3) Kaji fungsi paru (Breathing): Anda kaji/observasi kemapuan mengembang
paru, adakah pengembangan paru spontan atau tidak. Apabila tidak bisa
mengembang spontan maka dimungkinkan terjadi gangguan fungsi paru
sehingga akan dilakukan tindakan untuk bantuan nafas.
4) Kaji sirkulasi (Circulation): Anda lakukan pengkajian denyut nadi dengan
melakukan palpasi pada nadi radialis, apabila tidak teraba gunakan nadi
brachialis, apabila tidak teraba gunakan nadi carotis. Apabila tidak teraba
adanya denyutan menunjukkan gangguan fungsi jantung.
5) Kaji Disability yaitu tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan GCS.
6) Eksposure
7) Lakukan pengukuran tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, jumlah
pernafasan.
-Pengkajian Sekunder:
1) Riwayat kesehatan sekarang
2) Riwayat kesehatan lalu
3) Riwayat kesehatan keluarga
4) Pengkajian head to toe, meliputi : kepala, leher, thoraks, abdomen,
ekstremitas.
-Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan laboratrium
(a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum Biasanya
penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5 mEq/L
(b) Pemeriksaan urin Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin
yang diperiksa adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya
ketosis (Suharyono, 2008).
(c) Pemeriksaan tinja Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah
ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
(d) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa Biasanya pada pemeriksaan ini
terjadi peningkatan kadar protein leukosit dalam feses atau darah
makroskopik (Longo, 2013). pH menurun disebabkan akumulasi asama
atau kehilangan basa (Suharyono, 2008).
(e) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik ( Betz, 2009).
2. Pemeriksaan Penunjang
(a) Endoskopi
1. Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika
dicurigai mengalami penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika
pasien mengalami mual dan muntah.
2. Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan
segar melalui rektum.
3. Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika
pada pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan
untuk menyingkirkan kanker.
(b) Radiologi
1. CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani
kolonoskopi
2. Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami
penyakit bilier atau prankeas
(c) Pemeriksaan lanjutan
1. Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan
mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotik dari diare.
2. Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai
membutuhkan sampel feses dan serologi (Emmanuel, 2014).
2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Diare berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan defekasi lebih
dari tiga kali dalam 24 jam, feses lembek atau cair, urgency, nyeri/ kram
abdomen, frekuensi peristaltic meningkat, bising usus hiperaktif.
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
dibuktikan dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang
ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan
menurun, bising usung hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut
rontok berlebihan, diare.
3) Risiko hipovolemia dibuktikan dengan kehilangan cairan secara aktif

3. Rencana Keperawatan
No Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan hasil

1 Diare Setelah dilakukan Manajemen Diare Manajemen Diare


berhubungan tindakan (I.03101) (I.03101)
dengan proses keperawatan ..x.. jam Tindakan Tindakan
infeksi diharapkan eliminasi Observasi Observasi
dibuktikan Fektal (L.04033) 1. Identifikasi 1. Memantau
dengan membaik dengan peryebab diare peryebab diare
defekasi lebih kriteria hasil: (mis inflamasi (mis inflamasi
dari tiga kali 1. Kontrol gastraintestnal, gastraintestnal,
dalam 24 jam, pengeluaran Iritasi Iritasi
feses lembek feses gastronintestinal, gastronintestinal,
atau cair, meningkat proses infeksi, proses infeksi,
urgency, 2. Keluhan melabsorbsi, melabsorbsi,
nyeri/ kram defekasi lama ansietas,stress efek ansietas,stress efek
abdomen, dan sulit obat-obatan, obat-obatan,
frekuensi menurun pemberian botol pemberian botol
peristaltic 3. Mengejan susu) susu)
meningkat, saat defekasi 2. Identifikasi riwayat 2. Memantau riwayat
bising usus menurun pemberian pemberian
hiperaktif 4. Distensi makanan makanan
abdomen 3. Identifikasi gejala 3. Memantau gejala
menurun invaginasi (mis invaginasi (mis
5. Teraba massa tangisan keras, tangisan keras,
pada rectal kepucatan pada kepucatan pada
menurun bayi) bayi)
6. Urgency 4. Monitor warna. 4. Memantau warna.
menurun volume, frekuensi, volume, frekuensi,
7. Nyeri dan konsistensi dan konsistensi
abdornen tinja tinja
menurun 5. Mcnitor tanda dan 5. Memantau tanda
8. Kram gejala hypovolemia dan gejala
abdomen (mis takikardia, hypovolemia (mis
menurun nadi teraba lemah, takikardia, nadi
9. Konsistensi tekanan darah teraba lemah,
feses turun, turgor kulitl tekanan darah
membaik turun, mukosa turun, turgor kulitl
10. Frekuensi mulut kering. CRT turun, mukosa
defekasi melambat, BB mulut kering. CRT
membaik menurun) melambat, BB
11. Peristaltik 6. Monitor irtasi dan menurun)
usus ulserasi kulit di 6. Memantau irtasi
membaik daerah perianal dan ulserasi kulit di
7. Manitor jumblah daerah perianal
pengeluaran diare 7. Memantau jumblah
8. Menitor keamanan pengeluaran diare
penyiapan 8. Memantau
makanan keamanan
Terapeutik penyiapan
9. Berikan asupan makanan
cairan oral (mis , Terapeutik
larutan garam gula,
oralit, pedialyte, 9. Agar nutrisi
renalyte) tercukupi
10. Pasang jalur 10. Memasang jalur
intervena intra vena
11. Berikan cairan 11. Memberikan cairan
intravena (mis intravena
ringer asetat, riger 12. Mengambil
laktat), jika perlu sempel darah untuk
12. Ambil sempel perneriksaan darah
darah untuk lengkap dan
perneriksaan darah elektrolit
lengkap dan 13. mengambil sampel
elektrolit feses untuk kultur,
13. Ambil sampel jika perlu
feses untuk kultur, Edukasi
jika perlu 14. menganjurkan
Edukasi makanan porsi
14. Anjurkan makanan kecil dan sering
porsi kecil dan secara bertahap
sering secara 15. menghindari
bertahap makan berbentuk
15. Anjurkan gas
menghindari 16. Anjurkan
malanan melanjutkan
pembentuk gas, pemberian ASI
pedas dan Koleborasi
mengandung 17. Kolaborasi

lakitosa pemnberian obal


16. Anjurkan antimilitis (mis,
loperamide,
melanjutkan
difenoksilat)
pemberian ASi
18. Kolaborasi
Koleborasi
pernberian
17. Kolaborasi
napas 1. Memantau
3. Monitor takanan frekuensi dan
darah kekuatan nadi
4. Monitor berat 2. Memantau
badan frekuensi napas
5. Monitor waktu 3. Memantau takanan
pengisian kapiler darah
6. Monitor elastisitas 4. Memantau berat
atau turgor kulit badan
7. Montor jumblah, 5. Memantau waktu
warna dan berat pengisian kapiler
jenis urine 6. Memantau
8. Monitor kadar elastisitas atau
albumin dan turgor kulit
protein total 7. Memantau
9. Monitor hasil jumblah, warna
pemeriksaan serum dan berat jenis
(mis hematokrit urine
serum. Hematokit, 8. Memantau kadar
natrium, kolium albumin dan
BUN) protein total
10. Monitor intake dan 9. Memantau hasil
output cairan pemeriksaan serum
11. Identifkasi tanda- (mis hematokrit
tanda hipovolermia serum. Hematokit,
(mis frekuensi nadi natrium, kolium
meningkat, nadi BUN)
teraba lemah, 10. Memantau intake
tekanan darah dan output cairan
menurun, tekanan 11. Memantau tanda-
nadi menyenpit, tanda hipovolermia

turgor kulit (mis frekuensi nadi


menurun, membran meningkat, nadi
mukosa kering, teraba lemah,
volume urin tekanan darah
menurun,
trauma/pendarahan menurun, tekanan
ketidakseimbangan
,luka bakar, cairan( mis
afreksia obstruksi, prosedur
peradangan pembedahan
pankreas, penyakit mayor,
gagal/ginjal, trauma/pendarahan
disfungsi, ,luka bakar,
infestinal) afreksia obstruksi,
Terapiutik peradangan
14. Atur interval 14. Mengatur interval
pemantauan sesuai pemantauan sesuai
dengan kondisi dengan kondisi
pasien pasien
15. Dokumentasi hasil 15. Dokumentasi hasil
pemantauan pemantauan
Edukasi : 16. Agar pasien
16. Jelasakan tujuan mengetahui tujuan
dan prosedur dan prosedur
pemantauan 17. Informasikan hasil
17. Informasikan hasil pemantaun jika
pemantaun jika perlu
perlu

2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi


berhubungan tindakan (I.03119) (I.03119)
dengan keperawatan ..x.. jam Observasi : Observasi :
ketidakmamp diharapkan Status 1. Identifikasi status 1. memantau status
uan Nutrisi (L.03030) nutrisi nutrisi
mengabsorbsi membaik dengan 2. .Identifikasi alergi 2. memantau alergi
nutrient kriteria hasil: dan intoleransi dan intoleransi
dibuktikan 1. Porsi makanan makanan
dengan berat makanan 3. Identifikasi 3. memantau
badan yang makanan yang makanan yang
menurun dihabiskan disukai disukai
minimal 10% meningkat 4. Identifikasi 4. memantau
dibawah 2. Kekuatan kebutuhan kalori kebutuhan kalori
rentang ideal, otot dan jenis nutrient dan jenis nutrient
cepat kenyang pengunyah 5. Identifikasi 5. memantau
setelah meningkat perlunya perlunya
makan, 3. Kekuatan penggunaan selang penggunaan selang
kram/nyeri otot menelan nasogastric nasogastric
abdomen, meningkat 6. Monitor asupan 6. memantau asupan
nafsu makan 4. Serum makanan makanan
menurun, albumin 7. Monitor berat 7. memantau berat
bising usung meningkat badan badan
hiperaktif, 5. Verbalisasi 8. Monitor hasil 8. memantau hasil
otot keinginan pemeriksaan pemeriksaan
pengunyah untuk laboratorium laboratorium
lemah, otot meningkatka Terapeutik 9. melakukan oral
menelan n nutrisi 9. Lakukan oral hygiene sebelum
lemah, meningkat hygiene sebelum makan, jika
membrane 6. Pengetahuan makan, jika perlu 10. menfasilitasi
mukosa pucat, tentang 10. Fasilitasi menentukan
sariawan, pilihan menentukan pedoman diet (mis.
serum makanan pedoman diet (mis. piramida makanan)
albumin turun, yang sehat piramida makanan) 11. Sajikan makanan
rambut rontok meningkat 11. Sajikan makanan secara menarik dan
berlebihan, 7. Pengetahuan secara menarik dan suhu yang sesuai
diare. tentang suhu yang sesuai 12. memberikan
pilihan 12. Berikan makanan makanan tinggi
minuman tinggi serat untuk serat untuk
yang sehat mencegah mencegah
meningkat konstipasi konstipasi
8. Pengetahuan 13. Berikan makanan 13. memberikan
tentang tinggi kalori dan makanan tinggi
standar tinggi protein kalori dan tinggi
asupan nutrisi 14. Berikan suplemen protein
yang tepat makanan, jika 14. agar menmbah
meningkat perlu nafsu makan
9. Penyiapan 15. .Hentikan 15. Hentikan
dan pemberian pemberian
Penyimpanan makanan melalui makanan melalui
makanan selang nasogatrik selang nasogatrik
yang aman jika asupan oral jika asupan oral
10. Penyiapan dapat ditoleransi dapat ditoleransi
dan Edukasi
penyimpanan Edukasi 16. agar pasien merasa
minuman 16. 16.Anjurkan posisi nyaman
yang aman duduk, jika mampu 17. agar dapat
11. 11.Sikap 17. 17.Ajarkan diet mengatur pola
terhadap yang diprogramkan makan
makanan/min Kolaborasi :
uman sesuai Kolaborasi : 18. Kolaborasi
dengan 18. Kolaborasi pemberian
tujuan pemberian medikasi sebelum
kesehatan medikasi sebelum makan (mis.pereda
meningkat makan (mis.pereda nyeri, antlemetik),
12. Perasaan nyeri, antlemetik), jika perlu
cepat jika perlu 19. Kolaborasi dengan
kenyang 19. 19.Kolaborasi ahli gizi untuk
menurun dengan ahli gizi menentukan
13. Nyeri untuk menentukan jumlah kaloridan
abdomen jumlah kaloridan jenis nutrient yang
menurun jenis nutrient yang dibutuhkan, jika
14. Sariawan dibutuhkan, jika perlu
menurun perlu
15. Rambut
rontok
menurun
16. Diare Promosi Berat Badan
menurun (I.03136)
17. Berat badan Tindakan Promosi Berat Badan
membaik Observasi (I.03136)
18. Indeks Massa 1. Identifikasi Tindakan
Tubuh (IMT) kemungkinan Observasi
membaik penyabab BB 1. memantau
19. Frekuensi kurang kemungkinan
makan 2. Monitor adanya penyabab BB
membaik mual dan muntah kurang
20. Nafsu makan 3. Monitor jumblah 2. Memantau adanya
membaik kalori yang mual dan muntah
21. Bising usus dikonsumsi sehari- 3. memantau jumblah
membaik hari kalori yang
22. Tebal lipatan 4. Monitor berat dikonsumsi sehari-
kulit trisep badan albumin, hari
membaik imfosit dan 4. Memantau berat
23. Membran elektrolit serum badan albumin,
mukosa Terapeutik imfosit dan
membaik 5. Berikan perawatan elektrolit serum
mulut sebelum Terapeutik
pemberian makan, 5. Ajarkan perawatan
ika perlu mulut
6. Sediakan makanan 6. Sediakan makan
yang tepat sesuai yang tepat
kondisi pasien 7. Agar pasien mau
(mis, makanan makan
dengan tekstur 8. Menambah nafsu
halus, makanan makan
yang diblender,
makanan cair yang
diberikan melalui
NGT atau
gastrostomi,total,
parenteral nutrizton
sesuai Indikasl)
7. Hidangkan
makanan secara
menarik
8. berikan suplerman,
jika perlu

3 Risiko Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia Manajemen Hipovolemia


hipovolemia tindakan ( I.03116) ( I.03116)
dibuktikan keperawatan ...x… Observasi : Observasi :
dengan jam diharapkan 1. Periksa tanda dan 1. Untuk mengetahui
kehilangan Status gejala hipovolemia tanda dan gejala
cairan secara cairan(L.03028) (mis. Frekuensi hipovolemia (mis.
aktif meningkat dengan nadi meningkat, Frekuensi nadi
kriteria hasil : nadi teraba lemah, meningkat, nadi
1. Kekuatan nadi tekanan darah teraba lemah,
meningkat menurun, tekanan tekanan darah
2. Turgo kulit nadi menyempit, menurun, tekanan
meningkat turgo kulit nadi menyempit,
3. Output urine menurun, membra turgo kulit
meningkat mukosa kering, menurun, membra
4. Pengisian vena volume urin mukosa kering,
meningkat menurun, volume urin
5. Ortopnea hematocrit menurun,
menurun meningkat, haus , hematocrit
6. Dyspnea lemah) meningkat, haus ,
menurun 2. Monitor intake dan lemah)
7. Paroxysmal output cairan 2. Untuk mengetahui
nocturnal Terapeutik intake dan output
dypnea(PND) 1. Hitung kebutuhan cairan
8. Edema anasarka cairan Terapeutik
menurun 2. Berikan posisi 1. Untuk menghitung
9. Edema perifer modified kebutuhan cairan
menurun trendelenburg 2. Agar memberikan
10. Berat badan 3. Berikan asupan posisi modified
menurun cairan oral trendelenburg
11. Distensi vena Edukasi 3. Agar memberikan
jugularis 1. Anjurkan asupan cairan oral
menurun memperbanyak Edukasi
12. Suara napas asupan cairan oral 1. Agar dianjurkan
tambahan 2. Anjurkan memperbanyak
menurun menghindari asupan cairan oral
13. Kongesti paru perubahan posisi 2. Agar dianjurkan
menurun mendadak menghindari
14. Perasaan lemah Kolaborasi perubahan posisi
menurun 1. Kolaborasi mendadak
15. Keluhan haus pemberian cairan Kolaborasi
menurun IV isotonis(mis. 1. Agar
16. Kosentrasi urine Nacl, RL) mengkolaborasi
menurun 2. Kolaborasi pemberian cairan
17. Frekuensi nadi pemberian cairan IV isotonis(mis.
membaik IV Nacl, RL)
18. Tekanan darah hipotonis(mis.gluk 2. Agar
membaik osa 2,5%, Nacl mengkolaborasi
19. Tekanan nadi 0,4%) pemberian cairan
membaik 3. Kolaborasi IV
20. Membrane pemberian cairan hipotonis(mis.gluk
mukosa membaik koloid(mis.albumin osa 2,5%, Nacl
21. Jugular venous , Plasmanate) 0,4%)
pressure(JVP) 4. Kolaborasi 3. Agar
membaik pemberian produk mengolaborasi
22. Kadar Hb darah pemberian cairan
membaik koloid(mis.albumin
23. Kadar ht Pemantauan Cairan , Plasmanate)
membaik (L.03121) 4. Kolaborasi
24. Cental venous Observasi pemberian produk
pressure 1. Monitor frekuensi darah
membaik dan kekuatan nadi
25. Refuks 2. Montior frekuensi Pemantauan Cairan
hepatojular napas (L.03121)
membaik 3. Monitor takanan Tindakan
26. Berat badan darah Observasi
membaik 4. Monitor berat 1. Memantau
27. Hepatomegali badan frekuensi dan
membaik 5. Monitor waktu kekuatan nadi
28. Oliguria pengisian kapiler 2. Memantau
membaik 6. Monitor elastisitas frekuensi napas
29. Intake cairan atau turgor kulit 3. Memantau takanan
membaik 7. Montor jumblah, darah
30. Status mental warna dan berat 4. Memantau berat
membaik jenis urine badan
31. Suhu tubuh 8. Monitor kadar 5. Memantau Monitor
membaik albumin dan waktu pengisian

protein total kapiler


9. Monitor hasil 6. Memantau
pemeriksaan serum elastisitas atau
(mis hematokrit turgor kulit
serum. Hematokit, 7. Memantau
natrium, kolium jumblah, warna
BUN) dan berat jenis
10. Monitor intake dan urine
output cairan 8. Memantau kadar
11. Identifkasi tanda- albumin dan
tanda hipovolermia protein total
(mis frekuensi nadi 9. Memantau hasil
meningkat, nadi pemeriksaan serum
teraba lemah, (mis hematokrit
tekanan darah serum. Hematokit,
menurun, tekanan natrium, kolium
nadi menyenpit, BUN)
turgor kulit 10. Memantau intake
menurun, membran dan output cairan
mukosa kering, 11. Memantau tanda-
volume urin tanda hipovolermia
menurun, (mis frekuensi nadi
hematokrit meningkat, nadi
meningkat. haus teraba lemah,
lemah, konsentras tekanan darah
urine menurun, tekanan
meningkat nadi menyenpit,
berat badan turgor kulit
menurun dalam menurun, membran
waktu singkat) mukosa kering,
12. Identifikasi tanda- volume urin
tanda hipervolemia
(mis dispnea menurun,
edema perifer hematokrit
edema anasarka. meningkat. haus
JVP meningkat. lemah, konsentras
CVP meningkat urine
refeks meningkat
hepatojugular berat badan
positif, berat badan menurun dalam
menurun dalam waktu singkat)
waktu singkat) 12. Memantau tanda-
13. Identifikasi faktor tanda hipervolemia
resiko (mis dispnea
ketidakseimbangan edema perifer
cairan( mis edema anasarka.
prosedur JVP meningkat.
pembedahan CVP meningkat
mayor, refeks
trauma/pendarahan hepatojugular
,luka bakar, positif, berat badan
afreksia obstruksi, menurun dalam
peradangan waktu singkat)
pancreas, penyakit 13. Memantau faktor
gagal/ginjal, resiko
disfungsi, ketidakseimbangan
infestinal) cairan( mis
Terapetik prosedur
14. Atur interval pembedahan
pemantauan sesuai mayor,
dengan kondisi trauma/pendarahan
pasien ,luka bakar,
15. Dokumentasi hasil afreksia obstruksi,
peradangan
pemantauan pancreas, penyakit
Edukasi : gagal/ginjal,
16. Jelasakan tujuan disfungsi,
dan prosedur infestinal)
pemantauan Terapeutik
17. Informasikan hasil 14. Atur interval
pemantaun jika pemantauan sesuai
perlu dengan kondisi
pasien
15. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
16. Agar pasien
mengetahui tujuan
dan prosedur
17. Informasikan hasil
pemantaun jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto. P, 2010. Penatalaksanaan Diare Akut. Jakarta :EGC.

Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan . Situasi Diare Di Indonesia. Triwulan II.
2011

DepKes RI. Buku saku petugas kesehatan: Lintas diare. Ditjen Pengendali Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. 2011 Dep Kesehatan Republik Indones Jakarta.

PPNI, Tim Pokja DPP. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

PPNI, Tim Pokja DPP. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

PPNI, Tim Pokja DPP. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : D

Anda mungkin juga menyukai