Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DIARE

OLEH KELOMPOK 2

1. Dewa A.Elia Widiari Utami NIM. 22089144001

2. I Nyoman Sukarata NIM. 22089144027

3. I Ketut Gd Mardiawan NIM.22089144043

4. Luh Ayu Setianingsih NIM. 22089144003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2023

1
KONSEP DASAR ASKEP DIARE PADA ANAK

A. Pengertian Diare
Menurut Depkes RI (2005), pengertian diare adalah suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya
tiga  kali atau lebih dalam sehari.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah
cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu
sangat relatif  terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak
lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua
minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).

B. Etiologi
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada
balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada
balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita
yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih
besar. 
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran
oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak
bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang
panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat
tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang
menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare 
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan
berkembang biak. 
4. Menggunakan air minum yang tercemar. 

2
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak 
6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja
tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam
jumlah besar. Selain  itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada
manusia.

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam


besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi
dan keracunan.

Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut:


1. Infeksi yang dapat disebabkan: a) bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli,
golongan vibrio, bacillus cereus,  Clostridium perfringens, Staphyiccoccus
aureus, Campylobacter dan aeromonas; b) virus misal: Rotavirus, Norwalk
dan norwalk like agen dan adenovirus; c) parasit, misal: cacing perut, Ascaris,
Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba
histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto; 
2. Alergi 
3. Malabsorbsi 
4. Keracunan yang dapat disebabkan; (a) keracunan bahan kimiawi dan (b)
keracunan oleh bahan yang dikandung dan diproduksi: jasat renik, ikan, buah-
buahan dan sayur-sayuran, 
5. Imunodefisiensi 
6. Sebab-sebab lain (Widaya, 2004).

C. Klasifikasi
Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi
empat kelompok yaitu:  
1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari
(umumnya kurang dari tujuh  hari), 
2. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya, 

3
3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari
secara terus menerus, 
4. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan
persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi
atau penyakit lainnya. 

D. Komplikasi
Diare akut dapat mengakibatkan:
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia, 
2. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat
diare dengan atau tanpa disertai muntah, 
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare
dan muntah (Soegijanto, 2002).
Diare mengakibatkan terjadinya:
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, dan asidosis metabolik. 
2. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan
sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi
jaringan berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, 
kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal. 

Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare
dan muntah, kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan  karena
takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan
dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang
sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat
badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat
mengakibatkan kejang dan koma (Suharyono, 2008).

E. Pahway

4
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIARE PADA ANAK

5
A. Pengkajian
1. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk
neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status
ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan.
Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan
dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview.
Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang) ( Lab.
FKUI, 1988).
2. Keluhan Utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa
BAB yang tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah
dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi,
faktor makanan dan faktor psikologis.
2. Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari
3 kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules,
muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah,
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .
3. Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
4. Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh
dan aktivitas sehari-hari.
5. Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi
karena infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari,
diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari

4. Riwayat Penyakit Sebelumnya

6
Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media
Acut) merupakan faktor predisposisi terjadinya diare
5. Riwayat Prenatal, Natal, dan Postnatal
a. Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester
pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH,
DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan
perkembangan janin di dalam rahim.
b. Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat
mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital .
c. Post Natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau
hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya.
Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami
dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada
tubuh.
3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting
karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda,
sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan haruys disesuaikan dengan
pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo, 1995).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang
berhubungan dengan distribusi penularan.
b. Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang
mudah terkena kuma penyebab diare.
c. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

7
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain
anak yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat
Fecal-oral.
d. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk
penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan
penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).
5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh
terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek
dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan dapat
dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1tahun/>
1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula
dengan rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan
makananpadat atau makanan cair.
b. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat
mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara
penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap
kehilangan cairan lewat urine.
c. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena
frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.
d. Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6. Pemeriksaan Fisik (Robert Priharjo, 1995)
a. Sistem Neurologi
Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang.

8
Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu
dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau
tidak tampak sakit. Keadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen,
delirium, stupor dan koma.
Palpasi, adakah parese, anestesia,
Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.
b. Sistem Pengindraan
Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,
Inspeksi :
Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna
dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan
bayi ubun-ubun besar tampak cekung.
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus.
Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis.
Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil
(-), mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis
metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk
mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak adanya pernafasan cuping
hidung.
Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada
kemungkinaninfeksi parenteal yang pada akhirnya menyebabkan
terjadinya diare
Palpasi:
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk
anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup maximal umur 2 tahun. Mata,
tekanan bola mata dapat menurun,
Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.
c. Sistem Integumen
Subyektif, kulit kering
Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering

9
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1
detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik =
dehidrasi berat
d. Sistem Kardiovaskuler
Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa
dingin.
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-)
adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate
meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer menurun
sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan
nadi.
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada
kausus diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak
lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang
interkostalis ke 4,5 dan 8.
Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi,
auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya.
Kaji tekanan darah.
e. Sistem Pernapasan
Subyektif, sesak atau tidak
Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal.
Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah
penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.
Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti
vremitus (-).
Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler,
intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi
adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya.
f. Sistem Pencernaan
Subyektif, Kelaparan, haus

10
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3
kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur
permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.
Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope),
peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak
membesar suara tymphani.
Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar
dan lien tidak teraba.
g. Sistem Perkemihan
Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya
Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor
menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi,
warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan
alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.
h. Sistem Muskuloskeletal
Subyektif, lemah
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun
Palpasi, hipotoni, kulit kering, elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan
dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Faeces lengkap : Makrokospis dan mikroskopis ( bakteri (+) mis. E.
Coli), pH dan kadar gula, biakan dan uji resistensi.
2) Pemeriksaan asam basa : Analisa Baood Gas Darah dapat
menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
3) Pemeriksaan kadar ureum keatinin : Untuk mengetahui faal ginjal

11
4) Serum elektrolit (Na, K, dan Fosfor) : Pada diare dapat terjadi
hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penuruna
kesadaran dan kejang.
5) Pemeriksaan intubasi duodenum : Terutama untuk diare kronik dapat
dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit
penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.

B. Diagnosa
1. Diare b.d proses infeksi, inflamasi diusus
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
3. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi /BAB sering
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
makanan
5. Resiko syok (hipovolemi)
6. Gangguan pertukaran gas
7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

C. Perencanaan Keperawatan

Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
Diare b.d proses infeksi,  Bowel elimination Diarrhea Management
inflamasi diusus  Fluid Balance 1. Evaluasi efek
 Hydration samping pengobatan
 Electrolyte and Acid terhadap
base Balance gastrointestinal
Kriteria Hasil : 2. Ajarkan pasien untuk
1. Feses berbentuk, menggunakan obat

12
BAB sehari sekali- antidiare
tiga hari 3. Instruksikan
2. Menjaga daerah pasien/keluarga untuk
sekitar rectal dari mencatat warna,
iritasi jumlah, frekuensi,
3. Tidak mengalami dan konsistensi dari
diare feses
4. Menjelaskan 4. Evaluasi intake
penyebab diare dan makanan yang masuk
rasional tindakan 5. Identifikasi factor
5. Mempertahankan penyebab dari diare
turgor kulit 6. Monitor tanda dan
gejala diare
7. Observasi turgor kulit
secara rutin
8. Ukur diare/keluaran
BAB
9. Hubungi dokter jika
ada kenaikan bising
usus
10. Instruksikan pasien
untuk makan rendah
serat, tinggi protein,
dan tinggi kalori jika
memungkinkan
11. Instruksikan untuk
menghindari laksative
12. Ajarkan teknik
menurunkan stress
13. Monitor persiapan
makanan yang aman

13
Kekurangan volume  Fluid Balance Fluid Management
cairan b.d kehilangan  Hydration 1. Timbang
cairan aktif  Nutritional Status : popok/pembalut jika
Food and Fluid Intake diperlukan
Kriteria Hasil : 2. Pertahankan catatan
1. Mempertahankan urine intakedan output yang
output sesuai dengan akurat
usia dan BB, BJ urine 3. Monitor status hidrasi
normal, HT normal (kelembaban
2. Tekanan darah, nadi, membrane mukosa,
suhu tubuh dalam batas nadi adekuat, tekanan
normal darah ortostatik), jika
3. Tidak ada tanda-tanda diperlukan
dehidrasi, elastisitas 4. Monitor vital sign
turgor kulit baik, 5. Monitor masukan
membrane mukosa makanan/cairan dan
lembab, tidak ada rasa hitung intake kalori
haus yang berlebihan harian
6. Kolaborasikan
pemberian cairan IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
11. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
12. Tawarkan snack (jus

14
buah, buah segar)
13. Kolaborasi dengan
dokter
14. Atur kemungkinan
tranfusi
15. Persiapan untuk
tranfusi
Hypovolemia
Management
1. Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb
dan Hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
8. Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
9. Monitor adanya tanda
gagal ginjal
Kerusakan integritas  Tissue Integrity : Skin Pressure Management
kulit b.d ekskresi /BAB and Mucous 1. Anjurkan pasien
sering Membranes untuk menggunakan

15
 Hemodyalis akses pakaian yang longgar
Kriteria Hasil : 2. Hindari kerutan pada
1. Integritas kulit yang tempat tidur
baik bisa 3. Jaga kebersihan kulit
dipertahankan (sensasi, agar tetap bersih dan
elastisitas, temperature, kering
hidrasi, pigmentasi) 4. Mobilisasi pasien
2. Tidak ada luka/lesi (ubah posisi pasien)
pada kulit setiap dua jam sekali
3. Perfusi jaringan baik 5. Monitor kulit akan
4. Menunjukkan adanya kemerahan
pemahaman dalam 6. Oleskan lotion atau
proses perbaikan kulit minyak/baby oil pada
dan mencegah daerah yang tertekan
terjadinya cedera 7. Monitor aktivitas dan
berulang mobilisasi pasien
5. Mampu melindungi 8. Monitor status nutrisi
kulit dan pasien
mempertahankan 9. Memandikan pasien
kelembaban kulit dan dengan sabun dan air
perawatan alami hangat
Insision site care
1. Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan, klip
atau straples
2. Monitor proses
kesembuhan area

16
insisi
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
4. Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,
menggunakan lidi
kapas steril
5. Gunakan preparat
antiseptic sesuai
program
6. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
Dialysis Acces
Maintenance
Ketidakseimbangan  Nutritional Status Nutrition Management
nutrisi kurang dari  Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b.d food and Fluid Intake makanan
penurunan intake  Nutritional Status : 2. Kolaborasi dengan
makanan nutrient Intake ahli gizi untuk
 Weight control menentukan jumlah
Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi
1. Adanya peningkatan yang dibutuhkan
berat badan sesuai pasien
dengan tujuan 3. Anjurkan pasien
2. Berat badan ideal untuk meningkatkan
sesuai dengan tinggi protein dan vitamin C

17
badan 4. Berikan substansi
3. Mampu gula
mengidentifikasi 5. Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
4. Tidak ada tanda-tanda tinggi serat untuk
malnutrisi mencegah konstipasi
5. Menunjukkan 6. Berikan makanan
peningkatan fungsi yang terpilih (sudah
pengecapan dari dikonsultasikan
menelan dengan ahli gizi)
6. Tidak terjadi 7. Ajarkan pasien
penurunan berat badan bagaimana membuat
yang berarti catatan makanan
harian
8. Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
9. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
10. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan

18
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau orang tua
selama makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
6. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah path
9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb dan kadar Ht
11. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan
intake nutrisi

19
14. Catat adanya edeme,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan
cavitas oral
15. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Resiko syok  Syok prevention Syok Prevention
(hipovolemi)  Syok management 1. Monitor status
Kriteria Hasil : sirkulasi BP, warna
1. Nadi dalam batas yang kulit, suhu kulit,
diharapkan denyut jantung, HR,
2. Irama jantung dalam dan ritme, nadi
batas yang diharapkan perifer, dan kapiler
3. Frekuensi napas dalam refill
batas yang diharapkan 2. Monitor tanda
4. Irama pernapasan inadekuat oksigenasi
dalam batas yang jaringan
diharapkan 3. Monitor suhu dan
5. Natrium serum dbn pernapasan
6. Kalium serum dbn 4. Monitor input dan
7. Klorida serum dbn output
8. Kalsium serum dbn 5. Pantau nilai labor :
9. Magnesium serum dbn 6. HB, HT, AGD, dan
10. PH darah serum dbn elektrolit
Hidrasi 7. Monitor
1. Indicator : hemodinamik invasi
2. Mata cekung tidak yang sesuai
ditemukan 8. Monitor tanda dan
3. Demam tidak gejala asites
ditemukan 9. Monitor tanda awal

20
4. TD dbn syok
5. Hematokrit dbn 10. Tempatkan pasien
pada posisi supine,
kaki elevasi untuk
peningkatan preload
dengan tepat
11. Lihat dan pelihara
kepatenan jalan nafas
12. Berikan cairan iv dan
atau oral yang tepat
13. Berikan vasodilator
yang tepat
14. Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda
dan gejala datangnya
syok
15. Ajarkan keluarga dan
pasien tentang
langkah untuk
mengatasi gejala syok
Syok Management
1. Monitor fungsi
neurologis
2. Monitor fungsi renal
(e.g BUN dan Cr
Lavel)
3. Monitor tekanan nadi
4. Monitor status cairan,
input, output
5. Catat gas darah arteri
dan oksigen

21
dijaringan
6. Monitor EKG
7. Memanfaatkan
pemantauan jalur
arteri untuk
meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan
darah
8. Menggambar gas
darah arteri dan
memonitor jaringan
oksigenasi
9. Memantau tren dalam
parameter
hemodinamik
(misalnya CVP,
MAP, tekanan kapiler
pulmonal/arteri)
10. Memantau factor
penentu pengiriman
jaringan oksigen
(misalnya PaO2 kadar
hemoglobin SaO2,
CO), jika tersedia
11. Memantau tingkat
karbon dioksida
sublingual dan/ atau
tonometry lambung
12. Memonitor gejala
gagal pernapasan
(misalnya rendah

22
PaO2 peningkatan
PaCO2 tingkat,
kelelahan otot
pernapasan)
13. Monitor nilai
laboratorium
(misalnya CBC
dengan diferensial)
koagulasi profil,
ABC, tingkat laktat,
budaya dan profil
kimia
14. Masukkan dan
memelihara besarnya
kobosanan akses IV
Gangguan pertukaran gas  Respiratory Status : Airway Management
Gas Exchange 1. Buka jalan nafas,
 Respiratory Status : gunakan teknik chin
ventilation lift atau jaw thrust
 Vital Sign Status bila perlu
Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien
1. Mendemonstrasikan untuk
peningkatan ventilasi memaksimalkan
dan oksigenasi yang ventilasi
adekuat 3. Identifikasi pasien
2. Memelihara kebersihan perlunya pemasangan
paru-paru dan bebas alat jalan nafas buatan
dari tanda-tanda 4. Pasang mayo bila
distress pernapasan perlu
3. Mendemonstrasikan 5. Lakukan fisioterapi
batuk efektif dan suara dada jika perlu

23
napas yang bersih, 6. Keluarkan secret
tidak ada sianosis dan dengan batuk atau
dyspneu (mampu suction
mengeluarkan sputum, 7. Auskultasi suara
mampu bernapas napas, catat adanya
dengan mudah, tidak suara tambahan
ada purse lips) 8. Lakukan suction pada
4. Tanda-tanda vital mayo
dalam rentang normal 9. Berikan bronkodilator
bila perlu
10. Berikan pelembab
udara
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
12. Monitor respirasi dan
status O2
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata-rata,
kedalaman, irama,
dan usaha respirasi
2. Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostals
3. Monitor suara nafas,
seperti dengkur

24
4. Monitor pola napas :
bradipena, takipena,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan
otot diafragma
(gerakan paradoksis)
7. Auskultasi suara
napas, catat area
penurunan/ tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
9. Auskultasi suara paru
setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya
Ansietas b.d perubahan  Anxiety self-control Anxiety Reduction
status kesehatan  Anxiety level (penurunan kecemasan)
 Coping 1. Gunakan pendekatan
Kriteria Hasil : yang menenangkan
1. Klien mampu 2. Nyatakan dengan
mengidentifikasi dan jelas harapan
mengungkapkan gejala terhadap pelaku

25
cemas pasien
2. Mengidentifikasi, 3. Jelaskan semua
mengungkapkan dan prosedur dan apa
menunjukkan tehnik yang dirasakan
untuk mengontrol selama prosedur
cemas 4. Pahami perspektif
3. Vital sign dalam batas pasien terhadap
normal situasi stress
4. Postur tubuh, ekspresi 5. Temani pasien untuk
wajah, bahasa tubuh memberikan
dan tingkat aktivitas keamanan dan
menunjukkan mengurangi takut
berkurangnya 6. Dorong keluarga
kecemasan untuk menemani anak
7. Lakukan back/neck
rub
8. Dengarkan dengan
penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
pearasaan, ketakutan,
persepsi
12. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

26
13. Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

D. Pelaksanaan Keperawatan
1. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tindakan:

a. Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasaya
b. Pemberian ASI tetap dilanjutkan dan berikan makanan seperti biasanya.
c. Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas terdekat
2. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang Tindakan:

a. Berikan oralit
b. Pemberian ASI tetap dilanjutkan dan berikan makanan seperti biasanya.
Sebaiknya berikan makanan lunak, mudah dicerna.
c. Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke Puskesmas terdekat.
3. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat
Tindakan:

a. Segera bawa ke Rumah Sakit / Puskesmas dengan fasilitas Perawatan


b. Oralit dan ASI diteruskan selama anak masih bisa minum.

Takaran Pemberian Oralit.

1. Anak di bawah 1 thn berikan oralit 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5
gelas setiap kali mencret
2. Anak di bawah 5 thn berikan oralit 3 jam pertama 3 gelas selanjutnya 1
gelas setiap kali mencret
3. Anak di atas 5 thn berikan oralit 3 jam pertama 6 gelas selanjutnya 1.5 gelas
setiap kali mencret
4. Anak di atas 12 thn dan dewasa berikan oralit 3 jam pertama 12 gelas

27
selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret ( 1 gelas = 200 cc )

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan yaitu :

1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.


2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3. Integritas kulit kembali normal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
6. Cemas pada klien teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu. 2013. Pengertian Diare dan Pencegahannya. Http://indo-


netional.blogspot.com/2013/01/pengertian-diare-dan-pencegahannya.html.
Diakses tanggal 15 Oktober 2014.
Hidayat, Noor. 2013. Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak.
Http://noorhidayat092.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-diare-pada-
anak-usia.html. Diakses tanggal 14 Oktober 2014.

Nanda International. 20013.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1. Jakarata: EGC.
Putri, Melinda. 2011. Askep Anak dengan Gastro Enteritis. Http://fee-
kesdam.blogspot.com/2011/07/askep-anak-dengan-gastro-enteritis-ge.html.
Diakses tanggal 15 Oktober 2014.

Zahra. 2013. Lp dan Askep Diare Anak.


Http://abuzzahra1980.blogspot.com/2013/07/lp-dan-askep-diare-anak.html.
Diakses tanggal 14 Oktober 2014.

28
29

Anda mungkin juga menyukai