PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200
mg/hari)yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB,
tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa
inkontinensia fekal(Daldiyono, 1990).
Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang
terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan,
ataumemiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya
diaremenyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga
bisaterjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik
penyakitnya(Anne, 2011).
Proses ini di atur oleh beberapa hormone, yaitu resorpsi oleh enkefalin
sedangkan sekresi diatur oleh sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon
V.I.P (Vasoactive Instestinal Peptide). Biasanya, resorpsi melebihi sekresi, tetapi
karena sesuatu sebab menjadi lebih besar daripada resorbsi, maka terjadinya diare.
Terganggunya keseimbangan antara resorpsi dan sekresi, dengan diare sebagai
gejala utama, sering kali terjadi pada gastrointestinal (radang lambung usus) yang
disebabkan oleh kuman dan toksinnya.
Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit perut. Ada
lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:
- Infeksi bakteri
beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau
minuman,contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli
(E.coli).
- Infeksi virus
Beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk
virus,cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.
- Intoleransi makanan
Beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya
pemanis buatan dan glukosa.
- Parasit
Parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetapdi
dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnyaGiardia
lamblia, Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.
- Reaksi atau efek samping pengobatana
Antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida
mengandungmagnesium yang mampu memicu diare.
- Gangguan Intestinal
- Kelainan fungsi usus besar
Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila
penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa
berakibat fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan,kekurangan
kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadiasam), yang tidak
jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan inisangat berbahaya
terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, karena merekamemiliki cadangan
cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstraselnya lebih mudah
lepas daripada orang dewasa (Adnyana, 2008)
B. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan konversi dosis obat antidiare dari
manusia ke hewan uji coba mencit. Untuk mengetahui adanya aktivitas obat
antidiare yang bekerja menghambatdiare pada hewan percobaan yang telah
diinduksi dengan ol. Ricini.
C. MANFAAT
Menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai daya obat
antidiare terhadap hewan uji dan pemahaman perhitungan konversi dosis obat
antidiare dari manusia ke mencit sehingga mahasiswa tidak hanya mengetahui
secara teori tetapi juga praktik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Diare jika dilihar dari epidimiologinya diare 2-3 kali dalam setahun. Diare akut
sampai saat ini masih menjadi penyumbang angka kematian paling banyak. Namun
demikian, hal ini sebenarnya dapat dicegah dengan tatalaksana yang tepat saat dirumah,
terutama dalam hal kebersihan (Handy, Fransisca. 2016: 66)
Diare digolongkan menjadi 3 macam, yaitu; diare akut dimana diare berlangsung
antara 2-7 hari, diare melanjutkan adalah diare berlangsung 8-14 hari (Cook, G.C. 2003:
7).
Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret) dan
merupakan gejala-gejala dari penyakit tertentu atau gangguan lainnya. Menurut teori
klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltic usus, hingga pelintasan chymus
sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh
sebagai tinja. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa penyebab utama diare adalah
bertumpuknya cairan diusus akibat terganggunya resorpsi air atau dan terjadinya
hipersekresi. Pada keadaan normal, proses sekresi dan resorpsi dari air dan elektrolit-
elektrolit berlangsungnya pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa.
Proses ini diatur oleh beberapa hormone, yaitu resorpsi oleh enkefalin, sedangkan
sekresi diatur oleh prostaglandin, dan ncurohormon V.I.P (Vasoactive Intestinal Peptide).
Biasanya, resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu sebab sekresi menjadi lebih besar
daripada resorpsi, maka terjadilah diare. Terganggunya keseimbangan antara resorpsi dan
sekresi, dengan diare sebagai gejala utama, seringkali terjadi pada gastroenteritis (radang
lambung usus) yang disebabkan oleh kuman dan toksinnya.
1. diare akibat virus, misalnya ‘influenza perut” dan ‘travellers diarrhoea’ yang
disebabkan antara lain olch ‘rotavirus’ dan ‘adenovirus’. Virus melekat pada sel-sel
mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi
air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang terjadi bertahan terus sampai
beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari. Di
Negara-negara barat, jenis diare ini paling sering terjadi, lebih kurang 60%
2. diare bakterial (invasif) agak sering terjadi, tetapi mulai berkurang berhubung
semakin meningkatnya derajat higiene masyarakat. Bakteri-bakteri tertentu pada
keadaan tertentu, misalnya bahan makanan yang terinfeksi oleh banyak kuman,
menjadi "infvasi” dan menyerbu ke dalam mukosa. Di sini bakteri-bakteri tersebut
memperbanyak diri dan membentuk toksin-toksin yang dapat diresorpsi ke dalam
danrah dan minimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan
kejang kejang, di damping mencret berdarah dan berlendir. Penyebab terkenal dari
jenis diare ini ialah bakteri Salmonella, shigella, campylobacter, dan jenis coli
tertentu.
3. diare parasiter, seperti protozoa Entamoeba histolytica, Giardia Llambia,
Cryptosporidium dan Cyclospora, yang terutama terjadi di daerah (sub) tropis.
Diare akibat parasite-parasit ini biasanya mencirikan mencret cairan yang
intermiten dan bertahan lebih dari satu minggu. Gejala lainnya dapat berupa nyeri
perut, demam, anorexia, nausea, muntah-muntah, dan rasa letih umum(malaise)
4. diare akibat esteroktosi. Diare jenis ini lebih jarang terjadi, tetapi lebith dari 50%
dari wisatawan di negara-negara berkembang dihinggapi diare ini. Penyebabnya
adalah kuman-kuman yang membentuk enteroktosin yang terpenting adalah E. Coli
dan Vibrio cholerae, dan jarang Shigella Salmonella Campylobacter, dan
Entamoeba histolytica. Toksin melekat pada sel-sel mukosa dan merusaknya. Diare
jenis ini juga bersifat "selflimiting", artinya akan sembuh dengan sendirinya tanpa
pengobatan dalam lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan
sel-sel mukosa baru.
3. spasmolitika, yakni zat-zat dapat melepaskan kejang-kejang otot yang sering kali
mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin dan oksifenonium.
Di bawah ini akan dibicarakan obat-obat khusus untuk mengobati penyakit infeksi
usus terpenting yang sering kali menyebabkan diare, yaitu obat kolera, disentri basiler,
tifus, paratifus dan campylobacteriosis. Begitu pula pengobatan beberapa infeksi
protozoa penting, yakni Giardia, Cryptosporidium dan Cyclospora.
Minyak kastor diperas dari biji pohon jarak (Ricinus communis) dan mengandung
trigliserida dari asam risinoleat, suatu asam lemak tak jenuh Di dalam usus halus,
sebagian zat ini diuraikan oleh enzim lipase dan menghasilkan asam risinoleat yang
memiliki efek stimulasi terhadap usus halus. Setelah 2-8 jam timbul defekasi yang cair.
Efek sampingnya berupa kolik, mual, dam muntah. Oleure ricini tidak boleh
digunakan oleh wanita hamil.
LOPERAMIDA (IMODIUM)
Loperamida merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi 2-3 kali lebih
kuat tetapi tanpa khasiat terhadap SSP, sehingga tidak mengakibatkan ketergantungan.
Zat ini dapat menormalkan keseimbangan resorps- sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu
memulihkan se-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi
normal kembali. Mulai kerjanya lebih cepat, juga bertahan lebih lama Efek sampingnya
sama tetapi praktis tidak timbul.
Dosis: pada diare akut dan kronis: permulaan 2 tablet dan 2 mg, lalu setiap 2 jam 1
tablet sampai maksimal 8 tablet seharinya. Anak-anak sampai 8 tahun: 2-3 dd 0,1 mg
setiap kg bobot badan, anak-anak 8-12 tahun, pertama kali 2 mg, maksimal 8-12 mg
schari. Tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah usia 2 tahun, karena fungsi
hatinya belum berkembang dengan sempurna untuk dapat menguraikan obat ini.
ATAPULGIT
Deskripsi:
Atapulgit (at a pull gite) diberikan dalam bentuk oral untuk mengatasi diare
Atapulgit adalah serbuk yang dapat bekerja dengan cara mengabsorbsi bakteri atau
kuman yang menyebabkan diare.
Obat ini diberikan tanpa aturan pakai, namun bagaimanapun juga aturan dan
peringatan pada produk harus diikuti dengan benar. Di samping itu, dokter harus
memberikan instruksi khusus untuk dosis tertentu dari obat atapulgit untuk keadaan
pengobatan tertentu.
Atapulgit terdapat dalam bentuk dosis: suspensi oral, tablet, dan tablet kunyah
Petunjuk penggunaan:
Apabila kita menggunakan obat ini tanpa petunjuk penggunaan obat, baca dan ikuti
peringatan yang tertera pada label secara seksama. Untuk atapulgit, beberapa kondisi di
bawah ini harus diperhatikan.
1. Kehamilan, obat ini tidak diabsorbsi dalam tubuh dan tidak menyebabkan masalah
serius
2. Menyusui, kehilangan banyak cairan tubuh dapat menyebabkan keadaan yang
serius Untuk alasan tersebut, antidiare tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak
kecil (di bawah umur tiga tahun) tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter.
Untuk anak-anak yang mengalami diare, antidiare mungkin digunakan, tetapi perlu
diperhatikan pula konsumsi cairan yang diminum untuk menggantikan kehilangan
cairan dalam tubuh.
3. Obat-obatan lain, beberapa obat tidak baik bila digunakan bersamaan, karena
penggunaan obat-obat lain yang digunakan dapat menyebabkan interaksi yang tidak
diinginkan. Pada kasus ini, dokter mungkin akan mengurangi dosis atau
menyarankan cara penggunaan yang lain. Apabila pasien menggunakan obat lain,
perhatikan bahwa pasien tidak boleh memakan obat tersebut setelah 2 sampai 3 jam
setelah mengonsumsi atapulgit. Bila tidak, obat tersebut tidak akan diabsorbsi oleh
tubuh.
4. Masalah pengobatan lain, kehadiran masalah pengobatan lain, misalnya disentri,
dapat mempengaruhi kegunaan atapulgit atau bahkan menyebabkan keadaan
semakin memburuk. Oleh karena itu, segera konsultasikan dengan dokter bila
pasien mengidap penyakit lain.
Kegunaan:
Jangan gunakan atapulgit untuk mengatasi diare bila pasien mengidap penyakit liver,
atau kelainan darah atau mucus.
Gunakan obat ini sesuai dengan petunjuk yang tertera pada label, kecuali bila dikatakan
lain oleh dokter.
1. Dalam penggunaan obat diare, perlu diperhatikan bahwa pasien harus menggantti
kehilangan cairan pada tubuh dan mengikuti pola diet tertentu. Pada 24 jam
pertama, pasien harus makan gelatin dan minum cairan yang banyak, misalnya air
jahe, cola bebas kafein, the bebas kafein, dan protein. Pada 24 jam selanjutnya,
pasien harus makan makanan bergizi, misalnya sereal, roti, kraker, dan lain-lain.
Buah, sayur-sayuran, gorengan atau makanan berbumbu, permen, dan kafein,
ataupun alcohol, dapat mebuat keadaan semakin buruk.
2. Apabila terlalu banyak cairan yang hilang dari tubuh, diare dapat semakin parah.
Cek ke dokter secepatnya apabila terjadi hal-hal berikut:
Decreased urination
Dizziness and lightheadedness
Dryness of mouth
Increased thirst
Wrinkled skin
Penyimpanan:
Periksakan ke dokter bila diare tidak berhenti pada satu atau dua hari pemakaian,
atau apabila timbul deman
Efek samping:
Efek samping lain yang tidak dijelaskan di atas dapat pula terjadi pada pasien.
Apabila pasien merasa efek samping lain, periksakan ke dokter.
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. ALAT
1. Kalkulator
2. Lembar kerja pada Laporan
3. Timbangan Hewan dan wadah
B. BAHAN
1. Larutan loperamid
2. Tablet loperamid
3. Hewan uji coba (mencit)
4. Larutan tragakan 1%
C. CARA KERJA
Lakukan konversi dosis sesuai berat badan mencit untuk obat ibuprofen dan
asam mefenamat
BAB IV
PEMBAHASAN
TABEL PENGAMATAN
1 40 g
2 32,2 g
3 39 g
Mencit digunakan pada percobaan dikarenakan struktur dan sistem organ yang ada di
dalam tubuhnya hampir mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia.
Diare adalah keadaan buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi
cair atau lunak (NANDA, 2015). Penyakit diare merupakan salahsatu penyakit yang sering
menyebabkan kejadian luar biasa. Diare merupakan salah satu penyebab utama dari
morbiditas dan mortalitas di negara yang sedang berkembang dengan kondisi sanitasi
lingkungan yangburuk, persediaan air yang tidak adekuat, kemiskinan, dan pendidikan
yang terbatas (WHO, 2013). Setiap tahun di dunia terdapat 1 dari 5 anak meninggal akibat
diare (UNICEF, 2009). Pada tahun 2012 di dunia sebanyak 2.195 anak meninggal setiap
hari akibat diare (CDC, 2012). Berdasarkan pada Riskesdas tahun 2013 di Indonesia period
prevalence diare adalah sebanyak 3,5% lebih kecil dibanding Riskesdas tahun 2007
sebanyak 9%. Penurunan prevalensi inidiasumsikan pada tahun 2007 pengumpulan data
tidak dilakukan secara serentak, sementara tahun 2013pengumpulan data dilakukan secara
serentak (Riskesdas, 2013). Prevalensi diare di Indonesia pada usia >15 tahun adalah
sebanyak 30,1%, sedangkanp revalensi diare pada usia <15 tahun sebanyak 21,9%
(Riskesdas, 2013).
Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya,
dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang berhubungan
dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus
(Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis)
(Wong, 2008).
Bersamaan dengan makin tingginya insidensi diare dalam masyarakat, maka banyak
dilakukan upaya-upaya pengobatan diare. Sampai sekarang, pengobatan antidiare baik
yang tradisional maupun kimia telah banyak dikembangkan (Milasari Hidayati, 2010).
obat-obat kimia antidiare dapat digolongkan menjadi beberapa golongan yaitu golongan
obat antimotilitas,adsorben, obat yang mengubah transpor elektrolit dan cairan (Mycek,
Harvey, Champe, 2001).
Attapulgite bekerja dengan cara mengikat bakteri dan toksin dalam jumlah besar
sekaligus mengurangi pengeluaran air, attapulgite mengurangi pergerakan usus,
memperbaiki konsistensi tinja yang terlalu keras atau terlalu lembek, dan meredakan kram
perut yang berkaitan dengan diare (Daldiyono, 1990).
Attapulgite merupakan absorbent (penyerap) alami yang berasal dari tanah liat yang
berfungsi menyerap racun dan infeksi bakteri. Bekerja sinergis dengan pectin yang berasal
dari kulit jeruk untuk memadatkan tinja dan sekaligus membantu menghentikan kerja
peristaltik usus. Pectin digunakan sebagai salah satu campuran obat antidiare. Sedangkan
New diatab adalah antidiare yang hanya mengandung Attapulgite aktif berfungsi dalam
pengobatan simptomatik pada diare non-spesifik.
= 0,0039 %
Sehingga, untuk membuat 100 ml larutan loperamid 0,0039% dibutuhkan sebanyak 3,9 mg
serbuk tablet loperamid.
Loperamid tersedia dalam sediaan tablet dengan kekuatan sediaan 2 mg, untuk
membuat larutan 3,9 mg parasetamol, dibutuhkan 2 tablet parasetamol (masing-masing
dengan kekuatan sediaan 2 mg). Dua tablet tersebut digerus dan ditimbang, bobot serbuk
dimisalkan 10mg. maka jumlah serbuk yang diambil yaitu:
3 , 9 mg
Jumlah serbuk yang dibutuhkan = x 10mg
4 mg
= 0,975 x 10 mg
= 9, 75 mg
Sehingga, untuk membuat 100 ml larutan loperamid 0,0039%, dibutuhkan sebanyak 9,75 mg
serbuk tablet loperamid.
2. Dosis lazim attapulgit pada manusia : 600 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = dosis lazim x faktor konversi
= 600 mg x 0,0026
= 1,56 mg
A. KESIMPULAN
1.Hewan yang lazim dipergunakan dalam percobaan memiliki karakteristik
berbeda- beda yang bertujuan agar bisa memperlakukan hewan percoban sehingga
hewan percobaan menjadi stress yang akan mempengaruhi hasil percobaan
2. Menghitung konversi dosis antar spesies pada hewan percobaan ini agar
memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada spesies hewan
percobaan dengan metode perhitungan menggunakan berat badan hewan uji
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan terapi ed 5. Jakarta:
Penerbit UI press