SWAMEDIKASI
KASUS 8
Dosen Pengampu :
apt. Ghani Nurfiana Fadma Sari, M.Farm.
Disusun oleh :
Srikandi Laras 2120414675
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui defenisi dari diare.
1.3.2 Mengetahui klasifikasi dari diare.
1.3.3 Mengetahui gejala dan manifetasi klinis dari diare.
1.3.4 Mengetahui etiologi dari diare.
1.3.5 Mengetahui patofisiologi dari diare.
1.3.6 Mengeahui pencegahan yang dapat dilakukan terhadap diare.
1.3.7 Mengetahui terapi tatalaksana dari diare.
1.3.8 Mengetahui cara penyelesaian kasus swamedikasi diare.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
1.1 DEFINISI
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih ) dalam satu hari. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6
golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan
anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-
rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
1.2 KLASIFIKASI
Diare diklasifikasikan berdasarkan lama berlangsungnya diare, adapun uraiannya
sebagai berikut :
Klasifikasi berdasarkan lama berlangsungnya diare
a. Diare akut
Diare akut terjadi mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu (<14 hari),
gejalanya antara lain : tinja cair, demam, muntah, diare ini dapat membaik selama
berjam-jam atau berhari-hari tanpa terapi spesifik kecuali terjadi dehidrasi. Diare akut
dapat terjadi akibat infeksi virus, bakteri dan makanan.
b. Diare Kronis
Diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari sejak awal diare, gejalanya antara lain :
demam, malnutrisi, berat badan menurun, radang pada perut. Diare kronis dapat
disebabkan oleh faktor spesifik dan non spesifik
1.3 GEJALA DAN MANIFESTASI
Umum :
Diare akut umumnya akan hilang dalam 72 jam setelah onset. Diare kronis sering mengalami
perpanjangan periode.
1.4 ETIOLOGI
Diare dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor spesifik dan non klinis. Faktor
spesifik meliputi Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit. Sedangkan faktor non
spesifik yaitu adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi dan alergi,
keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan, Imunodefisiensi,
kebersihan diri dan lingkungan.
Bakteri/virus/parasite yang umum menyebabkan diare yaitu bakteri E.coli,
Salmonela, Vibrio cholerae (kolera) Shigella,Yersinia enterocolitica, virus Enterovirus
echovirus, human Retrovirua seperti Agent, Rotavirus, dan parasit oleh cacing (Askaris),
Giardia calmbia, Crytosporidium, jamur (Candidiasis).
Faktor makananan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Hal-hal ini juga dapat
menganggu proses penyerapan atau sering disebut malabsrbsi.
Faktor lingkungan diantaranya adalah kurang air bersih dengan sanitasi yang kurang
baik, penggunaan sarana air yang sudah tercemar, pembuangan tinja dan tidak mencuci
tangan dengan bersih setelah buang air besar, kondisi lingkungan sekitar yang kotor dan tidak
terjaga kebersihannya.
1.5 PATOFISIOLOGI
Adapun patofisiologi terjadinya diare yaitu :
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap dapat menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat terangsang tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
1.6 PENCEGAHAN
Pencegahan Terhadap Diare
Pencegahan Diare pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
- Primary Prevention (promosi kesehatan dan pencegahan khusus)
- Secondary Prevention (diagnosis dini serta pengobatan yang tepat)
- Tertiary Prevention (pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi)
1.6.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan
faktor pejamu.
1. Penyediaan Air Bersih
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya
penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta
penyebar penyakit, Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari
sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi.
c. Dietary modifications. Selama episode diare akut, pasien biasanya makan lebih
sedikit karena mereka fokus pada diare. Baik anak-anak dan orang dewasa harus
berusaha untuk mempertahankan gizi karena makanan membantu mengganti
nutrisi dan cairan tubuh yang hilang. Namun, cairan dalam makanan mungkin
tidak cukup untuk mengkompensasi kehilangan cairan akibat diare.
Seorang Ibu datang ke apotek membelikan obat untuk anaknya yang berumur 10 tahun dengan
keluhan sudah sehari menderita diare sering buang air besar sehari 6 kali dengan tektur feses
seperti air badan lemas perut melilit tapi badan tidak panas sedikit mual, dikarenakan kemarin
beli makanan dipinggir jalan.
a. Farmakologi
Berdasarkan keluhan yang diterima, apoteker memutuskan untuk memberikan terapi
berupa oralit dan entrostop anak (attapulgit-pektin).
b. Non Farmakologi
- Minum air putih yang cukup
- Istirahat yang cukup
- Hindari makanan yang tidak bersih
- Cuci tangan sebelum makan
- Terapkan pola hidup bersih
BAB III
PENUTUP
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya
tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Pada kasus ini terapi diare dapat dilakukan dengan
menggunakan cairan eletrolit terlebih dahulu dan obat yang mengandung attapugite
sebagai adsorben.
NASKAH SWAMEDIKASI
Seorang Ibu datang ke apotek membelikan obat untuk anaknya yang berumur 10 tahun dengan
keluhan sudah sehari menderita diare sering buang air besar sehari 6 kali dengan tektur feses
seperti air badan lemas perut melilit tapi badan tidak panas sedikit mual, dikarenakan kemarin
beli makanan dipinggir jalan.
Keterangan :
Apoteker :A
A : “Selamat pagi Bu, selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?”
P : “ Selamat pagi Mbak, saya mau cari obat diare Mbak buat anak saya.”
A : “Oh iya Bu, sebelum saya memberikan obat, apakah Ibu mempunyai waktu sebentar
untuk berdiskusi mengenai obat yang akan saya berikan Bu ?”
Kemudian apoteker dan ibu dari pasien menuju ke ruangan konseling apoteker di apotek.
A : “Silahkan duduk Bu. Perkenalkan saya Srikandi , apoteker di apotek ini, kalau boleh
tau, saya sedang bicara dengan Ibu siapa ya?”
A :”Perempuan ya?”
P :”Iya Mbak”
P :” Ohiya anak saya perutnya sakit melilit dan agak mual, tapi badannya gak panas ”
P :” Iya Mbak, awal diarenya itu pas kami beli makanan dipinggir jalan.”
A : “Baik bu, apakah anak Ibu ada alergi obat atau makanan ?”
P : “baik mbak”
A : “Bu, ini ada obat entrostop anak dan oralit untuk anak Ibu, entrostop untuk
menghentikan BABnya dan oralit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Entrostop
diminum 3xsehari 1 sachet, dan oralit diminum 1 sachet yang dilarutkan dalam 300 ml
setelah BAB. Bagaimana apakah Ibu berminat?”
A : “Ohiya Bu, totalnya Rp 22.000,- yah Bu. Ohiya Bu, obat entrostop ini juga memiliki
efek samping seperti perut kembung dan atau sembelit, namun Ibu tidak perlu khawatir
karena hal ini jarang terjadi. Simpan obat ini didalam kotak obat, atau di tempat yang
aman yakni terhindar dari cahaya matahari langsung atau tempat yang lembab, jauhkan
dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Dan tetap terapkan pola hidup sehat,
cuci tangan sebelum makan, dan istirahat yang cukup.”
P : “Iya Mbak”
A :” Iya Bu, jika setelah minum obat ini selama 3 hari namun tidak kunjung sembuh, segera
periksakan ke dokter ya Bu. ”
P : “Iya Mbak.”
P : “Ini entrostop diminum 3xsehari 1 sachet, oralit diminum 1 sachet yang dilarutkan
dalam 300 ml setelah BAB.”
A : “Benar Bu, ini saya berikan kartu nama saya jika ada sesuatu Ibu bisa hubungi saya.
Semoga lekas sembuh dan sehat selalu yaa Bu anaknya”
A : “Iya Bu sama-sama.”
Nama Pasien Putri
Jenis Kelamin P / L *)
Usia 10 th
datang
Gejala yang diderita Keluhan : Diare dengan tekstur feses seperti air, badan lemas, perut melilit, badan tidak panas,
sedikit mual.
Pemeriksaan : -
Riwayat alergi -
pemakaian Batch
REKOMENDASI
Yang menyerahkan,
apt. Srikandi Laras, Pharm.D
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2011. Buku Saku Lintas Diare. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan : Depkes RI, Jakarta.
Dipiro, Joseph T, et al. 2012. Pharmacotherapy : A Pathopysiologic Approach, 9th Edition.
McGraw-Hill, New York
Hermawati, D., 2012, Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
Penggunaan Obat Swamedikasi pengunjung di dua Apotek kecamatan Cimanggis
Depok. Skripsi, Fakultas MIPA Universitas Indonesia.
Kartajaya, H., 2011. Self-Medication, Who Benefits and Who is at Loss (p.3). Indonesia:
MarkPlus Insight.
Yuana, W. Tri., Dicky, A.,Yuniarti S., dan Juhairiyah. 2016. Pemanfaatan Tanaman Obat
Tradisional Anti Diare pada Suku Day Dusun Deyah di Kecamatan Muara Uya
Kabupaten Tabalong. Kalimantan Selatan: JHECDs, 2 (1), 2016, hal. 7-13