Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM COMPOUNDING AND DISPENSING

SWAMEDIKASI
KASUS 8

Dosen Pengampu :
apt. Ghani Nurfiana Fadma Sari, M.Farm.

Disusun oleh :
Srikandi Laras 2120414675

PROGAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Swamedikasi merupakan upaya yang dilakukan penderita dengan tujuan untuk
pengobatan penyakit ringan, pengobatan penyakit kronis setelah adanya perawatan dari
dokter, dan juga dalam upaya peningkatkan kesehatan (Kartajaya, 2011). Pelaksanaan
swamedikasi hendaknya sesuai dengan kriteria penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat
obat, tepat pasien, tepat dosis, waspada efek samping obat, tidak ada interaksi obat yang
bermakna secara klinis, tidak ada duplikasi obat (Hermawati, 2012). Penggunaan obat yang
digunakan dalam swamedikasi terbatas pada obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek
(OWA). Penggunaan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA) secara benar
dapat membantu masyarakat dalam hal swamedikasi. Selain itu, swamedikasi memberikan
keuntungan besar bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan nasional (Depkes, 2008).
Biaya sakit dapat ditekan dan dokter sebagai tenaga profesional kesehatan lebih terfokus
pada kondisi kesehatan yang lebih serius dan kritis.
Pengobatan penyakit ringan yang dapat dilakukan swamedikasi salah satu
contohnya yaitu diare. Diare adalah Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011) sehingga dapat menganggu kelangsungan hidup
sehari-hari. Diare dapat disebabkan oleh kebiasaan hidup yang kurang bersih, atau infeksi
dari parasite/bakteri/virus. Selain itu diare juga dapat disebabkan ansietas (rasa cemas),
keracunan, konsumsi susu atau produk susu pada orang yang kekurangan enzim laktase
(yaitu enzim yang menguraikan zat gula laktosa yang terkandung dalam susu), konsumsi obat
obatan tertentu, atau adanya kondisi penyakit akut atau kronik lain yang dapat memicu
kondisi diare .
Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Sehingga
upaya awal yang dilakukan adalah memberikan swamedikasi yang tepat bagi penderita. Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai swamedikasi dari gangguan diare.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan diare?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi dari diare?
1.2.3 Bagaimana gejala dan manifestasi klinis dari diare?
1.2.4 Bagaimana etiologi dari diare?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari diare?
1.2.6 Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan terhadap diare?
1.2.7 Bagaimana terapi tatalaksana terhadap diare?
1.2.8 Bagaimana menyelesaikan kasus diare?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui defenisi dari diare.
1.3.2 Mengetahui klasifikasi dari diare.
1.3.3 Mengetahui gejala dan manifetasi klinis dari diare.
1.3.4 Mengetahui etiologi dari diare.
1.3.5 Mengetahui patofisiologi dari diare.
1.3.6 Mengeahui pencegahan yang dapat dilakukan terhadap diare.
1.3.7 Mengetahui terapi tatalaksana dari diare.
1.3.8 Mengetahui cara penyelesaian kasus swamedikasi diare.
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

1.1 DEFINISI
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih ) dalam satu hari. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6
golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan
anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-
rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

1.2 KLASIFIKASI
Diare diklasifikasikan berdasarkan lama berlangsungnya diare, adapun uraiannya
sebagai berikut :
Klasifikasi berdasarkan lama berlangsungnya diare
a. Diare akut
Diare akut terjadi mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu (<14 hari),
gejalanya antara lain : tinja cair, demam, muntah, diare ini dapat membaik selama
berjam-jam atau berhari-hari tanpa terapi spesifik kecuali terjadi dehidrasi. Diare akut
dapat terjadi akibat infeksi virus, bakteri dan makanan.

b. Diare Kronis
Diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari sejak awal diare, gejalanya antara lain :
demam, malnutrisi, berat badan menurun, radang pada perut. Diare kronis dapat
disebabkan oleh faktor spesifik dan non spesifik
1.3 GEJALA DAN MANIFESTASI
Umum :
Diare akut umumnya akan hilang dalam 72 jam setelah onset. Diare kronis sering mengalami
perpanjangan periode.

Tanda dan Gejala:


a. Timbul mual, demam, sakit kepala, muntah, sakit perut, dan malaise secara tiba-tiba
b. Buang air besar menjadi sering, selama 60-72 jam
c. Nyeri kuadran kanan bawah terasa kram
d. Pada diare usus besar, rasa sakit terasa mencengkram, sensasi sakit dengan telesmus
(tegang dan tidak efektif. Nyeri melokalisasi sebelah kanan, daerah hipogastrikus, atau
sebelah kiri lebih ke bawah.
e. Pada diare kronis, ditandai juga dengan penurunan berat badan, anoreksia, dan
kelemahan kronis.

1.4 ETIOLOGI
Diare dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor spesifik dan non klinis. Faktor
spesifik meliputi Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit. Sedangkan faktor non
spesifik yaitu adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi dan alergi,
keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan, Imunodefisiensi,
kebersihan diri dan lingkungan.
Bakteri/virus/parasite yang umum menyebabkan diare yaitu bakteri E.coli,
Salmonela, Vibrio cholerae (kolera) Shigella,Yersinia enterocolitica, virus Enterovirus
echovirus, human Retrovirua seperti Agent, Rotavirus, dan parasit oleh cacing (Askaris),
Giardia calmbia, Crytosporidium, jamur (Candidiasis).
Faktor makananan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Hal-hal ini juga dapat
menganggu proses penyerapan atau sering disebut malabsrbsi.
Faktor lingkungan diantaranya adalah kurang air bersih dengan sanitasi yang kurang
baik, penggunaan sarana air yang sudah tercemar, pembuangan tinja dan tidak mencuci
tangan dengan bersih setelah buang air besar, kondisi lingkungan sekitar yang kotor dan tidak
terjaga kebersihannya.

1.5 PATOFISIOLOGI
Adapun patofisiologi terjadinya diare yaitu :
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap dapat menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat terangsang tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

1.6 PENCEGAHAN
Pencegahan Terhadap Diare

Pencegahan Diare pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
- Primary Prevention (promosi kesehatan dan pencegahan khusus)
- Secondary Prevention (diagnosis dini serta pengobatan yang tepat)
- Tertiary Prevention (pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi)
1.6.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan
faktor pejamu.
1.      Penyediaan Air Bersih
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya
penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta
penyebar penyakit, Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari
sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi.

2.      Kebiasaan Mencuci Tangan


Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan
penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab diare
ditularkan melalui jalur oral. Pada penularan seperti ini, tangan memegang peranan
penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau minuman tercemar
kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.
3.      Tempat Pembuangan Tinja
Pembuangan Tinja (Kotoran) manusia harus dikelola dengan baik. Suatu tempat
pembuangan tinja harus memenuhi syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah,
tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak
menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan murah
4.      Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, yang
tergantung dan tingkat kekurangan gizi. Adapun penilainnya yaitu :
1) Konsumsi makanan
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Pengukuran antropometri
4) Pemeriksaan klinis

1.6.2 Pencegahan Sekunder


Pencegahan sekunder adalah pencegahan tingkat kedua untuk penderita diare atau
yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan
yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi.
Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi)
dan mengatasi penyebab diare. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan
klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas
penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare
dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.

1.6.3 Pencegahan Tersier


Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami
kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan
pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga
dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit
diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi
dan menjaga keseimbangan cairan.

1.7 TATALAKSANA TERAPI


1.7.1 Terapi Nonfarmakologi
a. Menurut penelitian yang dilakukan Yuana, dkk tahun 2016. Adapun obat
tradisional yang digunakan untuk pengobatan diare yaitu :
1. Jambu biji (Psidium guajava) dengan merebus 3 lembar daun jambu biji
dengan 3 gelas air (600 ml) hingga diperoleh 1 gelas (200 ml) larutan.
2. Jambu mente (Anacardium occidentale) sebagai anti diare adalah dengan
merebus batang dengan 3 gelas air menjadi 1 gelas larutan.
3. Kumala tawar (Coctus speciosus) dengan membakar batang muda sepanjang
30 cm dan didiamkan lalu diangin-anginkan atau diembunkan selama satu
malam. Kemudian batang yang telah diembunkan diperas hingga dihasilkan 1
sendok cairan.

b. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan berfungsi untuk mencegah dehidrasi


yang sangat berbahaya bagi penderita diare, terutama bayi dan lansia.

Tabel 1.1 Penggunaan Oralit menurut Dipiro, 2012 :

umur < 1 tahun 1-4 tahun 5-12 tahun Dewasa


Setiap kali BAB beri oralit
Mencegah
100 ml 200 ml 300 ml 400 ml
dehidrasi
(0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)
3 jam pertama beri larutan rehidrasi oral
300 ml 600 ml 1,2 L 2,4 L
Mengatasi (0,5 gelas) (3 gelas) (6 gelas) (12 gelas)
dehidrasi Selanjutnya setiap BAB beri oralit
100 ml 200 ml 300 ml 400 ml
(0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)

c. Dietary modifications. Selama episode diare akut, pasien biasanya makan lebih
sedikit karena mereka fokus pada diare. Baik anak-anak dan orang dewasa harus
berusaha untuk mempertahankan gizi karena makanan membantu mengganti
nutrisi dan cairan tubuh yang hilang. Namun, cairan dalam makanan mungkin
tidak cukup untuk mengkompensasi kehilangan cairan akibat diare.

1.7.2 Terapi Farmakologi


Algoritma Terapi Diare menurut Dipiro :

Terapi Farmakologi Menurut Dipiro:

Golongan obat dan Kekuatan Sediaan Dosis Dewasa


Nama Obat
Antimotilitik
Diphenoxylate 2.5 mg/tablet 5 mg 4 kali sehari, tidak
2.5 mg/5 mL melebihi 20 mg/hari
Loperamide 2 mg/capsule Awalnya 4 mg/hari, lalu
diberikan 2 mg, tidak melebih
16 mg/hari
Paregoric 2 mg/5 mL (morphine) 5-10mL, 1-4 kali sehari
Opium tincture 10 mg/mL (morphine) 0,6 mL , 4 kali sehari

Difenoxin 1 mg/tablet Awalnya 2 tablet/hari, lalu


diberikan 1 tablet/hari, tidak
melebihi 8 tablet/hari
Adsorben
Kaolin-pectin 5.7 g kaolin + 130.2 mg 30–120 mL
mixture pectin/30 mL
Polycarbophil 500 mg/tablet Kunyah tablet 2 tablet, 4 kali
sehari, tidak melebihin 12
tablethari
Attapulgite 750 mg/15 mL 1200-1500 mg setelah buang air
300 mg/7.5 mL besar atau setiap 2 jam, tidak
750 mg/tablet melebihi 9000 mg
600 mg/tablet
300 mg/tablet
Antisekretori
Bismuth 1050 mg/30 mL 2 tablet atau 30 mL setiap 30
subsalicylate 262 mg/15 mL menit-1 jam sesuai kebutuhan,
524 mg/15 mL dosis 8 mg/hari
262 mg/tablet
Enzymes (lactase) 1250 neutral lactase units/4 3-4 tetes diminum
drops dengan susu
3300 FCC lactase units per
tablet
Bacterial 2 tablet atau 1 paket granul 3-4
replacement kali sehari, diminum bersamaan
(Lactobacillus dengan susu. Jus atau air
acidophilus,
Lactobacillus
bulgaricus)
Octreotide 0.05 mg/mL Awal : 50 mcg secara SC 1-2
0.1 mg/mL kali/hari dan titrasi dosis
0.5 mg/mL berdasarkan indikasi hingga 600
mcg/hari dalam 2-4 dosis
terbagi
1.8 KASUS

Seorang Ibu datang ke apotek membelikan obat untuk anaknya yang berumur 10 tahun dengan
keluhan sudah sehari menderita diare sering buang air besar sehari 6 kali dengan tektur feses
seperti air badan lemas perut melilit tapi badan tidak panas sedikit mual, dikarenakan kemarin
beli makanan dipinggir jalan.

a. Farmakologi
Berdasarkan keluhan yang diterima, apoteker memutuskan untuk memberikan terapi
berupa oralit dan entrostop anak (attapulgit-pektin).

Merk Dagang Komposisi Dosis Standar Indikasi


Oralit Glukosa 3 jam pertama Elektrolit
anhidrat, 6 gelas (1
kalium klorida, gelas= 200ml
natrium untuk 1
klorida, sachet),
trisodium sitrat selanjutnya
dihidrat. tiap kali
mencret 1.5
gelas (1.5
gelas= 300 ml
untuk 1
sachet).
Entrostop Anak Psidii folium Anak: 3xsehari Adsorban
leaf extract, 1 sachet
curcuma
domesticha
rhizome
extract,
camellia
sinensis leaves
extract,
zingiber
rhizome
extract.

b. Non Farmakologi
- Minum air putih yang cukup
- Istirahat yang cukup
- Hindari makanan yang tidak bersih
- Cuci tangan sebelum makan
- Terapkan pola hidup bersih
BAB III
PENUTUP

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya
tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Pada kasus ini terapi diare dapat dilakukan dengan
menggunakan cairan eletrolit terlebih dahulu dan obat yang mengandung attapugite
sebagai adsorben.

NASKAH SWAMEDIKASI
Seorang Ibu datang ke apotek membelikan obat untuk anaknya yang berumur 10 tahun dengan
keluhan sudah sehari menderita diare sering buang air besar sehari 6 kali dengan tektur feses
seperti air badan lemas perut melilit tapi badan tidak panas sedikit mual, dikarenakan kemarin
beli makanan dipinggir jalan.

Keterangan :

Apoteker :A

Ibu dari pasien: P

Pada pagi hari, datang seorang ibu ke apotek.

A : “Selamat pagi Bu, selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?”

P : “ Selamat pagi Mbak, saya mau cari obat diare Mbak buat anak saya.”

A : “Oh iya Bu, sebelum saya memberikan obat, apakah Ibu mempunyai waktu sebentar
untuk berdiskusi mengenai obat yang akan saya berikan Bu ?”

P : “Iya bisa Mbak.”

Kemudian apoteker dan ibu dari pasien menuju ke ruangan konseling apoteker di apotek.

A : “Silahkan duduk Bu. Perkenalkan saya Srikandi , apoteker di apotek ini, kalau boleh
tau, saya sedang bicara dengan Ibu siapa ya?”

P :” Nama saya Ica.”

A :” Baik Bu Ica , maaf boleh tahu siapa nama anak Ibu?”

P :”Nama anak saya Putri Mbak”

A :”Perempuan ya?”

P :”Iya Mbak”

A : “Umurnya berapa Bu?”

P : “10 tahun Mbak.”

A : “ Tinggal dimana Ibu?”


P : “Jl. Menco Mbak.”

A : “Baik Bu, diarenya sudah berapa lama Bu ?”

P :” 1 hari Mbak, dari kemarin sudah mencret 6x sampe badannya lemes”

A :” Baik, selain diare, keluhan lainnya ada Bu?”

P :” Ohiya anak saya perutnya sakit melilit dan agak mual, tapi badannya gak panas ”

A : “Apakah anak Ibu mengonsumsi makanan atau minuman tertentu sebelumnya?”

P :” Iya Mbak, awal diarenya itu pas kami beli makanan dipinggir jalan.”

A :” Oh gitu, sebelumnya sudah diperiksakan ke dokter Bu?”

P : “Belum pernah Mbak, saya langsung kesini”

A : “Baik bu, apakah anak Ibu ada alergi obat atau makanan ?”

P : “Tidak ada Mbak”

A : “Apakah anak Ibu memiliki riwayat penyakit?”

P : “Tidak ada Mbak”

A : “Baik Bu, tunggu sebentar ya Bu , saya ambilkan obatnya”

P : “baik mbak”

Apoteker mengambil obat dalam beberapa waktu.

A : “Bu, ini ada obat entrostop anak dan oralit untuk anak Ibu, entrostop untuk
menghentikan BABnya dan oralit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Entrostop
diminum 3xsehari 1 sachet, dan oralit diminum 1 sachet yang dilarutkan dalam 300 ml
setelah BAB. Bagaimana apakah Ibu berminat?”

P : “Iya deh Mbak itu aja, berapa harganya?”

A : “Harganya 1 sachet entrostop anak Rp 2.000,-, oralit 1 sachetnya Rp 1.000,- Bu.

P : “Ohiya boleh deh Mbak, kalau sebox berapa ya?”


A : “Entrostopnya Rp 12.000,-, oralitnya Rp 10.000,-.”

P : “Saya beli 1 box deh Mbak.”

A : “Ohiya Bu, totalnya Rp 22.000,- yah Bu. Ohiya Bu, obat entrostop ini juga memiliki
efek samping seperti perut kembung dan atau sembelit, namun Ibu tidak perlu khawatir
karena hal ini jarang terjadi. Simpan obat ini didalam kotak obat, atau di tempat yang
aman yakni terhindar dari cahaya matahari langsung atau tempat yang lembab, jauhkan
dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Dan tetap terapkan pola hidup sehat,
cuci tangan sebelum makan, dan istirahat yang cukup.”

P : “Iya Mbak”

A :” Iya Bu, jika setelah minum obat ini selama 3 hari namun tidak kunjung sembuh, segera
periksakan ke dokter ya Bu. ”

P : “Iya Mbak.”

A : “Ada yang ingin ditanyakan Bu?”

P : “Sudah Mbak, gak ada.”

A : “Baik Bu, boleh ulangi yang telah saya jelaskan tadi?”

P : “Ini entrostop diminum 3xsehari 1 sachet, oralit diminum 1 sachet yang dilarutkan
dalam 300 ml setelah BAB.”

A : “Benar Bu, ini saya berikan kartu nama saya jika ada sesuatu Ibu bisa hubungi saya.
Semoga lekas sembuh dan sehat selalu yaa Bu anaknya”

P : “ Aamiin, terima kasih yaa Mbak.”

A : “Iya Bu sama-sama.”
Nama Pasien Putri

Jenis Kelamin P / L *)

Usia 10 th

Alamat Jl. Menco

Tanggal pasien 27 Februari 2021

datang

Gejala yang diderita Keluhan : Diare dengan tekstur feses seperti air, badan lemas, perut melilit, badan tidak panas,
sedikit mual.

Pemeriksaan : -
Riwayat alergi -

Riwayat peyakit Ya / tidak*)


sebelumnya

OBAT YANG DIBERIKAN :

Nama Obat Dosis Cara No Tanggal ED

pemakaian Batch

1. Entrostop anak 3xsehari 1 sachet peroral M12345 Maret 2023

2. Oralit 1 sachet dalam peroral N67890 Maret 2022


300 ml sehabis
BAB
3

REKOMENDASI

- Jaga kebersihan makanan

*) coret salah satu

S urakarta, 27 Februari 2021

Yang menyerahkan,
apt. Srikandi Laras, Pharm.D

DAFTAR PUSTAKA

Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Depkes RI. 2011. Buku Saku Lintas Diare. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan : Depkes RI, Jakarta.
Dipiro, Joseph T, et al. 2012. Pharmacotherapy : A Pathopysiologic Approach, 9th Edition.
McGraw-Hill, New York
Hermawati, D., 2012, Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
Penggunaan Obat Swamedikasi pengunjung di dua Apotek kecamatan Cimanggis
Depok. Skripsi, Fakultas MIPA Universitas Indonesia.

Juffrie. 2010. Gastroenterologi-hepatologi, jilid 1. Jakarta: Badan penerbit IDAI

Kartajaya, H., 2011. Self-Medication, Who Benefits and Who is at Loss (p.3). Indonesia:
MarkPlus Insight.

Yuana, W. Tri., Dicky, A.,Yuniarti S., dan Juhairiyah. 2016. Pemanfaatan Tanaman Obat
Tradisional Anti Diare pada Suku Day Dusun Deyah di Kecamatan Muara Uya
Kabupaten Tabalong. Kalimantan Selatan: JHECDs, 2 (1), 2016, hal. 7-13

Anda mungkin juga menyukai