Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SWAMEDIKASI DIARE

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 7 :


1. Ayu Indah Purna ( 51603070 )
2. Siti Nursakinah ( 51704086 )
3. Suci Indah Lestari ( 51704088 )
DOSEN PEMBIMBING : Mayaranti wilsya apt,M.sc

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020 - 2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………….........................……………...……............................……..............

DAFTAR ISI ……………....................................…………...……....................……............................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………......................................................…..................................

1.2 Identifikasi Masalah ………………...……................………...….........…........................................

1.3 Batas Masalah ……………………...….......................…….........……....…......................................

1.4 Rumus Masalah ………………...……...................................................….......………............…..….

1.5 Tujuan Penulisan ……………………..………….............................................….............................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diare………………………………........................................................…...........…........

2.2 Penyebab Timbulnya Penyakit Diare ………............................................….............................…....

2.3 Penularan Kuman Penyakit Diare ……...............................…………........................…...............….

2.4 Klasifikasi Diare ………….............…………......…………......................................…....................

2.5 Tanda-Tanda Penyakit Diare …………………………………………....................................….….

2.6 Bahaya Dari Diare ………………………………………..…......…............................................…..

2.7 Pertolongan Pertama Mengatasi Diare……………………………........….....................................….

2.8 Pengobatan Diare ……....................…...................................................................................…..…..

2.9 Obat Swamedikasi Diare Tanpa Resep Dokter ……………………….......................................….....

2.10 Cara Pencegahan Diare …………………………………………………..........................................

2.11 Contoh Kasus Diare …………………...................……………………...........................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ……………………………………………………......................…............................

3.2. Saran …………………………………………………….......….....................................................

KESIMPULAN ……………………………………………………………...........................................

DAFTAR PUSTAKA ………………………....…..............................…..............................................


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Makalah ini berisikan tentang
"Swamedikasi Diare" Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Palembang, Januari 2021


Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Dimana pada dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian
balita, membunuh lebih dari 1,5 Juta orang pertahun. Diare kondisinya dapat merupakan
gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan makana atau kelebihan
Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan seringkali enek dan muntah. Dimana
menurut WHO (1980) diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut,
diare parsistensi dan diare kronik.

1.2 Identifikasi masalah

Penderita diare sudah sangat mewabah dimasyarakat mengingat kurangnya perhatian


dan kesadaran tentang perlunya kebersihan lingkunyannya.

1.3 Batas Masalah

Karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan teori pendukung, dan supaya
penulisan dapat dilakukan secara baik dan mendalam, maka masalah yang akan diangkat
hanya pokok bahasan yang mendalam saja, karena kita dibatasi waktu yang diberikan.

1.4 Rumusan Masalah

Setelah masalah yang diteliti dan ditulis itu akan ditentukan variabel apa saja yang
akan diangkat dan bagaimana hubungannya variabel yang satu dengan yang lain. Supaya
dapat terjawab secara akurat maka masalah yang akan diteliti perlu dirumuskan secara
spesifik Yaitu :

1. Apakah penderita diare semakin mengalami peningkatan

2. Apakah tingkat kesadaran masyarakat semakin kurang dalam menjaga kebersihan


lingkungan.
1.5 Tujuan Penulisan

1. Agar masyarakat dapat memahami apa itu penyakit diare dan mengetahuai apa
bahaya dari pada penyakit diare.

2. Agar masyarakat dapat memahami penyebab timbulnya penyakit diare dan


bagaimana cara pencegahan dari pada penyakit diare.

3. Agar kita juga dapat mengetahui tentang klasifikasi dan tanda-tanda

penyakit diare.

4. Untuk mengajak masyarakat, agar labih memperhatikan dan menyadari tentang


perlunya kebersihan lingkungan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Pengertian
lain diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami buang air besar yang
sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan.

2.2 Penyebab Timbulnya Penyakit Diare

· Makan tanpa cuci tangan dengan sabun.

· Makan makanan yang dihinggapi lalat.

· Keracunan makanan Beberapa infeksi virus tetapi juga sering kali akibat dari
racun Bakteri.

· Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak


cukup makanan.

2.3 Penularan Kuman Penyakit Diare

Kuman penyakit diare dapat ditularkan melalui :

· Air dan makanan yang tercemar.

· Tangan yang kotor.

· Berak disembarang tempat.

· Botol susu yang kurang bersih (bayi).

2.4 Klasifikasi Diare


Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare persisten dan
diare kronik. Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu dapat dikelompokkan menjadi :

1. Diare Diare Akut

akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja
yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 2 minggu. Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-
seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh
penderita, gradasi penyakit diare dapat dibedakan dalam 3 kategori, yaitu:

a) Diare tanpa dehidrasi

b) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yan hilang 2-5% dari berat badan

c) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari
berat badand)Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-
10% dari berat badan.

2. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan
dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

3. Diare Kronik

iarDe kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi,
seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolism yang menurun. Lama diare
kronik lebih dari 30 hari. Diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan
berlangsung 2 minggu lebih.

2.5 Tanda-Tanda Penyakit Diare

Biasanya 3X atau lebih dalam sehari, kadang-kadang disertai :

a. Muntah

b. Badan lesu dan lemah

c. Tidak mau makan

d. Panas

2.6 Bahaya Dari Diare


1. Penderita akan kehilangan cairan tubuh

2. Penderita akan menjadi lesu dan lemah

3. Penderita dapat meninggal bila kehilangan cairan tubuh lebih banyak

2.7 Pertolongan Pertama Mengatasi Diare

pertolongan yang pertama dilakukan adalah pemberian oralit yaitu campuran dari :

- NaCl 3,5 gram

- KCl 1,5 gram

- NaHCO3 2,5 gram

- Glukosa 20 gram

Atau dengan memberikan larutan infuse secara intra vena antara lain :

· Larutan NaCl 0,9 % (normal saline)

· Larutan Na. laktat majemuk (ringer laktat)

Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis penyebab

diare melalui pemeriksaan yang teliti.

2.8 Pengobatan Diare

Berdasarkan pengobatan secara terapi farmakologi dan non-farmakologi, yaitu :

A. Terapi Farmakologi
Umumnya diare nonspesifik dapat sembuh dengan sendirinya, namun untuk
mengurangi gejala diare dapat digunakan beberapa obat, antara lain antimotilitas,
antisekretori, adsorben dan obat-obat lainnya seperti probiotik, enzim laktase dan zink
(Berarrdi et al., 2009; Spruill and Wade, 2008).

a. Antimotilitas
Pada golongan ini adalah opiat dan turunannya, yang bekerja dengan menunda
perpindahan intraluminal atau meningkatkan kapasitas usus, memperpanjang kontak dan
absorbsi. Sebagian besar opiat bekerja melalui mekanisme perifer dan sentral, kecuali
loperamid hanya perifer. Loperamid menghambat calcium-binding protein calmodulin,
yang mengatur pengeluaran klorida. Loperamid disarankan untuk mengatasi diare akut
dan kronis. Jika digunakan secara tepat, obat ini tidak menimbulkan efek samping sperti
pusing dan konstipasi. Golongan opiat yang lain adalah diphenoxylate yang dapat
menimbulkan atropinism seperti pandangan kabur, mulut kering dan retensi urin. Kedua
obat ini tidak digunakan pada pasien yang memiliki resiko bacterial enteritis E. coli,
Shigella, atau Salmonella (Spruill and Wade, 2008).

LOPERAMID

Loperamid merupakan opioid agonist sintetis yang memiliki efek antidiare dengan
menstimulasi reseptor mikro-opioid yang berada pada otot sirkular usus. Hal ini
menyebabkan melambatnya motilitas usus, meningkatkan absorbsi elektrolit dan air
melalui usus. Stimulasi pada reseptor tersebut juga menurunkan sekresi pada saluran
cerna, yang berkontribusi pada efek antidiare. Selain itu, terdapat mekanisme lain, yaitu
gangguan terhadap mekanisme kolinergik dan nonkolinergik yang terlibat dalam regulasi
peristaltik, penghambatan calmodulin dan inhibisi voltage-dependent calcium channels.
Efek terhadap calmodulin dan calcium channel ini yang berkontribusi dalam efek
antiskretori. Loperamid 50 kali lipat lebih poten dibandingkan morfin dan 2-3 kali lebih
poten dibandingkan diphenoxylate dalam efeknya terhadap motilitas saluran cerna.
Loperamid tidak memiliki efek terhadap SSP karena penetrasinya kurang baik.

Loperamid digunakan sebagai terapi simptomatik diare akut dan nonspesifik. Efek
terapinya meliputi penurunanan volume feses harian, meningkatkan viskositas, bulk
volume, dan mengurangi kehilangan cariran dan elektrolit. Loperamid tidak disarankan
untuk anak kurang dari 6 tahun karena akan meningkatkan efek samping seperti ileus dan
toxic megacolon. Dosis untuk dewasa adala 4 mg per oral, diikuti dengan 2 mg setiap
setelah buang air , sampai dengan 16 mg per hari.
Efek samping yang jarang timbul antara lain, pusing, konstipasi, nyeri abdominal,
mual, muntah, mulut kering, lelah dan reaksi hipersensitif. Seperti dijelaskan
sebelumnya, loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare yang disebabkan oleh
bakteri karena akan memperparah diare, toxic megacolon atau ileus paralytic.

Tabel : Produk Obat yang Mengandung Loperamid (ISO Indonesia vol 44-2009 s/d 2010)

b. Antisekretori
· Bismut Subsalisilat

·
Senyawa bismuth tidak larut atau kelarutannya sangat rendah, toksisitas
biasanya tidak muncul jika digunakan pada periode terbatas. Penggunaan bismuth
jangka panjang secara sistemik tidak direkomendasikan. Mekanisme kerjanya
dengan memproduksi antisekretori dan efek antimikroba, juga memiliki efek
antiinlflamasi. Biasanya diberikan sebagai antidiare dan antasida lemah(Spruill
and Wade, 2008).
Bismut salisilat diindikasikan untuk pengobatan gangguan pencernaan
seperti konstipasi, mual, nyeri abdomen, diare, termasuk travelers diare dan tidak
diperbolehkan pada pasien yang menderita penyakit akibat virus seperti campak
atau influenza pada pasien dengan umur dibawah 18 tahun.
Dosis maksimum perhari adalah 4g (Sweetman, 2009).Bentuk sediaan
bismuth subsalisilat yang ada adalah tablet kunyah (262 mg), 262 mg/5 ml cairan,
524 mg/15ml cairan. Bismut salisilat berinteraksi dengan salisilar, tetrasiklin dan
anti koagulan, serta memiliki efek samping tinnitus, mual dan muntah (Spruill and
Wade, 2008).
Produk yang mengandung bismut subsalisilat antara lain (ISO Indonesia vol 44-
2009 s/d 2010):
· Diaryn® (Konimex)
Bahan aktif: Bismut subsalisilat 262mg
Indikasi : pengobatan diare tidak spesfik yang tidak terjadi pendarahan dan
tidak diketahui penyebabnya
Kemasan : Strip 4 tablet Rp. 1.540
· New Sybarin® (Kaliroto)
Bahan aktif: Bismuth Subsalisilat 125 mg
Indikasi : Pengobatan Diare
Dosis: Dewasa: 2-3 tablet setiap kali minum dosis tersebut diulang setiap
0,5-1 jam jika diperlukan paling banyak 8 kali sehari
Kemasan : Dos 10 x 10 Tablet

· Neo Adiar ® (Erela)


Bahan aktif: Bismuth Subsalisilat 187,125 mg
Indikasi : Pengobatan Diare Non spesifik
Dosis: Dewasa 2 kaplet diualang tiap 30-60 menit jika diperlukan
maksimal 8 dosis dalam 24 jam
Kemasan : Dos 10 x 10 Tablet
· Racecadotril

Rececadotril adalah enkephalinase inhibitor (nonopiat) dengan aktivitas


antisekretori yang dapat digunakan untuk diare tanpa kolera (World
Gastroenterology Organisation, 2008). Enkephalins adalah senyawa endogen
opiat dalam usus yang memiliki efek antisekretori dan aktifitas proabsorptif pada
usus halus. Enkephalins inhibitor adalah senyawa yang memperlambat reaksi
enzimatik (enkephalinase) rusak sehingga endogen enkephalins ditemukan di usus
halus. Racecadotril digunakan sebagai antisekretori tanpa memberikan efek pada
pergerakan saluran cerna atau efek pada saraf pusat. Obat memiliki efek seperti
loperamid, tetapi dengan efek samping pada pergerakan saluran cerna seperti
membusungnya perut, nyeri dan konstipasi yang lebih rendah (Dipiro et al.,
2011). Biasanya diberikan secara oral dengan dosis 100 mg 3 kali sehari sebelum
makan (Sweetman, 2009).

c. Adsorben

Adsorben merupakan kelompok obat yang umumnya digunakan pada terapi


simptomatik pada diare, yang mekanisme kerjanya tidak spesifik, adsorbsi meliputi
nutrisi, toksin, obat dan digestive juice (Spruill and Wade, 2008). Adsorben meliputi
attapulgit, kaolin dan pektin (Berarrdi, et al., 2009).

Mekanisme adsorben yaitu dengan mengadsorbsi toksin mikroba dan


mikroorganisme pada permukaannya. Adsorben tidak diabsorbsi oleh saluran cerna,
toksin mikroba dan mikroorganisme langsung dikeluarkan bersama feses. Beberapa
polimer organik hidrofilik adsorben, mengikat air pada usus halus sehingga menyebabkan
pembentukan feses yang lebih padat. Adsorbsi bersifat tidak selektif sehingga diperlukan
perhatian khusus pada pasien yang mengkonsumsi obat lain karena absorbsinya dapat
terganggu (Nathan, 2010).
Contoh adsorben, antara lain (ISO Indonesia vol 44-2009 s/d 2010):
· Bismuth subsalicylate
Merupakan bentuk kompleks dari bismuth dan asam salisilat.
Contoh :
· Scantoma® : mengandung Bismuth subsalicylate 375 mg
· Stobiol® : mengandung Bismuth subsalicylate 262 mg
· Attapulgite
Contoh :
· Biodiar® : mengandung attapulgit koloidal teraktifasi 630 mg
· New Diatab® : mengandung attapulgit aktif
· Teradi® : mengandung attapulgit 600 mg
· Kaolin-pektin
Contoh :
· Envois-FB® : per 5 mL mengandung kaolin 1000mg dan pektin
40 mg
· Neo Diaform® : mengandung kaolin 550 mg, pektin 20 mg
· Neo Kacitin® : mengandung kaolin 700 mg, pektin 50 mg
· Neo Kaolana® : per 15 ml mengandung kaolin 700 mg, pektin 66
mg
· Oppidiar sirup® : mengandung kaolin 986 mg, pektin 22 mg
· Activated charcoal
Contoh :
· Bekarbon® : mengandung activated charcoal 250 mg
· Norit® : mengandung
· Kombinasi
Contoh :
· Molagit® : mengandung attapulgit 700 mg dan pectin 50 mg,
meredakan diare non spesifik
· Arcapec® : mengandung Attapulgit 600 mg, Pektin 50 mg
· Diagit® : mengandung Attapulgit 600 mg, Pektin 50 mg
· Entrogard® : mengandung Attapulgit 750 mg, Pektin 50 mg
· Fitodiar® : mengandung Attalpugite 300 mg, Psidii Folium
Extractum 50 mg, Curcuma domestica Rhizoma Extractum 7,5 mg
· Neo Diastop® : mengandung attapulgite 600 mg, pektin 50 mg
· Neo Entrostop®: mengandung attapulgite koloidal teraktifasi 650 mg,
pektin 50 mg.
·
d. Obat lain
1. Probiotik

Probiotik, termasuk beberapa spesies Lactobacillus, Bifidobacteria lactis


dan Saccharomyces boulardii umum digunakan untuk management atau
pencegahan diare akut. Lactobacillus meningkatkan sistem imun, menghasilkan
substansi antimikroba dan berkompetisi dengan bakteri terhadap binding site pada
mukosa usus (Berrardi, et al., 2009).

Sediaan Lactobacillus yang mengandung bakteri atau yeast seperti bakteri


asam laktat merupakan suplemen harian yang digunakan sebagai pengganti
microflora kolon. Memperbaiki fungsi intestinal normal dan menekan
pertumbuhan mikroorganisme patogen. Sediaan yang umum ada antara lain susu,
jus, air atau sereal (Spruill and Wade, 2009).

Contoh sediaannya antara lain (ISO Indonesia vol 44-2009 s/d 2010):

· Lactodia® (Indofarma)

Komposisi: Lactobacillus acidophilus 1X1010 cfu / g, Bifidobacterium


longum 1X1010 cfu / g, Streptococcus thermophilus 1X1010 cfu / g,
Krim sayuran bubuk, Glukosa, Fructo-oligo-saccharide, Bubuk
stroberi (5,1%), Perisa Stroberi, Vitamin C, Vitamin B3 (Niasin),
Konsentrat mineral susu, Seng oksida, Sukrosa, Vitamin B1, Vitamin
B2, Vitamin B6
· Yakult ®(Yakult Indonesia Persada)

Komposisi : L. casei Shirota strain, susu skim, glukosa, sukrosa

· Enzim Laktase

Produk enzim laktase sangat membantu bagi pasien yang mengalami diare
sekunder akibat lactose intolerance. Laktase diperlukan untuk pencernaan
karbohidrat.  Jika tidak memiliki enzim ini, konsumsi produk susu dapat
menyebabkan diare osmotik. Produk ini digunakan setiap kali mengkonsumsi
produk susu seperti susu dan es krim (Spruill and Wade, 2008).

· Zinc

Penggunaan suplemen zinc harian pada anak-anak dengan diare akut dapat
mengurangi pengeluaran feses, frekuensi feses berair, dan durasi serta keparahan
diare. Ditujukan untuk yang mengalami defisiensi zinc yang diakibatkan
gangguan imunitas selular dan humoral yang menyebabkan pada GIT terjadi
gangguan absorbsi air dan elektrolit, meningkatkan sekresi sebagai respon
terhadap endotoksin bakteri, dan menurunnya enzim brush border (Berrardi, et
al., 2009). Contoh sediaan suplemen zinc adalah Zn- Diar® (Hexpharm Jaya)
dengan komposisi seng sulfat monohidrat 54,9 mg yang setara dengan mineral
seng 20 mg/ tablet dispersibel (ISO Indonesia vol 44-2009 s/d 2010).
B. Terapi non farmakologi

Fluid and Electrolyte Management


Dapat dilakukan dengan cara pemberian oral rehidration atau memperbanyak
intake cairan seperti air mineral, sup atau jus buah, dengan tujuan untuk mengembalikan
komposisi cairan dan elektrolit tubuh yang sebelumnya mengalami dehidrasi akibat diare
(Berarrdi, et al., 2009).
Oral rehyERdration solution (ORS) atau oralit digunakan pada kasus diare ringan
sampai sedang. Rehidrasi dengan menggunakan ORS harus dilakukan secepatnya yaitu 3-
4 jam untuk menggantikan cairan serta elektrolit yang hilang selama diare untuk
mencegah adanya dehidrasi. Cara kerja dari ORS adalah dengan menggantikan cairan
serta elektrolit tubuh yang hilang karena diare dan muntah, namun ORS tidak
untukmengobati gejala diare (Berarrdi, et al, 2009 ; Nathan, 2010).
ORS mengandung beberapa komponen yaitu Natrium dan kalium yang berfungsi
sebagai pengganti ion essensial, sitrat atau bicarbonate yang berfungsi untuk
memperbaiki keseimbangan asam basa tubuh serta glukosa digunakan sebagai sebagai
carrier pada transport ion natrium dan air untuk melewati mukosa pada usus
halus.Komposisi ORS yang direkomendasikan oleh WHO yaitu adalah komponen
natrium 75 mmol/L dan glukosa 200 mmol/L (Nathan,2010).
Dalam 1 sachet ORS serbuk harus dilarutkan dengan menggunakan 200mL air.
Penting sekali untuk membuat larutan ORS sesuai dengan volume yang
direkomendasikan, sebab apabila terlalu pekat konsentrasinya, maka larutan akan
mengalami hiperosmolar, dan dapat menyebabkan penarikan air pada usus halus sehingga
dapat memperparah diarenya. Larutan ORS yang telah dilarutkan tersebut sebaiknya
digunakan tidak lebih dari 24 jam dan disimpan di dalam lemari es. Dosis ORS yang
direkomendasikan untuk orang dewasa adalah 200-400 mL diminum tiap setelah buang
air besar, atau 2-4 liter selama 4-6 jam (Nathan,2010).

Cara membuat Oralit (Kementrian Kesehatan R.I, 2011) :


· Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air hingga bersih
· Sediakan 1 gelas air minum (200 mL)
· Pastikan oralit dalam keadaan bubuk kering
· Masukkan 1 bungkus oralit ke dalam air minum di gelas
· Aduk cairan oralit sampai larut
· Larutan oralit jangan disimpan lebih dari 24 jam

Berikut adalah beberapa produk ORS :


2.9 obat swamedikasi diare tanpa resep dokter
Contoh obat swamedikasi diare yang tersedia karena mengurangi frekuensi buang air
besar, memadatkan feses, menyerap kelebihan air dan toksin penyebab diare di pasaran
yaitu :

· opidiar, dianos, dan neo kaolana (mengandung kaolin pektin)

· biodiar, iodiar, entrostop dan arcapec (mengandung attapulgit pektin).

· tablet norit (mengandung karbon aktif)

· Selain itu dapat juga digunakan obat seperti diapet yang mengandung ekstrak
daun jambu biji.

2.10 Pencegahan
Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau
minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan
kebersihan perabotan makan.

· Penyediaan air minum yang bersih Sanitas air yang bersih o Kebersihan
perorangan o Cucilah dengan sabun sebelum dan makan.

· Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet,jamban) Tempat buang
sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah.

· Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan.

· Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan
sekitar.

2.11 CONTOH KASUS :

Kasus Kelompok 7
Seorang Ibu datang ke apotek membelikan obat anaknya yang bernama Rini umur
4 tahun, dengan keluhan sakit perut dan buang air besar sudah 5 kali dalam pagi ini
dikarenakan kemarin makan makanan yang pedas.

Dialog Apoteker dengan Pasien


Apoteker : Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu?
Pasien : Iya pagi mba, begini saya ingin membeli obat untuk anak saya, anak saya
mengalami BAB terus-menerus mba
Apoteker : BAB nya sudah berapa kali bu? BAB nya cair atau terdapat ampasnya?
Pasien : Udah 5 kali mba BAB nya selama pagi ini dan BAB nya cair, soalnya anak
saya tadi malam makannya pedas-pedas mba. Sehingga BAB dari tadi habis
subuh sampai sekarang BAB terus mas dan agak rewel jadinya. Dikasih
obat apa ya mba bagusnya biar BAB nya berhenti?
Apoteker : Anaknya umur berapa tahun ya bu? Dan sudah diberi obat apa dirumah?
Pasien : Umur 4 tahun mba. Belum saya kasih obat apa-apa kok mba. Habis saya
bingung mau dikasih apa obatnya.
Apoteker : Selain BAB nya cair apa ada darahnya waktu BAB buk?
Pasien : Gak ada sih mba hanya BAB nya cair begitu.
Apoteker : Anaknya demam atau ngerasa mual tidak bu?
Pasien : Demam sih tidak mba, tapi ya mual sama badannya lemas.
Apoteker : Oh begitu ya, kalau boleh tau berat badan anaknya berapa ya bu?
Pasien : Aduh saya sedikit lupa, kemaren waktu penimbangan itu sekitar 15kg mba.
Apoteker : Begini bu, kalau dilihat dari keterangan yang sudah ibu berikan tadi
mengenai diare yang dialami anak ibu. Ini di Apotek punya obat Oralit bu
untuk pertolongan pertamanya. Obat ini untuk mengganti cairan elektrolit
didalam tubuhnya supaya anak ibu tidak lemas lagi.
Pasien : Ini cara minumnya bagaimana ya mba? Untuk penggunaannya serta
harganya bagaimana mba?
Apoteker : Untuk cara minumnya 1 bungkus dilarutkan dengan air minum hangat

sekitar 1 gelas minum bu 200ml, kemudian diminum setiap kali anak ibu

sehabis diare ya. Ini harganya 1 bungkusnya Rp. 500.

Pasien : Yasudah mba saya beli 10 bungkus saja. Terus mas untuk penyembuhan
diarenya dikasih apa ya?
Apoteker : Ini ada Zink bu, Obat ini bisa untuk menunjang agar BAB nya berkurang,
diminum jangan barengan dengan minum susu ya bu. Ini ada Zink tablet
dan sirup bisa dipilih bu. Untuk Zink ini diminum 10 hari ya bu jadi sampai
habis.
Pasien : Saya ambil yang sirup saja mba.
Apoteker : Baik bu itu nanti diminum sehari sekali 2 sendok teh ya buk. Untuk
harganya Rp. 37.000.
Pasien : Baik mba
Apoteker : Berarti sudah jelas ya bu untuk semua obat yang diberikan, untuk
memastikan kembali boleh ibu ulang sebentar untuk penggunaan obat yang
ibu dapat.
Pasien : Ini saya dapat Oralit diminum setelah BAB dan Zink diminum sehari
sekali 2 sendok teh selama 10 hari sampai habis.
Apoteker : Nah sudah benar bu untuk biaya nya total Rp.42.000 ya bu. Terima kasih
atas kunjungannya dan semoga lekas sembuh. Nanti apabila diare nya
tambah parah segera konsultasikan ke dokter ya bu.
Pasien : Baik mba sama-sama.
LAMPIRAN :

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Diare adalah buang air besar (defekasi) denganjumlah yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi. Penyakit diare ditimbulkan
oleh makanan, miniman, virus dan bakteri, dan juga alkohol. Kuman penyakit diare
ditularkan melalui air dan makanan, tangan yang kotor, berak sebarang tempat dan botol
susu yang kurang bersih.

Diare terbagi tiga berdasarkan mula dan lamanya yaitu : diare akut, diare parsistensi
dan kronik. Penyakit diare ditandai dengan adanya berak encer, biasanya 3x atau lebih
dalam sehari, disertai muntah, badan lesu dan lemah, tidak mau makan, panas. Bahaya
dari pada diare itu adalah banyaknya kehilangan cairan tubuh, dan menyebabkan
kematian. Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi pengobatan secara
terapi farmakologi dan non-farmakologi. Seperti : minuman, larutan Oralit, biasanya juga
larutan gula, garam (LGG),dll.

3.2. Saran

Pencegahan diare di lakukan dengan cara : Penyediaan air minum yang


bersih,Sanitas air yang bersih,Kebersihan perorang,Cucilah dengan sabun sebelum dan
makan,Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet,jamban),Tempat buang
sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah,Berantas
lalat agar tidak menghinggapi makanan, Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara
menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA
Talley NJ, Martin CJ. Clinical gastroenterology : A Practical-based Approach. Sydney;
Maclennan dan Petty Pty Limited, 1996.

Noer HMS, Waspdji S, Rachman AM, dkk. Buku aja Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3.
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996.

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga.
Edisi XVII. Jakarta: Kerjasama Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.

https://id.scribd.com/doc/193632106/Terapi-Diare-Farmakologi-Non-Farmakologi

https://haloapoteker.id/swamedikasi-diare/

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2240/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai