Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammmadiyah Surakarta 1. Pendahuluan Compounding bisa didefinisikan sebagai kegiatan yang menyiapkan, pencampuran, peracikan, perubahan, pengemasan dan pelabelan obat, sediaan obat atau alat kesehatan berdasarkan resep dokter, medication order atau inisiatif antara dokter-apoteker-pasien dalam hal praktek professional. Kegiatan compounding disini lebih banyak dilakukan di apotek seperti peracikan obat atau pencampuran obat/sediaan. Penyiapan obat atau sediaan harus berdasarlam resep dokter/permintaan tertulis dari dokter. Kegiatan compounding dilakukan bila kebutuhan obat untuk pasien tertentu tidak ada dipasaran, sehingga apoteker harus meracik sendiri.Yang termasuk dalam kegiatan compounding sendiri yaitu bisa penyiapan obat untuk pasien manusia maupun hewan. Termasuk juga dalam penyiapan obat-obatan atau sediaan berdasarkan obat-obatan rutin yang diresepkan. Kegiatan rekonstitusi atau manipulasi produk komersil yang memerlukan satu atau lebih bahan tambahan. Kegiatan penyiapan obat atau sediaan untuk tujuan tertentu misalnya penelitian, pengajaran dan analisi kimia. Obat-obatan dalam situasi apapun, tidak boleh dikonsumsi dengan terlalu mudah. Obat- obatan tidak dapat menyembuhkan penyakit hingga mendasar. Satu-satunya cara mendasar untuk menyembuhkan penyakit terletak pada gaya hidup kita sehari-hari. Semakin cepat efek suatu obat muncul, semakin kuat pula racun yang dikandungnya. Jika memilih obat, harap dilihat bahwa obat yang sangat efektif, yang menghilangkan rasa sakit dengan cepat, jauh lebih berbahaya bagi tubuh daripada banyak obat-obatan lain. Oleh karena itu obat dapat dikatakan sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat akan bersifat sebagai obat bila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Apabila digunakan salah dalam pengobatan atau overdosis akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil, tidak diperoleh penyembuhan (Sulistyowati, 1999). Peracikan obat memainkan peran berharga dalam menyediakan akses ke obat-obatan bagi individu dengan kebutuhan medis yang unik, yang tidak dapat dipenuhi dengan produk yang tersedia secara komersial. Misalnya, prescriber mungkin meminta apoteker menyediakan sediaan suspensi untuk pasien pediatrik atau geriatri yang tidak dapat menelan obat dalam bentuk sediaan komersial nya. Dalam peracikan apotek tradisional, obat individual disiapkan atas permintaan prescriber pada skala kecil. Kontrol kualitas dari peracikan obat secara tradisional (misal penggerusan) kurang diperhatikan. Food Drug and Administration (FDA) melakukan penelitian pada 29 obat di 12 apotk yang melakukan peracikan obat secara tradisional antara tahun 1999 hingga 2001 hasilnya 34% dari sampel tidak memenuhi ketepatan dosis dan kontrol kualitas. FDA menyimpulkan bahwa peracikan digunakan di apotek dapat menyebabkan kegagalan kualitas dan menegaskan bahwa proses peracikan dapat ini menimbulkan kegagalan terapi. (Gudeman, 2013) Saat ini peresepan obat puyer di negara maju sudah sangat berkurang karena: 1. Kemungkinan kesalahan manusia dalam pembuatan obat racik puyer ini tidak dapat diabaikan, misalnya kesalahan menimbang obat, atau membagi puyer dalam porsi-porsi yang tidak sama besar. Kontrol kualitas sulit sekali dapat dilaksanakan untuk membuat obat racikan ini. 2. Stabilitas obat tertentu dapat menurun bila bentuk aslinya digerus, misalnya bentuk tablet salut selaput (film coated), tablet salut selaput (enteric coated), atau obat yang tidak stabil (misalnya asam klavulanat) dan obat yang higroskopis (misalnya preparat yang mengandung enzim pencernaan). 3. Toksisitas obat dapat meningkat, misalnya preparat lepas lambat bila digerus akan kehilangan sifat lepas lambatnya. 4. Waktu penyediaan obat lebih lama. Rata-rata diperlukan waktu 10 menit untuk membuat satu resep racikan puyer, 20 menit untuk racikan kapsul, sedangkan untuk mengambil obat jadi diperlukan waktu hanya kurang dari 1 menit. Kelambatan ini berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien. 5. Efektivitas obat dapat berkurang karena sebagian obat akan menempel pada blender/mortir dan kertas pembungkus. Hal ini terutama terjadi pada obat-obat yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, misalnya puyer yang mengandung klorpromazin. 6. Pembuatan obat puyer menyebabkan pencemaran lingkungan yang kronis di bagian farmasi akibat bubuk obat yang beterbangan ke sekitarnya. Hal ini dapat merusak kesehatan petugas setempat. 7. Obat racikan puyer tidak dapat dibuat dengan tingkat higienis yang tinggi sebagaimana halnya obat yang dibuat pabrik karena kontaminasi yang tak terhindarkan pada waktu pembuatannya. 8. Pembuatan obat racikan puyer membutuhkan biaya lebih mahal karena menggunakan jam kerja tenaga di bagian farmasi sehingga asumsi bahwa harganya akan lebih murah belum tentu tercapai. 9. Dokter yang menulis resep sering kurang mengetahui adanya obat sulit dibuat puyer(difficult-to compound drugs) misalnya preparat enzim. 10. Peresepan obat racik puyer meningkatkan kecenderungan penggunaan obat irasional karena penggunaan obat polifarmasi tidak mudah diketahui oleh pasien. (Ikawati, 2010 Ada perbedaan yang signifikan antara obat racikan dan obat yang disetujui FDA. Salah satu perbedaan penting adalah bahwa peracikan obat secara tradisional tidak diuji secara klinis untuk keamanan dan keampuhan, juga pengujian bioekivalensi yang diperlukan untuk obat generik. Jenis dan tingkat pengujian kontrol kualitas yang diperlukan untuk obat yang disetujui FDA lebih besar dari pengujian yang dilakukan pada obat racikan. (Gudeman, 2013) Perbedaan utama lainnya adalah bahwa apotek peracikan tidak diwajibkan untuk melaporkan kejadian buruk kepada FDA, sedangkan yang merugikan pelaporan acara adalah wajib bagi produsen obat FDA diatur. Dengan demikian, efek samping yang terkait dengan obat diperparah mungkin sulit untuk mendeteksi, terutama jika pasien yang terkena secara luas tersebar di wilayah geografis yang berbeda. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter. Golongan obat ini menghambat kerja dari enzim siklooksigenase dalam pembentukan prostaglandin. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang kadang disertai dengan anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Asam mefenamat adalah salah satu obat dari golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) yang merupakan turunan dari asam Nphenylanthranilik. Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik dan anti inflamasi. Asam mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare, sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung (Wilmana dan Gan, 2007). Tablet merupakan cara yang paling terkenal dalam pemberian suatu obat untuk penggunaan secara oral, yang lebih nyaman bagi pasien, mudah ditangani dan diidentifikasi. Pada saat tablet ditelan dan masuk ke dalam saluran pencernaan, tablet mengalami disintegrasi dalam cairan lam - bung, namun ada beberapa zat aktif farmasi yang tidak cocok untuk pelepasan di lambung misalnya obat-obatan yang dapat mengiritasi mukosa lambung, tidak stabil atau reaktif pada pH asam lambung, dapat mempengaruhi metabolisme di lambung, atau target obat dapat berlanjut sepanjang saluran pencernaan. Teknologi tablet salut saat ini menjadi umum digunakan dalam sistem penghantaran obat. Jenis tablet salut yang ber - kembang yaitu tablet salut gula, lapis tipis dan salut enterik. Tablet salut enterik merupakan salah satu sediaan yang digunakan untuk sediaan obat dengan sistem pelepasan tertunda yaitu menahan pelepasan obat di lambung dan lepas dengan cepat ketika memasuki usus. Obat-obat ini perlu dilapisi dengan salut enterik dengan tujuan untuk melindungi inti tablet sehingga tidak hancur pada lingkungan asam lambung, mencegah kerusakan bahan aktif yang tidak stabil pada pH rendah, melindungi lambung dari efek iritasi dari obat tertentu dan untuk memfasilitasi penghantaran obat yang diabsorpsi di usus (Bauer, 1998) Pulveres adalah serbuk yang diracik dari satu atau beberapa bahan aktif , dicampurkan menjadi satu dan dihaluskan, setelah itu dibagi dalam bagian-bagian yang sama rata dan dibungkus menggunakan kertas perkamen, biasanya ditujukan untuk pemakaian oral. Penggunaan pulveres lebih banyak diberikan kepada pasien anak-anak yang masih belum mampu menelan obat kapsul atau tablet secara baik, maka puyer menjadi salah satu pilihan alternatif yang dianggap lebih efisien bila di berikan kepada pasien anak. Berbagai masalah tentang penyediaan obat telah banyak dipublikasikan, terutama sediaan pulveres. Sediaan pulveres sebagai alternatif obat untuk anak telah menjadi perhatian khusus di pelayanan kesehatan. Pulveres memang memiliki beberapa keuntungan dari sediaan lainnya, antara lain ; dosis mudah disesuaikan dengan berat badan anak secara tepat, obat dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan pasien, praktis, cara pemberian yang mudah khususnya untuk anak yang masih kecil yang belum dapat menelan tablet (Wiedyaningsih, 2013). Peran apoteker pada kegiatan academic detailing sangat penting. Apoteker sebagai profesi yang berfokus pada obat dapat memberikan materi mengenai cara penggunaan obat yang baik dan benar baik kepada tenaga kesahatan lain maupun kepada pasien. Apoteker dapat memberikan materi face to face maupun dalam sebuah pelatihan. Isi materi atau topik pilihan bervariasi berdasarkan kebutuhan tenaga kesehatan. Penelitian di Kanada menyebutkan bahwa Banyak dokter belum memanfaatkan kegiatan Academic Detailing karena mereka lebih memilih untuk mengakses informasi obat dengan cara lain. Berbagai alasan terkait dengan jadwal dan kesibukan dokter menjadikan dokter tidak memanfaat academic detailing. Akan tetapi, apoteker sering dianggap memainkan peran dalam Academic Detailing karena pengetahuan mereka dalam farmakologi dan informasi obat. Investasi yang cukup besar dalam obat untuk masyarakat kita membenarkan investasi paralel dalam akademik merinci sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan pengambilan keputusan klinis dan mengoptimalkan pengobatan use. Bukti menunjukkan bahwa academic detailing dapat memberikan manfaat yang besar untuk beberapa intervensi. Akademik detailing telah menjadi landasan intervensi untuk mengoptimalkan resep . Meskipun program Academic Detailing masih dalam skala kecil, lebih banyak dukungan diperlukan untuk mempertahankan prinsip-prinsip kunci dari academic Detailing. Hal ini dapat mengoptimalkan resep, mencegah efek samping dan membantu untuk meningkatkan status kesehatan. (Jin, 2012) 2. Rencana Pelaksanaan Academic Detailing Pesan yang akan disampaikan dalam academic detailing Pemaparan mengenai salah satu jeni NSAID yaitu asam mefenamat yang merupakan Enteric- coated tablet atau sediaan yang disalut dan didisain sedemikian agar dapat melepaskan zat aktif di usus, bukan di lambung, karena sifat dari asam mefenamat dapat bersifat mengiritasi lambung. Sediaan enteric coated tablet tidak seharusnya untuk digerus karena apabila obat digerus tujuan disain obat tadi tidak tercapai. Bisa jadi obat yang seharusnya tidak terurai di lambung, akan terurai di lambung dan akan mengiritasi lambung. Atau obat yang mestinya dilepas pelan-pelan jadi terlalu cepat dan kadarnya melebihi seharusnya. Tujuan dari desain obat tersebut diharapkan dapat menjadi informasi yang penting bagi dokter penulis resep dalam menuliskan resep obat. Sehingga tidak terjadi kegagalan terapi pada pasien misalnya efek obat tidak muncul atau bahkan timbulnya efek samping iritasi lambung. Permasalahan dalam academic detailing Banyak muncul permasalah dalam memberikan informasi berupa academic detailing. Sebagai seorang apoteker sudah seharusnya memberikan informasi yang benar mengenai obat. Namun, terkadang ada persepsi dari tenaga kesehatan lain yang belum dapat di ubah sehingga menjadi tugas dari apaoteker untuk memberikan informasi demi tercapainya pengobatan yang rasional. Sediaan puyer dibuat untuk dapat mencampurkan berbagai macam obat. Bentuk sediaan ini umumnya digunakan untuk anak-anak, yang masih sulit untuk menelan tablet atau kapsul. Tujuan pencampuran berbagai macam dalam puyer adalah untuk kepraktisan minum obat bagi anak-anak. Namun ternyata hal ini menimbulkan masalah. Pertama, yaitu teknis pencampuran. Tidak semua obat bisa kompatibel apabila dicampur menjadi satu. Kedua, masalah rasionalitas penggunaan. Perlu ada interaksi yang baik antara dokter sebagai penulis resep dan apoteker sebagai peracik obatnya (dispenser). Salah satu contohnya apabila asam mefenamat dicampur dengan antibiotik. Pemakaian antibiotik sudah dirancang dalam waktu tertentu (misal 7 hari, 14 hari) sedangkan analgesik dapat dikonsumsi hingga nyeri yang dirasakan sembuh. Penggunaan analgesik terlalu lama akan menimbulkan efek samping. Pada kasus semacam ini apoteker dapat mengkomunikasin kepada dokter utuk merubah resep. Misal memisahkan sediaan antibiotik dari sediaan analgetik. Permasalahan lainnya adalah masalah ketepatan dosis. Dalam pembuatan puyer, serbuk dibagi secara manual. Pembagian tersebut bisa jadi tidak tepat apabila alat timbang yang digunakan tidak akurat. Selain itu masalah kebersihan merupakan hal yang sangat penting. Peracikan obat di apaotek tentu tidak sama dengan peracikan obat di industri farmasi yang memperhatikan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Puyer racikan rawan terjai kontaminasi baik dari lingkungan maupun dari obat sebelumnya yang digerus pada mortir yang sama. Berbagai permasalahan yang ada tentu nya cukup untuk memberikan alasan pelaksaanaan academic detailing kepada tenaga kesehatan lain. Apoteker di upayakan dapat mendorong dokter sebagai penulis resep untuk memberikan sediaan obat yang rasional dan sesuai dengan kondisi pasien dengan memperhatikan disain obat. Pemberian obat dengan desain yang tepat dapat meningkatkan efektifitas terapi pada pasien. a. Keuntungan pelaksanaan pelaksanaan academic detailing tentang penggerusan obat Analgesik , yaitu: Meningkatkan kerjasama dan terjalin komunikasi yang baik dengan dokter. Meningkatkan peresepan yang baik dan rasional Meningkatkan keberhasilan pemakaian analgesik Meningkatkan kekompakan dokter dan apoteker sebagai tim dalam pelayanan kesehatan Meningkatkan tali silaturahmi sesama tenaga kesehatan Memberikan informasi yang benar b. Hambatan pelaksanaan academic detailling mengenai obat generik dan generik bermerek : Waktu yang tepat untuk berdiskusi dengan dokter. Penolakan secara sepihak oleh dokter Kebiasaan dokter dalam meresepkan obat. Kurangnya pengetahuan yang lebih dari apoteker Adanya perjanjian antara dokter dengan pihak distribusi obat (peresepan berdasarkan target penjualan dokter). Dokter kurang percaya dengan kemampuan apoteker. c. Hal hal yang dapat dilakukan untuk membantu pelaksaan Menggunakan brosur dan leaflet. Penjelasan dengan menjelaskan per poin (bisa dengan media microsoft power point). Memberikan penjelasan mengenai karakteristik NSAID Asam Mefenamat Membawakan bukti yang aktual tentang obat misalkan jurnal peelitian terbaru d. Struktur kunjungan untuk pelaksanaan academic detailling Membuat janji dengan dokter Menyampaikan tujuan dari pertemuan. Pemaparan materi mengenai karakteristik NSAID Asam Mefenamat Melakukan evaluasi apakah persepsi antara apoteker dan dokter sudah sama atau masih berbeda. 3. Kesimpulan Pelaksanaan Academic Detailing diharapkan menjadi “jembatan” bagi dokter dan apoteker dalam menyamakan persepsi mengenai obat yang akan digunakan pada terapi pasien. kesamaan persepsi ini bertujuan untuk mewujudkan pengbtan yang rasional yang bersifat patient-oriented. Daftar Pustaka Bauer KH, Lehman K, Osterwald HP, Rothgang G. 1998. Coated pharmaceutical techniques, biophramaceutical aspect, test methods and raw materials. Med.Pharm, Scientific Publisher. 1998: 66 Gudeman, J., Jozwiakowski, M., Chollet, J. et al, 2013, ‘Potential Risks of Pharmacy Compounding’, Drugs R D, 13: 1. doi:10.1007/s40268-013-0005-9 Ikawati, Z., 2010, Puyer si Kambing Hitam dalam Cerdas Mengenali Obat: Kenali Obat- obatan disekitar anda, Awasi efek samping obat, Hindari penyalahgunaan obat,Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Jin, Margareth, Naumann. Terry, et al. 2012, ‘A brief overview of academic detailing in Canada: Another role for pharmacists’, Can Pharm J (Ott), 145(3): 142–146.e2.
Sulistyowati, eddy, 1999, Obat dan Pengaruhnya terhadap Tubuh Manusia, FMIPA UNY: Yogyakarta Wiedyaningsih, C., 2013, Peresepan Racikan, Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta