Anda di halaman 1dari 4

ISBN : 978-602-19421-0-9

Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK N-HEKSANA, ETILASETAT DAN


ETANOL DARI BUAH RANTI HITAM (Solanum Blumei) Ness Ex Blume
DENGAN METODE PEREDAMAN DPPH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak n-heksan, etilasetat
dan etanol dari buah Ranti Hitam (Solanum blumei Ness ex Blume). Uji antioksidan dilakukan dengan
metode peredaman DPPH (1.1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl). Hasil uji antioksidan menunjukkan aktivitas
antioksidan tertinggi adalah ekstrak etanol dengan % inhibisi (38,72 %) dibandingkan ekstrak etilasetat
(17,37 %) dan ekstrak n-heksana (3,015 %) dengan nilai IC50 dari ekstrak etanol terkecil (128,79 ppm),
diikuti ekstrak etilasetat (343,37 ppm) dan ekstrak n-heksana (3570,66 ppm). Nilai IC50 (Inhibition
Concentration 50) adalah konsentrasi antioksidan (µg/mL) yang mampu menghambat 50% radikal bebas.
Kandungan metabolit sekunder pada ekstrak etanol buah adalah alkaloid, sedikit flavonoid, fenol dan
tanin

Kata Kunci : Antioksidan, buah, Solanum blumei Ness ex Blume, metode DPPH, tanaman obat
Indonesia

PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berubahnya pola hidup masyarakat berdampak
pada munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, penyakit kanker, penyakit katarak dan
lain-lain. Pola makanan yang tidak benar mengakibatkan terbentuknya radikal bebas dalam tubuh sehingga muncul
beragam penyakit. Radikal bebas adalah senyawa kimia yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan. Senyawa ini bersifat tidak stabil dan sangat reaktif. Untuk mencapai kestabilan, senyawa ini harus
mencari elektron lain sebagai pasangan (Hernani dan Rahardja, 2005). Akibat reaktifitas yang tinggi, radikal bebas
dapat merusak berbagai sel makromolekul, termasuk protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat. Radikal bebas
mampu merusak molekul dan menjadi penyebab dari beberapa penyakit degeneratif dan penyakit kronis (Zhu,et al.,
2002; Oke & Hamburger, 2002; Nia, et al., 2004).
Tubuh kita membutuhkan substansi penting yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari
serangan radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini (Kosasih, 2004).
Antioksidan adalah zat yang dalam kadar rendah mampu menghambat laju oksidasi molekul target atau senyawa yang
mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya
kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas
(Kumalaningsih, 2006).
Banyak penelitian telah membuktikan manfaat mengkomsumsi tanaman yang berkhasiat antioksidan, seperti
dapat menurunkan resiko penyakit jantung, kanker, katarak dan penyakit degeneratif lain karena proses penuaan
(Shahidi, 1997). Hal ini menyebabkan antioksidan terutama dari bahan alam banyak diminati saat ini di dunia.
Salah satu jenis tanaman yang banyak ditemukan di daerah Dairi dan Karo, khususnya desa Kuta Nangka,
Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi dan telah sering digunakan oleh masyarakat sebagai tanaman obat
tradisional (etnomedikal) antara lain obat sakit pinggang, telinga berair, obat demam, obat sakit perut (langgum=bahasa
Karo) dan lain-lain, adalah tanaman ranti hitam. Nama daerah ranti hitam adalah leuh mbiring yang berdasarkan hasil
identifikasi/determinasi tumbuhan oleh “Herbarium Bogoriense” Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor
pada bulan Maret 2013, ranti hitam (leuh mbiring) adalah jenis Solanum blumei Ness ex Blume dan termasuk
suku/famili Solanaceae.
Publikasi atau penelitian terhadap tanaman Solanum blumei Ness ex Blume, baik uji fitokimia metabolit
sekundernya maupun uji bioaktivitasnya masih sangat terbatas. Hasil penelitian penapisan metabolit sekunder pada
masing-masing ekstrak daun dan buah tanaman Solanum blumei Ness ex Blume lokal ini, yang dimaserasi secara
bertingkat dengan pelarut-pelarut n-heksana, etilasetat dan etanol menunjukkan bahwa metabolit sekunder alkaloid,
steroid, flavonoid terdapat pada ekstrak etilasetat dari bagian daun dan buah. Pada ekstrak etanol terdapat alkaloid,
flavonoid, fenol, sedikit saponin dan tanin, sedangkan ekstrak n-heksana hanya mengandung metabolit sekunder steroid
dan sedikit alkaloid. Rendemen ekstraksi yang paling tinggi terdapat pada ekstrak etanol bagian daun dan buah
dibandingkan dengan ekstrak n-heksana dan etilasetat (Simorangkir, 2013). Metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman ini menjadi potensi bagi tanaman Solanum blumei Ness ex Blume sebagai tanaman obat.

170
ISBN : 978-602-19421-0-9
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013

Bagian tanaman ranti hitam yang sering digunakan sebagai obat tradisional (obat sakit pinggang, telinga berair,
obat demam, obat sakit perut (langgum=bahasa Karo) adalah buahnya yang berwarna hitam sedangkan bagian daunnya
dikomsumsi sebagai sayur. Metabolit sekunder yang bersifat antioksidatif diantaranya adalah alkaloid, flvonoid,
senyawa fenol, steroid dan terpenoid. Berdasarkan hal di atas dan hasil penapisan metabolit sekunder pada ekstrak buah
Solanum blumei Ness ex Blume, penulis tertarik untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak n-heksan,
etilasetat dan etanol dari buah ranti hitam (Solanum blumei Ness ex Blume) lokal. Uji antioksidan dilakukan dengan
metode peredaman DPPH (1.1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl). Prinsip Metode Penangkapan Radikal Bebas (DPPH)
adalah kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) sebagai radikal
bebas dalam larutan metanol (sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning) dengan nilai IC50
(konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas 50%) digunakan sebagai parameter untuk menentukan
aktivitas antioksidan sampel uji.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboaratorium Kimia, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Laboratorium
Kimia Bahan Alam, FMIPA Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Kimia Bahan Alam, Puslit Bioteknologi
LIPI Cibinong, pada bualan Juni sampai Agustus 2013.

Bahan dan Alat


Sampel penelitian adalah buah ranti hitam (Solanum blumei Ness ex Blume), famili Solanaceae, yang diambil di
Desa Kuta Nangka, Kec.Tanah Pinem, Kab. Dairi, Provinsi Sumatera Utara dan telah diidentifikasi/determinasi
tumbuhan oleh “Herbarium Bogoriense” bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor serta telah disimpan dalam
bentuk herbarium di “Herbarium Bogoriense”, pada bulan Maret 2013.
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan kimia dengan derajat kemurnian
proanalisis (Merck) seperti asam askorbat, DPPH, metanol, serta beberapa solvent berderajat teknis untuk keperluan
maserasi seperti n-heksan, etilasetat dan etanol 96%.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah vacum rotary evaporator, alat-alat gelas (Pyrex) yang biasa
digunakan untuk untuk keperluan ekstraksi, spektroskopi UV (Shimadzu), inkubator, tabung reaksi (Pyrex), pipet gelas
dan aluminium foil untuk keperluan uji antioksidan.

Prosedur Penelitian
Persiapan Sampel
Sebanyak 6,1 Kg buah ranti hitam (Solanum blumei Ness ex Blume) segar dipisahkan dari tangkainya, dicuci
bersih, ditiriskan, dikeringkan dalam ruangan sambil dikipas sekali-sekali dan dibalik-balikkan. Buah ranti hitam kering
digiling secara mekanik, diperoleh serbuk simplisia buah ranti hitam sebanyak 520 gram.

Ekstraksi
Sebanyak 500 gram serbuk simplisia buah ranti hitam dimaserasi dengan1,5 L pelarut n-heksan selama 2x24 jam
sambil sekali-sekali diaduk, kemudian disaring, diperoleh filtrat dan ampas. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan
alat evaporator dan ampasnya dimaserasi dengan 1,5 L n-heksan selama 2x24 jam, lalu disaring kembali. Ampas
dimaserasi lagi dengan 1,5 L n-heksan. Filtrat hasil maserasi dipekatkan pada alat evaporator, sehingga diperoleh
ekstrak n-heksan. Ampas yang diperoleh dimaserasi kembali dengan 1,5 L pelarut etilasetat selama 2x24 jam, lalu
disaring. Ampas kembali dimaserasi dengan 1,5 L etilasetat selama 2x24 jam. Campuran maserat diisaring kembali,
filratnya dievaporasi, sedangkan ampas dimaserasi kembali dengan 1,5 L etil asetat. Filtrat yang diperoleh dievaporasi
dan diperoleh ekstrak etilasetat.
Ampas yang diperoleh selanjutnya dimaserasi dengan1,5 L pelarut etanol selama 2x24 jam. Campuran disaring
dan filtratnya dipekatkan dan ampasnya kembali dimaserasi dengan 1,5 L etanol, sebanyak dua kali lagi. Filtrat hasil
maserasi dipekatkan sehingga diperoleh ekstrak etanol. Terhadap masing-masing ekstrak n-heksana, etilasetat dan
etanol yang diperoleh dilakukan uji antioksidan.

Uji aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (Molyneux, 2004).


Pembuatan Larutan Uji dan Larutan Kontrol Positif
Sebanyak 5 mg masing-masing ekstrak n-heksana, etilasetat dan eatanol buah ranti hitam ditimbang, kemudian
dilarutkan ke dalam 10,0 mL metanol pro analisis (500 bpj), larutan ini merupakan larutan induk. Sebanyak 50, 100,
250, 500, dan 1000 L larutan induk dipipet ke dalam tabung reaksi yang telah ditara 5,0 mL untuk mendapatkan
konsentrasi 5, 10, 25, 50, dan 100 g/mL. Ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 1,0 mL larutan DPPH dan
ditambahkan dengan metanol pro analisis sampai 5,0 ml kemudian dihomogenkan. Mulut tabung ditutup dengan
aluminium foil (pengulangan 3 kali). Sebagai kontrol positif adalah larutan vitamin C konsentrasi 3, 6, 9, 12, 15 g/mL
yang ditambahkan 1,0 mL larutan DPPH dan kontrol negatif metanol ditambah 1,0 ml DPPH.

171
ISBN : 978-602-19421-0-9
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013

Pengukuran Serapan Peredaman Radikal Bebas DPPH


Larutan uji dan kontrol positif dengan beberapa konsentrasi diinkubasi dalam penangas air 37oC selama 30
menit. Serapan larutan diukur pada panjang gelombang serapan maksimum 517 nm menggunakan Spektrofotometer
cahaya tampak.
Cara perhitungan persentase inhibisi dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Hambatan (inhibisi) = Serapan blanko – Serapan sampel X 100%
Serapan blanko
Nilai IC50 (Inhibition Concetration 50) adalah konsentrasi antioksidan ( g/mL) yang mampu menghambat 50 %
radikal bebas. Nilai IC50 diperoleh dari perpotongan garis antara 50% daya hambatan dengan sumbu konsentrasi,
kemudian dimasukkan ke dalam persamaan Y=a+bX dimana Y=50 dan nilai X menunjukkan IC50.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ekstraksi
Pemilihan pelarut pada proses maserasi berdasarkan pada prinsip kelarutan “like disolve like”, artinya senyawa
polar hanya larut dalam pelarut polar, begitu juga sebaliknya untuk senyawa-senyawa semipolar dan non polar. Pelarut
yang digunakan pada penelitian ini untuk maserasi adalah mulai pelarut non polar sampai pelarut polar yaitu etil asetat,
heksana dan etanol. Penggunaan berbagai jenis pelarut dengan berbeda tingkat kepolarannya dilakukan untuk
memperoleh ekstrak dengan hasil optimal dari senyawa yang belum diketahui jenisnya. Persentasi rendeman hasil
ekstraksi buah Solanum blumei Ness ex Blume dan warna ekstraknya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rendemen (%b/b) Ekstraksi Buah Solanum blumei Ness ex Blume
Ekstraksi Buah ranti hitam
Data Total(%)
Eks. n-Heksana Eks. Etil Asetat Eks. Etanol
Rendemen (%b/b) 2,18 5,05 11,02 18,25
Warna Hijau muda Hijau tua Coklat kemerahan

Rendemen ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol buah Solanum blumei Ness. Ex Blume,
berturut-turut adalah 2,18 %; 5,05 % dan 11,02% (b/b) (Tabel 1). Persentasi rendemen yang tertinggi terdapat pada
ekstrak etanol buah blumei Ness. Ex Blume

Uji Antioksidan
Hasil uji antioksidan dari ekstrak n-heksana, etilasetat dan etanol buah ranti hitam (Solaunm blumei Ness ex
Blume) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak n-Heksana, Etilasetat dan Etanol Buah Ranti Hitam (Solaunm
blumei Ness ex Blume)
No Sampel Konsentrasi A1 A2 A3 % Hambatan IC50
(ppm) (%) (ppm)
1 Ekstrak 5 0,821 0,827 0,824 0,603 3570,66
n-heksana 10 0,816 0,814 0,814 1,688
25 0,815 0,812 0,813 1,930
50 0,805 0,810 0,807 2,653
100 0,801 0,808 0,804 3,015

2 Ekstrak 5 0,820 0,807 0,813 1,930 343,37


Etilasetat 10 0,801 0,762 0,781 5,790
25 0,764 0,768 0,766 7,599
50 0,765 0,745 0,755 8,926
100 0,674 0,697 0,685 17,370
3 Ekstrak 5 0,812 0,802 0,807 2,653 128,79
Etanol 10 0,800 0,769 0,784 5,428
25 0,721 0,770 0,745 10,132
50 0,644 0,651 0,647 21,954
100 0,510 0,506 0,508 38,721
Keterangan : Blanko DPPH = 0,4 mM, serapan 0,829
Hasil penelitian penapisan antioksidan dengan metode radikal bebas DPPH (1.1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl) dari
ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol dari buah Solanum blumei Ness.ex Blume lokal ini,
menunjukkan bahwa ekstrak etanol mempunyai % inhibisi tertinggi (38,721 %) dibandingkan ekstrak etil asetat

172
ISBN : 978-602-19421-0-9
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013

(17,370 %) dan ekstrak n-heksana (3,015 %) dengan nilai IC50 dari ekstrak etanol terkecil (128,79 ppm), diikuti ekstrak
etil asetat (343,37 ppm) dan ekstrak n-heksana (3570,99 ppm). Nilai IC50 (Inhibition Concentration 50) adalah
konsentrasi antioksidan (µg/mL) yang mampu menghambat 50% radikal bebas (Depkes R.I., 2000). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari buah Solanum blumei Ness.ex Blume mempunyai aktifitas antioksidan tertinggi
dibandingkan ekstrak etil asetat dan ekstrak hekasana. Antioksidan dapat membantu melindungi tubuh manusia
melawan kerusakan yang disebabkan oleh senyawa oksigen reaktif (ROS, Reactive Oxygen Species) dan radikal bebas
lainnya (Wang, et al., 2003). Radikal bebas dapat merusak berbagai sel makmolekul, termasuk protein, lemak,
karbohidrat dan asam nukleat dan menjadi penyebab beberapa penyakit antara lain jantung, kanker, katarak dan
penyakit degeneratif seperti penuaan akibat reaktivitasnya yang tinggi.
Hasil penelitian/penapisan kandungan metabolit sekunder, pada ekstrak etanol buah Solanum blumei Ness ex
Blume lokal ini terdapat alkaloid, fenol, sedikit saponin dan tanin (Simorangkir, 2013). Rendemen ekstraksi yang
paling tinggi terdapat pada ekstrak etanol buah dibandingkan dengan ekstrak n-heksana dan etilasetat. Metabolit
sekunder yang terdapat pada tanaman ini dan sifat antioksidan ekstrak buahnya, menjadi potensi bagi tanaman Solanum
blumei Ness ex Blume untuk dikembangkan sebagai tanaman obat.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Metabolit sekunder yang terdapat pada buah tanaman Solanum blumei Ness ex Blume ini dan sifat antioksidan
ekstrak buahnya, menjadi potensi bagi tanaman Solanum blumei Ness ex Blume dikembangkan sebagai tanaman obat.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2000, Farmakope Indonesia, Edisi V, Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.
Kumalaningsih, S. 2006, Antioksidan Alami, Trubus Agrisarana, Surabaya.
Molyneux, P. 2004, The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) For Estimating Antioxidant
Activity pp 211-219.. Songklanakarin J. Sci. Technol. 26(2).
Nia, R. D. H. Paper, E.E. Essien, K.C. Iyadi, A.I. L.Bassey, A.B. Antai and G. Franz, 2004, “Evaluation of The Anti-
oxidant and Anti-Angiogenic Effect of Sphenocentrum jollyanum Pierre”, African Journal of Biomedic
Research, Vol. & : 129-132.
Oke, J.M. and M.O. Hamburger, 2002, “Screening of Some Nigerian Medicinal Plants for Antioxidants Activity Using
2,2 Diphenyl-Picryl-Hydrazyl Radical”, African Journal of Biomedical Research, Vol. 5 : 77-79.
Shahidi, F., 1997, “Natural Antioxidants : An Overview” In : F. Shahidi (Ed), Natural Antioxidants : Chemistry, Health
Effects, and Applications, Illlionis, AOCS Press.
Simorangkir, M. 2013, Analisis Fitokimia Metabolit Sekunder Ekstrak Daun dan Buah Solanum blumei Ness Ex Blume
Lokal, Prosiding Seminar Nasional Kimia Peranan Kimia dalam Karakteristik, Pengawasan, Penggunaan dan
Pengolahan Bahan Kimia serta Sumber Daya Alam, 6 September 2013, ISBN 9794586927, USU Press, Medan.
Wang, L. J. H., Yen, H. L. Liang and M. J. Wu, 2003, “Antioxidant Effect of Methanol Extract from Lotus Plumule and
Blossom (Nelumbo nucifera Gertn), Journal of Food and Drug Analysis, Vol. 11 No. 1 : 60-66.
Zhu, Q. Y., R. M. Hackman, J.L. Ensunsa, R.R. Holt and C. L. Keen, 2002, “Antioxidative Activities of Oolong Tea”,
Journal of Agricultural and Food Chemistry, Vol. 50 : 6929-6934.

173

Anda mungkin juga menyukai