Anda di halaman 1dari 23

PARADIGMA PERUBAHAN

ORIENTASI FARMASI

NUR SYAMSI DHUHA


MK Pengantar Ilmu Farmasi
Rabu, 21 September 2022
Outline

01 02 03
Paradigma Farmasi Klinik. Asuhan
Perubahan Kefarmasian
Praktek (Pharmaceutical
Kefarmasian. care)
PARADIGMA
PERUBAHAN PRAKTEK
KEFARMASIAN
Paradigma Perubahan Praktek Kefarmasian

◦ Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,


mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama
ke paradigma baru.
◦ Pelayanan kefarmasian mulai berubah orientasinya dari drug
oriented menjadi patient oriented.
◦ Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan terpadu dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan
msalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
◦ Sarana untuk pelayanan kefarmasian yaitu Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas,
Klinik.
◦ Apotek merupakan tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat dan
menjadi tempat pengabdian profesi Apoteker dalam mewujudkan tercapainya
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

◦ Sesuai SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan


Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermtutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
◦ Farmasi RS bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di
RS tersebut.
Tujuan pelayanan Farmasi

◦ Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun
dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang
tersedia
◦ Menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi
◦ Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat
◦ Menjalankan pengawasan oat berdasarkan aturan-aturan yang berlakuMelakukan
dan memberi pelayanan bermutu melalui Analisa, telaah, dan evaluasi pelayanan
◦ Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda
Pelayanan Kefarmasian

◦ Pelayanan swamedikasi terhadap pasien


◦ Melakukan pelayanan obat
◦ Melaksanakan pelayanan resep, maupun pelayanan terhadap
perbekalan farmasi dan kesehatan
◦ Pelayanan konsultasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap pasien
◦ Monitoring terkait terapi pengobatan pasien sehingga diharapkan
tercapainya tujuan pengobatan dan memiliki dokumentasi yang baik
FARMASI KLINIK
Definisi Farmasi Klinik

◦ Farmasi klinik menurut Clinical Resource and Aundit Group


(1996) diartikan sebagai disiplin kerja yang berkonsentrasi pada
penerapan keahlian kefarmasian untuk membantu
memaksimalkan efikasi obat dan meminimalkan toksisitas obat
pada pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang
dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang ahli dalam memberikan pelayanan
pada pasien.
Sejarah Perkembangan Farmasi klinik

Pada tahun 1240


Pada masa 460-370 Seiring sebelum masehi,
sebelum masehi perkembangan Raja Jerman
belum dikenal
zaman masalah Frederick II
adanya profesi
obat-obatan memerintahkan
farmasi. Semua
pemisahan secara
pekerjaan dari semakin rumit resmi anatara
diagnosis sampai sehingga Farmasi dan
obat dikonsumsi memerlukan Kedokteran dalam
oleh pasien
dilakukan oleh keahlian dekret yang
tersendiri. dikenal dengan
dokter.
Two Silices
◦ Istilah farmasi klinik pertama muncul di Amerika pada tahun
1960an.
◦ Pada masa ini fungsi farmasis diarahkan untuk kontak langsung
dengan pasien karena banyaknya ketidakpuasan pasien atas
praktek pelayanan kesehatan sehingga menuntut adanya bidang
yang memiliki pengetahuan yang komprehensif mengenai
pengobatan
Karakteristik pelayanan farmasi klinik di
rumah sakit
3) Bersifat pasif, dengan
2) Terlibat langsung di melakukan intervensi
1) Berorientasi kepada
ruang perawatan rumah setelah pegobatan dimulai
pasien.
sakit (bangsal). dan memberikan
informasi bila diperlukan.

4) Bersifat aktif, dengan


memberi masukan kepada
dokter sebelum 5) Bertanggungjawab atas
6) Menjadi mitra dan
pengobatan dimulai, atau semua saran atau tindakan
pendamping dokter
menerbitkan buletin yang dilakukan.
informasi obat atau
pengobatan.
◦ Pada tahun 1990 muncul istilah pharmaceutical care karena
adanya perubahan terkait pelayanan kefarmasian (Helper dan
Strans, 1990).
◦ Asuhan kefarmasian yaitu suatu pelayanan yang berpusat pada
pasien dan berorientasi terhadap keberhasilan terapi pasien.
◦ Adanya istilah ini memposisikan seorang apoteker ikut serta
bertanggungjawab terhadap pengobatan pasien bersama profesi
kesehatan lain
◦ a tahun 2000 organisasi profesi farmasi klinik di Amerika yaitu
American College of Clinical Pharmacy (ACCP) mempublikasikan
sebuah makalah “A vision of pharmacy’s future roles,
responsibilities, and manpower needs in the United States”.
◦ ACCP menetapkan suatu visi bahwa apoteker akan menjadi
penyedia pelayanan kesehatan dalam terapi obat yang maksimal
untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit (ACCP, 2008).
◦ Di Indonesia farmasi klinik berkembang pada tahun 2000 diawali
dengan beberapa apoteker yang belajar farmasi klinik di beberapa
institusi di luar negeri.
◦ Konsep farmasi klinik belum bisa diterima sepenuhnya pada saat
itu karena muatan sains dalam pendidikan farmasi masih sangat
besar, maka dari itu perkembangan farmasi klinik di Indonesia
relatif lambat.
PERMENKES Nomor 58 Tahun 2014

◦ Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian


dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian pada fasilitas
kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian yang
diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
◦ Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi 2 kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan
pelayanan farmasi klinik.
◦ Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai terdiri dari beberapa aspek meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Kegiatan pelayanan farmasi klinik

Penelusuran
Pengkajian dan Pelayanan
riwayat Rekonsiliasi
pelayanan Infomasi Obat
penggunaan obat;
resep; (PIO);
obat;

Pemantauan Monitoring Efek


Visite; Konseling; Terapi Obat Samping Obat
(PTO); (MESO);

Pemantauan
Evaluasi Dispensing
Kadar Obat
Penggunaan sediaan steril; dalam Darah
Obat (EPO); dan (PKOD)
ASUHAN KEFARMASIAN
(PHARMACEUTICAL CARE)
Latar Belakang Pharmaceutical Care

◦ Terjadi ledakan obat antara tahun 1960-1990.


◦ Pada tahun 1961, ada 656 jenis obat dan pada tahun 1999 ada 8000
jenis obat.
◦ Pada tahun 1971 sekitar 140.000 kematian dan 1 juta dirawat
dengan 20% perawatan disebabkan karena kecelakaan obat dan
45-65% pasien memakai obat tidak sesuai anjuran.
Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian

◦ Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian adalah


bentuk optimalisasi dari peran seorang apoteker dalam
pengobatan yang berinteraksi langsung dengan pasien
guna meningkatakan pelayanan kesehatan dan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Peran penting Apoteker

◦ Apoteker mempunyai peranan penting dalam memberikan konsultasi,


informasi, dan edukasi KIE) terkait dengan pengobatan yang sedang dijalani
dan melakukan monitoring hasil terapi pengobatan pasien serta berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (ISFI,
2000).

Anda mungkin juga menyukai