Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN KEFARMASIAN II (MFI 405)

MODUL 2
ASUHAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

Tanggal Praktikum: 03 dan 10 Desember 2019

Disusun Oleh:
Kelompok C1 Rabu
Anggota Kelompok :

Riska Fitria (108109010013)


Fairuz Syafira Rahmah (108109010017)
Cut Miranda (108109010009)
Nia Ayuningrum (108109010006)
Cut Rifqa An-Nuura (108109010025)
Syahrina Ramadhani (108109010028)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2019
I. Pendahuluan Menurut WHO (World Health Organization), rumah
sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan
dan pusat penelitian medik. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit, fungsi rumah sakit adalah: (1) Penyelenggaraan
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit. (2) Pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis. (3) Penyelenggaaan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. (4)
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
pengaplikasian teknologi dalam bidang kesehatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.340/Menkes/Per/III/2010, rumah sakit dapat
diklasifikasikan berdasarkan kepemilikan, jenis pelayanan, dan
kelas. (1) Berdasarkan kepemilikan, yang termasuk ke dalam
jenis ini adalah rumah sakit pemerintah (pusat, provinsi, dan
kabupaten), rumah sakit BUMN (ABRI), dan rumah sakit
yang modalnya dimiliki oleh swasta (BUMS) ataupun Rumah
Sakit milik luar negri (PMA). (2) Berdasarkan Jenis
Pelayanan, yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rumah
sakit umum, rumah sakit jiwa, dan rumah sakit khusus
(misalnya rumah sakit jantung, ibu dan anak, rumah sakit
mata, dan lain-lain). (3) Berdasarkan Kelas, rumah sakit
berdasarkan kelasnya dibedakan atas rumah sakit kelas A, B
(pendidikan dan non-pendidikan), kelas C, kelas D. Rumah
sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik luas dan subspesialistik luas. Rumah sakit umum
kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik sekurang kurangnya sebelas
spesialistik dan subspesialistik terbatas. Rumah sakit umum
kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar. Rumah
sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat
diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian dari
suatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan kefarmasian, yang
terdiri dari pelayanan paripurna mencakup perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan atau
sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi
penderita saat tinggal maupun rawat jalan, pengendalian mutu
dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit (Permenkes 2016).
Didalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Persyaratan kefarmasian
harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau.
Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti
standar pelayanan kefarmasian. Pengelolaan alat kesehatan,
sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di Rumah Sakit harus
dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu. Besaran
harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah Sakit
harus wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang
ditetapkan Pemerintah. Hal tersebut juga terdapat dalam
keputusan Mentri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, disebutkan
bahwa: 1) Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian
dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. 2)
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. 3) Instalasi
Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit. 4) Penyelenggaraan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung oleh ketersediaan
sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional.
Adapun Sumber Daya Kefarmasian Rumah Sakit Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, instalasi
farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas
penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi
farmasi rumah sakit. Ketersediaan jumlah tenaga apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian di rumah sakit dipenuhi sesuai
dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan rumah sakit yang
ditetapkan oleh Menteri.
II. Peraturan 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun
Perundang- 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Undangan 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.
III. Tujuan Mahasiswa dapat memahami praktek pelayanan kefarmasian
yang berlangsung dirumah sakit.
IV. Pembahasan Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana
kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan
fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Depkes RI,
2009). RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN merupakan rumah
sakit tempat kami melaksanakan praktikum Asuhan
Kefarmasian II. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22
Februari 1979 atas dasar Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.551/Menkes/SK/2F/1979 yang menetapkan RSU dr.
Zainoel Abidin sebagai rumah sakit kelas C. Selanjutnya
dengan SK Gubernur Daerah Istimewa Aceh No.
445/173/1979 tanggal 7 Mei 1979 Rumah Sakit Umum (RSU)
dr. Zainoel Abidin ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin. Kemudian dengan
adanya Fakultas Kedokteran Unsyiah, maka dengan SK
Menkes RI No. 233/Menkes/SK/IV/1983 tanggal 11 Juni
1983, RSUD dr. Zainoel Abidin ditingkatkan kelasnya
menjadi rumah sakit kelas B Pendidikan dan rumah sakit
rujukan untuk Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Pada tanggal
27 Agustus 2001 melalui Perda No.41 tahun 2001 RSUD dr.
Zainoel Abidin menetapkan perubahan dari UPTD (Unit
Pelayanan Teknis Daerah) menjadi LTD (Lembaga Teknis
Daerah) dalam bentuk “Badan Pelayanan Kesehatan (BPK)”
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dengan
meningkatkan mutu dan kemampuan pelayanan kesehatan
dalam upaya kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan
sejalan dengan keberhasilan pembangunan, maka berdasarkan
analisis organisasi, fasilitas dan kemampuannya, Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin telah memenuhi
persyaratan dan kemampuannya untuk menjadi rumah sakit
Kelas A, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 1062/ MENKES/SK/2011,
Tentang peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin menjadi tipe kelas A yang ditetapkan di
Jakarta pada tanggal 1 Juni 2011. Setelah memenuhi berbagai
persyaratan substantif, teknis, dan administratif secara
memuaskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
maka pada tanggal 20 Desember 2011, Gubernur Aceh telah
menetapkan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
menjadi Satuan Kerja Perangkat Aceh yang menerapkan
status PPK-BLUD secara penuh dalam Keputusan Gubernur
Aceh Nomor 445/685/2011.
Misi dari Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin adalah: 1) Meningkatkan Kompetensi SDM melalui
pendidikan dan penelitian yang berstandar Internasional. 2)
Memberikan pelayanan kesehatan individu yang
menyenangkan dan mampu memberikan kepuasan terhadap
pelanggan. 3) Mendukung Upaya Pemerintah Aceh dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat untuk mencapai
Sustainable Development Goals (SDGs) yang diaplikasikan
melalui pencapaian Human Development Indexd. 4)
Menerapkan prinsip-prinsip Islami dalam pengembangan
sistem pelayanan kesehatan, administrasi dan pengelolaan
keuangan. Sedangkan visinya adalah “Terwujudnya Rumah
Sakit terkemuka dalam Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian
yang berstandar Internasional.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu
bagian/unit/divisi atau fasilitas dirumah sakit, tempat
penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang
ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan
Amalia, 2004). Instalasi Farmasi Rumah Sakit dikepalai oleh
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker
yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian (Siregar dan Amalia,
2004). Berdasarkan Kepmenkes No.
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit
adalah sebagai berikut: 1) Melangsungkan pelayanan farmasi
yang optimal. 2) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan
farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan
etik profesi. 3) Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE). 4) Memberi pelayanan bermutu melalui
analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan
farmasi 5) Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan
yang berlaku 6) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
di bidang farmasi. 7) Mengadakan penelitian dan
pengembangan di bidang farmasi. 8) Memfasilitasi dan
mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium
rumah sakit. Adapun fungsi farmasi rumah sakit yang tertera
pada Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit adalah sebagai
berikut: a) Pengelolaan Perbekalan Farmasi. b) Pelayanan
Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan. c)
Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
Menurut Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004
tentang standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Struktur
organisasi minimal di Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu :
a) Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, b) Administrasi
Farmasi, c) Pengelolaan perbekalan farmasi, d) Pelayanan
farmasi klinik dan e) Manajemen mutu.
Kepala instalasi farmasi berada dibawah dan
bertanggung jawab langsung kepada wakil direktur penunjang
medis. Kepala instalasi farmasi RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh mempunyai tugas memimpin,
menyelenggarakan, mengkoordinasi, merencanakan,
mengawasi, dan mengevaluasi seluruh kegiatan terhadap
pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wakil kepala
instalasi farmasi RSUD dr. Zainoel Abidin mempunyai tugas
membantu kepala instalasi farmasi dalam menyelenggarakan,
mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi, dan
mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian
terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang
lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan menggantikan tugas kepala instalasi farmasi
apabila berhalangan hadir. Tata usaha farmasi yang berada
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala
instalasi farmasi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh,
mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam
hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan,
mengarsipkan surat masuk dan keluar, serta urusan
kepegawaian instalasi farmasi. Gudang Farmasi sebagai salah
satu unsur pelaksana utama dipimpin oleh seorang Apoteker
yang bertugas membantu kepala Instalasi untuk menyimpan,
dan mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP ke depo-depo farmasi dan ruang rawat inap,
mengusulkan pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi
yang kadaluarsa dan rusak serta administrasi perbekalan
farmasi. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala gudang
farmasi dibantu oleh beberapa Tenaga Teknis Kefarmasian
(TTK).
Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004,
fungsi pelayanan farmasi rumah sakit sebagai pengelola
perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.
1. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi
pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria
pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar
obat.
2. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan
kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan
obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan
berdasarkan DOEN, formularium rumah sakit, standar
terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data
catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas,
siklus penyakit, sisa persediaan,data pemakaian periode
yang lalu, dan rencana pengembangan.
3. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian secara
tender (oleh panitia pembelian barang farmasi) dan secara
langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar
farmasi/rekanan, melalui produksi/pembuatan sediaan
farmasi (produksi steril dan produksi non steril), dan
melalui sumbangan/droping/hibah.
4. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan
pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah sediaan farmasi
dengan formula khusus, sediaan farmasi dengan harga
murah, sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil,
sedian farmasi yang tidak tersedia dipasaran, sediaan
farmasi untuk penelitian, sediaan nutrisi parenteral,
rekonstruksi sediaan obat kanker.
5. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi
yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian,
melalui pembelian langsung, tender, konsinasi atau
sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan
farmasi yaitu pabrik harus mempunyai sertifikat analisa,
barang harus bersumber dari distributor utama, harus
mempunyai material safety data sheet (MSDS), khusus
untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai
certificate of origin, dan expire date minimal 2 tahun.
6. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi
menurut persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk
sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, mudah
tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap
cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan.
7. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi
di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses
terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk
menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang
atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan:
a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi
c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis
unit atau kombinasi
Instalasi Farmasi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh telah melaksanakan kegiatan pelayanan
kefarmasian sesuai dengan Permenkes No. 72 tahun 2016
tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, yang
meliputi 2 kegiatan yaitu kegiatan yang bersifat manajerial
berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan dan
Bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi
klinik. Dalam melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai, Instalasi
Farmasi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh melakukan
kegiatan yang meliputi:
a. Pemilihan
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
dilakukan sesuai dengan Permenkes No. 72 tahun 2016.
Pemilihan obat mengacu pada Formularium Nasional,
formularium Rumah Sakit dan E-Katalog.
b. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi di RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh merupakan proses kegiatan untuk
menentukan jumlah dan periode perbekalan farmasi yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari
kekosongan obat. Perencanaan ini menggunakan metode
kombinasi konsumsi dan epidemiologi dari data yang
diperoleh pada penggunaan obat, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai periode sebelumnya.
c. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi di RSUD dr. Zainoel
Abidin merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui serta
dilaksanakan sesuai kebijakan Rumah Sakit. Pengadaan
dilakukan dengan cara : 1) Pembelian, metode pembelian
meliputi penunjukan langsung dan E-Katalog. 2)
Sumbangan/ droping/ hibah biasanya untuk obat HIV/
AIDS.
d. Penerimaan
Prosedur penerimaan perbekalan farmasi di RSUD dr.
Zainoel Abidin adalah sebagai berikut: 1) Tim penerima
barang memeriksa kesesuaian surat pesanan dengan faktur
yang meliputi: a) Nama, satuan, jumlah, jenis dan bentuk
sediaan b) Kondisi fisik. c) Tanggal kadaluarsa. 2) Bila
telah memenuhi syarat, barang akan diterima oleh tim
penerima barang farmasi kemudian diserahkan kepada
petugas penanggungjawab untuk masing-masing barang. 3)
Bila tidak memenuhi syarat barang tersebut dikembalikan
ke supplier untuk diganti. 4) Penanggung jawab masing-
masing barang melakukan pencatatan di dalam kartu stok
dan dilaporkan pada Apoteker penanggung jawab. 5)
Apoteker penanggung jawab akan merekapitulasi stok
yang telah dibuat oleh masing-masing penanggungjawab.
e. Penyimpanan
Setelah dilakukan penerimaan di instalasi farmasi RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai disimpan di
gudang farmasi. Penyimpanan perbekalan farmasi sesuai
dengan persyaratan untuk menjamin kualitas dan
keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai yang disusun berdasarkan: 1) Bentuk sediaan
2) Alfabetis. 3) FIFO (First In First Out) dan FEFO (First
expired First Out), dimana barang yang baru diterima
disimpan di bagian belakang dari barang yang diterima
sebelumnya, dan sistem FEFO yang berdasarkan tanggal
kadaluarsa barang. 4) Penyimpanan perbekalan farmasi
sesuai dengan suhu. Untuk sediaan yang termolabil
disimpan dalam lemari pendingin disertai alat pengukur
suhu (suhu 2–8 °C). Sedangkan sediaan yang stabil pada
suhu ruangan disimpan pada rak penyimpanan disertai alat
pengukur suhu dan kelembaban. 5). Narkotika dan
psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan terkunci.
6) Penyimpanan obat-obat kemoterapi, hemofili, dan obat
HIV/AIDS dalam ruang khusus yang terpisah dari obat
lainnya. 7) Obat-obat yang perlu diwaspadai “High Alert”
contohnya larutan pekat MgSO4 40%, NaCl 3% diberi
tanda High Alert dan obat LASA seperti injeksi ephinefrin
dan ephedrin diberi tanda “LASA” pada tempat
penyimpanannya. Penyimpanan obat High Alert di gudang
farmasi belum dipisahkan dengan obat lainnya, namun
diberi tanda khusus pada tempat penyimpanannya.
f. Pendistribusian
RSUD dr. Zainoel Abidin dalam memberikan pelayanan
kefarmasian menerapkan sistem distribusi desentralisasi.
Metode desentralisasi merupakan suatu sistem
pendistribusian perbekalan farmasi oleh cabang IFRS di
dekat unit perawatan atau pelayanan yang disebut depo
farmasi. Depo farmasi tersebar di beberapa tempat
sehingga memudahkan bagi pasien untuk memperoleh
kebutuhan obat dan BMHP. Instalasi farmasi dalam hal ini
bertanggung jawab terhadap efektifitas dan keamanan
perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi, dimana pada
masing-masing depo farmasi mempunyai seorang
Apoteker penanggung jawab. Pendistribusian dimulai dari
gudang farmasi ke depo-depo farmasi dan ruang rawat inap
serta instalasi lainnya. Petugas farmasi di depo farmasi 24
jam membuat permintaan barang (obat dan BMHP) setiap
seminggu 2 kali. Petugas gudang farmasi menyiapkan
barang sesuai dengan permintaan. Obat dan BMHP
disimpan sesuai dengan persyaratan yaitu berdasarkan
bentuk sediaan, abjad, FEFO atau FIFO, dan berdasarkan
suhu. Narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari
terkunci, obat dengan nama yang sama dan memiliki dosis
berbeda dan obat LASA diletakkan berjauhan untuk
mencegah terjadinya medication error. Depo farmasi
terpadu 24 jam menerapkan sistem distribusi resep
perseorangan untuk pasien rawat jalan, selain itu depo
farmasi terpadu 24 jam diluar jam kerja juga melakukan
pelayanan resep obat secara Unit Dose Dispensing (UDD)
untuk pasien rawat inap. Pada distem UDD setiap obat
yang diberikan dicatat pada map pasien, hal ini dilakukan
untuk menghindari pemberian obat yang berulang pada
hari yang sama karena pasien kemungkinan mendapat obat
yang sama dari Dokter yang berbeda.
Pada praktikum kali ini kami ditugaskan untuk
melaksanakan praktik kefarmasian pada beberapa depo yang
ada di RSUD dr. Zainoel Abidin. Diantaranya yaitu depo
Aqsa II dan III, depo Mina, depo Raudhah 1,2,3,6,7, depo
Arafah dan depo IGD. Depo farmasi ini adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi pada pelayanan pasien khususnya
penyediaan obat, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan.
Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
(RSUDZA) memiliki beberapa Depo/Satelit farmasi untuk
memudahkan dalam melakukan pelayanan kefarmasian baik
untuk pasien rawat inap dan rawat jalan.
1. Nama Praktikan : Riska Fitria
Depo rawat inap Aqsa merupakan unit pelayanan obat-
obatan dan alat kesehatan yang berada di ruang rawat inap
pasien penyakit dalam. Depo Aqsa terbagi menjadi dua depo
yaitu depo Aqsa I yang bertanggung jawab melayani pasien
yang dirawat diruang isolasi dan HCU medical. Dan depo
Aqsa II dan III yang melayani pasien yang di rawat di ruang
Aqsa II dan III, dimana ruang Aqsa II untuk pasien laki-laki
dan Aqsa III untuk pasien perempuan. Petugas farmasi di
depo Aqsa II dan III membuat permintaan barang (obat dan
BMHP) setiap 3 hari seminggu. Petugas gudang farmasi
menyiapkan barang sesuai dengan permintaan. Obat dan
BMHP disimpan sesuai dengan persyaratan yaitu berdasarkan
bentuk sediaan, abjad, FEFO atau FIFO, dan berdasarkan
suhu, narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari
terkunci. Obat dengan nama yang sama dan memiliki dosis
berbeda tidak diletakkan berjauhan yang dapat menyebabkan
terjadinya medication error. Obat-obat seperti suppositoria,
insulin dan obat lainnya yang disimpan di dalam lemari
pendingin. Depo Aqsa II dan III menerapkan sistem
distribusi UDD pada pasien sesuai dengan resep Dokter,
sedangkan BMHP dan cairan infus dilakukan secara Floor
stock di ruangan dan diperiksa jumlah setiap harinya. Petugas
depo farmasi menyiapkan obat sesuai resep Dokter dan UDD.
Penerapan sistem UDD bertujuan untuk mengurangi resiko
kehilangan obat karena Apoteker dapat mengontrol jumlah
obat yang digunakan pasien sehingga penggunaan obat
rasional dan efektif dapat dicapai. Pelayanan Farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik yang telah dijalankan di RSUD dr.
Zainoel Abidin meliputi : a. Melakukan pengkajian dan
pelayanan resep atau permintaan obat. b. Melaksanakan
penelusuran riwayat penggunaan obat; c. Melaksanakan
rekonsiliasi obat; d. Memberikan pelayanan informasi
penggunaan obat berdasarkan Resep seperti yang dilakukan di
apotek terpadu 24 jam, rawat inap, dan depo-depo farmasi
yang lain.
2. Nama Praktikan : Fairuz Syafira Rahmah
Depo rawat inap Mina merupakan depo yang melayani
permintaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
pada ruang Mina 1, Mina 2, Zam-Zam 1 dan Zam-Zam 2.
Ruang rawat inap Mina 1 merupakan ruangan yang melayani
pasien dengan gangguan Saraf laki-laki, sedangkan Mina 2
merupakan ruangan yang melayani pasien dengan gangguan
Saraf perempuan. Adapun ruangan Zam-Zam 1 dan 2
merupakan ruangan VIP. Letak antara ruangan Mina dan
Zam-Zam agak jauh, yang dipisahkan oleh tangga menuju
lantai 2. Apoteker penanggung jawab depo ini terdiri dari 2
orang yaitu Apoteker Ryan dan Apoteker Rita.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai terdiri dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian dan
administrasi. Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis
dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Rumah
Sakit. Proses perencanaam dilakukan dengan melihat stock
yang ada di depo dan stock yang ada di sistem. Jika stock
barang sudah menipis atau hampir habis maka petugas
melakukan pengadaan barang. Pengadaan barang merupakan
suatu proses pemenuhan kebutuhan operasional obat dan
bahan medis habis pakai yang dibutuhkan oleh puskesmas,
sebagai bentuk realisasi dari perencanaan kebutuhan obat
yang telah dilakukan sebelumnya. Proses pengadaan atau
amprahan dilakukan dengan memberikan surat pemesanan
yang ditujukan untuk Gudang Farmasi yang ada di Rumah
Sakit. Proses pengadaan ini dilakukan setiap hari senin dan
kamis. Selanjutnya dilanjutkan dengan penerimaan.
Penerimaan obat adalah kegiatan menerima obat dari depo
sesuai dengan permintaan yang sudah diajukan oleh Gudang
Farmasi. Setelah dilakukan pengadaan ke Gudang Farmasi
pada senin dan kamis pagi. Maka, barang akan diterima
petugas di waktu siang hari pada hari yang sama, paling
lambat hari keesokan hari setelah dilakukab permintaan.
Proses penerimaan ini para petugas akan mengecek sediaan
farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan permintaan meliputi jenis, jumlah, mutu dan harga
yang tertera dalam kontrak atau surat pesenan dengan kondisi
fisik yang diterima.
Setelah barang diterima di Depo Mina ini maka perlu
dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas
terapi, bentuk sediaan dan jenis sediaan farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara
alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem
informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan
dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)
tidak ditempatkan berdekatan. Obat-obat LASA yang ada di
Depo Mina ini biasanya ditempatkan selang 1 obat denga obat
LASAnya. Lalu, di Depo Mina ini memiliki penanda khusus
untuk obat-obat LASA yang diberikan penanda hijau. Hal ini
bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan
obat. Selain LASA, penanda lainnya yaitu, obat-obat High
Alert. Dimana obat-obatan ini adalah obat dengan
kewaspadaan tinggi yang secara signifikan berisiko
membahayakan pasien bila digunakan dengan salah satu
pengelolaan yang kurang tepat. Obat-obat high alert ini
diberikan penanda berwarna merah.
Distribusi dilakukan untuk menyalurkan atau
menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dari
tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan atau
pasien. Sistem distribusi yang dilakukan di Depo Mina
menggunakan metode Unit Dose Dispensing yang dibuat
untuk obat sehari One Day Dose. Obat didistribusikan untuk
sehari pakai dan dipisahkan berdasarkan penggunaan obat
sewaktu maka untuk mencegah terjadinya kesalahan
penggunaan obat pada pasien dibedakan etiket obat untuk
setiap waktunya. Etiket hijau digunakan untuk obat yang
dikonsumsi pagi hari, etiket kuning untuk obat yang
dikonsumsi pada siang hari dan etiket merah untuk obat yang
dikonsumsi pada malam hari. Tujuan lainnya juga dilakukan
untuk memudahkan perawat untuk mengingat kapan obat
harus dikonsumsi. Obat yang sudah dikemas lalu akan
didistribusikan ke masing-masing locker pasien yang berada
diruangan oleh TTK, yang selanjutnya obat akan diberikan
kepada pasien sesuai dengan jam pemberian oleh perawat di
ruangan.
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan pada Depo
Mina dilakukan setiap bulannya. Pelaporan dari Depo Mina
meliputi penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP yang dilakukan selama sebulan lalu dilakukan rekapan
dalam bentuk softcopy dan diberikan kepada gudang farmasi
dan pencatatan setiap harinya dilakukan dengan meng-entry
data ke komputer.
Pelayanan farmasi klinis yang dilakukan pada Depo Mina
meliputi pengkajian dan pelayanan resep, riwayat penggunaan
obat, rekonsiliasi obat, PIO dan konseling. Resep masuk
terdiri dari resep pasien baru, resep tambahan dan resep
pulang. Resep masuk dibawa oleh perawat dan diterima oleh
TTK melalui skrining resep. Pada saat proses skrining resep
bila terdapat tulisan dokter yang tidak bisa terbaca, maka
TTK akan menanyakannya kepada dokter agar menghindari
terjadinya medication error. Selanjutnya, dilihat ketersediaan
obat di depo. Bila di depo tidak memiliki obat tertentu maka,
TTK akan meminta ke depo lain. Lalu, dilakukan proses
penyiapan resep. Sediaan farmasi dan BMHP di kemas dalam
plastik klip dengan etiket yang sesuai waktu pemberian.
Selanjutnya, obat didistribusikan kepada pasien dengan
diletakkan langsung di locker atau langsung diberikan kepada
perawat. Sediaan farmasi yang keluar akan di entry dalam
sistem yang ada di komputer untuk memperbarui stock di
sistem.
3. Nama Praktikan : Nia Ayuningrum
Depo Raudah 6 dan 7 merupakan salah satu depo yang
ada di RSUDZA yang tempatnya berada pada lantai 2. Depo
ini bertanggung jawab dalam menyediakan sediaan farmasi,
bahan medis habis pakai dan alat kesehatan terhadap pasien
rawat inap pada ruangan Raudah 6, Raudah 7, Zam-zam 3,
Zam-zam 4 dan Hcu Surgical. Raudah 6 merupakan ruangan
rawat inap untuk pasien bedah Orthopedi wanita dan Raudah
7 diperuntukan untuk pasien bedah Orthopedi laki-laki, Zam-
zam 3 dan 4 merupakan ruang VIP serta HCU Surgical. Depo
Raudah 6 dan 7 memiliki beberapa TTK yang bertugas sesuai
dengan jadwal Shift dan depo ini memiliki satu orang
Apoteker penanggung jawab yaitu Apoteker Cindy.
Pengadaan obat di depo Raudah 6 dan 7 menggunakan sistem
amprahan yang dibuat oleh setiap depo dengan cara mendata
obat-obat yang dibutuhkan dalam bentuk amprahan kemudian
amprahan dikirim pada instalasi farmasi (Gudang farmasi)
untuk kemudian di siapkan permintaan sediaan farmasi,
BMHP dan Alkes sesuai dengan amprahan. Setiap Depo
memiliki jadwal amprahan yang berbeda, untuk depo Raudah
6 dan 7 sendiri pengamprahan dilakukan seminggu dua kali
yaitu pada hari senin dan kamis. Untuk penerimaan sediaan
farmasi, BMHP dan Alkes biasanya dilakukan oleh Apoteker,
barang pesanan datang, langsung di cek terlebih dahulu
fisiknya harus sesuai dengan Amprahan. Dilihat kesesuian
nomor batchnya, jumlah pesanan, stok fisik dengan datanya
sesuai atau tidak, apabila telah lulus pada tahap pengecekkan
sediaan farmasi terima dan amprahannya disimpan. Untuk
penyimpan obat di depo ini disesuaikan dengan sifat obat,
bentuk sediaan, dan sesuai abjad. Kemudian untuk obat-obat
yang High-Alert Medication atau obat dengan kewaspadaan
tinggi (obat-obat yang secara signifikan berisiko
membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau
pengelolaan yang kurang tepat ) dan LASA atau merupakan
kepanjangan dari Look Alike Sound Alike (obat yang
memiliki kemasan yang terlihat mirip atau obat yang
memiliki nama yang terdengar mirip) dalam penyimpanannya
dan pendistribusiannya ditandai menggunakan stiker yang
ditempel, untuk High Alert stikernya berwarna merah dan
LASA berwarna hijau. Pencatatan harian untuk obat yang
didistribusikan pada pasien di tulis pada KCO dan kemudian
didata pada komputer.
4. Nama Praktikan : Cut Miranda
Depo IGD merupakan depo obat yang berada di bagian
gawat darurat yang menyediakan penanganan awal bagi
pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat
mengancam kelangsungan hidupnya. Depo IGD menangani
pengobatan di IGD I dan IGD II. IGD I merupakan instalasi
yang melayani pasien dari awal masuk hingga 6 jam pertama
atau yang dapat dipulangkan sebelum 6 jam atau bisa
dikatakan pada IGD I adalah awal pasien observasi terkait
keadaannya. Sedangkan IGD II adalah instalasi tempat pasien
transit sebelum mendapatkan ruang untuk menjalankan
perawatan rawat inap ke ruangan lainnya. Depo IGD sendiri
terletak di IGD I. Depo IGD terdapat banyak obat dan alat-alat
kesehatan dimana baik obat dan Alat kesehatan sama
banyaknya, selain itu depo IGD juga memiliki fasilitas seperti
komputer, telepon, lemari pendingin, thermometer, lemari
narkotika yang terdiri dari dua pintu dengan kunci yang
berbeda dan tertempel di dinding sesuai degan standar, rak
penyimpanan obat, rak alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai (BMHP). Depo IGD memiliki 9 orang TTK yang
semuanya lulusan D3 dan memiliki 1 orang Apoteker
penanggung jawab yang bernama Cut Nurul. Pada depo IGD
pelayanan kefarmasian yang dilakukan berupa manajerial dan
farmasi klinis.
1. Kegiatan Administrasi Depo IGD
Kegiatan Pelayanan Kefarmasian pada Depo IGD
RSUDZA berupa manajerial dan farmasi klinis. Berikut
manajerial yang dilakukan di Depo IGD berupa:
a. Pemilihan: Pemilihan yang dilakukan pada depo IGD
berdasarkan pola penyakit, pola konsumsi pasien dan
pola obat-obat penanganan pertama yang harus diberikan
kepada pasien dan untuk Alkes juga dilihat alat kesehatan
mana yang sudah menipis.
b. Perencanaan: setelah dilakukan pemilihan, maka
perencanaan obat dan alkes dibuat sesuai pemilihan tadi
dan direncanakan berapa stok yang diperlukan untuk saat
ini di depo.
c. Pengadaan: setelah dilakukan perencanaan obat, maka
ada satu orang/petugas yang bertugas membuat surat
pesanan dan petugas tersebut mencatat obat apa saja yang
akan dilakukan pemesanan pada surat permintaan dan
ditandatangani oleh apoteker.
d. Permintaan: Permintaan obat pada depo IGD dapat
dilakukan malam atau siang kepada Gudang
Farmasi/Instalasi farmasi yang terdapat di Rumah
Zainoel Abidin. Apabila surat permintaan/pemesanan
sudah masuk ke Gudang Farmasi nanti nya Gudang
Farmasi/Instalasi farmasi akan menyiapkan obat sesuai
dengan permintaan depo. Pemesanan pada depo IGD
selalu dilakukan seminggu pada hari senin, rabu, kamis,
dan jum’at. Senin, rabu, jum’at pemesanan yang
dilakukan berupa obat sedangkan hari jum’at pemesanan
yang dilakukan adalah Alkes.
e. Penerimaan: Obat yang telah di lakukan pemesanan akan
di antar ke depo IGD dan dilakukan penerimaan oleh
petugas depo. Dimana petugas tersebut akan memeriksa
kembali kesesuaian obat yang sampai dengan surat
pesanan yang telah dibuat seperti memeriksa jumlah
obatnya, jenis sediaannya dan lain-lain hal ini bertujuan
agar tidak adanya kesalahan yang terjadi. Jika obat yang
sampai telah benar maka surat pesanan tersebut di tanda
tangani kembali oleh apoteker sebagai tanda bahwa
pesanan obat telah diterima.
f. Penyimpanan: setelah dilakukan penerimaan maka
petugas akan melakukan penyimpanan obat sesuai
dengan jenis sediaan, bentuk sediaan, berdasarkan
alphabetis serta berdasarkan FIFO (First In First Out)
dan FEFO (First Expired First Out). Kemudian untuk
obat-obat High-Alert Medication atau obat dengan
kewaspadaan tinggi (obat-obat yang secara signifikan
berisiko membahayakan pasien bila digunakan dengan
salah atau pengelolaan yang kurang tepat ) dan
LASA atau merupakan kepanjangan dari Look Alike
Sound Alike (obat yang memiliki kemasan yang terlihat
mirip atau obat yang memiliki nama yang terdengar
mirip) dalam penyimpanannya dan pendistribusiannya
ditandai menggunakan stiker yang ditempel, untuk High
Alert stikernya berwarna merah dan LASA berwarna
hijau.
g. Pendistribusian: Pendistribusian yang dilakukan pada
depo IGD berdasarkan sistem UDD (Unit Dose
Dispensing).
Selain manajerial depo IGD juga melakukan farmasi
klinis. Ada beberapa hal farmasi klinis yang dilakukan
apoteker di depo IGD yang utamanya yaitu pengkajian resep,
rekonsiliasi, edukasi dan pemantauan terapi obat. Resep yang
diterima dari dokter dan perawat merupakan resep untuk
pasien baru, pasien rawat inap pada IGD II dan pasien pulang.
Pada depo IGD , permintaan obat dapat dilayani melalui tiga
cara permintaan yaitu secara lisan oleh dokter atau perawat,
resep tertulis dan menggunakan FDO (Formulir Daftar Obat)
namun sekarang namanya telah berubah menjadi Instruksi
Medis Farmakologis. Namun jika obat diberikan dengan
permintaan lisan, resep tetap harus diminta setelah
berlangsungnya pengobatan. Penerimaan resep dilakukan oleh
apoteker ataupun TTK yang sedang bertugas, kemudian
dilakukan pengkajian resep dan melihat persedian obat yang
ada, apabila obat tersedia langsung dikemas dan diberikan
tetapi apabila obat tidak ada maka diusahakan ada dengan
mencarinya ke depo-depo lain. Pada depo IGD baik obat
maupun BMHP atau Alkes harus diambil menggunakan resep.
Pada saat pasien masuk ke IGD ada buku tentang status
data pasien/ rekam medis pasien dimana informasi pasien
tercantum semuanya pada buku tersebut. Ketika awal pasien
masuk ke depo IGD dan perlu di rawat inap maka pasien
terlebih dahulu akan mendapatkan lembar instruksi medis
farmakologis, dimana lembar tersebut berisi instruksi obat
dari dokter kemudian apoteker akan menyalinnya ke lembar
KCO. Kemudian lembar KCO ini dibawa ke depo IGD untuk
disiapkan obat sesuai lembar KCO. Akan tetapi KCO pada
depo IGD tidak seperti KCO pada umumnya dikarenakan
ketidaktahuan pihak farmasi terkait pasien yang telah
dipindahkan akibat tidak adanya pemberitahuan perawat
kepada pihak depo sehingga membuat KCO pasien
menumpuk di depo sedangkan pasien sudah dipindahkan dan
tidak berada lagi di IGD, maka dari itu pihak depo IGD
membuat lembar lain yang lebih efektif untuk dijalankan.
Seharusnya KCO pasien yang sebenarnya harus dari IGD dan
dilanjutkan sampai pasien dipindahkan keruangan bahkan
sampai pasien tersebut dipulangkan. Tetapi hal itu tidak
dilakukan akibat kurang komunikasi perawat dan pihak
farmasi di depo IGD. Untuk menjalankan farmasi klinis pada
pasien rawat inap di IGD bagi pasien yang telah memiliki
status maka akan ada lembar rekonsiliasi, edukasi dan lembar
pemantauan obat, lembar-lembar ini nantinya akan diisi oleh
apoteker terkait perkembangan pasien dalam penggunaan
obat, tetapi apabila apoteker tidak ada maka dapat diisi oleh
tenaga teknis kefarmasian.
Untuk penggunaan Delivery Device di IGD
penggunaannya bisa dikoreksi atau penggunaannya bisa untuk
sekali pakai, karena pasien yang tiba-tiba masuk dengan gula
darah yang tinggi baru diberikan, kemudian pasien akan
dipindahkan ke ruangannya maka pasien akan mendapatkan
penanganan obat rutin Delivery Device di ruangan tetapnya.
Jadi penggunaan Delivery Device di IGD tidak untuk yang
rutinnya, kecuali pasien yang masih di IGD II yang belum
mendapatkan ruangan baru akan di pantau penggunaan
obatnya. Pada pasien-pasien rawat inap yang belum
mendapatkan ruangan yang berada di IGD II depo akan
menjalani sistem serah terima( KCO IGD II), sistem ini untuk
menyetok obar rutin yang dikonsumsi oleh pasien di IGD II.
Setiap harinya tenaga teknis kefarmasian akan datang ke IGD
dan memeriksa lembar obat pasien dan mencatat obat-obat
apa saja yang harus disiapkan dan dikonsumsi oleh pasien
pada hari itu, kemudian setelah memeriksa catatan obat pasien
tersebut pihak depo akan menyiapkan obat-obat nya
berdasarkan nama pasien dan ruangnya yang berada di depo
IGD II, lalu TTK akan mengantar obatnya ke IGD II dan
memasukkannya ke lemari berdasarkan nama dan ruang
pasien, dimana nantinya pada saat telah waktunya pasien
tersebut untuk minum obat maka perawat yang berada di IGD
II hanya perlu memeriksa lemari obat yang telah disiapkan
oleh TTK Depo IGD tidak lagi meminta obat ke Depo yang
berada di IGD I.
5. Nama Praktikan : Cut Rifqa An-Nuura
Depo Raudhah adalah depo yang menyediakan obat-
obatan untuk pasien rawat inap yang akan melaksanakan
bedah. Depo Raudhah menyediakan obat-obatan untuk pasien
bedah untuk ruang raudhah 1,2,3,4,5,6 dan 7 karena banyak
ruang maka dibagi menjadi dua depo raudhah yang terdiri dari
depo 1,2,3 satu depo dan depo 4,5,6 dan 7 untuk satu depo
juga. Ruang Raudhah terdiri dari ruang raudhah 1 yaitu ruang
rawat pelayanan jantung terpadu. Raudhah 2 terdiri atas ruang
bedah anak, ruang bedah urologi, ruang bedah TKV infeksi,
dan ruag bedah mulut. Ruang raudhah 3 (bedah wanita) terdiri
dai ruang bedah onkologi, ruang bedah plastik, ruang bedah
saraf, ruang bedah digestif. Ruang raudhah 4 (bedah Pria)
terdiri dari ruang bedah onkologi, ruang bedah plastik, ruang
bedah TKV dan ruang bedah mulut. Ruang raudhah 5 (bedah
pria) terdiri dari ruang bedah urologi, ruang bedah digestif,
dan ruag bedah saraf. Ruang raudhah 6 terdiri dari bedah
Orthopedi wanita dan ruang raudhad 7 terdiri dari orthopedi
pria.
Pertama untuk depo raudhah 1,2,3 menyediakan obat-
obatan dan bahan medis habis pakai untuk pasien yang akan
melalui proses pembedahan dan untuk penyembuhan juga.
Penyusunan obat-obatan pada depo ini berdasarkan huruf
abjad, first in dan first out, obat-obat LASA (look like sound
like) ditempel tulisan “lasa” pada keranjang obat-obatnya dan
untuk obat-obatan high alert diberikan label hight alert pada
keranjang obatnya dan ketika ingin di distribusikan ke pasien
tenaga teknis kefarmasian menempel tulisan high alert pada
bagian luar obatnya. Kemudian untuk bahan medis habis
pakai di susun dalam keranjang dan dalam satu jajaran yang
mana telah diberi label pada keranjangnya sesuai dengan
nama-nama bahan medis habis pakai nya. Kemudian ketika
diberikan obatnya kepada pasien obat high alert diberikan
label pada bagian strip obatnya. Penyimpana obat-obatan yang
bersuhu dingin diletakkan kedalam lemari pendingin dengan
suhu yang telah ditentukan. Daftar obat-obat yang ada dalam
lemari pendingn ini ialah insulin, injection powder contohnya
ialah Vancomycin HCL, cefuroxime, tuberculin dan octide.
Cairan infus diatur dengan rapi pada bagian bawah dan
dipisahkan sesuai dengan kandungan nya agar mudah pada
saat pengambilan untuk pasien. Obat-obatan yang habis
stoknya dan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan akan
dipesan ke gudang farmasi rumah sakit Zainal Abidin dengan
mendata keperluan pada surat permintaan barang. Permintaan
obat untuk pasien dapat dilakukan dengan tiga hal yaitu
berdasarkan resep yang diberikan, berdasarkan permintaan
dari dokter dan perawat yang mana harus diketahui nama
pasien tersebut sehingga TTK nya dapat didata, kemudian
berdasarkan Formulir Data Obat pasien sehingga pemberian
obatnya sesuai dengan kebutuhan pasien. Obat-obatan yang
akan didistribusikan keruang-ruang raudhah maka adanya
etiket pada setiap obat yang akan didistribusikan sesuai
dengan pasien tersebut. Pendistribusian obat-obat pada pasien
ruang raudhah seperti ruang raudhah 1,2,3,4,5,6 dan 7
diletakkan ke ruang pendistribusian obat pada setiap locker
pasien di letakkan obat-obatan setiap hari. Pagi hari akan
diperiksa oleh tenaga teknis kefarmasian locker-locker yang
berisi obat tadi diganti dengan yang baru, obat-obat yang
pemakaian berkelanjutan tidak diambil di locker contoh
insulin, sirup dan lain-lain. Untuk obat-obat yang ditarik
kembali ialah obat-obat pemakaian sekali pakai contoh tablet,
cairan infus (yang belum terbuka), tablet dan lain-lain dan
obat-obat tersebut di berikan etiket pada setiap obat tersebut.
Kemudian untuk tambahan terapi obat maka perawat akan
mengambilnya sendiri di depo dan ditulis nama pasien hal ini
juga berlaku untuk bahan medis habis pakai. Untuk obat-obat
narkotik khusus nya ada lemari yang ditempelkan pada
dinding yang mana ada kunci lemari untuk obat-obat
narkotika ini didata pada form yang telah dipersiapkan.
Resep-resep yang telah diberikan kedepo maka disusun
berdasarkan ruangnya seperti ruang raudhah 1 ditempatkan
dikeranjang raudhah 1 dan untuk seterusnya.
6. Nama Praktikan: Syahrina Ramadhani
Depo arafah merupakan depo rawat inap yang melayani
resep dari arafah 1, arafah 2, arafah 3, dan NICU. Arafah 1
bertanggung jawab dalam melayani pasien anak, Arafah 2
bertanggung jawab dalam menangani kasus atau penyakit
kandungan, Arafah 3 bertanggung jawab dalam menangani
kasus bersalin dan NICU bertanggung jawab dalam
menangasi pasien yang memerlukan pengobatan dan
perawatan khusus. Pengelolaan Sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai di depo arafah
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, dan administrasi.
1. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan di depo arafah ini
menggunakan metode konsumsi, dimana sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai direncanakan
sesuai pola penyakit, dan banyaknya penggunaan.
2. Pengadaan
Pengadaan dilakukan dengan membuat surat permintaan
atau surat pesanan yang diajukan ke Gudang Farmasi.
Pengadaan dilakukan 2 kali seminggu yaitu setiap hari
senin dan kamis.
3. Penerimaan
Setelah dilakukan pengadaan, sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan media habis pakai yang dipesan,
langsung diantar ke depo arafah dan diterima oleh TTK
pada hari yang sama dan dengan hari pemesanan, yang
disertai dengan struk penerimaan. Setelah pesanan
diterima, terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap
kesesuaian dengan pemesanan. Hal ini dilakukan untuk
menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai.
4. Penyimpanan
Penyimpanan di depo arafah terhadap sediaan farmasi alat
kesehatan, alat kasehatan, dan bahan maedis habis pakai
dilakukan sesuai bentuk dan jenis sediaan, disusun sesuai
abjad dan berdasarkan FIFO/FEFO. Beberapa obat ditandai
dengan penanda untuk obat LASA, High Alert, dan
multiple strenghth. Untuk obat LASA dipisahkan
setidaknya selang 2 jenis obat. Untuk obat yang hampir
kadaluarsa juga diberi tanda dan dituliskan bulan dan
tahunnya, contohnya seperti ED: 12/19. Apabila masih ada
stok yang tersisa, maka sisanya disimpan di gudang depo
(didalam lemari kecil, laci lemari atau rak penyimpanan
stok). Untuk obat-obatan narkotika disimpan dilemari
narkotika yang dilekatkan di dinding dengan posisi di atas,
agar sulit dijangkau. Lemeari Narkotik dilengkapi dengan
dua pintu dan dua kunci. Di dalam lemari narkotik juga
terdapat kartu stok. Apabila obat-obatan diambil dari
lemari narkotik, maka harus dicatat nama obat, dosis, dan
ditujukan untuk pasien siapa. Untuk obat-obatan yang
memerlukan suhu penyimpanan di area yang suhunya
rendah, dan beberapa Delivery Device seperti pen insulin
dapat disimpan di dalam lemari pendingin. Untuk obat-
obatan yang mengandung unsur haram/babi disimpan
dalam sebuah lemari kecil yang dipintu lemari ditempel
daftar obat-obatan tersebut
5. Pendistribusian
Sistem pendistribusian di depo arafah menggunakan
metode unit dose, yang dikemas dengan One Day Dose.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah pasien dalam
mengingat obat yang dikonsumsi. Pengemasan obat
dilakukan dengan memberi etiket dengan warna yang
berbeda, seperti warna hijau untuk obat yang diminum
pada pagi hari, warna kuning untuk obat yang diminum
pada siang hari, dan etiket merah untuk obat yang diminum
pada malam hari. Obat yang telah dikemas, dimasukkan ke
dalam polybag beserta etiket, dan untuk beberapa obat
diberi penanda high alert. Obat didistribusikan oleh TTK
menggunakan keranjang dan trolly dan diantar ke loker
masing-masing pasien serta dilakukan serah terima oleh
perawat setelah dilakukan pengecekan. Jika obat telah
melalui tahap pemberian, maka daftar obat yang digunakan
pasien di tuliskan di KCO yang akan diinput oleh TTK ke
computer.
6. Pengendalian
Setiap penggunaan obat dicatat di kartu stok. Setiap bulan
akan dilakukan pencatatan untuk setiap penggunaan obat.
Hal yang dicatat dalam form yaitu nama barang, satuan,
sisa awal, penerimaan, pemakaian, sisa akhir dan
keterangan.
V. Kesimpulan Pelayanan farmasi Di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin (RSUDZA) sebagai pengelola perbekalan
farmasi sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
VI. Daftar Depkes RI. (2009). UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Pustaka Sakit. Depkes RI, Jakarta.
KEMENKES RI Nomor 1197/Menkes/SK/V/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Permenkes No 340/ Menkes/ per/ III/ 2010, Tentang
Klasifikasi Rumah Sakit, 2010.
Republik Indonesia. (2016). Peraturan Meteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta.
Siregar, C.J.P., dan Amalia, L., Farmasi Rumah Sakit Teori
dan Penerapan. Penerbitan Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
VII. Lampiran Depo Aqsa 2 dan 3

Gambar 1. Surat Permintaan Barang


Gambar 2. Lemari Penyimpanan Obat Injeksi

Gambar 3. Lemari Penyimpanan Obat Tablet


Gambar 4. Lemari Penyimpanan obat-obat tertentu yang
membutuhkan suhu khusus

Gambar 5. Lemari Narkotika


Gambar 6. Lemari Penyimpanan Infus

Gambar 7. Lemari Penyimpanan Obat High Alert dan LASA

Gambar 8. Meja Peracikan


Gambar 9. Komputer Penginputan Data

Gambar 10. Kartu Stok

Gambar 11. Daftar Obat yang Mengandung Unsur Haram


Gambar 12. Daftar Obat LASA

Gambar 13. Daftar Obat High Alert


Gambar 14. Form Serah Terima Obat Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor

Gambar 15. Pemantauan Suhu Ruangan

Gambar 16. Lemari Obat Pasien


Depo Mina

Gambar 1. Penyimpanan Sediaan Farmasi

Gambar 2. Penyimpanan Bahan Medis Habis Pakai


Gambar 3. Penyimpanan Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai

Gambar 4. Penyimpanan Obat antibiotik dan High Alert


Gambar 5. Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika

Gambar 6. Lemari Pendingin Penyimpanan Obat yang


Memerlukan Suhu Rendah
Depo Raudhah 6 dan 7

Gambar 1. Foto Amprahan

Gambar 2. Lemari Penyimpanan Obat

Gambar 3. Lemari Penyimpanan Alkes dan BMHP


Depo IGD

Gambar 1. Surat permintaan barang

Gambar 2. Lembar instruksi medis farmakologis


Gambar 3. Lembar serah terima obat

Gambar 4. Lembar KCO Depo IGD

Gambar 5. Komputer Depo IGD


Gambar 6. Rak obag High Alert

Gambar 7. Lemari Narkotika Depo IGD


Gambar 8. Rak Obat

Gambar 9. Rak BMHP&Alkes

Gambar 10. Isi Kulkas Depo IGD


Gambar 11. Pengaturan suhu pada depo IGD

Gambar 12. Lemari obat pasien pada IGD II


Gambar 13. Etiket Depo IGD
Depo Raudhah 1, 2 dan 3

Gambar 1. Lemari Penyimpanan Obat

Gambar 2. Lemari Penyimpanan Obat High Alert

Gambar 3. Lemari Penyimpanan Infus


Gambar 4. Lemari Penyimpanan Narkotika

Gambar 5. Tempat cuci tangan


Depo Arafah

Gambar 1. Etiket

Gambar 2. Penyimpanan Obat dengan suhu tertentu

Gambar 3. Rak Penyimpanan Obat


Gambar 4. Loker Pasien

Gambar 5. Penanda Obat

Gambar 6. Rak Penyimpanan BMHP


Gambar 7. Lemari Narkotika

Gambar 8. Rak Penyimpanan Obat dengan Unsur Haram

Gambar 9. Pencatatan

Anda mungkin juga menyukai